• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INKU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INKUIRI MATERI UJI AMILUM DAN VITAMIN UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Edwiga Rika Febriliyanti

SDN Gabahan edwigarika@gmail.com

Abstrak

(2)

2 1. PENDAHULUAN

Pendidikan memegang

peranan penting menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pendidikan berfungsi sebagai

pengembangan kemampuan watak setiap individu. Untuk mewujudkan hal itu guru harus dapat menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang membuat anak menjadi aktif, kreatif, dan dapat berpikir kritis sehingga

dapat menguasai materi

pembelajaran. Proses pembelajaran IPA saat ini hanya menekankan pada

aspek kognitif dimana siswa

menghafal fakta-fakta tanpa disertai

aktivitas yang dapat

mengembangkan aktivitas lainnya. Aktivitas seperti inilah yang membuat siswa cenderung bersifat

pasif dan sikap ilmiah yang

diperlukan dalam pembelajaran IPA pun menjadi kurang. Pembelajaran seperti ini pula yang membuat hasil belajar siswa selalu rendah.

Agar tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai bagi sekolah tingkat dasar maka harusnya disertai bekerja dengan sikap ilmiah sebagai pendekatan dalam pembelajaran. Proses eksplorasi, menemukan, dan penerapan dalam pembelajaran IPA digunakan sebagai acuan untuk mencapai seperti apa yang dilakukan oleh ilmuwan (Lawson, 1995). Sikap rasa ingin tahu juga merupakan salah

satu nilai karakter bangsa yang mempunyai indikator menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu dan eksplorasi lingkungan secara terprogram.

Ilmu Pengetahuan Alam

dikembangkan oleh manusia

didasarkan pada tujuan unutk

memahami gejala alam. Rasa

keingintahuan telah mendorong

ilmuwan untuk melakukan proses inkuiri ilmiah yang meliputi :

memikirkan dan megeksplorasi

gejala, merumuskan hipotesis,

memikirkan cara pengujian hipotesis,

mengumpulkan data melalui

pengamatan dan pengukuran,

kemudian membandingkan data atau fakta (Lawson, 1995). Bila data

sudah sesuai maka hipotesis

mendapat dukungan namun bila tidak sesuai maka hipotesis ditolak atau harus dimodifikasi dan proses ilmiah terus berlanjut hingga ditemukan sesuatu jawaban atau produk berupa

hukum-hukum alam. Menurut

Liliasari (2011) belajar IPA sebagai cara berpikir meliputi keyakinan, rasa ingin tahu, hubungan sebab akibat, pengujian diri dan skeptis, keobyektifan, dan berhati terbuka.

Selanjutnya akan dibahas mengenai pengembangan perangkat

pembelajaran dan model

(3)

3

2. PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI

UNTUK MENUMBUHKAN

SIKAP ILMIAH SISWA

Aktivitas belajar siswa adalah sejumlah keterlibatan siswa selama kegiatan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuri. Proses pembelajaran yang terjadi melibatkan guru dan siswa. Proses pembelajaran akan bermakna apabila siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran.

Sardiman (2010) memberikan

petunjuk bahwa yang lebih banyak

melakukan aktivitas di dalam

pembentukan diri adalah siswa itu sendiri, sedang guru memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang diperbuat oleh siswa. Aktivitas yang ditunjukkan sisw akan menentukan kualitas pembelajaran. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi

dipikirkan, diolah kemudian

dikeluarkan lagi dlam bentuk yang

berbeda (Slameto,2010). Dalam

kegiatan belajar mengajar siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, dapat berdiskusi dengan guru. Bila siswa menjadi partisipasi yanga ktif, maka akan memliki pengetahuan yang baik. Nasution (2004) juga

berpendapat bahwa pengajaran

modern mengutamakan aktivitas

siswa. Pembelajaran dapat

memberikan hasil yang optimal apabila siswa mempunyai aktivitas

yang tinggi dalam mengikuti

pembelajaran.

Guru memiliki peran yang sangat besar dalam mengembangkan aktivitas siswanya. Aktivitas akan abngkit bila diberikan permasalahan. Upaya meningkatkan pembelajaran aktif guru perlu menciptakan suasana

belajar yang banyak memberi

kesempatan kepad siswa unnutk memecahkan masalah, melakukan percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep siswa sendiri. Melalui

kegiatan dapat dilakukan

pengamatan dari segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, dan kecakapan nyata, juga dari segi efektif seperti sikap, minat, dan motivasi.

