• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB LENGKAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB LENGKAP"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Paradigma sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya menghasilkan generasi

sehat memerlukan motivasi dan koordinasi semua pihak terutama orang tua dan lainnya. Penyelenggaraan program imunisasi dilakukan melalui serangkaian tahapan yaitu penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan tantai vaksin

agar dapat terlaksanaanya pencegahan penyakit melalui imunisasi.

Perubahan lingkungan sosial budaya memberikan dampak positif

dan negatif terhadap pola penyakit yang ada dalam masyarakat. Meningkatnya hubungan ancaman yang potensial bagi kejadian penyakit menular bagi negara lainnya Salah satu penyakit menular berbahaya di

Indonesia adalah penyakit transportasi dan komunikasi antar negara dewasa ini merupakan hepatitis B, difteri, pertusis, tetanus yang dapat berkembang

menjadi penyakit kronis. 1

Manfaat diberikannya imunisasi antara lain adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu kepada

sekelompok masyarakat (populasi). Beberapa penyakit yang dapat dihindari dari imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B,

gondongan, cacar air, TBC dan lain sebagainya.1

(2)

Akibat tidak diberikannya imunisasi dasar lengkap maka tubuhnya tidak memiliki kekebalan yang spesifik terhadap suatu penyakit. Apabila kuman

berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kumat tersebut sehingga dapat menyebabkan sakit berat, cacat bahkan meninggal.1 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 194 negara

65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-kantong wilayah dimana

banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara-negara untuk bekerja lebih intensif bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan

mengusung tema Close the Immunization Gap, Vaccination for All sebagai tema Pekan Imunisasi Dunia, tanggal 24-30 April 2015. 2

Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai

86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu

ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Di tingkat nasional, kita mengharapkan target Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir tahun 2015 ini. 3

(3)

dengan jumlah 258,967 (82,8%), DPT-HB-HiB (1) berjumlah 291, 105 (95,2%), DPT-HB-HiB (2) berjumlah 283,205 (92,6%), Polio 4 berjumlah 280,177

(91,6%), Campak 281, 286 (91,0%), dan Imunisasi Dasar Lengkap berjumlah 272, 743 (89,2%). 4

Imunisasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit

penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan anti body yang nanti akan digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyeang tubuh. 5

Pencegahan terhadap penyakit infeksi dengan imunisasi telah menampakkan hasilnya. Meskipun program pemberian imunisasi sedah

dijalankan dengan baik, namun masih terdapat beberapa cakupan imunisasi yang tidak tercapai. Masalah rendahnya cakupan imunisasi kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan

ibu tentang imunisasi, kurangnya informasi dan penyuluhan yang didapatkan oleh ibu yang mempunyai bayi dan balita tentang imunisasi, serta jauhnya

fasilitas pelayanan kesehatan khusus didaerah terpencil. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya penting dalam memelihara kesehatan anak. 6

Penelitian dengan judul hubungan pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi lengkap pada anak dengan hasil yang didapatkan terdapat hubungan

(4)

dimana dari 60 ibu balita sekitar 40 ibu dengan status imunisasi anaknya tidak lengkap dan memiliki pengetahuan kurang, kemudian sekitar 20 orang ibu lainnya

yang memiliki pegetahuan baik dan memiliki anak dengan statusimunisasi lengkap.7

Berdasarkan hasil rekapan di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan

Barat jumlah keseluruhan balita sebanyak 335 balita dengan klasifikasi 133 balita laki-laki dan 202 balita perempuan. Sedangkan jumlah Balita di Desa yang

berumur 1 tahun sebanyak 43 balita dengan jumlah balita yang mendapat imunisasi 19 balita dan yang tidak mendapatkan imunisasi sebanyak 24 balita.

