• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Cross Rezim Hak Cipta dan Desain Industri di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Cross Rezim Hak Cipta dan Desain Industri di Indonesia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak lahir di dunia sampai meninggal dunia, manusia selalu bergaul dengan manusia–manusia lain dalam suatu wadah yang bernama masyarakat.1Manusia dalam realitasnya adalah makhluk hidup yang memperlihatkan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya, baik sebagai manusia individual maupun sebagai anggota masyarakat dalam kebersamaannya dengan manusia-manusia individual lainnya.Hal ini terlihat jelas dalam pola kehidupan manusia sehari-hari yang dimulai dari tengah-tengah keluarga (hubungan ayah, ibu dan anak-anak), dalam menjalankan pekerjaan (hubungan kerja) maupun dalam hubungan kemasyarakatan.

Kenyataan ini menegaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Hal ini sejalan dengan pendapat seorang ahli pikir Yunani yaitu Aristoteles yang menyatakan manusia itu adalah Zoon Politicon, yang dijelaskan lebih lanjut oleh Hans Kelsen

“man is a social and political being”artinya manusia itu adalah makhluk sosial yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya dalam masyarakat, dan makhluk yang terbawa oleh kodrat sebagai makhluk sosial itu selalu berorganisasi.2 Oleh karenanya setiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan

1A. Halim Tosa,Pengantar Ilmu Hukum Indonesia,Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 1996, Hal. 25

(2)

yang lain dimana tiap hubungan tentu menimbulkan hak dan kewajiban. Hubungan antara manusia disebut hubungan sosial (social relation) atau relasi sosial, dimana masing-masing pihak/subjek ada interaksi dan menyadari kehadiran satu sama lain.

Selain itu masing-masing individu tentu mempunyai hubungan kepentingan. Kepentingan ini berbeda-beda bahkan tidak jarang saling berhadapan atau berlawanan.Kebutuhan atau kepentingan dalam komunitas manusia didorong adanya naluriself preservasi, yaitu untuk melakukan berbagai usaha untuk menghindari atau melawan dan mengatasi bahaya-bahaya yang mengancam kehidupan manusia dalam mempertahankan eksistensinya.3

Kepentingan-kepentingan itu merupakan kepentingan pribadi dan kepentingan antar pribadi. Kepentingan-kepentingan pribadi dapat diupayakan pemenuhannya masing-masing tanpa saling bertemu atau pun berbenturan namun kadang-kadang kepentingan antar pribadi dapat bertemu dan berbenturan satu sama lain.4

Mengingat akan banyaknya kepentingan, terlebih kepentingan antar pribadi tidak mustahil terjadi konflik antara sesama manusia, dikarenakan kepentingannya saling bertentangan. Konflik kepentingan ini terjadi apabila dalam melaksanakan kepentingannya merugikan kepentingan orang lain. Agar kepentingannya tidak terganggu dan merasa aman untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya, maka setiap bentuk gangguan terhadap kepentingan harus dicegah karena akanmengganggu

3Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan-Pola Kemitraan dan Badan Hukum, PT. Refika Aditama, Bandung, 2006, Hal. 12

(3)

keseimbangan tatanan masyarakat. Manusia selalu berusaha agar tatanan masyarakat dalam keadaan seimbang, karena tatanan yang seimbang menciptakan suasana tertib, damai dan aman, yang merupakan jaminan kelangsungan hidupnya.5

Ketertiban yang didukung oleh adanya tatanan ini terdiri dari tatanan yang mempunyai sifat-sifat yang berlainan. Sifat yang berbeda-beda ini disebabkan oleh karena norma-norma yang mendukung masing-masing tatanan ini mempunyai sifat yang tidak sama. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang teratur setiap manusia sebagai anggota masyarakat harus memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang ada dan hidup dalam masyarakatnya.6 Di sinilah hukum memegang peranan yang penting karena dinamika kehidupan bermasyarakat selalu menuntut cara berperilaku yang patut dalam interaksi antara yang satu dengan yang lain untuk mencapai ketertiban.

