• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI KABUPATEN MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI KABUPATEN MAROS"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TINGKAT

PERCERAIAN DI KABUPATEN MAROS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) pada Jurusan Ahwal Syakhsiyah Fakultas

Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

MUNAWWAR KHALIL NIM. 105260002111

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 1436 H / 2015 M

(2)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV (0411) 851914 Makassar 90223

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama : Munawwar Khalil

Nim : 105260002111

Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agaman Islam Judul Skripsi : PENGARUH PERNIKAHAN DINI

TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI KABUPATEN MAROS

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diujikan pada penelitian guna penyelesaian skripsi pada Jurusan PAI Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 30Agustus 2015 Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.M. Ilham Muchtar, Lc., M.A. Dr. Yusri M.Arsyad, Lc., M.

A.

Mengetahui, Wakil Dekan 1

(3)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV (0411) 851914 Makassar

90223

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Munawwar Khalil

Nim : 105260002111

Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agaman Islam

Judul Skripsi :PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI KABUPATEN MAROS

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diujikan pada penelitian guna penyelesaian skripsi pada Jurusan PAI Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 30Agustus 2015

DEWAN PENGUJI :

1. Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I 2. Sekretaris : Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd. 3. Tim Penguji :

1. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., M.A 2. Dr.Yusri M.Arsyad,MA

3. Dr.Anwar Sadat, M.Ag 4. Lukman Abd.Samad, Lc.,

Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Agama Islam

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM : 554 612

(4)

MOTTO

“ ketika kehidupan memberi kita seribu tekanan untuk gagal kita harus bangkit dan menunjukkan bahwa kita mempunyai seribu alasan untuk

(5)

ABSTRAK

Munawar Khalil (105260002111) pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten. Maros.

ABSTRAK. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten Maros. Untuk mengetahui fenomena tentang pernikahan dini di Kabupaten Maros tentu ada tindakan khusus untuk mengatasi hal tersebut. Untuk mengetahui faktor yang menghambat terjadinya pernikahan dini terhadap ketingkat perceraian di Kabupaten maros.

Jenis penelitian tersebut merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriktif yang berlokasi di Kabupaten Maros. Populasi atau objek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kabupaten Maros yang termasuk golongan pernikahan dini atau yang berumur 22 tahun. Objek atau sampel dalam penlitian ini adalah masyarakat yang menikah dibawah umur 22 tahun yang berjumlah 50 responden. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriktif yang diolah dengan program SPSS 22.

Hasil dalam penelitian tersebut membuktkan bahwa ada pengaruh pernikahan dini terhadap yingkat perceraian di Kabupaten Maros, ini dibuktikan dengan hasil analisis SPSS bahwa korelasinya antara variable pernikahan dini terhadap tingkat perceraian menunjukkan 0,827 dan nilai probabilitasnya menunjukkan 0,000 artinya ada pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten Maros. Uji F yaitu pengujian secara serentak pengaruh dari Variabel pernikahan dini dengan tingkat perceraian terbukti. Uji F sebesar 35.923 nilai ini lebih besar dari pada F table (35,923, 2,29), ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari variable X dengan tingkat perceraian. Sedangkan untuk pengujian Variabel pernikahan dini dengan tingkat perceraian dilakukan dengan uji T. Nilai T sebesar 8411 nilai ini lebih besar dari R table (8411, 1,980). Dengan demikian

pengujian menujukkan Ho diterima. Hasil ini membuktikan bahwa bukti langsung berpengaruh secara signifikan terhadap variable. Variable pernikahan dini dengan tingkat perceraian dilakukan dengan pendekatan normative sosiologis, yakni analisis data dengan menggunakan dalil-dalil yang menjadi pedoman perilaku manusia serta dengan melihat dan menjelaskan sikap dan tingkah laku suatu masyarakat. Dalam islam tidak pernah diatur, akan tetapi islam hanya mengatur tentang batas kedewasaan dalam pernikahan. Sementara itu dalam hukum perkawinan di indonesia telah diatur tentang usia pernikahan dini. Adapun faktor penyebabnya adalah faktor pendidikan, faktor pemahaman agama, faktor telah melakukan hubungan biologis, faktor hamil sebelum menikah, sedangkan dampak dari pernikahan dini diantaranya adalah kekerasan terhadap anak, tingginya tingkat perceraian, meningkatnya angka kemiskinan dan trafficking.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Adapun skripsi ini berjudul “dalam penelitian” pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat pereraian di Kabupaten Maros.

Skripsi ini membahas tentang problematika yang dihadapi beberapa masalah di Kabupaten Maros sehingga tingkat perceraian tidak mesti terjadi. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada khalayak ramai yang berkecimpung pada bidang sosial atau keagamaan.

Kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Swt. senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Penulis mengucapkan banyak terima kasih pula sedalam-dalamnya kepada :

1. Kedua orang tua peneliti/penulis Bapak M. Khalil Ridwan dan Ibu Munashirah (almarhum) serta istriku Musyfiqah Rahim dan anakku Muhammad Aufa Alfatih, Muhammad Kamil Alfauzan yang selalu setia mendukung peneliti selama ini

(7)

dalam kehidupan utamanya dimasa-masa studi, semoga Allah SWT senantiasa memberinya kesehatan dan rahmat yang tak terhingga.

2. Syekh Muhammad Thoyyib Khoory,Keluarga sebagai donor AMCF dan segenap pengurus AMCF

3. Bapak Dr. Irwan Akib, M.pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Drs. Mawardi Pewangi, M.pd.i Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah tempat menimba ilmu selama ini

5. Dr. M. Ilham Mukhtar, Lc. M.A Selaku ketua jurusan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makasssar

6. Dr. M. Ilham Mukhtar, Lc.M.A, selaku pembimbing I dan juga kepada Dr. Yusri M.Arsyad, M.A pembimbing II telah berkenan meluangkan waktunya kepada peneliti dalam proses pembimbingan hingga perampungan skripsi.