Pembelajaran inkuiri

mempunyai tujuan agar siswa

mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri, terlatih dalam cara berpikir ilmiah, adan menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajari (Roestiyah, 2008).

Dengan demikian penerapan

pembelajaran inkuiri tidak hanya

akan membantu siswa dalam

(4)

4

maupun tulisan. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk

menjelaskan, menyebutkan,

memberikan contoh, dan menerapkan

konsep terkait dengan pokok

bahasan.

Pembelajaran inkuiri

mengupayakan agar siswa tidak menjadi pasif tetapi lebih partisipatif

sehingga pembelajaran yang

diharapkan akan dapat tercapai.

Menurut Mc Dermott et al.,

sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2004) hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri

berhasil meningkatkan minat,

mengembangkan kemampuan ilmiah seperti menjelaskan, memprediksi,

merancang percobaan,

mengumpulkan dan menganalisis

data, menarik kesimpulan,

berkomunikasi, serta menghasilkan retensi belajar yang baik.

Menurut NRC, sebagaimana dikutip oleh Hook (2009) inkuiri adalah berbagai kegiatan yang dilakukan siswa mulai dari observasi,

menyusun pertanyaan kemudian

mencari jawaban di berbagai buku teks atau referensi, merencanakan

dan menerapkan penyelidikan

menggunakan bukti untuk

menjelaskan pertanyaan,

menggunakan alat unutk

mengumpulkan dan

mengintepretasikan data, menyusun

jawaban dan dugaan sementara, dan mengkomunikasikan hasilnya.

Model pembelajaran inkuri tersebut dapat memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah hingga menemukan sendiri solusinya. Solusi itu merupakan produk pengetahuan baru bagi siswa yang dapat berupa konsep, prinsip, teori, atau hukum-hukum alam (Wiyanto, 2011). Untuk mencapai pada solusi yang ingin di

capai menurut Sanjaya (2009)

menyatakan bahwa langkah-langkah

pembelajaran inkuiri adalah:

orientasi, merumuskan masalah,

mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, dan

merumuskan kesimpulan.

Pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri yang

mensyaratkan keterlibatan aktif

siswa diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran IPA, khususnya kemampuan pemahaman

dan komunikasi siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan

inkuiri merupakan pendekatan

pembelajaran yang berupaya

(5)

5

pembelajaran dengan pendekatan inkuri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah

memilih masalah yang perlu

disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yanga kan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan

masalah. Bimbingan dan

pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Trianto (2007)

menyatakan bahwa dalam

mengembangkan sikap inkuiri

dikelas, guru mempunyai peranan sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manajer, dan rewarder.

Menurut Sund and

Trowbridge, sebagaimana dikutip oleh Sagala (2003) macam-macam inkuiri yaitu : 1) Guide Inquiry

merupakan model pembelajaran

inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas bagi siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. 2) Modified Inquiry merupakan model inkuiri yang mempunyai ciri guru hanya memberikan masalah

melalui pangamatan, percobaan atau

prosedur penelitian untuk

memperoleh jawaban, 3) Free Inquiry merupakan model diman siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam masalah yang dipelajari dan dipecahkan, 4)

Inquiry Role Approach merupaka

model pembelajaran inkuiri

pendekatan peranan yang

meilbatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, 5)

Invitation Into Inquiry merupakan model pembelajaran inkuri yang memberikan suatu undangan dan

memunculkan suatu problema

kepada para siswa dan melalui pertanyaan yang telah direncanakan

mengundang siswa untuk

melakukan beberapa kegiatan.

Dalam Hamruni (2009)

model pembelajaran inkuiri

mempunyai beberapa keunggulan

yaitu : Menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik secara seimbang, memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar, mampu

melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

(6)

6

yang diperlihatkan oleh para ilmjwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan.

Dengan perkataan lain

kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.

