Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Tata Guna
Lahan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku
Tenggara
(Studi kasus : Kantor Lingkungan Hidup)
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Peneliti :
Ontario Nahusona (682006003) Dr. S. Yulianto J. P., S.Si., M.Kom.
Rudy Latuperissa, SE., M.Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
VII
Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan
Varietas Pohon pada Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Maluku Tenggara
Ontario Nahusona 1, Sri Yulianto J. Prasetyo 2, Rudy Latuperissa3 Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
E-mail: imanuel.nahusona@gmail.com1, sri.yulianto@staff.uksw.edu2, rudy_latu@yahoo.co.id3
Abstract
With facilities owned, and the uneven experts in these areas, making surveillance strategy in this case the Environmental Impact Assessment (EIA) have not reached a satisfactory words, this makes it inhibits in improving the well-being of the region, on the other carried his efforts have according to what people want. Office of Environment (MoE) Southeast Maluku in providing services to the community as well as data on KLH pemerintah.Pengolahan still use a simple program. So that the irregular data storage, and to obtain the information needed sometimes have to look one by one. Based on the above phenomenon it is necessary to conduct research on appropriate information systems applicable to KLH Southeast Maluku District. This research resulted in a plan to build a web-based geographic information system that serves for visualization land use, for the Office of the Environment Southeast Maluku District.
Keywords: Geographic Information System, Southeast Maluku District Abstrak
Dengan fasilitas yang dimiliki, dan belum meratanya tenaga ahli di daerah-daerah, membuat strategi pengawasan dalam hal ini Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) belum sampai pada kata memuaskan, ini menjadikan hal menghambat dalam meningkatkan kesejahteraan daerah, di lain usaha-usahanya yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Maluku Tenggara dalam memberikan layanannya kepada Masyarakat Maupun Pemerintah.Pengolahan data pada KLH selama ini masih menggunakan program sederhana. Sehingga penyimpanan data tidak teratur, dan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terkadang harus mencarinya satu persatu. Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka dipandang perlu melakukan penelitian mengenai sistem informasi yang sesuai diterapakan pada KLH Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian ini menghasilkan sebuah rancang bangun sistem informasi geografis berbasis web yang berfungsi untuk visualisasi tata guna lahan, bagi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara.
Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis, Kabupaten Maluku Tenggara 1
Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2
1
1. Pendahuluan
Kini semakin pesatnya perkembangan Teknologi Informasi (TI) di dunia hingga semakin banyak pula aspek kehidupan yang bergantung TI. Fungsi-fungsi layanan yang disediakan pun semakin beragam. Oleh karena itu TI kini bukan saja hanya dimiliki, dipakai, dan dimanfaatkan oleh kalangan tertentu, namun lebih meluas kepada pemerintahan, atau organisasi lainnya. Dalam kaitannya dengan pengolahan data menjadi informasi maka diperlukan suatu desain infratruktur TI dan
Software yang mendukung tujuan dan kebutuhan organisasi.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional dan Undang-undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka diperlukan perencanaan yang cermat dan tepat yang disusun dalam tahapan yang sistematis, konsisten, berkelanjutan, efektifitas dan efisiensi sehingga keberadaan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Maluku Tenggara memiliki makna bagi publik.
Berdasarkan laporan Balai BPDAS Waeapu Batu Merah-Ambon, tahun 2004, luas lahan kritis di Kabupaten Maluku Tenggara seluas 63.192 Ha (61,62 %) dari luas daratan seluas 102.543 Ha. Lahan kritis terdiri; areal sangat kritis seluas 649 Ha (0,63 %); dan areal kritis seluas 62.543 Ha (60,99 %). Pertambahan luas lahan kritis seluas 2.200 Ha setiap tahun, hal ini menimbulkan erosi dan pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dan laut, serta turunnya potensi sumberdaya air dan daya dukung lingkungan pada umumnya. Kemampuan rehabilitasi rata-rata per tahun baru mencapai 1.500 – 2.000 Ha per tahun (3,2 %) dari areal kritis seluas 63.192 Ha. Berarti kejaran rehabilitasi belum dapat menuntaskan lahan kritis yang ada.
Pembangunan bidang lingkungan hidup di Kabupaten Maluku Tenggara, memprioritaskan pemulihan areal kritis pada wilayah tangkapan air di luar kawasan hutan. Pada 5 (lima) tahun kedepan kegiatan rehabilitasi diarahkan untuk areal tangkapan air di luar kawasan hutan.