7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan banyak ilmunya kepada peneliti dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada mahasiswa selama menimba ilmu. Akhirnya kepada semua pihak, atas bentuannya semoga bernilai ibadah di sisi Allah Swt.Amin

Makassar, 30 Agustus 2015 Penyusun,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEl, DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II PEMBAHASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Pembahasan teori ... 7

1. Pengertian Pernikahan Dini ... 7

2. Dali menunjukkan bolehnya pernikahan dini ... 8

3. Dalil dalil yang lain ... 8

4. Dasar hukum nikah ... 10

5. Tujuan pernikahan ... 11

6. Hikmah pernikahan ... 14

7. Pernikahan dini menurut negara... 16

8. Pernikahan dini terhadap islam ... 17

9. Perceraian ... 19

10. Dalil dasar hukum penceraian talak ... 20

(9)

12. Talak sharih ... 22

13. Talak kinayah ... ………. 22

14. Rukun talak bagi suami ... 24

15. Cerai talak oleh suami ... 24

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Hipotesis penelitian ... 26

D. Defenisi operasional ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian ... 29

B. Waktu penelitian ... 29

C. Jenis penelitian ... 30

D. Jenis data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Populasi dan sampel ... 32

G. Teknik pengambilan sampel ... 33

H. Defenisi operasional variable ... 33

I. Metode penelitian ... 34

J. Pengujian hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian... 39

1. Pembagian administrative. ... 40

2. Kecamatan ... 40

3. Kekeringan lereng ... 40

4. Ketinggian muka laut ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN ... 43

A.Analisis validitas dan reliabilitas ... 43

B. Pengujian data ... 53

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 60 PERSURATAN

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan dini merupakan fenomena yang sudah sejak lama marak terjadi di Indonesia khususnya pada remaja pedesaan. Analisis survei penduduk antar sensus (SUPAS) dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukan bahwa angka pernikahan untuk kelompok umur 15-19 tahun di perkotaan lebih rendah dibanding di pedesaan, perbedaannya cukup tinggi yakni 5,28% di perkotaan dan 11,88% di pedesaan. Fenomena ini memberikan banyak dampak negatif khususnya bagi gadis remaja. Penelitian Jannah (2012) menunjukkan bahwa pernikahan yang dilakukan gadis pada usia dini berpotensi pada kerusakan alat reproduksi yang disebabkan oleh hubungan seks yang terlalu dini1. Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun akan meningkatkan resiko komplikasi medis. Anatomi tubuh gadis remaja yang belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, berpotensi pada terjadinya komplikasi berupa obstructed labour dan obstetric

fistula (Fadlyana dkk, 2009).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1994:122) menyatakan bahwa “Pada masa yang lalu, usia perkawinan di daerah penelitian relatif rata-rata usia muda terutama anak-anak wanita”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1994:96) juga menyatakan “…masyarakat di daerah penelitian

(12)

pada zaman dahulu, usia kawin para jejaka dan gadis rata-rata antara 16 sampai 17 tahun”. Bahkan di beberapa daerah tertentu seperti pada masyarakat Melayu tradisional yang bermukim di Dompak Seberang, usia kawin bisa mencapai 13 tahun untuk perempuan dan 15 tahun untuk laki-laki (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995:37).

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.

Data United Nations Population Fundation Association (UNPFA) pada tahun 2003, mempertegas bahwa 15-30% persalinan pada usia dini akan disertai dengan komplikasi kronik, yaitu obstetric fistula. Selain resiko obstetric fistula, penelitian Bayisenge (2010) menjelaskan bahwa kehamilan di usia yang sangat muda juga ternyata berhubungan dengan angka kematian ibu, fertilitas yang tinggi, kehamilan dengan jarak yang singkat, juga resiko tertular penyakit HIV.

Tingkat pernikahan di bawah umur di Sulawesi Selatan (Sulsel). Tingginya tingkat pernikahan di bawah umur tersebut merupakan hasil identifikasi terhadap permasalahan perempuan dan anak, (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Sulsel pada 2011)2.

Penelitian Landung dkk (2009) 3menambahkan bahwa pernikahan dini juga memberikan dampak negatif pada kemampuan gadis remaja dalam

2 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Sulsel pada 2011 3 Landung dkk Penelitian (2009)

(13)

bernegosiasi dan mengambil keputusan dalam hidup. Hal tersebut mendorong pada ketidakmampuan gadis remaja dalam menyampaikan pendapat dan mengambil sikap ketika menghadapi permasalahan hidup, sehingga terjadi dominasi pasangan (suami) yang lebih dewasa yang berujung pada banyaknya terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Berdasarkan tugas perkembangan, Erikson dalam Santrock (2012) menyebutkan bahwa remaja berada pada tahap identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion). 4Pada masa tersebut remaja harus memutuskan siapa dirinya (keberadaan diri), apa dan bagaimana dirinya mencapai masa depannya. Oleh sebab itu, pembentukan identitas pada remaja merupakan hal yang penting. Sebagai individu yang berada pada masa transisi, remaja akan banyak dipengaruhi oleh lingkungan beserta proses sosial yang ada. Oleh karena itu, akan terjadi krisis identitas yang timbul akibat dari konflik internal yang berawal dari masa transisi tersebut. Adapun konflik internal yang dimaksud adalah konflik antara keinginan untuk mengelola dirinya sendiri secara mandiri, dengan kebutuhannya akan perhatian dan pertolongan dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Masalah ini menjadi perhatian dan perlu segera mendapat penyelesaian yang baik dengan mengelola ulang (reorganization) atau membentuk ulang (restucturing) identitas diri remaja. Sebab jika krisis identitas tersebut tidak segera diselesaikan, maka akibatnya dikhawatirkan akan menampilkan kepribadian remaja yang tidak jelas dan terombang-ambing.

(14)

Terlebih terkait keberadaannya sebagai bagian dari suatu masyarakat, seorang individu remaja diharap memiliki kesamaan identitas dengan identitas yang dimiliki masyarakat. Hal tersebut penting dimiliki oleh remaja untuk mengukuhkan diri sebagai bagian dari kelompok masyarakat.

Remaja yang melakukan pernikahan dini atau sebelum usia biologis maupun psikologis yang tepat, sangat rentan menghadapi dampak buruknya. Pada saat itu pengantinnya belum siap untuk menghadapi tanggung jawab yang harus diemban seperti orang dewasa. Padahal kalau menikah itu kedua belah pihak harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik itu ekonomi, pasangan, maupun anak. Sementara itu mereka yang menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan permasalahan secara matang. Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat berpengaruh terhadap pola asuh anak di kemudian hari. Dalam mendidik anak dibutuhkan pendewasaan diri karena jika tidak, sang ibu hanya akan merasa terbebani sebab di satu sisi masih ingin menikmati masa muda dan di sisi lain dia harus mengurusi keluarganya sehingga arti atau gambaran tentang kasih sayang akan rusak, akibat belum pahamnya sebuah lembaga pernikahan tersebut.