Upaya menemukan pengertian yang tidak lain merupakan esensi dari istilah hukum itu sendiri, sebagai gejala universal sesuai dengan hakikat kodrat manusia, dengan digunakannya istilah yang berbeda-beda di antara bangsa-bangsa telah atau akan menjadi permasalahan yang cukup fundamental. Istilah hukum yang dalam kamus bahasa disinonimkan dengan “law”, “recht” dan sebagainya.Ditinjau dari sudut budaya sebagai hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia dalam hidup bermasyarakat tidaklah begitu saja disamaratakan pengertian yang dikandungnya. Sebagai cermin budaya suatu bangsa atau masyarakat, hukum merupakan pandangan

(4)

filsafat, ideologi negara dan sekaligus nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dan diketahui nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat atau bangsa demikian pula filsafat dan ideologinya dibentuk dengan ramuan geografi, demografi, kekayaan alam, sejarah, dan pengalaman hidup yang berbeda-beda sehingga hal ini akan menjadi penghalang bagi seseorang pengamat maupun peneliti untuk mengemukakan pengertian yang universal.7

Hukum mengandung pengertian yang luas. Kata hukum digunakan banyak orang dalam cara yang sangat umum, sehingga mencakup seluruh pengalaman hukum, betapapun bervariasinya atau dalam konteksnya yang sederhana. Namun dari sudut pandang yang paling umum sekalipun, hukum mencakup banyak aktivitas dan ragam aspek kehidupan manusia.Penggunaannya merefleksikan terjadinya keragaman “permainan bahasa” (language game) sebagaimana dijelaskan dalam konsep

Wittgensteiniandengan menempatkan penggunaan kata-kata dalam konteks interaksi manusia dan kehidupan sosial secara umum. Jangkauan permainan bahasa semacam ini, misalnya dari seorang anak kecil yang bertanya kepada bapaknya, mengapa ia berhenti di lampu lalu lintas? Dikatakan bahwa, demikianlah “hukumnya” hingga dimainkan dalam ruangan legislatif, kantor polisi, kantor-kantor jaksa, pengadilan dan ruang-ruang seminar.8

7 M. Soebagio, dan Slamet Supriatna, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Akademika Presindo, Jakarta, 1970, Hal. 24

8 H.R. Otje Salman - Anton F. Susanto,,Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan dan

(5)

Menurut Cicero (106-43 SM), yang pendapatnya dikutip oleh Shidarta menyatakan bahwa dimana ada masyarakat, disana pasti ada hukum (ubi societas ibi ius). Artinya, hukum sendiri sudah lahir dengan sendirinya di dalam masyarakat dan untuk itu secara sadar atau tidak sadar selalu ada figur-figur tertentu yang memainkan peranan sebagai bentuk dan penerap hukum itu.9Jadi hukum adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari dan dalam pergaulan hidup manusia.Timbulnya berdasarkan rasa kesadaran manusia itu sendiri, sebagai gejala-gejala sosial yang merupakan hasil dari pengukuran baik tentang tingkah laku manusia di dalam pergaulan hidupnya.10

Dari sudut etimologi, kata hukum berasal dari Bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal.Kata jamaknya adalah Alkas, yang selanjutnya diambil alih dalam Bahasa Indonesia menjadiHukum.Di dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat melakukan paksaan.Recht berasal dari

Rectum, Bahasa Latin, yang mempunyai arti bimbingan atau tuntutan atau pemerintahan. Bertalian dengan Rectum dikenal kata Rexyaitu orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau memerintah.Rexjuga dapat diartikan Raja, yang mempunyai Regimen yang artinya kerajaan. Kata Rectum dapat dihubungkan juga dengan kata Directum, yang artinya orang yang mempunyai pekerjaan membimbing atau mengarahkan.KataRechtatau bimbingan atau pemerintahan selalu

9 Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, Refika Aditama, Bandung, 2006, Hal. 11