Penelitian Margawati, dkk Pengaruh pengetahuan ibu dengan status

imunisasi dasar bayi dengan sampel sebanyak 84 dengan hasil bahwa ibu yang memiliki anak dengan status imunisasinya tidak lengkap sebesar (76,2%)

sedangkan yang imunisasinya lengkap sebesar (64.3%). 8

Penelitian Dewi tentang sikap ibu tentang kelengkapan imunisasi lengkap pada bayi dengan sampel 40 ibu yang memiliki balita terdapat 22 ibu dengan

status imunisasi balitannya tidak lengkap dan 18 ibu dengan status imunisasi balitannya tidak lengkap dan hasil olahan chi square didapatkan P value = 0.026

untuk variabel sikap dan P value = 0.017. 9

Penelitian Khilmiana dengan Judul pengetahuan ibu tentang kelengkapan

(5)

imunisasi balitannya tidak lengkap dan hasil olahan chi square didapatkan P value = 0.026 untuk variabel pengetahuan dan P value = 0.017. 10

Penelitian hubungan perilaku ibu tentang pemanfaatan buku KIA dengan kelengkapan imunisasi dasar anak di wilayah kerja Puskesmas Panca Budi Boyolali di dapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan

ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar anak dimana didapatkan hasil PValue (0,000) <α(0,05) adanya hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan

kelengkapan imunisasi dasar anak dimana didapatkan hasil PValue (0,000) <α(0,05), adanya hubungan yang signifikan antara tindakan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar anak dimana didapatkan hasil PValue (0,000)

<α(0,05).11

Berdasarkan penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang kelengkapan

imunisasi lengap pada anak dengan hasil yang didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada anak dimana dari 60 ibu balita sekitar 40 ibu dengan status imunisasi anaknya tidak lengkap

dan memiliki pengetahuan kurang, kemudian sekitar 20 orang ibu lainnya yang memiliki pegetahuan baik dan memiliki anak dengan statusimunisasi lengkap. 12

Penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi lengap pada anak dengan hasil yang didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada anak dimana

dari 60 ibu balita sekitar 40 ibu dengan status imunisasi anaknya tidak lengkap dan memiliki pengetahuan kurang, kemudian sekitar 20 orang ibu lainnya yang

(6)

Pada tanggal 5 September 2017 peneliti mewawancarai 8 ibu-ibu yang memiliki balita dari 8 ibu 5 diantaranya memiliki anak yang sama sekali belum

pernah diimunisasi, penulis menanyakan alasan mereka tidak melakukan imunisasi pada anak mereka, para ibu tersebut “mengaku tidak diizinkan oleh suami karena takut bayinya demam”, alasan lainnya karena “bayi mereka mau

diimunisasi tidak diimunisasi sama saja kalau sudah waktunya sakit maka akan sakit juga”, kemudian alasan yang lainnya mengatakan mereka “sudah turun

temurun tidak melakukan imunisasi pada anak mereka jadi sudah terbiasa tidak melakukan imunisasi pada anak”.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita 1 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat Tahun

2017”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian adalah “Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita 1 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Puskesmas Pulo Brayan

Kecamatan Medan Barat Tahun 2017”.

(7)

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu Balita 1 Tahun dengan kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan

Medan Barat

2. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu Balita 1 Tahun dengan kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan

Medan Barat

3. Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar balita Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap Ibu Balita 1 Tahun dengan kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Pulo Brayan

Kecamatan Medan Barat

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Responden

Menambah wawasan kelengkapan imunisasi dasar agar nantinya setiap ibu mengerti dan memahami pentingnya imunisasi dasar bagi anak.

1.4.2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang kelengkapan imunisasi dasar.

1.4.3. Bagi Tempat Peneliti

Dapat menjadi bahan masukan sebagai informasi dalam peningkatan mutu

pelayanan tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar

(8)

Sebagai bahan referensi perpustakaan D-IV Kebidanan Helvetia Medan dan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang akan melakukan

penelitian selanjutnya. 1.4.5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melengkapi variabel dan