Seiring dengan adanya kemajuan dalam segala bidang dewasa ini terutama dalam bidang pendidikan, hal-hal tersebut sudah banyak berubah dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Pada zaman dahulu, anak perempuan sedikit dibedakan dengan anak laki-laki dalam menuntut ilmu pengetahuan namun dewasa ini, anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai hak yang sama dalam mengejar ilmu pengetahuan di sekolah. Akibatnya, usia kawin baik anak laki-laki maupun anak

(15)

perempuan menjadi makin panjang. Hal ini dikarenakan mereka sibuk menuntut ilmu pengetahuan di bangku sekolahan. Dapat dikatakan bahwa dalam masa perkembangan pendidikan dewasa ini, kesadaran masyarakat tentang arti pendidikan nampak semakin jelas.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari jawaban dari dua pokok permasalahan yang dirumuskan seperti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya penikahan dini dan bagaimanakah pengaruh pernikahan dini tersebut terhadap tingginya tingkat perceraian yang tercatat. Dari sini penyusun tertarik untuk meneliti fenomena pernikahan dini yang ada di wilayah Kabupaten Maros.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditemukan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten Maros?

2. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi sehingga terjadi pernikahan dini di Kabupaten Maros?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi sehingga terjadi pernikahan dini di Kabupaten Maros

2. Untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten Maros.

(16)

D. Manfaat penelitian

1. Penelitian ini berguna bagi pembaca, dan penulis sendiri khusus dalam prihatinan terhadap pernikahan dini dan tingkat perceraian.

2. Sebagai bahan acuan pada peneliti selanjutnya yang kajianya berhubungan dengan penelitian yang relevan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori

1. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan berasal dari kata nikah (حبنّ) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh. Kata “nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah. Banyak definisi nikah yang dikemukakan oleh para ulama, namun pada hakikatnya, semuanya mempunyai persamaan arti dan tujuan, yaitu untuk menghalalkannya hubungan antara laki-laki dengan perempuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.

Adapun definisi nikah menurut hukum Islam salah satunya diungkapkan oleh Wahbah az-Zuhaily yaitu: “Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.”

(18)

Ibnu Syubromah mencoba melepaskan diri dari kungkungan teks. Memahami masalah ini dari aspek historis, sosiologis, dan kultural yang ada.

Sehingga dalam menyikapi pernikahan Nabi Saw dengan Aisyah (yang saat itu berusia usia 6 tahun), Ibnu Syubromah menganggap sebagai ketentuan khusus bagi Nabi Muhammad SAW, yang tidak bisa ditiru umatnya.

2. Dalil-dalil menunjukkan bolehnya pernikahan pada usia dini/belia.

Hukumnya boleh (mubah) secara syar‟i dan sah seorang laki-laki dewasa menikahi anak perempuan yang masih kecil (belum haid). Dalil kebolehannya adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah. Dalil Al-Qur`an adalah firman Allah SWT5 Al-Qur‟an yaitu QS At-Thalaq : 4 dan QS. An-Nisa : ayat 3 dan 127

َِْسِئَٝ ِٜئلاىاَٗ بََْدلأا ُدلاُٗأَٗ َِْضِذَٝ ٌَْى ِٜئلاىاَٗ ٍشُْٖشَأ ُخَصلاَص َُُِّٖرَّذِؼَف ٌُْزْجَرْسا ُِِإ ٌُْنِئبَسِّ ٍِِْ ِضِٞذََْىا ٍَِِ

ِه

اًشْسُٝ ِِٓشٍَْأ ٍِِْ َُٔى ْوَؼْجَٝ َ َّاللَّ ِقَّزَٝ ٍََِْٗ ََُِّٖيََْد َِْؼَضَٝ َُْأ َُُِّٖيَجَأ Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

َخَشِئبَػ َِْػ{ ِغْسِر ُذِْْث ََِٜٕٗ َِْٔٞيَػ ْذَيِخْدُأَٗ ، َِِِْٞس ِّذِس ُذِْْث ََِٜٕٗ بََٖجََّٗضَر ٌََّيَسَٗ َِْٔٞيَػ ُ َّاللَّ َّٚيَص َِّٜجَّْىا ََُّأ بًؼْسِر َُٓذِْْػ ْذَضَنٍََٗ َِِِْٞس} َِْٔٞيَػ ٌقَفَّزٍُ “Dari Aisyah ra (menceritakan) bahwasannya Nabi SAW menikahinya pada saat beliau masih anak berumur 6 tahun dan Nabi SAW menggaulinya sebagai istri pada umur 9 tahun dan beliau tinggal bersama pada umur 9 tahun pula” (Muttafaq„alaihi).

(19)

3. Dalil-dalil yang lain adalah

Pertama : Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ِّْىا ٍَِِ ٌُْنَى َةبَط بٍَ اُ٘ذِنّْبَف ٍَٚبَزَْٞىا ِٜف اُ٘طِسْقُر َّلاَأ ٌُْزْفِخ ُِْإَٗ ًحَذِداََ٘ف اُ٘ىِذْؼَر َّلاَأ ٌُْزْفِخ ُِْئَف َعبَثُسَٗ َس َلاُصَٗ َْْٚضٍَ ِءبَس

اُ٘ىُ٘ؼَر َّلاَأ َّْٚدَأ َلِىَر ٌُْنُّبَََْٝأ ْذَنَيٍَ بٍَ َْٗأ aynitrA

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Berkata Imam al-Maziri : “Ayat di atas merupakan dalil mayoritas ulama (bahwa menikah hukumnya sunnah), karena Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pilihan antara menikah atau mengambil budak secara sepakat. Seandainya menikah itu wajib, maka Allah tidaklah memberikan pilhan antara menikah atau mengambil budak.6 Karena menurut ulama ushul fiqh bahwa memberikan pilihan antara yang wajib dan yang tidak wajib, akan menyebabkan hilangnya hakikat wajib itu sendiri, dan akan menyebabkan orang yang meninggalkan kewajiban tidak berdosa. Perintah yang terdapat dalam hadist Abdullah bin Mas‟ud di atas bukan menunjukkan kewajiban, tetapi menunjukan “al-istihbab “(sesuatu yang dianjurkan).

Kedua : Bahwa menikah maslahatnya kembali kepada orang yang melakukannya terutama yang berhubungan dengan pelampiasan syahwat, sehingga dikatakan bahwa perintah di atas sebagai bentuk pengarahan saja.

(20)

4. Dasar Hukum Nikah atau Perkawinan

Sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an sebagai berikut:

َٗ

ِّوُم

ٍء َْٜش

بَْْقَيَخ

َِِْٞجَْٗص

ٌُْنَّيَؼَى

َُُٗشَّمَزَر

Artinya: dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah7

Perkawinan atau Pernikahan adalah sunatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan oleh manusia, hewan,bahkan oleh tumbuh-tumbuhan. Bahwa segala sesuatu di dunia ini terdiri dari dua pasangan. Misalnya, air yang kita minum terdiri dari oksigen dan hydrogen, listrik ada positif dan negative dan lain sebagainya.

Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan oleh syara‟. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT.