(6)

didukung oleh kewibawaan. Seorang yang membimbing, memerintah harus mempunyai kewibawaan. Kewibawaan mempunyai hubungan yang erat dengan ketaatan, sehingga orang yang mempunyai kewibawaan akan ditaati oleh orang lain. Dengan demikian perkataan recht mengandung pengertian kewibawaan dan hukum atau recht itu ditaati orang yang secara sukarela. Dari kata recht tersebut timbul juga istilahGerechtigdheid, ini adalah Bahasa Belanda atau Gerechtigkeit, dalam Bahasa Jerman berarti keadilan, sehingga hukum juga mempunyai hubungan erat dengan keeadilan. Jadi dengan demikianrecht dapat diartikan hukum yang mempunyai dua unsur penting yaitu Kewibawaan dan Keadilan.Kata Ius (Latin) berarti hukum, berasal dari Bahasa Latin Lubere artinya mengatur atau memerintah.Perkataan mengatur dan memerintah itu mengandung dan berpangkal pokok pada kewibawaan. Selanjutnya, istilah Ius bertalian erat dengan Lusitia atau keadilan.Pada zaman dulu bagi orang Yunani,Lusitiaadalah dewi keadilan yang dilambangkan sebagai seorang wanita dengan kedua matanya tertutup dengan tangan kirinya memegang neraca dan tangan kanan memegang sebuah pedang. Jadi, dari segi etimologi dapat disimpulkan bahwa Ius yang berarti hukum bertalian erat dengan keadilan (lusitia) yang mempunyai tiga unsur: wibawa, keadilan dan tata kedamaian. Kata Lex berasal dari Bahasa Latin dan berasal dari kata Lesere, artinya mengumpulkan ialah mengumpulkan orang-orang untuk diberi perintah.Jadi di sini terkandung pula adanya hukum ialah wibawa atau otoritas, sehingga kataLex yang berarti hukum sangat erat hubungannya dengan perintah dan wibawa.11

(7)

Berdasarkan uraian di atas dan sehubungan dengan arti kata hukum, maka dapat disimpulkan bahwa:12

a. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan keadilan. b. Pengertian hukum itu bertalian dengan kewibawaan.

c. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan ketaatan/orde yang selanjutnya menimbulkan kedamaian.

d. Pengertian hukum itu bertalian erat dengan peraturan dalam arti peraturan yang berisi norma.

S.K. Amin, dalam bukunya “Bertamasya Ke Alam Hukum”, memberikan pengertian bahwa, Hukum ialah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi dan bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.13

Dari uraian di atas, nampak dengan jelas bahwa betapa eratnya hubungan antara hukum dan masyarakat.Secara umum hukum dapat diberi defenisi sebagai himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh orang yang berwenang, dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi mereka yang melanggarnya.14

Lebih lanjut dalam perkembangannya, ditawarkan sebuah konsep pemikiran bahwa, hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada

(8)

kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia.Pernyataan tersebut mengandung paham mengenai hukum, baik konsep, fungsi serta tujuannya.Hal tersebut sekaligus merupakan ideal hukum yang menuntut untuk diwujudkan. Sebagai konsekuensinya, hukum merupakan suatu proses yang secara terus-menerus membangun dirinya menuju ideal tersebut. Hukum adalah institusi yang secara terus-menerus membangun dan mengubah dirinya menuju kepada tingkat kesempurnaan yang lebh baik.Kualitas kesempurnaannya dapat diverifikasikan ke dalam faktor-faktor keadilan, kesejahteraan, kepedulian kepada rakyat dan lain-lain. Inilah hakekat “hukum yang selalu dalam proses menjadi” (law as a process, law in the making). Hukum tidak ada untuk hukum itu sendiri, tetapi untuk manusia.15

Begitu luasnya cakupan tentang hukum sehingga ada banyak pendapat dari para ahli dan pakar yang berusaha mendefenisikannya. Keberadaan hukum sebagai aturan, norma dalam mengatur tingkah-laku serta kepentingan para pihak dalam masyarakat sangat luas. Hukum diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya untuk mengatur hak diantara para pihak.Ada banyak hak yang timbul atau muncul dalam dunia ini, salah satu diantaranya adalah Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI).

Globalisasi yang sangat identik dengan free market, free competition dan

transparancymemberikan dampak yang cukup besar terhadap perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) di Indonesia. Selama ini berbagai usaha untuk

(9)

menyosialisasikan penghargaan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) telah dilakukan secara bersama-sama oleh aparat pemerintah terkait beserta lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.Akan tetapi sejauh ini upaya sosialisasi tersebut tampaknya belum cukup berhasil.