Agar dicapai kelestarian dan pertambahan area dan hasil hutan, maka diperlukan kesinambungan antara kegiatan produksi dan ketersediaan sumber daya hutan. Untuk itu diperlukan data dan informasi melalui kegiatan inventarisasi pohon dan membuat peta penyebarannya. Hasilnya dapat dipergunakan untuk memudahkan pengawasan/pembinaan terhadap kelestarian dan area tangkapan air hutan sehingga dapat memonitor atau melakukan analisa dampak lingkungan (AMDAL) dan perkembangannya dimasa yang akan datang.
2
bintangur (Calophyllum spp), samama (Anthocephalus spp), ketapang (Terminalia catappa), gijawas hutan (Parastemon vresteeghii). Jenis lainnya meliputi kayu burung (Elaeoucarpus ganitrus), makila (Letsea angulata), pulaka (Octomeles sp), kayu merah (Eugenia spp), eucalyptus (Eucalyptus spp), lasi (Adinauclea fagifolia Ridsd), rengas (Gluta spp), uhun (Eucalyptus papuana), jambu hutan (Eugenia spp), sengon (Albizzia falcataria), linggua (Pterocarpus indicus Willd), eboni (Diospyros sp), melur (Podocarpus spp), dahu (Dracontomelon spp), batu (Irvingia malayana Oliv), mersawa (Anisoptera spp), medang (Cinnamomum spp), simpur (Dillenia obovata), jambu hutan (Eugenia spp), mangga hutan (Mangifera spp) dan jenis komersial lainnya.
Untuk menerapkan tindakan operasional tersebut diperlukan informasi berupa model prediksi atau peramalan di pada tiap area penyebaran varietas tanaman. Peramalan itu mencakup suatu kegiatan yang diarahkan untuk memprediksi penyebaran varietas tanaman. Tidak hanya itu, peramalan juga bertujuan untuk memprediksi kemungkinan penyebaran dalam ruang dan waktu tertentu.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka dipandang perlu melakukan penelitian mengenai sistem informasi yang sesuai diterapakan pada KLH Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan mengedepankan efektifitas dan efisiensi dari segi tenaga, biaya dan keamanan data, serta dari segi kebutuhan, baik sekarang maupun pengembangan dimasa yang akan datang dengan mengambil judul tentang :
“Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Tata Guna Lahan (Studi Kasus: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara)”.
2. Tinjauan Pustaka
Salah satu penelitian yang membahas pentingnya sistem informasi geografis dilakukan di bidang konservasi fauna dan flora dai Taman Nasional Merapi Jawa Tengah. Penanganan data yang masih menggunakan sisttem manual membuat data antara region satu dengan yang lain tidak dapat didistribusikan sehingga muncul masalah dalam pengelolaan perijinan dan informasi tentang fauna dan flora yang berbeda-beda dari tiap-tiap sistem terdistribusi dengan teknik region. penelitian dilakukan untuk membangun sebuah sistem terdistribusi dengan teknik manipulasi data yang terdistribusi serta memanfaatkan Google Maps untuk memetakan persebaran fauna dan flora di Taman Nasional Merapi Jawa Tengah. sehingga sehingga perijinan dan tentang fauna dan flora dapat didistribusikan dari region satu ke region yang lain kenampakan dan persebaran yang jelas dari Google Maps, dimana data yang didistribusikan adalah kumpulan dari seluruh region yang ada [1].
Penelitian selanjutnya berjudul “Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan
3
lahan saja. Belum menyediakan ketersediaan informasi-informasi pendukung lainnya seperti pemupukan dan hasil produksi (hasil panen) untuk berbagiai jenis lahan tersebut [2].
Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tentang pentingnya sistem informasi geografis (SIG), dan pemanfaatan Google Maps untuk menunjukan lokasi tempat, area, atau region, maka dilakukan penelitian untuk merancang SIG yang dapat membantu pihak KLH dalam pengolahan data dan pengambilan keputusan.
Perbedaan dengan sistem yang akan dibuat adalah penggunaan Google Maps
tidak hanya digunakan untuk menunjukan lokasi suatu tempat melainkan juga untuk menampilkan luas area tanam dan prediksi data untuk membantu dalam pengambilan keputusan, dan disajikan dalam bentuk grafik.