ُِْإَٗ

ٌُْزْفِخ

لاَأ

اُ٘طِسْقُر

ِٜف

ٍَٚبَزَْٞىا

اُ٘ذِنّْبَف

بٍَ

َةبَط

ٌُْنَى

ٍَِِ

ِءبَسِّْىا

َْْٚضٍَ

َسلاُصَٗ

َعبَثُسَٗ

ُِْئَف

ٌُْزْفِخ

لاَأ

اُ٘ىِذْؼَر

ًحَذِداََ٘ف

َْٗأ

بٍَ

ْذَنَيٍَ

َْٝأ

ٌُْنُّبََ

َلِىَر

َّْٚدَأ

لاَأ

اُ٘ىُ٘ؼَر

.8

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Firman Allah:

اُ٘ذِنَّْأَٗ

ٍَٚبَٝلأا

ٌُْنٍِْْ

َِِٞذِىبَّصىاَٗ

ٍِِْ

ٌُْمِدبَجِػ

ٌُْنِئبٍَِإَٗ

ُِْإ

اُُّ٘٘نَٝ

َءاَشَقُف

ٌُِِْْٖغُٝ

َُّاللَّ

ٍِِْ

ْضَف

ِِٔي

َُّاللََّٗ

ٌغِساَٗ

ِٞيَػ

ٌٌ

7 ibid 8 ibid

(21)

Artinya:

dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui

ٍَُُِْ٘ ْؤَُْىاَٗ

ُدبٍَِْ ْؤَُْىاَٗ

ُضْؼَث

ٌُْٖ

ُءبَِٞىَْٗأ

ٍضْؼَث

َُُٗشٍُْأَٝ

ِفُٗشْؼََْىبِث

َُ َََْْْٖ٘ٝٗ

َِِػ

ِشَنَُْْْىا

ََُُِ٘ٞقَُٝٗ

َحلاَّصىا

َُُ٘ر ْؤَُٝٗ

َحبَمَّضىا

َُُ٘ؼِٞطَُٝٗ

ََّاللَّ

َُٔىُ٘سَسَٗ

َلِئَىُٗأ

ٌََُُُٖد ْشََٞس

َُّاللَّ

َُِّإ

ََّاللَّ

ٌضِٝضَػ

ٌٌِٞنَد

Artinya:

dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Rasulullah Saw bersabda:

ششؼٍ بٝ : ٌيسٗ ٔٞيػ اللَّ ٚيص اللَّ ه٘سس بْى هبق :هبق ْٔػ اللَّ ٚضس د٘ؼسٍ ِث اللَّ ذجػ ِػ

داٗ شصجيى ضغا ّٔبف طٗضزٞيف حءبجىا ٌَنٍْ عبطزسا ٍِ ةبجشىا

ٔٞيؼف غطزسٝ ٌى ٍِٗ طشفيى ِص

ءبجٗ ٔى ّٔبف ً٘صى بث

Artinya

“ibnu mas’ud r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda kepada kami: Hai para pemuda, apabila diantara kamu mampu untuk kawin, hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata dan kemaluan, dan

(22)

barang siapa tidak mampumaka hendaklah ia berpuasa sebab puasa itu menjadi penjaga baginya ”.(HR. Bukhari-muslim)9

5. Tujuan Pernikahan

Kompilasi hukum islam merumuskan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah yaitu rumah tangga yang tentram, penuh kasih sayang serta bahagia lahir dan batin. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-ruum ayat 21 yang artinya:

ٍَِِْٗ

ِِٔربَٝآ

َُْأ

َقَيَخ

ٌُْنَى

ٍِِْ

ٌُْنِسُفَّْأ

بًجاَٗ ْصَأ

اُُْ٘نْسَزِى

بََْٖٞىِإ

َوَؼَجَٗ

ٌُْنََْْٞث

ًحَّدٍََ٘

ًخََْدَسَٗ

َُِّإ

ِٜف

َلِىَر

ٍدبَٟٝ

ًٍ َْ٘قِى

َُُٗشَّنَفَزَٝ

.10

Artinya:

dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas meliputi segala aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriah maupun batiniah. Sesungguhnya pernikahan itu ikatan yang mulia dan penuh barakah. Allah SWT mensyari‟atkan untuk keselamatan hambanya dan kemanfaatan bagi manusia agar tercapai maksud dan tujuan yang baik.

Zakiyah Darajat dkk (2008) mengemukakan lima tujuan dalam pernikahan yaitu:

9 Kitab al lu’lu wal marjan(mutiara hadist sahih bukhari dan muslim)2012 10 QS. Ar-ruum ayat 21(al qur‟an dan terjemhan)LPAR

(23)

a) Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

b) Memenuhi hajat manusia menyalurkan syhwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya

c) Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan

d) Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab

e) Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.

Pernikahan juga bertujuan untuk menata keluarga sebagai subjek untuk membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama. Fungsi keluarga adalah menjadi pelaksana pendidikan yang paling menentukan. Sebab keluarga merupakan salah satu diantara lembaga pendidikan informal, ibu bapak yang dikenal pertama oleh putra putrinya dengan segala perlakuan yang diterima dan yang dirasakannya, dapat menjadi dasar pertumbuhan pribadi/kepribadian putra putri itu sendiri. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

“Tiada bayi yang dilahirkan melainkan lahir diatas fitrah maka ayah dan ibundanya yang menjadikan ia yahudi nasrani atau majusi”. Sebagai ibadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

a) Untuk „iffah (menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang) b) Memperbanyak umat Nabi Muhammad Saw.

c) Menyempurnakan agama

(24)

e) Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan Allah untuk ayah dan ibu mereka saat masuk surga

f) Menjaga masyarakat dari keburukan, runtuhnya moral, perzinaan dan lain sebagainya

g) Legalitas untuk melakukan hubungan intim, menciptakan tanggung jawab bagi suami dalam memimpin rumah tangga

h) Mempertemukan tali keluarga yang berbeda sehingga memperkokoh lingkaran keluarga

i) Saling mengenal dan menyayangi

j) Menjadikan ketenangan kecintaan dalam jiwa suami dan istri

k) Sebagai pilar untuk membangun rumah tangga islam yang sesuai dengan ajaran-Nya

l) Suatu tanda kebesaran Allah SWT

m) Memperbanyak keturunan umat islam dan menyemarakkan bumi melalui proses pernikahan

n) Unuk mengikuti panggilan iffah dan menjaga pandangan kepada hal-hal yang diharamkan.