Ada beberapa alasan yang mendasarinya.Pertama, konsep dan perlunya HaKI belum dipahami secara benar di kalangan masyarakat.Kedua, kurang optimalnya upaya penegakan hukum, baik oleh pemilik HaKI itu sendiri maupun aparat penegak hukum.Ketiga, tidak adanya kesamaan pandangan dan pengertian mengenai pentingnya perlindungan dan penegakan HaKI dikalangan pemilik HaKI dan aparat penegak hukum, baik itu aparat Kepolisian, Kejaksaan maupun Hakim.Dalam praktik pergaulan internasional, Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) telah menjadi salah satu isu penting yang selalu diperhatikan oleh kalangan Negara-negara maju di dalam melakukan hubungan perdagangan dan/atau hubungan ekonomi lainnya.

(10)

memperbanyak dan/atau mengumumkan hasil karya intelektualnya tersebut. Dengan kata lain, HaKI memberikan hak monopoli kepada pemilik hak dengan tetap menjunjung tinggibatasan-batasan yang mungkin diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari istilah Hak atas Kekayaan Intelektual (untuk selanjutnya disebut dengan HaKI), ada 3 (tiga) kata kunci dari istilah tersebut yaitu: Hak, Kekayaan dan Intelektual. Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang) atau wewenang menurut hukum.Kekayaan adalah perihal yang bersifat ciri, kaya, harta yang menjadi milik orang.Intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan atau yang mempunyai kecerdasan tinggi, cendikiawan atau totalitas pengertian atau kesadaran terutama yang menyangkut pemikiran atau pemahaman.Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh produk baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis.

(11)

1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah Paten, Merek Dagang dan Desain. KemudianBerne Convention1886untuk masalahcopyrightatau hak cipta.

Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut adalah standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernamaThe United International Bureau for The Protection of Intelectual Property

yang kemudian dikenal dengan namaWorld Intellectual Property Organization

(WIPO). WIPO kemudian menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang menangani masalah HaKI anggota PBB.Sebagai tambahan pada tahun 2001 World Intellectual Property Organization (WIPO) telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual sedunia.Setiap tahun, Negara-negara anggota WIPO termasuk Indonesia menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari Hak Kekayaan Intelektual sedunia.

(12)

Mahadi ketika menulis buku tentang Hak Milik Immateril mengatakan, tidak diperoleh keterangan yang jelas tentang asal-usul kata “hak milik intelektual”.Kata “intelektual” yang digunakan dalam kalimat tersebut, tak diketahui ujung pangkalnya.16

Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak,17hasil kerja rasio.Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar.18 Hasil kerjanya berupa benda immaterial.Benda tidak berwujud.Kita ambil contoh karya cipta lagu.Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak.Menurut ahli biologi otak kananlah yang berperan untuk menghayati kesenian, berhayal, menghayati kerohanian, termasuk juga kemampuan melakukan sosialisasi dan mengendalikan emosi.Fungsi ini disebut fungsi nonverbal, metaforik, intuitif, imajinatif dan emosional.Spesialisasinya bersifat intuitif, holistik dan mampu memproses informasi secara simultan.

Inilah kira-kira perubahan undang-undang, perjalanan perundang-undangan HAKI di Indonesia: UU No.6 Tahun 1982, diperbaharui menjadi UU No.7 Tahun 1987, diperbaharui lagi menjadi UU No.12 Tahun 1992 dan terakhir undang-undang tersebut diperbaharui menjadi UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Kekayaan Intelektual yang disahkan pada 29 Juli 2002, ternyata diberlakukan untuk 12 bulan

16Mahadi,Hak Milik Immateril, BPHN-Bina Cipta, Jakarta, 1985, Hal. 4

17Otak yang dimaksudkan bukanlah otak yang kita lihat seperti tumpukan daging yang enak digulai, yang beratnya 2% dari total berat tubuh, tetapi otak yang berperan sebgai pusat pengaturan segala kegiatan fisik dan psikologis, yang terbagi menjadi dua belahan, kiri dan kanan.

(13)

kemudian, yaitu 19 Juli 2003, inilah kemudian menjadi landasan diberlakukannya Undang-undang HAKI di Indonesia.