Sistem adalah suatu kesatuan utuh yang terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah sistem terdiri dari berbagai unsur yang saling melengkapi dalam mencapai tujuan atau sasaran.
Unsur-unsur terdapat dalam sistem itulah yang disebut dengan nama sub-sistem. Subsistem-subsistem tersebut harus selalu berhubungan dan berinteraksi melalui komunikasi yang relevan sehingga sistem dapat bekerja secara efektif dan efesien. Sebuah sistem juga mempunyai sesuatu yang lebih besar ruang lingkupnya yang disebut dengan supra sistem. Sebagai contoh, jika sekolah dipandang sebagai sistem, pendidikan adalah supra sistemnya dan siswa adalah sub-sistemnya. “Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari interaksi subsistem yang berusaha untuk mencapai tujuan yang sama” [3]. “Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan” [4].
”Sistem merupakan sekelompok elemen yang berinteraksi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan” [5]. ” Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari satu atau lebih komponen atau sub-sistem yang berinteraksi untuk mencapai tujuan” [6]. Masing-masing sub-sistem dapat terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil lagi yang saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk suatu
kesatuan sehingga tujuan atau sasaran dapat tercapai”. Sebagai contoh sistem
komputer dapat terdiri dari sub-sistem perangkat keras sebagai hardware dan sub-sistem perangakat lunak software. Sub-sistem perangkat keras dapat terdiri dari alat masukan, alat pemproses dan alat simpanan. Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulan bahwa sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan dan terpadu yang menangani pemprosesan tertentu sehingga menghasilkan produk yang tertentu pula.
4
Gambar 1 Subsistem Sistem Informasi Geografis [8]
Secara umum pengertian SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis, dan sumber daya manusia (SDM), yang bekerja bersama secara efektif untuk: memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis [8]
Agar prediksi yang dibuat cukup akurat, perlu dilakukan deskripsi, dan pengembangan model peramalan. Kegiatan itu menerangkan metode peramalan tersebut menggunakan model runtun waktu, yaitu menyelidiki pola dalam deret data historis atau data masa lalu dan mengekstrapolasikannya ke masa depan. Metode tersebut hanya menggunakan satu variabel, yaitu WMA. Metode peramalan yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat [9]. Dengan demikian peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variable peramal, sering berdasarkan data deret waktu histori.
Perhitungan pada metode WMA dimana data terakhir memiliki bobot yang lebih besar nilainya dibandingkan harga-harga sebelumnya. Pembobotan nilai pada WMA akan tergantung pada panjang periode yang kita tetapkan. Semakin panjang periode yang ditetapkan, maka semakin besar pula pembobotan yang diberikan pada data terbaru. Dalam bentuk matematis, WMA dirumuskan sebagai berikut:
WMA
3. Metode dan Perancangan Sistem
Metode yang dipakai dalam rekayasa peranti lunak dalam penelitian ini adalah Sekuensi Linier atau juga disebut metode Waterfall merupakan metode klasik atau paradigma rekayasa perangkat lunak yang dimulai pada tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisa, disain, kode pengujian, dan pemeliharaan[10]. Metode
5
Sekarang ini perangkat lunak yang tidak terlalu komplek kebanyakan menggunakan metode ini karena pada waterfall model proses terbagi menjadi tahap-tahap yang mengikuti pola yang teratur dan dilakukan secara topdown, seperti diasosiasi dengan penamaannya. Intinya jika terjadi kesalahan cukup kembali ke tahap sebelumnya dan begitu seterusnya sampai menemukan kesalahan yang terjadi. Apabila kesalahan sudah ditemukan maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya. gambaran umum metode waterfall ditunjukan pada Gambar 2. [10]
Gambar 2 Metode Waterfall (Pressman, 2001)