6. Hikmah Pernikahan

Sejalan dengan tujuannya pernikahan memiliki sejumlah hikmah bagi orang yang melakukannya. serta menurut Zakiyah Daradjat11, ulama fiqih kontemporer dalam bukunya fiqhus-sunnah mengemukakan sebagai berikut: a) Dapat menyalurkan naluri seksual dengan cara sah dan terpuji

11 (Zakiyah Daradjat 2008)

(25)

b) Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat sehingga dapat menjaga kelestarian hidup umat manusia

c) Naluri keibuan dan kebapakan akan saling melengkapi dalam kehidupan rumah tangga bersama anak-anak

d) Melahirkan organisasi dengan pembagian tugas/tanggung jawab tertentu,serta melatih kemampuan bekerjasama

e) Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturrahmi antar keluarga.

Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif terhadap makna nikah dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah pernikahan. Atas dasar itu, suatu pernikahan boleh dilakukan apabila keduanya baik laki-laki maupun perempuan sudah dianggap mampu dan siap baik dari segi fisik maupun psikis. Maka, ada batasan umur minimal dalam perkawinan.

Undang-undang Perkawinan memberikan batas minimal usia perkawinan. Dalam bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.

Pernikahan yang ideal, untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu

(26)

kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik sera psikis emosional, ekonomi dan sosial.

Apabila pernikahan yang dilakukan pada saat dimana umur dari salah satu atau kedua mempelai masih dibawah umur, maka yang demikian disebut dengan Nikah dini. Adapun patokan umur seseorang dikatakan menikah dini berbeda-beda. Ada yang mengatakan di bawah umur 21 tahun dan adapula yang mengatakan di bawah 17 tahun namun untuk menyamakan persepsi pada penelitian ini, maka nikah dini disini kami artikan sebagai pernikahan yang dilakukan oleh seseorang ketika orang tersebut masih dalam usia pendidikan, yaitu mereka yang sedang mengenyam pendidikan di bangku SMP-SMA atau sekitar dibawah umur 16 tahun bagi perempuan dan dibawah umur 19 tahun bagi laki-laki.

7. Pernikahan Dini menurut Negara

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga.

(27)

Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

8. Pernikahan Dini menurut Islam

Hukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari kelima nilai universal Islam ini, satu diantaranya adalah agama menjaga jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab itu Syekh Ibrahim 12: menuturkan bahwa agar jalur nasab tetap terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama harus melalui pernikahan. Seandainya agama tidak mensyari‟atkan pernikahan, niscaya geneologi (jalur keturunan) akan semakin kabur.

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.

Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali muncul ke permukaan. Hal ini tampak dari betapa dahsyatnya benturan ide yang terjadi antara para sarjana Islam klasik dalam merespons kasus tersebut.

(28)

Pendapat yang dituturkan Ibnu Hajar al ‟Asqalani, Jalaluddin Suyuthi, pernikahan dini (pernikahan sebelum usia baligh). Menurutnya, nilai esensial pernikahan adalah memenuhi kebutuhan biologis, dan melanggengkan

keturunan. 13Sementara dua hal ini tidak terdapat pada anak yang belum baligh. Ia lebih menekankan pada tujuan pokok pernikahan. Sebaliknya, mayoritas pakar hukum Islam melegalkan pernikahan dini. Pemahaman ini merupakan hasil interpretasi dari QS. al Thalaq: 4 yang berbunyi:

َٗ

ٱ

َّى ِ

ـ

ٜ

ِئَٝ

س

َِ

ٍَِِ

ٱ

ى

ِضِٞذََ

ٍِِ

بَسِّّ

ٌُنِئ

ُِِإ

ٱ

س

جَر

ٌُز

َُُِّٖرَّذِؼَف

َيَص

ُخَض

شَأ

شُٖ

َٗ

ٱ

َّى ِ

ـ

ٜ

ٌَى

ضِذَٝ

َِ

َىُْٗأَٗ

ُذ

ٱ

َ لأ

د

ِهبََ

َُُِّٖيَجَأ

َُأ

ؼَضَٝ

َِ

ََد

ََُِّٖي

ٍََِٗ

ِقَّزَٝ

ٱ

ََّللّ

جَٝ

وَؼ

َُّٔى

ۥ

ٍِِ

ٍَأ

ِِٓش

ۦ

سُٝ

ش

ا

٤

14

Artinya:

“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan – perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”

Disamping itu, sejarah telah mencatat bahwa Aisyah dinikahi Baginda Nabi dalam usia sangat muda. Begitu pula pernikahan dini merupakan hal yang lumrah di kalangan sahabat. Bahkan sebagian ulama menyatakan pembolehan nikah dibawah umur sudah menjadi konsensus pakar hukum Islam. Wacana yang diluncurkan Ibnu Syubromah dinilai lemah dari sisi kualitas dan kuantitas, sehingga gagasan ini tidak dianggap. Konstruksi hukum yang di bangun Ibnu

13 Jalaluddin Suyuthi, Jami‟ al Shaghir hlm.210 Darul Kutub Ilmiah, Beirut.

(29)

Hajar sangat rapuh dan mudah terpatahkan. Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Hemat penulis, pernikahan dini merupakan upaya untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Daripada terjerumus dalam pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada yang siap untuk bertanggungjawab dan hal itu legal dalam pandangan syara‟ .

9. Perceraian

Perceraian atau talak yang dikenal juga dengan istilah gugat cerai adalah pemutusan hubungan suami-istri dari hubungan pernikahan atau perkawinan yang sah menurut syariah Islam dan/atau sah menurut syariah dan negara. Perceraian adalah hal yang menyedihkan dan memiliki implikasi sosial yang tidak kecil terutama bagi pasangan yang sudah memiliki keturunan. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia dihindari. Namun Islam memberi jalan keluar apabila ia dapat menjadi jalan atau solusi terbaik bagi keduanya.

Dalam syariah cerai atau talak adalah melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya.

(30)

10. Dalil Dasar Hukum Perceraian Talak

ٱ

َيَّطى

ُق

ُِبَرَّشٍَ

ٍِئَف

ُكبَس

ؼََِث

ٍفُٗش

َٗأ

سَر

ُخِٝش

دِئِث

َس

ِ

َلاَٗ

وِذَٝ

ٌُنَى

َُأ

أَر

ْاُٗزُخ

بٍََِّ

َراَء

ٞ

ََُُُِّٕ٘ز

َٜش

ا

َّلاِإ

َُأ

بَفبَخَٝ

َّلاَأ

بََِٞقُٝ

َدُٗذُد

ٱ

َِّللّ

ُِئَف

فِخ

ٌُز

َّلاَأ

بََِٞقُٝ

َدُٗذُد

ٱ

َِّللّ

َلاَف

َحبَُْج

َٞيَػ

بََِٖ

بََِٞف

ٱ

ف

دَذَز

ِِٔث ۦ

يِر

َل

ُدُٗذُد

ٱ

َِّللّ

َلاَف

ؼَر

بَُٕٗذَز

ٍََِٗ

َّذَؼَزَٝ

َدُٗذُد

ٱ

َِّللّ

َىُْٗأَف

َلِئ

ٌُُٕ

ٱ

َّظى

ََُُِ٘ي

٢٢٢

15 Artinya:

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.