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.19

Auterswet 1912 dalalm pasal 1 (satu)menyebutkan, “Hak Cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.20

Kemudian Universal Copyright Convention dalam pasal V (Lima) menyatakan sebagai berikut, “Hak Cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.”21

Dalam Auterswet 1912 maupun Universal Copyright Convention

menggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan UUHC (Undang-undang Hak Cipta) Indonesia menggunakan istilah “hak khusus” bagi pencipta. Jika kita lihat penjelasan pasal 2 UUHC Indonesia yang dimaksudkan dengan hak eksklusif dari pencipta ialah

19Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2002 No. 85, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta, Jakarta, 29 Juli 2002, pasal 1 butir 1

(14)

tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut, kecuali dengan izin pencipta.22

Perkataan “tidak ada pihak lain” yang digaris bawah di atas mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh mendapatkan hak semacam itu. Inilah yang disebut dengan hak yang bersifat eksklusif.Eksklusif berarti khusus, spesifik, unik. Keunikannya itu, sesuai dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut.23

Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta Indonesia, yaitu:

1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain

2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).24

Hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

22Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara No. 3217, Penjelasan Undang-Undang No.6 Tahun 1982, Tentang Hak cipta, Jakarta 12 April 1982, Penjelasan Pasal 2.

23H. OK. Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hal. 59s

(15)

Desain industri adalah sesuatu yang menjadikan suatu produk menjadi tampak lebih bagus dan menarik; lebih jauh lagi, dapat meningkatkan nilai komersial suatu produk untuk diterima di pasar.

Bila suatu desain industri dilindungi, pemiliknya seseorang atau entitas yang sudah mendaftarkan desain tersebut diberikan suatu hak eksklusif untuk menerapkan desain industrinya, melarang pihak lain membuat, memakai, menjual atau mengimpor desain tersebut tanpa persetujuannya.Hal ini dapat membantu pencipta untuk mendapatkan keuntungan optimal, sesuai dengan investasinya.Sistem perlindungan yang efektif juga menguntungkan konsumen dan masyarakat, yaitu dapat meningkatkan persaingan yang adil dan praktek perdagangan yang jujur, meningkatkan kreatifitas, yang pada akhirnya dapat memperbanyak jumlah produk yang menarik secara estetis.

Melindungi desain industri akan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena kreatifitas di sektor industri dan manufaktur, juga sektor seni tradisional dan kerajinan tangan ikut terdorong dengan sistem perlindungan ini. Sektor-sektor tersebut turut berkontribusi dalam pengembangan kegiatan komersil dan ekspor produk nasional.

(16)

dan komposisi). Peraturan mengenai Hak Cipta dapat dilihat dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002 sedangkan Desain industri diatur dalam undang-undang tersendiri yaitu Undang-Undang nomor 31 Tahun 2000.

Perlindungan Hak Cipta bersifat otomatis saat ekspresi nyata terwujud dan tanpa pendaftaran (deklaratif).Sedangkan perlindungan desain industri diberikan berdasarkan pendaftaran terhadap desain yang baru (konstitutif).Karya cipta merupakan sebuah karya masterpiece dan tidak diproduksi secara massal sedangkan Desain Industri diproduksi massal.

Dalam kasus sengketa hak cipta dan desain industri yang memiliki alas hak yang sama, solusi yang lazim digunakan adalah Alternative Dispute Resolution

(negosiasi, mediasi, konsiliasi). Dalam kasus seperti Cross Rezim Penegakan Hak Desain Industri dan Hak Cipta, banyak pro dan kontra dikalangan praktisi HaKI.Sebagian mengatakan “ya” dan sebagian “tidak”.Bagi yang pro mereka menyatakan lebih baik mencari makan bersama ikan hiu daripada berebut makanan dengan ikan hiu.Alternative Dispute Resolution (ADR) adalah pilihan lebih baik. Dengan demikian, tidak perlu pusing dengan proses litigasi dan lebih mengirit biaya dan waktu. Serta masing-masing pihak memiliki alas hak.Sebaliknya bagi yang

(17)

Desain Industri merupakan bagian dari Hak atas Kekayaan Intelektual.Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia. Jadi ia merupakan produk intelektual manusia, produk peradaban manusia.25

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menggali lebih jauh penelitian terhadap perlindungan hukum pada Hak Cipta dan Desain Industri apabila terjadi sengketa dan dari permasalahan tersebut penulis ingin menuangkannya dalam bentuk tesis dengan judul ANALISIS YURIDIS CROSS REZIM HAK CIPTA DAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya sengketa antara HakCipta dan Desain Industri?