(9)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peneliti Terdahulu

Penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi lengkap pada anak dengan hasil yang didapatkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada anak dimana dari 60 ibu balita sekitar 40 ibu dengan status imunisasi anaknya tidak lengkap dan memiliki pengetahuan kurang, kemudian sekitar 20 orang ibu lainnya yang

memilikiE1 pegetahuan baik dan memiliki anak dengan statusimunisasi lengkap. 12

Penelitian Khilmiana dan Setiowati tentang pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi lengap pada bayi dengan teknik pengambilan sampel secara accindental dan jumlah sampek sebanyak 30 ibu didapatkan hasil

responden yang ibu yang status imunisasi anaknya lengkap sebanyak 16 (53.3%) responden dan ibu yang status imunisasi anaknya tidak lengkap sebanyak 17

(56.7%) responden. 13

Penelitian Setiowati dengan Judul pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi lengkap pada bayi dengan sampel 32 ibu yang memiliki balita terdapat

22 ibu dengan status imunisasi balitannya tidak lengkap dan 10 ibu dengan status imunisasi balitannya tidak lengkap dan hasil olahan chi square didapatkan P value

= 0.026 untuk variabel pengetahuan dan P value = 0.017. 14

(10)

Penelitian Pangli, dkk dengan tentang sikap ibu tentang kelengkapan imunisasi lengkap pada bayi dengan sampel 40 ibu yang memiliki balita terdapat

22 ibu dengan status imunisasi balitannya tidak lengkap dan 18 ibu dengan status imunisasi balitannya tidak lengkap dan hasil olahan chi square didapatkan P value = 0.026 untuk variabel sikap dan P value = 0.017. 15

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Reny Nur Agista di kota Malang tahun 2011 dengan sampel 100 ibu yang memiliki balita

didapatkan hasil bahwa sekitar 70 orang ibu yang memiiki balita dengan status imunisasi dasar lengkap atau (70%) sedangkan 30 lainnya ibu yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar balita tidak lengkap atau (30%). 16

Penegasan dari hasil penelitian diatas adalah berdasarkan jurnal-jurnal yang telah dipaparkan didapatkan hasil bahwa rata-rata terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu yang memiliki balita dengan kelengkan imunisasi dasar balita dimana terlihat jelas ibu yang memiliki balita rata-rata anak mereka memiliki status imunisasi dasar tidak lengkap.

Penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi lengap pada anak dengan hasil yang didapatkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada anak dimana dari 60 ibu balita sekitar 40 ibu dengan status imunisasi anaknya tidak lengkap dan memiliki pengetahuan kurang, kemudian sekitar 20 orang ibu lainnya yang

(11)

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Konsep Imunisasi a. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan kuman atau produk yang sudah

dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut duharapkan tubuh dapat menghasilkan antibody yang pada akhirnya nanti

dapat digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh. 17

Sistem imunisasi dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh. System

imunitas ini bersifat alami. Imunitas alami bersifat spesifik dan non spesifik. Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas non spesifik yang terdiri

dari sel komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen tersebut. Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler. System pertahanan humoral menghasilkan immunoglobulin,

sedangkan system pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan sel limfosit T (10). 17

Imunisasi adalah tindakan yang efektifitasnya terbukti dalam mengurangi populasi insidens penyakit-penyakit tertentu. Sehingga bayi

harus diberikan imunisasi. Orang tua yang menolak pemberian imunisasi untuk anak nya mungkin didasarkan pada kesalahan informasi sehingga

(12)

b. Tujuan Imunisasi

Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, penyakit tertentu

pada populasi. Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Program imunisasi bertujuan untuk membersihkan kekebalan terhadap

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 17 c. Manfaat Imunisasi

Untuk anak mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian. Untuk keluarga menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila

orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanan yang nyaman. Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal unuk melanjutkan pembangunan negara. 17

d. Pokok -Pokok Kegiatan Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia

Pokok pokok kegiatan penyelenggaraan imunisasi di Indonesia ditetapkan

dengan Kepmenkes No. 1611/MENKES/SK/XI/2005: Tabel 2.1. Imunisasi bayi lahir dirumah

Umur Vaksin Tempat

0 bulan HB 0 Rumah

1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu

2 bulan DPT/HB1,Polio2 Posyandu

3 bulan DPT/HB2, Polio3 Posyandu

4 bulan DPT/HB3, Polio4 Posyandu

(13)