َٝ

بَٖ َٝأ

ٱ

ِٜجَّْى

اَرِإ

قَّيَط

ٌُُز

ٱ

بَسِّْى

َء

َُُِّٕ٘قِّيَطَف

َِِِّٖرَّذِؼِى

دَأَٗ

ْاُ٘ص

ٱ

ى

َحَّذِؼ

َٗ

ٱ

ْاُ٘قَّر

ٱ

ََّللّ

ٌُنَّثَس

َلا

خُر

َُُِّٕ٘جِش

ٍِِ

َِِِّٖرُُ٘ٞث

َلاَٗ

خَٝ

جُش

َِ

َّلاِإ

َُأ

أَٝ

َِِٞر

َفِث

خَشِذ

خََِّْٞج ٍ

يِرَٗ

َل

ُدُٗذُد

ٱ

َِّللّ

ٍََِٗ

َّذَؼَزَٝ

َدُٗذُد

ٱ

َِّللّ

ذَقَف

ٌََيَظ

فَّ

َُٔس

ۥ

َلا

ذَر

ِٛس

َّوَؼَى

ٱ

ََّللّ

ذُٝ

ُسِذ

ؼَث

َذ

َر

َلِى

ٍَأ

ش

ا

١

اَرِئَف

غَيَث

َِ

ََُِّٖيَجَأ

ٍَأَف

َُُِّٕ٘نِس

ؼََِث

ٍفُٗش

َٗأ

َُُِّٕ٘قِسبَف

ؼََِث

فُٗش

شَأَٗ

ْاُٗذِٖ

ََٛٗر

ذَػ

ه

ٌُنٍِّْ

ْاَُِ٘ٞقَأَٗ

ٱ

ََّٖشى

َحَذ

َِّ ِللّ

َر

ٌُنِى

ُعَػُ٘ٝ

ِِٔثۦ

ٍَِ

َُبَم

ؤُٝ

ٍُِِ

ِثٱ

َِّللّ

َٗ

ٱ ى

َ٘ٞ

ًِ

ٱ

لأ

ِشِخ

ٍََِٗ

ِقَّزَٝ

ٱ

ََّللّ

جَٝ

وَؼ

َُّٔى

ۥ

خٍَ

جَش

ب

٢

شََٝٗ

قُص

ُٔ

ٍِِ

َٞد

ُش

َلا

ذَٝ

ُتِسَز

ٍََِٗ

ََ٘زَٝ

وَّم

َٚيَػ

ٱ

َِّللّ

ََُٖ٘ف

سَد

ُُٔج

ۥ

َُِّإ

ٱ

ََّللّ

َث

ُغِي

ٍَأ

ِِٓش

ۦ

ذَق

َوَؼَج

ٱ

َُّللّ

ِّوُنِى

َٜش

ء

ذَق

س

ا

٣

َٗ

ٱ

َّى ِ

ـ

ٜ

سِئَٝ

َِ

ٍَِِ

ٱ

ى

ِضِٞذََ

ٍِِ

بَسِّّ

ٌُنِئ

ُِِإ

ٱ

س

جَر

ٌُز

َُُِّٖرَّذِؼَف

َيَص

ُخَض

شَأ

شُٖ

َٗ

ٱ

َّى ِ

ـ

ٜ

ٌَى

ضِذَٝ

َِ

ُأَٗ

َىْٗ

ُذ

ٱ

َ لأ

د

ِهبََ

َُُِّٖيَجَأ

َُأ

ؼَضَٝ

َِ

ََد

ََُِّٖي

ٍََِٗ

ِقَّزَٝ

ٱ

ََّللّ

جَٝ

وَؼ

َُّٔى

ۥ

ٍِِ

ٍَأ

ِِٓش

ۦ

سُٝ

ش

ا

٤

َر

َلِى

ٍَأ

ُش

ٱ

َِّللّ

َُٔىَضَّأ

ۥ

َٞىِإ

ٌُن

ٍََِٗ

ِقَّزَٝ

ٱ

ََّللّ

شِّفَنُٝ

َْػ

ُٔ

َِّٜس

َٔ ٔ

ِِٔرا

ۦ

ؼَُٝٗ

ٌِظ

َُٔى

ۥ

جَأ

اًش

٥

سَأ

ِن

َُُِّْٕ٘

ٍِِ

َٞد

ُش

ٌُزَْنَس

ٍِِّ

جُٗ

ٌُمِذ

َلاَٗ

بَضُر

َُِّٕٗ س

ْاُ٘قَِّٞضُزِى

َٞيَػ

َِِّٖ

ُِإَٗ

َُِّم

َىُْٗأ

ِذ

ََد

و

ْاُ٘قِفَّأَف

َٞيَػ

َِِّٖ

َّٚزَد

ؼَضَٝ

َِ

ََد

ََُِّٖي

ُِئَف

سَأ

ؼَض

َِ

ٌُنَى

َف

َٔ ٔ

َُُِّٕ٘را

ََُِّٕسُ٘جُأ

أَٗ

ْاُٗشََِر

َٞث

ٌُنَْ

ؼََِث

فُٗش

ُِإَٗ

شَسبَؼَر

ٌُر

شُزَسَف

ُغِض

َُٔى

ۥ

خُأ

َٙش

٦

قِفُِْٞى

ُٗر

15 QS Al-Baqarah 2:229

(31)

خَؼَس

ٍِِّ

ِِٔزَؼَس

ۦ

ٍََِٗ

َسِذُق

َٞيَػ

ِٔ

صِس

ُُٔق

ۥ

يَف

قِفُْٞ

بٍََِّ

ىَراَء

ُٔ

ٱ

َُّللّ

َلا

ُفِّيَنُٝ

ٱ

َُّللّ

فَّ

بًس

َّلاِإ

بٍَ

ىَراَء

بَٖ

جََٞس

ُوَؼ

ٱ

َُّللّ

ؼَث

َذ

سُػ

ش

سُٝ

ش

ا

٧

16

Artinya:

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.”(ayat 1)

“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”(ayat 2)

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(ayat 3)

“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (ayat 4)

“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (ayat 5) “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

(32)

menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”(ayat 6)

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”(ayat 17)

11. Shighat (Ucapan) Cerai Talak

Ditinjau dari segi shighat, lafadz, ucapan cerai talak dari seorang suami pada istri, talak ada dua macam yaitu talak sharih (langsung, jelas, eksplisit) dan talak kinayah (tidak langsung, sindiran, implisit). Kedua shighat talak ini memiliki hukum tersendiri dalam soal terjadinya talak atau tidak.