2. Bagaimana bentuk-bentuk permasalahan hak cipta dan desain industri yang terjadi di Indonesia?

3. Bagaimana perlindungan terhadap hak cipta dan desain industri apabila terjadi sengketa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa antara Hak Cipta dan Desain Industri.

(18)

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk permasalahan hak cipta dan desain industri yang terjadi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui perlindungan terhadap hak cipta dan desain industri apabila terjadi sengketa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritis, yakni :

1. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, para praktisi hukum, pemerintah dan pengusaha dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum hak kekayaan intelektual terutama yang berkaitan dengan suatu karya cipta.

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang perlindungan terhadap karya cipta yang bersumber pada kreatifitas yang dihasilkan oleh seseorang

E. Keaslian Penelitian

(19)

Indonesia”. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan azas-azas keilmuwan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah dalam penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Sebelum membahas tentang kerangka teori penelitian ini, ada baiknya mengetahui bahwa bagi suatu penelitian teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti. d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena

telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.26

(20)

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau suatu proses tertentu terjadi.27Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk menstrukturisasikan penemuan-penemuan selama penelitian, membuat beberapa pemikiran, ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikannya dalam bentuk penjelasan-penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berarti teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus sesuai dengan objek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta yang bersifat empiris agar dapat diuji kebenarannya.

Teori merupakan anggapan yang teruji kebenarannya, atau pendapat, cara, aturan untuk melakukan sesuatu, atau asas hukum umum menjadi dasar ilmu pengetahuan atau keterangan mengenai suatu peristiwa.

Menurut W.L. Neuman, yang pendapatnya dikutip dari Otje Salman dan Anton F. Susanto, menyebutkan bahwa:

”teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja.”28

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.29 Karena penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, kerangka teori diarahkan

27J.J.J. M. Wisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203

28HR.Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, Hal.22

(21)

mengkaji teori ilmu hukum yang banyak digunakan di bidang hukum positif tertulis, yakni teori perlindungan hukum yang disampaikan oleh Sahardjo yaitu pengayoman.30Dengan kata lain teori pengayoman adalah menerapkan fungsi hukum untuk melindungi para pencipta mengenai hasil karya mereka dalam hal terjadi pelanggaran hak terhadap sengketa alas hak yang sama dengan pihak lain.

Dinamika muktahir ilmu pengetahuan dan teknologi telah mencetuskan suatu paradigma konsepsi ekonomi. pembangunan ekonomi (economic development) berpijak pada dinamika pengetahuan itu sendiri (economy based on knowledge). Kreatifitas intelektual manusia telah menciptakan karya-karya yang berguna bagi pembangunan negara melalui pengembangan cipta, rasa dan karsa-nya.

Hasil kreatifitas manusia itu memiliki nilai ekonomi yang menjadi kekayaan bagi penciptanya. Pengakuan atas kekayaan intelektual tersebut menjadi salah satu bukti paradigma konsepsi ekonomi yang dimiliki pengetahuan melalui hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights). Konsekuensi logis bagi setiap kekayaan yang dimiliki individu adalah perlindungan dan pengakuan atas hak milik individu tersebut. Upaya memperoleh perlindungan dan pengakuan atas hak milik ini merupakan salah satu motivasi individu untuk bergabung dengan individu lain yang akhirnya membentuk masyarakat, yang dalam skala besar disebut ”Negara”.

John Locke, dalam ”The Second Treatise of Government”, menguraikan bahwa negara melalui kekuasaan pemerintahannya akan membentuk

(22)

ketentuan dan peraturan-peraturan dengan tujuan untuk melindungi pemilikan negara dan rakyatnya dari gangguan atau ancaman pihak lain. Masing-masing individu pun secara sukarela menundukkan diri pada ketentuan dan peraturan tersebut.

