• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iqbal M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembil (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Iqbal M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembil (1)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

0 10 20 30 Km Daerah pemantauan tambahan Daerah pemantauan reguler

PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG NO. 8

OKTOBER 2003

Berbak-Sembilang – GEF MSP (TF – 0240011)

k

u

m

e

n

Pr

o

y

e

k

N

o

. 7

6

o

r

a

n

T

e

k

n

I

K

Disusun oleh:

Muhammad Iqbal

Wetlands International - Indonesia Programme

(2)

TIM PRODUKSI

Penyusun : Muhammad Iqbal

Pelaksana Kegiatan : Mauludin, Abdul Halim (BKSDA Sumsel ); Syafi’I, (FPPPM); Muhammad Iqbal, Surya Chandra (KPB SOS); Dial Adian Ramadhan (FP Kehutanan UMP)

Penyunting : Ferry Hasudungan

Desain & Tata letak : Joko Purnomo

Peta-peta : Joko Purnomo

Foto sampul : Temuan kayu nibung di antara Sungai Sembilang Simpang Satu (M. Iqbal)

© Wetlands International - Indonesia Programme, 2003

Dokumen ini dapat diperoleh di:

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3, Kel. Lorok Pakjo

Palembang - Sumatera Selatan 30137

Tel/Fax: +62 711 350786, E-mail: bsp-plg@indo.net.id

Wetlands International - Indonesia Programme Jl. Ahmad Yani No. 53 Bogor 16161

PO. Box 254/Boo Bogor 16002

Telp: +62 251 312189, Tel/Fax: +62 251 325755 E-mail: wi-ip@indo.net.id

(3)

PROYEK KONSERVASI TERPADU LAHAN BASAH PESISIR BERBAK - SEMBILANG

GEF MSP (TF 0240011)

PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG KE- 8,

Oktober 2003

DAFTAR ISI

Halaman

I LATAR BELAKANG 1

II DAERAH SURVEY 1

III METODE 3

IV HASIL PEMANTAUAN

1. Kondisi Pos dan Resort

2. Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan

3. Aktifitas Manusia selain dari Pengambilan Kayu

4. Pengamatan Fauna

4 4

8

11

V DISKUSI & EVALUASI 16

VI KESIMPULAN & SARAN 20

PUSTAKA 21

LAMPIRAN

Data Koordinat Lokasi Pemantauan

Detail Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Manusia Dafttar Temuan Jenis Burung yang Teramati

Catatan Temuan Burung

Data Pelaksana Pemantauan & Evaluasi Kawasan

(4)

I. LATAR BELAKANG

Sebagai bagian dari perangkat Monitoring dan Evaluasi, Wetlands International - Berbak Sembilang Project (WIIP-BSP) mencoba mengembangkan beberapa konsep yang terstruktur yang diharapkan dapat dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang (M&E plan). Salah satu konsep tersebut adalah Unit Pemantauan Terpadu (Integrated Monitoring Unit – IMU).

Hasil pemantauan dan evaluasi kawasan sebelumnya menunjukkan bahwa gangguan terhadap kawasan terus terjadi. Gangguan-gangguan yang terjadi terhadap kawasan juga menunjukkan fenomena yang berbeda. Pengambilan kayu bakau dari jenis Tumu Bruguiera

sp dan Buta-buta Exoecaria agallocha terjadi pada pemantauan ke-4 dan ke-5 (lihat Hasudungan & Wardoyo 2003 dan Hasudungan & Sutaryo 2003), sedangkan meningkatnya aktifitas pengambilan kayu nibung Oncosperma sp teramati pada pemantauan ke-7 (Iqbal 2003). Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa pemantauan rutin tetap merupakan suatu kebutuhan penting bagi kawasan TN Sembilang.

Pada pemantauan yang ke-8 ini, kegiatan pemantauan kembali dikoordinasi oleh perwakilan LSM yaitu Kelompok Pengamat Burung South of Sumatera (KPB SOS). Dengan proses kaderisasi ini, diharapkan pemantauan kawasan dapat berlangsung sesuai dengan strategi yang telah disusun sebelumnya.

II. DAERAH SURVEY

Daerah-daerah pemantauan reguler yang dapat dipantau pada kegiatan kali ini adalah; Sungai Bungin, daerah berlumpur pesisir Semenanjung Banyuasin (mulai dari Muara S. Apung hingga Muara S. Sembilang), S. Simpang Satu (15,4 km dari muara), S. Benawang (dari Simpang Batu ke Bagan di Merawan sekitar 9,1 km), S. Bakurendo (21,1 km dari muara) dan S. Terusan Dalam (20,4 km dari bagan pemukimanTerusan Dalam).

Selain itu, beberapa daerah pemantauan tambahan yaitu; Sungai Bangko (10,5 km dari muara), Sungai Deringgo besar (13,8 km dari muara), Bagan di muara Simpang Batu, Sungai Terusan Luar, Sungai Simpang Ngirawan (17,7 km dari muara), Pulau Betet dan S. Benu (31,1 km dari muara).