Kemampuan bersikap ilmiah

merupakan perluasan dari

keterampilan proses sains yang dihubungkan dengan pencapaian sebagai bekal hidup yang perlu

dikembangkan. Karakteristik

pembiasaan sikap ilmiah menurut Wenning (2005) adalah sebagai berikut : 1) observasi merupakan

kegiatan pengamatan yang

dilakukan oleh siswa untuk

memperoleh suatu kesimpulan hasil

percobaan, 2) menafsirkan

pengamatan merupakan kegiatan

memunculkan kesimpulan

sementara atas percobaan yang dilakukan, 3) mengelompokkan alat

dan bahan untuk kegiatan

percobaan, 4) meramalkan hasil

percobaan, 5) berkomunikasi

dengan teman sekelompok ketika berlangsung dan mendiskusikan hasil percobaan, 6) hipotesis merupaka kebenaran sementara hasil percobaan yang telah dilakukan, 7) merencanakan percobaan yang akan dilakukan, 8) menerapkan konsep

yang telah didapat sebelum

melakukan percobaan, 9)

mengajukan pertanyaan apabila belum jelas.

3. PENGEMBANGAN

PERANGKAT

PEMBELAJARAN INKURI

Prosedur penelitian

pengembangan menggunakan

model 4-D yang terdiri dari 4 tahap yaitu define, design, develop, dan disseminate. Tujuan tahap define

adalah mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran yang diawali dengan analisis. Pada tahap design

menyiapkan rancangan perangkat pembelajaran. Pada tahap develop

menghasilkan perangkat

pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar (Hamdani, 2011).

Tahap define adalah tahap pendefinisian yang diawali dengan menganalisa komponen perangkat pembelajaran dan peserta didik dengan langkah-langkah yaitu menganalisis kurikulum dan kajian materi pelajaran serta menganalisa

tugas. Tahap design dimulai

dengan menyusun perangkat

pembelajaran dan

instrumen-insturmennya. Penyusunan

perangkat pembelajaran

merupakan langkah awal setelah

tahap define. Penyusunan

(7)

7

penyusunan perangkat

pembelajaran. Pada tahap develop

pengembangan perangkat

pembelajaran inkuiri diawali dengan validasi dan real teaching. Hasil validasi yang telah direvisi di uji coba kemudian diterapkan dalam pembelajaran.

Pengembangan Perangkat

Pembelajaran : a. Silabus

Silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran

atau tema tertentu yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi poko,

kegiatam pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber atau bahan atau alat belajar (Soehendro, 2006). Silabus dibuat dengan model pembelajaran inkuiri. Silabus yang dikembangkan berupaya memadukan antara aktivitas dan hasil belajar siswa. Ciri pada silabus adalah pada

indikator dan kegiatan

pembelajaran menampilkan

kegiatan yang bersifat inkuiri yang kegiatannya mengundang pertanyaan bagi siswa dan kemudian siswa aktif mencari sendiri jawaban tersebut.

b. RPP

Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran adalah rencana

yang menggambarkan prosedur

dan pengorganisasian

pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar atas satu

indikator atau beberapa

indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP yang digunakan dalam penelitian ini dibuat untuk dua kali pertemuan

dan didalamnya disusun

menggunakan model

pembelajaran inkuiri. Ciri dari RPP ini adalah pada kegiatan

pembelajaran menampilkan

kegiatan inkuiri. Kegiatan inkuiri yang dilakukan mulai dari konsep dan penekanan aktivitas belajar melalui percobaan atau pengamatan. c. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan

pembelajaran yang disiapkan guru untuk disajikan sebagai konsep yang harus dikuasai siswa. Bahan pembelajaran disusun berdasarkan silabus dan RPP yang menggunakan model

inkuiri dengan harapan

(8)

8

d. LKS

Lembar Kerja Siswa adalah lembar kegiatan yang berisi informasi dan perintah atau instruksi dari guru kepada siswa

untuk mengerjakan suatu

kegiatan belajar dalam bentuk kerja, prkatik atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.

e. Evaluasi

Sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran serta untuk melihat efektivitas

model yang dikembangkan

maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang utama adalah dalam bentuk pemberian tes hasil belajar.

Pengembangan perangkat

pembelajaran adalah serangkaian

proses atau kegiatan yang

dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada. Trianto (2007) menyatakan bahwa suatu produk atau program dikatakan valid apabila produk tersebut dapat merefleksikan jiwa pengetahuan. Suatu produk dikatakan praktikal apabila produk tersebut dapat digunakan. Suatu produk dikatakan efektif apabila dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil pengembangan

perangkat pembelajaran yang telah

dilakukan pada menunjukkan

bahwa perangkat pembelajaran

dapat digunakan. Hal ini

ditunjukkan dengan tercapainya

hasil belajar siswa dan

terlaksananya semua variabel.