Tabel 2.2. Imunisasi bayi lahir di Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Bidan Praktek/Puskesmas TT

Umur Vaksin Tempat

0 bulan HB 0, BCG, Polio 1 RB/RS/Bidan/Pusk TT 2 bulan DPT/HB1, Polio2 RB/RS/Bidan/ Pusk TT 3 bulan DPT/HB2, Polio3 RB/RS/Bidan/ Pusk TT 4 bulan DPT/HB3, Polio4 RB/RS/Bidan/ Pusk TT

9 bulan Campak RB/RS/Bidan/ Pusk TT

e. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang

mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program

imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B. 18

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta

penduduk dunia diserang TB denga kematian 3 juta orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%

(14)

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama terjadi

pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan (antibodi) yang diperolah dari

ibunya hanya berumur satu tahun.

3. Pertusis

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan

oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut lainnya,

pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat

penduduk.

4. Tetanus

Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri

Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang telah

berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir

(tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani

memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun

(15)

daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.

5. Poliomyelitis

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di Indonesia. Namun kasus

AFP ini dalam beberapa tahun terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

6. Campak

Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran

pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu

rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.

7. Hepatitis B

Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di

Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B

sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak

(16)

2.2.2. Konsep Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). 19

b. Tingkat Pengetahuan (a). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. (b). Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

(c). Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan utuk menggunakan materi yang

(17)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. (e). Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(f). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut di atas. 20

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:

(a). Pendidikan, konsep pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok atau masyarakat.

(b). Informasi, dengan memberikan informasi kebiasaan hidup sehat dan

(18)

prilaku kesehatan individu, kelompok sasaran berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan.

(c). Sosial budaya, manusia mempelajari perilaku dari orang lain dilingkungan sosialnya, Hampir segala sesuatu yang dilakukan bahkan apa yang dipikirkan berkaitan dengan orang lain dan dipelajari dari lingkungan sosial

budaya.

(d). Pengalaman, Pengalaman yang disusun secara sistematis oleh otak maka

hasilnya adalah pengetahuan. Semua pengalaman pribadi dapat merupakan sumber pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan pengalaman.

(e). Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk memahami kebutuhan

hidup. Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah seseorang dalam mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan juga dapat

diperoleh dari kenyataan, dari melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar, mendengarkan radio menonton film atau televisi. 19

d. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. 19

Menurut 19 yang dikutip oleh pengetahuan dapat diukur dengan

menggunakan kategori sebagai berikut :

(a). Katagori baik, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76%-100%.

(19)

(c). Katagori kurang, bila pertanyaan dijawab benar oleh responden <56%. 2.2.3 Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan dan

keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu. 20

Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan,

jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu. 20

b. Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang :

Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh- pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

(20)

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan: (1). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek), (2). Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut, (3).

Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masakah adalah indikasi dari sikap tingkat tiga, (4). Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu dengan segala resiko merupakan sikap yang

paling tinggi. 21 d. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. 21

e. Ciri-ciri Sikap

Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan individu dalam

hubungan dengan objek sikap, sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan

(21)

berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek, objek sikap merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut., sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, yaitu sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang. 21

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Pengalaman pribadi, merupakan apa yang telah dan sedang kita alami akan

ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial dan tanggapan akan menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tangapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman

yang berkaitan denga objek psikologis, apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah negatif. 21

Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan salah-satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang diharapakan akan menjadi persetujuan pada setiap gerak dan tingkah laku serta akan

memberikan pendapat pada kita adalah seseorang yang berarti khusus bagi kita. 10

Pengaruh kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan, sangat mungkin kita

akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

(22)

terhadapkehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. 12

Media masa sebagai sarana komunikasi terhadap berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media

masa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam pembentukan sikap, peran media masa tidak kecil artinya. Karena itulah,

salah-satu bentuk informasi sugestif dalam media masa. 14

Pengaruh faktor emosi, tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, Kadang-kadang suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap demikan dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah

prasangka, Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang frustasi. 14

g. Cara mengukur sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan responden