Argumentasi John Locke di atas, dapat dirumuskan bahwa negara memiliki kewenangan atas rakyatnya didasarkan pada penyerahan hak dari individu kepada negara dengan tujuan untuk mengatur individu yang bersangkutan. Negara dalam menjalankan fungsi dan tugas, disamping menerapkan aturan-aturan juga berwenang memberikan sanksi bagi siapa saja yang tidak mematuhi aturan-aturan tersebut.

Negara Indonesia memberikan perlindungan dan pengakuan atas hak milik rakyatnya dalam konstitusi negara. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa ”setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” Hak individu untuk memperoleh pengakuan hak milik itu lebih lanjut disebut dalam Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 berbunyi, ”Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.”

Oleh sebab itu, pemahaman terhadap HaKI bukanlah merupakan domain hukum semata, akan tetapi ada domain-domain ilmu lainnya, seperti teknik, ekonomi dan politik. Namun, meskipun demikian sebagian besar pemahaman terhadap HaKI haruslah berlandaskan pada pemahaman aspek hukum.

(23)

Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan pribadi telah menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan kapitalisme dan ekonomi pasar bebas. Sejarah merekam dari masyarakat kuno menunjukkan bahwa orang-orang mengakui hak untuk menguasai tanah dan barang, dan dihormati oleh pemerintah untuk melindungi mereka dalam kekayaan.

Seiring dengan perubahan teknologi, konsepsi ini mengalami pergeseran. Sistem hukum meletakkan kekayaan dalam tiga kategori, yaitu pertama, sebagian besar masyarakat mengakui hak kepemilikan pribadi dalam kekayaan pribadi, yang dikenal denganintangible things; kedua, kekayaan dalam pengertian riil, seperti tanah dan bangunan; dan ketiga, kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan intelektual.

Konsep inilah yang dicoba dipergunakan sebagai dasar pemikiran dalam perlindungan hak kekayaan intelektual. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa kekayaan intelektual membutuhkan olah pikir dan kreatifitas si pencipta, penemu atau sang kreator. Oleh karena itu pengambilan dengan tidak memberikan kompensasi bagi pemiliknya adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan karena melanggar ajaran moral yang baik. Landasan moral ini pula yang dikenal dengan teori filsafat sebagai teori hukum alam. Dalam ajaran moral dikenal doktrin jangan mencuri atau jangan mengambil apa yang bukan hak-mu.

(24)

dan kelezatan khas dari dodol garut, tetapi berapa banyak yang mengetahui dan menyadari bahwa pemegang merek dagang yang sah adalah ”Picnic” dan/atau menyadari bahwa banyak ”Picnic-Picnic” yang beredar adalah palsu.31Demikian pula halnya dengan wajit Cililin, ataupun perkakas kerja dari besi atau baja, seperti cangkul, golok, arit dan pisau sebagai merek Cibatu, Sukabumi atau kerajinan tanah liat dari Plered di Purwakarta. Semua ini menunjukkan betapa lemahnya kesadaran masyarakat akan HaKI, karena lebih menitikberatkan pada kepemilikan kolektif berdasarkan daerah.

Kemudian adanya perilaku konsumen tertentu yang bangga menggunakan sesuatu yang ”bermerek” terkenal dari luar negeri, sementara daya beli terbatas yang tentu saja telah membawa pengaruh buruk bagi produsen dalam negeri untuk serta merta meniru produk-produk terkenal dari luar negeri, tanpa mau mengembangkan kreativitas sendiri. Misalnya produk sepatu ”Kickers”yang laku di kalangan anak muda kelas menengah pada tahun 1980-an, banyak dijiplak dan diberi merek yang hampir menyerupai dengan merek aslinya menjadi ”Kecker”. Demikian pula dengan produk lainnya seperti merek ”Gucci” menjadi ”Goci”. Kondisi tersebut juga membawa implikasi yang kurang menguntungkan bagi produsen yang telah dan akan menghasilkan produk industri dan perdagangan, terutama yang akan melakukan ekspor.

