WILAYAH POLITIK DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO
Oleh Pertampilan S. BrahmanaSejarah Wilayah Karo
Menurut Neumann (1972:8) wilayah Karo adalah suatu wilayah yang luas, yang terlepas dari perbedaan-perbedaan antar suku, yang menganggap dirinya termasuk ke dalam Karo, yang berbeda dengan Toba, Pak-Pak, Batak Timur (?= Simalungun).
Seluruh perpaduan suku-suku Karo diikat oleh suatu dialek yang dapat dimengerti dimana-mana dan hampir tidak ada perbedaannya antara yang satu dengan yang lain. Bangsa Karo berada di Langkat, Deli Serdang, dan Dataran Tinggi Karo sampai Tanah Alas (Propinsi Aceh = ceh Tenggara).
Sementara itu Parlindungan (1964:495) membagi wilayah Karo menjadi dua bahagian yaitu Wilayah Karo Gunung, wilayah ini terletak 1000 meter di atas permukaan laut yang mencakup di sekitar Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, dan wilayah Karo Dusun, 100 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini berada di luar dari Wilayah Karo Gunung. Daerah ini boleh jadi mencakup Langkat, Deli Serdang, Simalungun, Pak-Pak Dairi sampai Tanah Alas.
Berdasarkan perkiraan Neumann dan Parlindungan di atas, wilayah budaya Karo pada zaman sebelum kedatangan Belanda sangat luas. Namun setelah kedatangan Belanda (Putro, 1981), wilayah Karo ini dibagi atas beberapa daerah. Pembagian ini bermotif kepentingan politik pemerintahan jajahan Belanda.
Pada tahun 1908 (stbl no. 604) ditetapkan batas-batas Kabupaten Karo dengan Kabupaten Dairi, dengan memasukkan daerah Karo Baluren, sepanjang sungai renun kecamatan Tanah Pinem dan Kecamatan Lingga, masuk menjadi daerah Kabupaten Dairi.
Pada tanggal 19 April 1912, dengan besluit Goverment Bijblad No. 7645, menetapkan batas-batas Kabupaten Karo dengan Kabupaten Simalungun sekarang dengan memasukkan Urung Silima Kuta ke dalam daerah tingkat II Kabupaten Simalungun.
Pada tanggal 19 April 1912, dengan besluit Goverment No. 17, telah ditetapkan pula batas antara Kabupaten Karo sekarang dengan Deli Hulu, dengan memisahkan seluruh pantai Timur dengan Kabupaten Karo sekarang.
Karo Dusun, yang terdiri dari kecamatan Serbanyaman, kecamatan Sunggal dan kecamatan Delitua dimasukkan ke Kabupaten Deli Serdang.
Karo Timur, dimasukkan ke daerah tingkat II Kotamadya Medan. Pada masa penjajahan Belanda, pemerintahan jajahan Belanda membagi daerah Karo dibagi menjadi 5 wilayah yang terdiri dari (1) Wilayah Lingga, (2) Wilayah Sarinembah, (3) Wilayah Suka, (4) Wilayah Barusjahe, dan (5) Wilayah Kutabuluh. Masing-masing wilayah ini terdiri dari beberapa desa.
Pada masa Pemerintahan Jepang, wilayah ini tidak mengalami perubahan. Namun setelah Indonesia merdeka wilayah ini masuk menjadi bagian daerah tingkat II Kabupaten Karo yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Kabanjahe.
Wilayah Masyarakat Karo Secara Politik
Kini yang masuk ke dalam daerah wilayah Karo secara politik adalah yang terletak dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Tingkat II Karo dengan ibu-kotanya berkedudukan di Kabanjahe,
Batas-batasnya adalah:
- Sebelah Utara dengan Langkat dan Deli Serdang - Sebelah Selatan dengan Dairi dan Danau Toba - Sebelah Timur dengan Simalungun dan
- Sebelah Barat dengan Aceh Tenggara (Prop Aceh).
Kabupaten Daerah tingkat Karo ini terletak pada kordinat 20 40' 30 10' LU dan 970 55' 980 38', dan terletak pada ketinggian 140 m 1.400 m di atas permukaan laut. Luas Kabupaten Tingkat II Karo 2.127,25 Km2 atau 3,01 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Secara administratif, kini Kabupaten Karo dibagi atas 13 wilayah Kecamatan yang mencakup Kecamatan Barus Jahe, Kecamatan Tigapanah Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Brastagi, Kecamatan Merek, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Payung, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Kutabuluh, Kecamatan Munte, Kecamatan Laubaleng, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Juhar dan Kecamatan Mardinding.
Wilayah Budaya Masyarakat Karo
Maka kinu bila membicarakan wilayah budaya masyarakat Karo secara budaya tidak hanya mencakup Kabupaten Dati II Karo sekarang ini saja, tetapi mencakup kewedanaan Karo Jahe yang mencakup daerah tingkat II Deli Serdang, terdiri dari Kecamatan Pancurbatu, Kecamatan BiruBiru, Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Lau Bakeri dan Kecamatan Namorambe (Tambun, 1952:177-179), Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM Hulu, Kecamatan STM Hilir, Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Tanjong Morawa, Kecamatan Deli Tua, Kecamatan Patumbak, Kecamatan Sunggal (Brahmana, 1995:11). Di daerah tingkat II Langkat mencakup Kecamatan Sei Binge, Kecamatan Salapian dan Kecamatan Bahorok, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Padang Tualang. Di daerah tingkat II Dairi, di kecamatan Tanah Pinem, Kutabuluh, di daerah tingkat II Simalungun di sekitar perbatasan Karo dengan Simalungun, dan di daerah Aceh Tenggara.
Daftar Pustaka
Brahmana, L.S. 1995. Menelusuri Wilayah Bahasa Karo. Medan: Tenah. Neumann, J.H. 1972. Sebuah Sumbangan: Sejarah Batak Karo. Jakarta:
Bharata.
Parlindungan ,1964. ????
Putro, Brahma. 1981. Karo Dari Jaman Ke Jaman I. Medan: Yayasan Massa.