(23)

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu

mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut

dengan pernyataan yang favorable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung

maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan tidak favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak vaforable dalam jumlah yang

seimbang. 15

h. Skala pengukuran sikap

Skala Thrustone merupakan metode yang mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat

favorable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut

sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. 21

Untuk menghitung nilai skala dengan memilih pertanyaan sikap, pembuat

skala perlu membuat sampel pertanyaan sikap sekitar 100 buah atau lebih. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian diberikan kepada seorang penilai. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitasnya masing-masing pertanyaan.

(24)

Skala Likert mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala thrustone. Dalam metode likert,

masing-masing responden diminta melakukan agreement atau disagreement untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 4 point (Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). Untuk pernyataan yang positif nilai skala diubah

menjadi angka yaitu sangat setuju nilainya 4, setuju 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif sangat setuju nilainya 1,

setuju nilainya 2, tidak setuju 3 dan sangat tidak setuju 4. 21 2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentatif (sementara) mengenai

kemungkinan hasil dari suatu penelitian. 1 Penelitian ini terdapat Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita 1 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar

(25)

METODE PENELITIAN

3.1. Desain dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, yang di maksud

survey analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena, baik antara faktor resiko dan faktor efek. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pada saat bersamaan. 23

Penelitian ini mengkaji dua variabel antara lain variabel bebas yaitu Pengetahuan dan Sikap Ibu (X) dan variabel terikat yaitu Kelengkapan Imunisasi

Dasar (Y) di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat Tahun 2017.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat. Berdasarkan hasil rekapan di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat jumlah keseluruhan balita sebanyak 335 balita dengan klasifikasi 133 balita

laki-laki dan 202 balita perempuan. Sedangkan jumlah Balita di Desa yang berumur 1 tahun sebanyak 43 ibu balita dengan jumlah balita yang mendapat

imunisasi 19 balita dan yang tidak mendapatkan imunisasi sebanyak 24 balita.

(26)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari survei awal, penelusuran perpustakaan,

pembuatan proposal, maju proposal sampai sidang penelitian. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Agustus - Desember 2017.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita yang mempunyai umur 1 tahun di Puskesmas Pulo Brayan

Kecamatan Medan Barat Tahun 2017 sebanyak 43 ibu. 24

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah ibu balita umur 1

tahun sebanyak 43 ibu yang mempunyai balita dengan menggunakan Aksidental Sampling.24

Aksidental Sampling adalah metode pengambilan sampel dengan memilih

(27)

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan

variabel-variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Adapun yang menjadi kerangka konsep penelitian tentang ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita 1 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan

Medan Barat” adalah sebagai berikut: 24

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep 3.5. Definisi Operasional dan Aspek pengukuran 3.5.1. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi dari apa yang sedang di defenisikan atau

mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata 25 :

1. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang imunisasi

2. Sikap dalam penelitian ini adalahs segala sesuatu yang mendasari tentang tingkah laku yang diketahui oleh ibu tentang imunisasi

3. Kelengkapan imunisasi dalam penelitian ini adalah kelengkapan imunisasi dasar yang diberikan pada balita sebagai upaya mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit.

Pengetahuan Kelengkapan Imunisasi

Dasar

(28)

3.5.2. Aspek Pengukuran

Tabel 3.1. Aspek pengukuran penelitian seperti tabel dibawah ini : 3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan data primer dan sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) secara langsung. Data primer dari penelitian ini yaitu pengetahuan dan kelengkapan

(29)

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data ibu-ibu yang mengikutkan

balitanya dalam kegiatan imunisasi HB0, BCG, DPT, Polio dan campak di Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan Barat.

c. Data Tersier

Data tersier dalam penelitian ini didapatkan dari website resmi, yang bertujuan untuk memperkuat data dan latar belakang peneliti melakukan

penelitian ini. Pengumpulan data tersier diperoleh dengan cara mengakses melalui website yang resmi mengenai data yang sudah dilakukan peneliti sebelumnya, seperti data WHO, SDKI, dan Profil Kabupaten. 24

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian skripsi dibagi atas (tiga) :

1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dan dikumpulkan melalui pengisian angket, kuesioner, wawancara, test dan observasi.