Fase-fase dalam tahap perancangan menggunakan waterfall model menurut referensi Pressman, yaitu bagaimana menerjemahkan kebutuhan software dan sistem yang dibuat adalah sebagai berikut: (1) Analisa Kebutuhan dan Defenisi Persyaratan: Pelayanan, batasan, dan tujuan sistem ditentukan melalui pencarian data-data, dan konsultasi dengan User dan Admin (pegawai). Sehingga memahami sifat program yang dibangun, domain informasi, tingkah laku, dan interface. Analisa dilakukan dengan wawancara maupun dengan menyebarkan kuisioner baik kepada pegawai, maupun masyarakat umum dan berbagai kalangan. (2) Design Sistem dan Software : Berfokus pada empat atribut sebuah program yang berbeda, yaitu struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural, dan menerjemah kebutuhan dalan representasi software. Melibatkan identifikasi dan deskripsi abstraksi sistem perangkat lunak yang mendasar dan hubungan-hubungannya. (3)Implementasi dan Pengujian Unit: Pada tahap ini, perancangan
software direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program [11]
Pengujian unit melibatkan verifikasi bahwa setiap unit telah memenuhi spesifikasinya sehingga sistem yang dibangun dapat memberikan informasi tentang Lokasi hutan yang ada di daerah Kabupaten Maluku Tenggara melalui media
interNet. Obyek lahan ini dikelola oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten
6
difokuskan pada fungsionalitas perangkat lunak tanpa mengetahui struktur internal program. (4) Tahap Integrasi dan Pengujian Sistem: Unit program atau program individual diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi. setelah pengujian sistem, perangkat lunak dikirim kepada pelanggan. Meminta User (masyarakat baik di dalam maupun di luar kabupaten maluku tenggara) untuk menjalankan/testing aplikasi tersebut. aplikasi akan dievaluasi apabila terjadi error, kurang user friendly, dan kesalahan-kesalahan yang fatal. Namun pada tahap ini sebenarnya tidak dilakukan karena sistem manajemen di tempat penelitian dilakukan masih dilakukan secara manual. Pengujian software dilakukan untuk memastikan bahwa software yang dibuat telah sesuai dengan designnya dan semua fungsi dapat dipergunakan dengan baik tanpa ada kesalahan. Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak. (5) Pengoperasian dan Perawatan: Tahap terakhir, bagaimana mengoperasikan sistem aplikasi yang telah dibangun dan kemudian akan melakukan pereawatan serta harus dilakukan evaluasi untuk mencari kelemahan-kelemahan yang ada.
Metode perancangan sistem menggunakan Unified Modeling Languange
(UML). UML merupakan bahasa sederhana yang digunakan sebagai awal pembuatan desain yang berdasarkan pada Pemrograman Berorientasi Obyek.
Lihat Peta
Gambar 3 Use Case Diagram Sistem
Pada Gambar 3 ditunjukkan 2 aktor, User dan Admin. Admin memiliki peran yaitu login dan memanipulasi (insert, update, dan delete) semua isi content aplikasi
7
Gambar 4 Activity Diagram untuk User Gambar 5 Activity Diagram untuk
Administrator
Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa User dapat langsung menentukan pilihan.
User dapat memilih untuk cari data, lihat informasi, dan lihat peta, setelah itu user
mendapat informasi yang dicari. apabila user sudah tidak memiliki kepentingan maka user dapat keluar dari sistem.
Sequence Diagram menggambarkan bagaimana suatu objek berinteraksi
dengan objek lain melalui sebuah pesan pada eksekusi Use Case atau operasi.
Sequence Diagram mengilustrasikan bagaimana pesan-pesan tersebut dikirim dan
diterima antara objek-objek tersebut dan berada pada urutan ke berapa Ambler(2005:81). Sebuah objek dan diagram Collaboration menyorot pada prinsip objek yang diambil dari masalah utama dan arsitektur mereka Collaboration Diagram juga menggambarkan relasi antar obyek seperti Sequence Diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing obyek dan bukan pada waktu penyampaian message. Diagram Collaboration dan Sequence membantu mengidentifikasi dan mendokumentasi perilaku yang diharapkan dari objek dalah masalah utama. Admin membuat peta dan atribut pada kelas pembuat di web ini, dan memberikan hasilnya ke program utama, kemudian akan menghasilkan sistem aplikasi yang diharapkan oleh pengguna seperti pada Gambar 6
Gambar 6 Sequence Diagram Atur Gambar 7 Collaboration Diagram Atur
8
Gambar 10 Sequence Diagram Pengguna Gambar 11 Collaboration Diagram
Pengguna
Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain pada Gambar 12.