Karakteristik perangkat

pembelajaran yang dikembangkan

pada silabus adalah secara

berkelompok membuktikan materi

uji amilum dan vitamin

menggunakan metode inkuiri. Pada RPP karakteristik yang ada adalah siswa secara

berkelompok melakukan

percobaan dan dalam kegiatan

tersebut dapat menimbulkan

pertanyaan mengenai apa yang mereka coba dan untuk selanjutnya mereka dapat mencari jawaban atas pertanyaan mereka itu melalui serangkaian kegiatan.

4. HASIL PENERAPAN

INKUIRI TERHADAP

SIKAP ILMIAH SISWA

(9)

9

Peningkatan ini disebabkan model

inkuiri memberikan kebebasan

kepada siswa untuk mencari

jawaban atas materi sedang mereka kerjakan melalui praktik, observasi, dan diskusi.

Tabel 1: Perbandingan persentase setiap aspek sikap ilmiah

No Aktivitas yang

Sikap rasa ingin tahu Sikap obyektif

pencapaian sikap ilmiah siswa sebesar 76%. Pada RPP 2 rata-rata pencapaian sikap ilmiah siswa

sebesar 84%. Berdasar data

pengamatan, secara keseluruhan peningkatan sikap ilmiah siswa termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari gain skor sebesar 0,31. Dari hasil observasi pada pertemuan 1, sikap rasa ingin tahu

yang meliputi memperhatikan

materi yang disampaikan dan

mencari jawaban atas pertanyaan

yang belum terpecahkan

menunjukkan persentase sebesar 76%. Siswa mendapatkan materi yang disampaikan secara jelas

namuna ada beberapa siswa yang belum mengerti dan memahami. Pada kegiatan praktikum yang dilaksanakan secara berkelompok ada beberapa siswa yang tidak terlibat langsung dan hanya melihat apa yang dilakukan temannya. Pada pertemuan 2 sikap rasa ingin tahu menunjukkan peningkatan sebesar 83%. Siswa sudah memahami materi yang disampaikan dan mulai aktif mencari jawaban sendiri atas

pertanyaan-pertanyaan yang

muncul ketika kegiatan praktikum berlangsung.

Pada pertemuan 1

keterampilan bersikap obyektif yang meliputi deskripsi tentang mencari jawaban sesuai kenyataan yang ada menunjukkan persentase

73%. Pada pertemuan 2

menunjukkan peningkatan sebesar 77%.

Pada aspek keterampilan bersikap kritis yang meliputi deskripsi tentang bertanya jika belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dan aktif menunjukkan

persentase sebesar 73% pada

(10)

10

ketika kegiatan praktikum

berlangsung.

Keterampilan bersikap

tekun yang memuat deskripsi

tentang selalu mengerjakan tugas dengan baik dan selalu tepat waktu

dan akti pada pertemuan 1

menunjukkan persentase sebesar

80%. Pada pertemuan 2

keterampilan bersikap tekun

menunjukkan peningkatan sebesar 91%. Pada pertemuan 1 siswa aktif mengerjakan tugas dengan baik namun tidak sesuai waktu yang disediakan dan pada pertemuan 2 sudah mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu.

Sikap ingin menemukan yang memuat deskripsi tentang mencari jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapi dan

aktif menunjukkan persentase

sebesar 78% pada pertemuan 1

sedangkan pada pertemuan 2

menunjukkan peningkatan sebesar 80%. Siswa sudah aktif dalam

melakukan praktikum yang

menggunakan metode inkuiri

dimana siswa mencari jawaban sendiri atas pertanyaan-pertanyaan

yang muncul ketika kegiatan

praktikum berlangsung.

Sikap terbuka yang memuat deskripsi tentang dapat menerima saran dan pendapat orang lain pada

pertemuan 1 menunjukkan

persentase sebesar 78% sedangkan

pada pertemuan 2 menunjukkan peningkatan sebesar 89%. Hasil praktikum yang dibuat menjadi sebuah laporan dan selanjutnya dipresentasikan oleh satu kelompok dan ditanggapi oleh kelompok yang lain menunjukkan bahwa siswa

telah dapat berpendapat dan

menerima saran dari orang lain.

