LANDASAN FILOSOFIS
Sikun Pribadi (1981) mengartikan filsafat ini sebagai
suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan
atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa
makna hidup manusia di alam semesta ini. Dapa juga
diartikan sebagai perenungan atau pemikiran tentang
kebenaran, keadilan, kebaikan, keindahan, religi serta
sosial budaya.
Fungsi filasaf:
1. Setiap manusia harus mengambil keputusan atau
tindakan
2. Keputusan yang diambil adalah keputusan sendri
3. Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham
dan konflik. Dan
Pembahasan tentang makna dan fungsi filsafat di atas dalam
kaitannya dengan layanan bimbingan dan konseling, Prayitno
dan Erma Amti (2003:203-204) mengemukakan pendapat
Belkin (1975) yaitu bahwa pelayanan bimbingan dan
konselinng meliputi kegiatan atau tindakan yang semuanya
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
diperlukan pemikiran filsafat tentang berbagai hal yang
tersangkut paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
John J. Pietrofesa (1980) mengemukakan pendapat James Cribbin
tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan itu sebagai
berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengkuan akan
kemuliaan dan harga diri individu (klien) dan atas hak-haknya
untuk mendapat bantuan.
b. Bimbingan
merupakan
proses
pendidikan
yang
berkesinambungan. Artinya bimbingan merupakan bagian
integral dalam pendidikan
c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang
meminta bantuan atau pelayanan.
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi
kesehatan mental. Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama,
yang masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau
kompetensinya sendiri.
e. Fokus
bimbingan
adalah
membantu
individu
dalam
merealisasikan potensi dirinya
Hakikat manusia
Viktor E. Frankl (Prayitno dan Erma Amti 207-208) mengemukakan
bahwa manusia itu sebagai berikut:
1.
manusia, selain memiliki dimensi fisik dan psikologis, juga
memiliki dimensi spritual. Ketiga dimensi itu harus dikjai secara
mendalam apabila manusia itu hendak dipahamai dengan
sebaik-baiknya. Melalui dimensi spritualnya itulah manusia mampu
mencapai hal-hal yang berada di luar dirinya dan mewujudkan
ide-idenya.
2.
Manusia adalah unik, dalam arti bahwa manusia mengarahkan
kehidupannya sendiri
3.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya
untuk
membuat
pilhan-pilihan
yang
menyangkut
perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia
berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan
akan menjadi apa manusia itu sendiri
Tujuan dan tugas kehidupan
Prayitno dan Erman Amti (2002: 10-13) mengemukakan
model Witner dan Sweeney tentang kebahagiaan dan
kesejahtraan hidup serta upaya mengembangkan dan
memperahankannya sepanjang hayat. Menurut mereka
ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat itu dintadai dengan
lima kategori tugas kehidupan, yaitusebagai berikut:
1. Spritualitas
2. Pengaturan diri
3. Bekerja
Landasan religius
Landasan psikologis
a. Motif dan Motivasi
•
Perkembangan Individu
• Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial
yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
•
Perkembangan Individu
Kepribadian
• Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang mencakup :
• Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
• Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
• Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
• Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
• Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
• Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
Landasan sosial budaya
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima
macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam
komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya,
yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal;
(c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e)
kecemasan.
Landasan ilmiah dan teknologi
Landasan pedagogis
Landasan Yuridis