Gambar 12 Class diagram struktur deskripsi class
4. Hasil dan Pembahasan
9
Gambar 13 Struktur Data
Gambar 13 merupakan struktur data pada tabel Hutan. Tabel tersebut berfungsi untuk menyimpan data luas panen tiap komoditas per kecamatan, pada periode waktu tertentu. Contoh data ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Contoh Data
No Kecamatan Komoditas Tahun Bulan Tanggal Luas
1 Teras kenari 2008 1 1 5
2 KEI BESAR SELATAN
kenari 2008 1 1 7
3 Sambi kenari 2008 1 1 25
4 Ngemplak kenari 2008 1 1 30
5 Nogosari kenari 2008 1 1 13
6 KEI BESAR SELATAN
mahoni 2008 1 1 0
7 Ngemplak mahoni 2008 1 1 0
8 Nogosari mahoni 2008 1 1 0
10
Gambar 14 Tampilan Awal
Tampilan yang dihasilkan Web SIG ini berupa form seperti yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Tampilan saat pertama Web SIG dijalankan adalah
form home yang dapat dilihat pada Gambar 14. Setelah membuka halaman ini Peta Maluku Tenggara dan lokasi area tanam akan langsung diperlihatkan oleh sistem dan ditandai dengan sebuah marker kemudian dapat diakses untuk melihat data luas tanam.
11
Gambar 15 Grafik Luas Tanam dan Rata-rata Tanam
Grafik pada Gambar 15, memiliki beberapa garis yang berbeda warna. Pada grafik luas tanam, garis berwarna biru merupakan data rencana luas tanam dan garis warna merah merupakan realisasi luas tanam. Pada grafik rata-rata tanam, garis biru merupakan rata-rata rencana tanam dari tahun 2005 s/d 2014, dan garis ungu merupakan rata-rata realisasi tanam dari rentang tahun yang sama.
Pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi sistem berupa User Acceptance Test (UAT) untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini mencakup kebutuhan user, pada tahapan ini peneliti meminta tanggapan user tentang aplikasi sistem informasi ini sebagai bahan evaluasi. Berikut ini adalah hasil presentase dari kuesioner yang telah dibagikan pada 30 orang responden. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pengujian Pengguna pegawai dan masyarakat
No Pertanyaan Jumlah Presentase (%)
1 Apakah aplikasi sistem informasi geografis ini mudah digunakan atau dioperasikan ? 3 Apakah program sistem informasi geografis ini sesuai
12
c. ragu-ragu
4 Bagaimana tanggapan anda terhadap tampilan aplikasi sistem informasi geografis ini? 5 Bagaimana tanggapan anda terhadap keseluruhan
aplikasi sistem informasi geografis ini?
Hasil kuesioner menujukkan bahwa aplokasi sistem informasi geografis ini telah sesuai dengan kebutuhan user.
5. Simpulan
Berdasarkan perancangan dan pengujian diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Sistem Informasi Geografis dapat dikembangkan untuk mengolah dan menyajikan informasi tata guna lahan bagi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara.; (2) Sistem Informasi Geografi yang dihasilkan teruji dapat digunakan dengan mudah dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Hal ini dikarenakan sebelum proses pengembangan, dilakukan analisis kebutuhan. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut adalah: (1) Penelitian dan pengembangan sistem dapat diarahkan untuk menganalisis kategori lahan berdasarkan jenis tanaman yang potensial di area lahan tertentu.
6. Daftar Pustaka
[1]. Wijaya, A. S. 2009. Sistem Infromasi Fauna dan Flora Taman Nasional
Merapi Menggunakan Sistem Terdistribusi dan Google Map. Fakultas
Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana2
[2]. Fariza, A. & others 2010. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Dan
Analisa Daerah Pertanian Di Kabupaten Ponorogo. EEPIS Final Project
[3]. Moscove, S. A., Simkin, M. G. & Bagranoff, N. A. 1998. Core concepts of accounting information systems. John Wiley & Sons, Inc.
[4]. Bertalanffy, L. von 1968. General system theory: Foundations, development, applications. Braziller. New York.
[5]. Santoso, E. H. & others 2013. Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi
Perpustakaan Pada Rumah Pintar (Rumpin) Pacitan. Speed-Indonesian
Journal on Computer Science
[6]. Jogiyanto, H. M. 2000. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Yogyakarta: BPFE Edisi ke-2
[7]. Davis, G. B. & Olson, M. H. 1984. Management information systems:
conceptual foundations, structure, and development. McGraw-Hill, Inc.
13
[9]. Gaspersz, V. 1998. Production Planning and Inventory Control. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
[10]. Pressman, R. S. & Jawadekar, W. S. 1987. Software engineering. New York 1992