Buktinya, kini ketika Indonesia mengekspor kerajinan rotan ke Amerika, maka Indonesia harus membayar royalti, karena di Amerika terdaftar hak paten untuk

(25)

melengkungkan rotan dan beberapa produk kursi dan bambu. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi daya saing produk ekspor Indonesia.

Dua dari delapan aspek subjek HKI yang diatur dalam perjanjian TRIPs adalah Paten dan Desain Industri, yang merupakan hasil karya intelektual dan memiliki nilai ekonomi. Dua subjek ini dapat meningkatkan nilai tambah atau daya saing terhadap produk yang di dalamnya terkandung karya intelektual hasil temuan teknologi untuk subjek paten dan karya intelektual desain industri.

Desain industri juga tidak kalah penting dengan karya intelektual lainnya. Sebab suatu desain industri dapat menjadi kunci keberhasilan pemasaran produk industri atau kerajinan. Karena faktanya apabila suatu produk memiliki kualitas yang sama terhadap produk sejenis lainnya, maka keunggulan produk tersebut sangat ditentukan oleh bentuk produk yang ditampilkan. Agar produk tersebut jadi menarik, memiliki kesan estetik atau kesan keindahan. Dengan demikian produk tersebut dapat menimbulkan daya tarik bagi pembeli untuk membelinya.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.32 Suatu Kerangka konsepsionil, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara

(26)

konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.33

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, guna menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini.

Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

a. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.34

b. Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.35

c. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau gabungannya, berbentuk tiga dimensi atau

33Soerjono Soekanto,Op.Cit, Hal. 132

34http://aritonang.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-hak-kekayaan-intellectual.html, 08 Januari 2016, 09.45.

(27)

dua dimensi dan memberikan nilai estetika, serta dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi, dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang atau komoditi industri atau kerajinan tangan.

d. Rezim adalah prinsip-prinsip, norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan diantara para aktor-aktor yang ada dalam suatu wilayahisu.

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian dan Metode Pendekatan

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada pada masa sekarang,36 yaitu mengenai motif, kriteria serta proses perlindungan HaKI, kedudukan hukum HaKI

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif.37 Penelitian yuridis normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.38 Materi penelitian diperoleh melalui pendekatan yuridis normatif yang didukung oleh pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pendekatan yuridis sosiologis dimaksudkan untuk melihat kenyataan secara langsung yang terjadi dalam pratek di lapangan.

36Winarno Surakhmad, 1978,Dasar dan Tehnik Research,Tarsito, Bandung, Hal. 132 37Roni Hanitijo Soemitro,Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, 1988, Hal. 11

(28)

2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki perundang-undangan, bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum berpengaruh, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, hasil-hasil simposium yang berkaitan dengan topik penelitian. Kemudian bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Studi Kepustakaan

Sebagai penelitian hukum yang bersifat normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan (Library Research) yaitu dilakukan untuk memperoleh atau mencari konsepsi-konsepsi teori-teori atau doktrin-doktrin yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Studi kepustakaan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahkan menurut Ronny Hanitijo Soemitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum termasuk dalam bahan hukum sekunder.39

4. Analisis Data

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan kerja seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir secara

(29)

optimal.40Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan.41

Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul pdari inventarisasi peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian, baik media cetak dan laporan-laporan penelitian lainnya, serta wawancara yang digunakan untuk mendukung analisis data.

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif.

Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, dengan cara data yang telah terkumpul dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Dengan menggunakan metode dedukatif ditarik suatu kesimpulan dari analisis yang telah selesai diolah tersebut yang merupakan hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Industri batu alam buatan: Dikarenakan batu alam adalah bahan alam yang tidak dapat diperbaharui, dan sekarang sulit untuk didapatkan dengan harga yang semakin

Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya.Pada perkara

Berdasarkan beberapa penjelasan teori diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah experienced regret, anticipated regret dan risk tolerance mempengaruhi

Nilai anomali magnetik (gambar 5) daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok anomali, yaitu: anomali magnetik rendah pada skala warna hijau tua sampai biru dengan

[r]

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN IKAN YANG BERASOSIASI DENGAN LAMUN PADA KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PULAU PANJANG JEPARA. Agus Nurchotim, Ruswahyuni, Niniek

Dari hasil koefesien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa besar pendapatan orang tua (0,638) menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,