12. Talak Sharih (Langsung)

Talak sharih adalah ucapan talak secara jelas dan eksplist yang apabila diucapan pada istri maka jatuhlah talak/perceraian walaupun suami tidak berniat untuk cerai. Lafadz talak sharih ada 3 (tiga) yaitu:

a) Talak atau cerai. Seperti kata suami pada istri: "Aku menceraikanmu." atau "Kamu dicerai", dsb.

b) Pisah (mufaraqah) c) Sarah (pisah)

13. Talak Kinayah (Tidak Langsung, Implisit)

17 QS At-Talaq 65:1-7

(33)

Yaitu kata yang mengandung nuansa atau makna perceraian tapi tidak secara langsung. Seperti kata suami pada istri "Pulanglah pada orang tuamu!" Termasuk talak kinayah adalah talak sharih tapi dibuat secara tertulis atau melalui SMS (short text message).

a. Hukum Cerai/Talak

Hukum talak/perceraian itu beragam: bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah.

b. Talak Itu Wajib Apabila:

1) Jika suami isteri tidak dapat didamaikan lagi.

2) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumah tangga mereka.

3) Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik. Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami. c. Perceraian Itu Haram apabila:

1) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas. 2) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi.

3) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya dari pada menuntut harta pusakanya.

4) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih.

d. Perceraian Itu Hukumnya Sunnah Apabila:

1) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya. 2) Isterinya tidak menjaga martabat dirinya.

(34)

e. Cerai Hukumnya Makruh Apabila

Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agama.

f. Cerai Hukumnya Mubah Apabila

Suami lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau telah putus haidnya.

14. Rukun Talak bagi Suami

1) Berakal sehat 2) Baligh

3) Dengan kemauan sendiri

a. Rukun Talak bagi Isteri

1) Akad nikah sah

2) Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya

b. Lafadz/teks talak

1) Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya 2) Dengan sengaja dan bukan paksaaan

15. Cerai Talak Oleh Suami

Yaitu perceraian yang dilakukan oleh suami kepada istri. Ini adalah perceraian/talak yang paling umum. Status perceraian tipe ini terjadi tanpa harus menunggu keputusan pengadilan. Begitu suami mengatakan kata-kata talak pada istrinya, maka talak itu sudah jatuh dan terjadi. Keputusan Pengadilan Agama hanyalah formalitas.

Talak atau gugat cerai yang dilakukan oleh suami terdiri dari 4 (empat) macam sebagai berikut.

(35)

a) Talak raj‟i

Yaitu perceraian di mana suami mengucapkan (melafazkan) talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh rujuk kembali ke isterinya ketika masih dalam iddah. Jika waktu iddah telah habis, maka suami tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru.

b) Talak bain

Yaitu perceraian di mana suami mengucapkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya menikah dengan lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah habis iddah dengan suami barunya.

c) Talak sunni

Yaitu perceraian di mana suami mengucapkan cerai talak kepada isterinya yang masih suci dan belum disetubuhinya ketika dalam keadaan suci.

d) Talak bid‟i

Suami mengucapkan talak kepada isterinya ketika dalam keadaan haid atau ketika suci tapi sudah disetubuhi (berhubungan intim).

e) Talak taklik

Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya secara bersyarat dengan sesuatu sebab atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah penceraian atau talak.

B. Kerangka Pikir

Bagan ini menjelaskan bahwa skema kerangka pikir dalam penelitian ini, sebagai berikut:

(36)

C. Hipotesis Penelitian

1. Diduga ada pengaruh faktor-faktor yang memengaruhi pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten Maros

2. Diduga ada pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian di Kabupaten Maros.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur variabel-variabel yang di teliti. Adapun definisi operasional yng digunakan adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Remaja

Variabel Pengaruh Tingkat Perceraian Pernikahan Dini 1. Karakteristik remaja

2. Pembentukan identitas remaja

Pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian

Faktor-faktor terjadinya pernikahan dini: 1. Tingkat ekonomi keluarga 2. Pendidikan orangtua 3. Sosial-Budaya 4. Perintah Agama

(37)

Variabel Operasional Indikator Jenis Data

Usia Lamanya responden hidup

di dunia hingga memutuskan untuk menikah dini yang diukur dalam satuan tahun dan dikategorikan berdasarkan pembagian masa remaja.

- Tinggi : Usia 11-15 tahun - Sedang : Usia 16-18 tahun

- Rendah : Usia 18-22 tahun

Ordinal

Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden Tinggi: SMA/SMK/Sederajat Sedang: SMP/MTS/Sederajat Rendah:

Tidak sekolah, SD/MI/ Sederajat

Ordinal

Tingkat kemandirian

Kemampuan responden

untuk tidak tergantung pada orangtua

- Tinggi - Rendah

(Skor diukur dari total skor peryataan terkait karakteristik remaja. Penentuan tinggi rendah ditentukan berdasarkan data emik)

Interval

2. Faktor-faktor Pernikahan Dini

Variabel Operasional Indikator Jenis data

Tingkat ekonomi keluarga Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga - Tinggi - Rendah

(Skor diukur dari total skor peryataan terkait karakteristik

remaja. Penentuan tinggi

rendah ditentukan berdasarkan data emik)

Interval

Pendidikan orangtua

Ajaran dan nilai-nilai yang disampaikan orangtua kepada responden yang mempengaruhi

responden menikah dini

- Tinggi - Rendah

(Diukur dari jumlah skor total pernyataan terkait karakteristik

remaja. Penentuan tinggi

rendah ditentukan berdasarkan data emik)

Interval

Perintah Agama Aturan dan nilai-nilai di dalam Agama

- Tinggi - Rendah

(Diukur dari jumlah skor total pernyataan terkait karakteristik

remaja. Penentuan tinggi

rendah ditentukan berdasarkan

(38)

data emik)

Sosial Budaya Aturan dan nilai-nilai

yang berkembang di

dalam masyarakat.

- Tinggi - Rendah

(Diukur dari jumlah skor total pernyataan terkait karakteristik

remaja. Penentuan tinggi

rendah ditentukan berdasarkan data emik)

Interval

3. Pembentukan Identitas Sosial

Variabel Operasional Indikator Jenis data

Atribusi personal (konsep diri)

Tingkat afek responden terhadap dirinya sendiri

- Tinggi

- Rendah

(Skor diukur dari total skor peryataan terkait

karakteristik remaja. Penentuan tinggi rendah ditentukan berdasarkan data emik)

Interval

Keanggotaan kelompok

Tingkat afek responden

sebagai bagian dari

kategori sosial

masyarakat Kabupaten Maros

Tinggi:

responden menganggap

dirinya sebagai bagian dari kategori sosial masyarakat Kabupaten Maros

Rendah:

responden menganggap

dirinya bukan dari kategori

sosial masyarakat di

Kabupaten Maros.