5. HASIL PENERAPAN

INKUIRI TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima

pembelajaran dari guru dan dapat dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan.

Pyle (2008) mengatakan

bahwa penerapan model

pembelajaran inkuiri pada siswa dapat meningkatkan aktivitas, sikap ilmiah, dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan

adanya perbedaan hasil belajar

antar siswa yang mendapat

pembelajaran secara konvensional

dengan siswa yang mendapat

(11)

11

inkuiri. Pembelajaran IPA yang menggunakan metode inkuiri siswa

menjadi lebih tertarik dan

menyenangkan ketika melakukan serangkaian percobaan materi uji amilum dan vitamin C. Pada pembelajaran konvensional guru mwmwgang peranan yang dominan

sedangkan siswa cenderung

bersikap pasif. Guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan banyak didominasi oleh guru

akan mengakibatkan keaktifan

siswa menjadi rendah (Lie, 2002).

Siswa melakukan pengamatan

praktikum uji amilum dan vitamin dengan segala pertanyaan yang muncul mengenai hasil apakah

yang didapat ketika siswa

meneteskan lugol ke berbagai

macam makanan. Berdiskusi

dengan kelompoknya mengenai

hasil pengamatan dan

memepresentasikan hasilnya

merupakan kegiatan yang

dilakukan siswa untuk dapat

mengekspresikan seluruh

pengalaman yang didapat ketika kegiatan berlangsung (Nurnberger, 2009).

Berdasarkan teori

Taksonomi Bloom, hasil belajar dicapai melalui tiga ranah, yaitu :

1) ranah kognitif berupa

pengetahuan, pemahaman,

penerapan, menganalisa, dan

membuat produk; 2) ranah afektif

berupa sikap menerima,

memberikan respon, menilai,

organisasi, dan karakterisasi; 3)

ranah psikomotor adalah

kemampuan yang menyangkut

kegiatan oto dan fisik meliputi keterampilan motorik, manipulasi

benda-benda, dan koordinasi

neuromuscular.

Berdasarkan teori

Taksonomi Bloom, hasil belajar pada ranah kognitif merupakan

kemampuan intelektual siswa

dalam berpikir sehingga untuk

mengukur kemampuan siswa

didapatkan dengan menggunakan tes. Setelah melakukan kegiatan dan menujukkan bahwa hasil pretes sebelum siswa mendapat perlakuan menunjukkan bahwa rata-rata kelas sebesar 59. Pembelajaran yang berlangsung satu arah membuat siswa menjadi tidak berkembang, tidak aktif, dan tidak menguasai materi yang diberikan. Hasil postes yang dilakukan setelah siswa

mendapatkan pembelajaran

menggunakan metode inkuiri pada

uji amilum dan vitamin C

menunjukkan peningkatan dengan rata-rata kelas sebesar 72 dengan gain skor sebesar 0,32. Terjadinya peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran IPA

dengan menggunakan metode

inkuiri menunjukkan bahwa

(12)

12

dikembangkan tepat jika diterapkan dikelas.

Pada ranah afektif,

kemampuan yang dinilai adalah melalui observasi sikap ilmiah yang

dimunculkan siswa ketika

percobaan berlangsung. Sikap

ilmiah meliputi sikap rasa ingin tahu, sikap obyektif, sikap kritis,

sikap tekun, sikap ingin

mengemukakan, dan sikap terbuka. Sikap ilmiah sisa pada pelajaran

IPA menujukkan peningkatan

setelah pembelajaran menggunakan inkuiri.

Pada ranah psikomotorik,

kemampuan siswa dalam

menerapkan alat dan bahan

menujukkan kemudahan dalam

menggunakannya dan siswa

mengamati kegiatan praktikum

dengan teliti. Berikut adalah pencapaian ketuntasan siswa.

Tabel 2: Pencapaian Ketuntasan Penguasaan Konsep tidak tuntas belajar dan 33 siswa tuntas belajar. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan metode inkuri.

6. PENUTUP

Pengembangan perangkat

pembelajaran yang menerapkan metode inkuri mulai dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

bahan ajar, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) terbukti efektif mendukung

kegiatan belajar siswa dan

(13)

13

sikap kritis, sikap tekun, sikap ingin

menemukan, dan sikap terbuka

meningkat dan hasil belajar yang semula banyak yang tidak tuntas menjadi banyak yang tuntas.