2) Data Sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan didokumentasikan oleh pihak lain misalnya : Data Puskesmas Pulo Brayan Kecamatan Medan

Barat

3) Data Tersier adalah data riset yang sudah dipublikasikan secara resmi seperti jurnal dan laporan penelitian (report), misalnya UNESCO, Profil

(30)

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Uji Validitas

Suatu alat ukur indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 20 responden dengan menggunakan

program SPPS. Pengujian validitas konstruk dengan SPSS adalah menggunakan korelasi, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah

positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] ≤ taraf signifikan (à) sebesar 0,05. 25

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Item

Pertanyaan

r- tabel Pearson

Correlation

Keterangan

Item 1 0,444 0.701 Valid

Item 2 0,444 0.538 Valid

Item 3 0,444 0.715 Valid

Item 4 0,444 0.674 Valid

Item 5 0,444 0.541 Valid

Item 6 0,444 0.772 Valid

Item 7 0,444 0.568 Valid

Item 8 0,444 0.644 Valid

Item 9 0,444 0.749 Valid

Item 10 0,444 0.601 Valid

(31)

Item

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan

alat ukur yang sama. 25

Dimana instrumen di katakan reliabel apabila nilai cronchbach alpha yang

diperoleh kemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r hitung > r tabel maka tes tersebut reliabel.25

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan

Cronbach's Alpha r- Tabel Keterangan

0,570 0,444 Reliabel

Berdasarkan uji reliabilitas variabel diperoleh nilai 0,570 > 0,444 sehingga

butir soal dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Sikap

(32)

0,871 0,444 Reliabel

Berdasarkan uji reliabilitas variabel diperoleh nilai 0,871 > 0,444 sehingga

butir soal dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

3.8 Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Collecting, yaitu mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.

2) Checking, dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner

atau lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid dan reliabel; dan terhindar dari bias.

3) Coding, pada langkah ini peneliti melakukan pemberian kode pada variabel-variabel yang diteliti.

4) Entering, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam bentuk “kode” (angka dan huruf) dimasukkan ke dalam program yang digunakan peneliti yaitu SPSS.

5) Data Processing, semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian. 24

(33)

Setelah data dikumpulkan, data diolah dengan komputerisasi.Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.

1) Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan pengetahuan dan sikap ibu balita 1 tahun dengan kelengkapan imunisasi dasar. Dalam

penelitian ini data disajikan dalam tabel distribusi. 25 2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu balita 1 tahun dan variabel kelengkapan imunisasi dasar dengan menggunakan SPSS 17 uji statistik chi-square,

pada batas pemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p<p value (0,05) maka dikatakan (Ho) di

tolak dan Ha diterima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi

Gambar

Tabel 2.1. Imunisasi bayi lahir dirumah
Tabel 2.2. Imunisasi bayi lahir di Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Bidan
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Aspek pengukuran penelitian seperti tabel dibawah ini :
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian lain yang dilakukan oleh Albertina (2009) tentang “Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa

Faktor-Faktor Internal yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja.. Puskesmas Situ Gintung Ciputat

Karya Tulis Akhir dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Di Puskesmas Pembantu Lebak Kecamatan Sangkapura

Sebanyak 10 ibu yang memiliki anak balita terdapat 4 ibu mengatakan tidak mengetahui manfaat imunisasi, 3 ibu mengatakan takut kalau anaknya bila di imuni- sasi jadi panas, 2

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita dan hubungannya dengan faktor- faktor yang akan

Pada penelitian Wati (2013) didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada anak 1-5 tahun.Hasil analisis

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi (p=0,012); (2) Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada

Hubungan Sikap Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Tabel 5 Hubungan Sika Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bies Kabupaten Aceh