(Skor diukur dari total skor peryataan terkait

karakteristik remaja. Penentuan tinggi rendah ditentukan berdasarkan data emik)

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk memecahkan permasalahan yang muncul, sehingga langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian harus sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian dipakai sebagai acuan tentang rencana dan prosedur bagaimana penelitian itu dilaksanakan.

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat sumber data yang dianggap sebagai suatu populasi sehingga bisa diambil sampelnya sebagai subyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan pada Kabupaten Maros.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi atau Universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Arikunto, suharsimi. 1991). Dalam suatu survey tidak perlu untuk meneliti semua individu di dalam suatu populasi karena akan memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar.

2. sampel

Sampel adalah bagian kecil dari suatu populasi. Agar sampel yang diambil representatif atau mewakili populasi maka pengambilan sampelnya harus tepat18. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (Simple

(40)

Random Sampling) terhadap masyarakat yang masuk pada kategori nikah dini

sebanyak 50 orang.

C. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh pernikahan dini terhadap tingkat perceraian dilaksanakan dari 10 Juli sampai 10 Agustus 2015.

D. Jenis Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari obyek yang diteliti.

penelitian deskriptif bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat atau karakteristik dari suatu keadaan. Dalam hal waktu, penelitian deskriptif menjangkau waktu sekarang atau setidaknya waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.

Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah pendekatan study kasus. penelitian studi kasus adalah penelitian tentang kasus subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

E. Jenis Data

Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Informasi yang diperoleh memberikan keterangan,

(41)

gambaran, atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori, huruf, atau bilangan. Fakta membuktikan bahwa suatu penelitian akan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan bila ditunjang dengan data yang representatif.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang bersifat

kuantitatif (merupakan data yang berbentuk angka) dan kualitatif (yaitu data

yang sifatnya hanya menggolongkan saja) serta terdiri atas : 1. Data Primer

Merupakan data yang langsung dari responden dalam penelitian ini, yang berasal dari kuesioner dan wawancara langsung masyarakat yang masuk pada objek penelitian

2. Data Sekunder

Merupakan data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu oleh pihak-pihak selain peneliti. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap ataupun untuk diproses lebih lanjut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Library Research

Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari kepustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori dari ahli terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang ada.

(42)

2. Field Research

Penelitian dilakukan dengan meninjau dan mengamati secara langsung obyek penelitian, dengan menggunakan metode sebagai berikut :

a) Metode Observasi

Pengamatan langsung untuk memperoleh data tentang perilaku, proses pelayanan kepada pelanggan, dan hal-hal lain dari obyek pada saat penelitian berlangsung.

b) Metode Wawancara

Mengadakan tanya jawab langsung kepada responden dan obyek penelitian. c) Metode Kuesioner

Memberi daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan kepada responden untuk diisi oleh responden.

G. Teknik Penarikan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan “Sampel Acak Sederhana” (Simple Random Sampling) yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah convinience

sampling dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja dari

responden yang mereka temui untuk diteliti. Sampel diambil secara acak terhadap masyarakat maros yang rata-rata masuk golongan nikah dini

(43)

Cara untuk menentukan sampel menurut Slovin dalam (Husein Umar;78) 19adalah sebagai berikut :

N n = 1 + N e 2 dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

E = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, misal 10 %

Jadi jika populasi jumlah seluruh masyarakat sejumlah 4700 orang, maka jumlah sampel yang perlu diambil, agar penelitian dengan menggunakan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) adalah :

( )

9166 orang

Jadi sampel untuk kuesioner digolongkan representatif mewakili populasi 4700 menjadi 50 kuesioner, namun untuk menjaga kevalidan atas jawaban kuesioner maka peneliti memberi toleransi sampai 50 responden.

(44)

H. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dengan klasifikasi tertentu dan dapat pula diartikan sebagai segala sesuatu yang akan dijadikan obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :

1) Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah pernikahan dini. 2) Variabel Terikat(Dependent Variable)

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah tingkat penceraian

I. Metode Analisis / Analisis Rata Rata

Singarimbun (1989 ) mengungkapkan bahwa Analisis Regresi Berganda adalah analisis untuk mengetahui intensitas hubungan dua variabel yaitu X (Independen) dan Y (Dependen),20 jadi bila dihubungkan dengan penelitian ini maka analisis regresi berganda adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel kualitas layanan yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Rumus Analisis Regresi Berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b 2 X2

Dimana : Y = pernikahan dini X = tingkat perceraian

20 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, Cetakan Cetakan pertama, Penerbit PT. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta

Gambar

Gambar 1. Foto Terminal Bandar Udara Hasanuddin pada Malam Hari
Gambar 2. Foto Kawasan Badan Riset Kelautan dan Perikanan di Maros  Militer, yaitu wilayah Kabupaten Maros merupakan wilayah yang  dijadikan sebagai Pusat Pelatihan dan Pendidikan TNI-AD, yaitu dengan  adanya kawasan pelatihan dan pendidikan Kostrad TNI-AD
Gambar  3.  Foto  Gerbang  Pangkalan  Angkatan  Udara  Sultan  Hasanuddin  di  Mandai
Tabel 4.1Komposisi Usia Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

Data yang masuk akan diterjemahkan pada aplikasi Android dan menampilkan letaknya dalam Google Maps sehingga aplikasi dapat menentukan radius batas aman dari

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu obyek penelitian (Pada umumnya, obyek penelitian terdahulu adalah karyawan

Dengan demikian, kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga sederhana memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

bahwa banyaknya zeolit yang ditambahkan berpengaruh terhadap luas permukaan adsorben yang dihasilkan, hal ini menunjukkan bahwa proses sintesis adsorben dari arang

It was observed through the number of CD4 + T cells were significantly different compared with the positive control (infected pregnant mice without

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK HERRINGBONE D ALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN PAD A SISWA KELAS XI SMA SAND HY PUTRA TAHUN AJARAN 2015/2016.. Universitas Pendidikan Indonesia

Atas dasar cutoff bank statement, auditor dapat membuat rekonsiliasi bank untuk membuktikan ketelitian catatan kas klien dan membuktikan status setoran dalam perjalanan dan cek

The research aimed to determine the diversity of endophytic fungi in soybean with different resistance to Sclerotium rolfsii and find out their potential antagonist