Adapun kelebihan penerapan

model inkuiri pada materi uji amilum dan vitamin C adalah : 1) pembelajaran berpusat pada siswa, 2) meningkatkan keterampilan bersikap ilmiah siswa dalam pelajaran IPA dengan kegiatan praktikum yang dilakukan siswa, berdiskusi dengan teman sekelompok, dan mempresentasikan hasil praktikum

sehingga menuntut siswa untuk

melakukan kegiatan ilmiah, 3)

memberikan pengalaman belajar secara langsung karean siswa melakukan

kegiatan praktikum kemudian

menghubungkan dengan teori yang ada, 4) mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dan keberanian dalam mempresentasikan hasil praktikum, 5) mengembangkan

kerjasama dan keterampilan

berkomunikasi siswa yang

memungkinkan untuk belajar dalam kelompok.

Selain kelebihan, model inkuiri yang diterapkan juga mempunyai

kelemahan yaitu : 1) kegiatan

praktikum yang dilakukan secara berkelompok membuat beberapa siswa tidak mau terlibat langsung dan hanya melihat kegiatan yang dilakukan oleh

teman dalam kelompoknya, 2)

membutuhkan biaya yang cukup

banyak karena untuk membeli berbagai macam kebutuhan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Hamruni. 2009. Strategi dan

Model-model Pembelajaran Aktif

Menyenangkan. Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga

Hook, S.J.V. 2009. Developing an Understanding of Inquiry by Teachers and Graduate Student Scientists through a Collaborative

Professional Development

Program. Electronic Journal of Science Education, 13(2): 30-61.

Tersedia di hhtp//ejse.

Southwestern.edu (diakses 17-2-2011)

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching adn Development of Thinking.

California: Wadsworth

Publishing Company.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning,

Mempraktikkan Cooperative

Learning di ruang-ruang Kelas.

(14)

14

Liliasari. 2011. Membangun

Masyarakat Melek Sains

Berkarakter Bangsa melalui

Pembelajaran. Makalah

dipresnetasikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA, Unnes Semarang, 16 April.

Nasution, S. 2004. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurnbeger, J. 2009. Understanding of Inquiry. Electronic Journal of Science Education, 11(2): 35-50.

Tersedia di

http//ejse.southwestern.edu (diakses 17-2-2013)

Pyle. E.J. 2008. A Model of Inquiry for

Teaching earth Science.

Electronic Journal of Science Education, 12(2): 1-19. Tersedia di http//ejse.southwestern.edu (diakses 10-1-2012)

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Model-model

Pembelajaran Inovatif: Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan

Implementasinya. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2011. Model-model

Pembelajaran Inovatif

Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wenning, C.J. 2005. Levels of Inquiry:

Hierarchies of Pedagogical

Practices and Inquiry Processes.

Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3):1-10.

Tersedia di

www.phy.ilstu.edu/jpte (diakses 18-12-2011)

Wiyanto. 2004. Kegiatan Laboratorium

IPA untuk Mengembangkan

(15)

15 Pendidikan Indonesia (Konaspi) V di Surabaya, 9 Oktober 2004. ISBN: 979-445-001-4.

Gambar

tabel menujukkan bahwa ada 2 siswa yang

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, persentasenya mencapai 88%. Bahkan merupakan jumlah muslim terbesar di dunia. Berkaitan dengan harta dan

Kesimpulan: Tiada lain kesimpulan sementara dari penniless untuk jangka panjang, ialah bahwa filosofi instrumentalisme menjadi suatu wahana dan alat yang sangat strategis

Tesis ini diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknik Sipil. TIM

B Olah Sampah Kering Menjadi Kerajinan Lerak, Jodohnya Batik Untuk Tetap Awet

A Pelantikan Pejabat Di Lingkungan Pemkot Yogya Pengembangan Wawasan Dan Manajemen Pondok

(8) Calon dan penduduk Desa melalui saksi calon yang hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh

Memotong biaya jasa service dan atau menunda pembayaran dalam jangka waktu tertentu jika Pihak Kedua tidak menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang

dipakai akan mempengaruhi hasil air limbah yang dibuang, asumsi untuk untuk air limbah adalah 70% dari pemakaian air bersih, karena 30% dari pemakaian air akan hilang di