(5)

Peta 1. Daerah Pemantauan

0 10 20 30 Daerah pemantauan tambahan Daerah pemantauan regular

SBk SDB SN

TD

TL PB SBe

SBa

TBn

SSs

BA

SBu

Keterangan lokasi :

Sbu Sungai Bungin SN Sungai Simpang Ngirawan

BA Semenanjung Banyuasin SDB Sungai Deringgo besar

SSs Sungai Simpang Satu SB Sungai Benu

Sba Sungai Bangko STD Sungai Terusan Dalam

TBn Teluk Benawang TL Sungai Terusan Luar

SBk Sungai Bakorendo Batas Kawasan Taman Nasional Sembilang

Sumber Peta Dasar :

1. Citra Landsat Satelit Image 5TM, Bands 542 – LAPAN Mei ‘2001

(6)

III. METODE

Sebagian besar kegiatan pemantauan dilakukan dengan menggunakan transportasi air, yaitu

speed-boat kayu dengan mesin Yamaha 40 PK. Pemantauan dilakukan dengan menyusuri

sungai yang telah ditentukan sebagai menjadi target pemantauan. Selain itu, sungai-sungai yang menurut informasi di lapangan rentan terhadap gangguan aktifitas manusia juga merupakan sasaran dalam kegiatan pemantauan kali ini. Penyusuran dilakukan dengan kecepatan sedang dan berhenti pada titik-titik tertentu untuk mengamati kondisi habitat, satwa aktivitas manusia atau gangguan lain terhadap kawasan.

Data yang dikumpulkan antara lain: aktivitas manusia yang teramati, kondisi habitat serta temuan kelompok-kelompok satwa liar yang teramati. Data pendukung seperti panjang/luas areal survey, koordinat lokasi survey juga dicatat. Penentuan koordinat lokasi pemantauan dilakukan dengan bantuan GPS Garmin 12 CX.

Wawancara dengan penduduk atau masyarakat di sekitar kawasan juga dilakukan. Selain untuk mengumpulkan data tambahan juga dilakukan untuk menyampaikan informasi mengenai status kawasan secara umum. Dalam pemantauan ke-8 ini sendiri, tim pemantauan juga membagikan leaflet kepada masyarakat lokal di sekitar kawasan. Dengan leaflet ini diharapkan masyarakat memahami gambaran mengenai status kawasan.

Pengamatan dan identifikasi burung secara umum menggunakan alat bantu teropong

(Binocular): Pentax 8 x 40 dan Pegassus 15 x 32.. Dokumentasi kegiatan menggunakan

kamera Nikon FM2, dengan lensa MicroNikkor55 mm.

Panduan lapangan yang digunakan untuk identifikasi burung adalah, MacKinnon, dkk. (2000), dan Sonobe & Usui (1993). Keberadaan kelompok mammalia selain berdasarkan hasil temuan langsung, juga diidentifikasi dari temuan jejak, cakaran atau kotoran, panduan identifikasi yang digunakan adalah van Strien (1983), dan Payne, dkk. (2000).

Kronologi Kegiatan : Tim Pelaksana :

(7)

IV. HASIL PEMANTAUAN

4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort

Teramati adanya pembangunan di sekitar Pos Resort Sembilang. Hal ini merupakan bagian dari rencana untuk mendirikan pos terpadu bersama antara para lembaga/instansi terkait yang berwenang di Kabupaten Banyuasin II, khususnya yang terlibat dalam hal pengamanan kawasan Taman Nasional Sembilang. Program ini merupakan program pemerintah daerah guna membantu pengawasan di Taman Nasional Sembilang. Adapun lembaga/instansi yang akan mengisi pos terpadu ini adalah BKSDA Sumsel, Kepolisian (SATPOLAIRUD), Dinas Kehutanan Banyuasin dan Babinsa.

Seperti halnya yang teramati pada pemantauan ke-7 sebelumnya, kondisi pos resort di Terusan Dalam terlihat dalam kondisi baik dan bersih. Pada saat berkunjung ke pos resort ini, tim pemantauan ke-8 membawa 2 buah bola lampu untuk menunjang kenyamanan pos resort ini. Bola lampu ini sebenarnya merupakan sebuah pesanan lama dari salah seorang warga Terusan Dalam (Pak Gani) yang aktif memelihara dan menjaga kondisi pos resort ini. Seperti pada pemantauan sebelumnya, tim pemantauan ke-8 juga menggunakan pos resort ini sebagai tempat beristirahat, berdiskusi dan bermalam.

4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan

Seperti pada pemantauan sebelumnya, aktifitas/kegiatan manusia merupakan komponen penting dalam hal pemantauan dan evaluasi kawasan. Aktifitas manusia yang teramati di wilayah kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu kegiatan pemantauan hasil hutan kayu dan non-kayu. Dalam Pemantauan ke-8 ini, walaupun tidak menjadi fokus utama, tetapi pemantauan terhadap dua konsesi yang pernah memiliki izin untuk beroperasi di kawasan ini tetap dilakukan, yaitu PT Sribunian Trading Coy (STC) dan Koperasi Wana Karya Lestari (WKL).

(8)

Baik kondisi di base-camp STC maupun di WKL teramati tidak jauh berbeda dengan kondisi pada pemantauan sebelumnya. Di base-camp STC ditemui dua karyawan yang menjaga aset perusahaan. Menurut karyawan tersebut, mereka semuanya berjumlah empat orang. Dua karyawan lainnya sedang mencari dedaunan hutan untuk dimakan. Sementara itu, di bekas base-camp WKL, hanya teramati sisa-sisa bangunan yang telah ditinggalkan pemiliknya.

Selain pengamatan di kedua konsesi tersebut, teramati juga kegiatan penebangan kayu atau pengambilan hasil hutan secara illegal, yaitu :

a. Penebangan kayu bernilai ekonomi tinggi (dari hutan gambut)

Pengambilan kayu bernilai ekonomi tinggi terjadi di beberapa sungai di dalam kawasan, diantaranya

Sungai Bakurendo

Sekitar 8 km dari muara Sungai Bakurendo, tim pemantauan menemukan sebuah perahu besar yang yang membeli kayu sebanyak ½ kubik. Kayu tersebut menurutnya dibeli dari Mamat Tanjung. Pemilik perahu tersebut bernama Wahab bin Naim dari Birik. Dari pemilik perahu ini di dapat keterangan bahwa Mamat Tanjung mengambil kayu tersebut tidak jauh dari lokasi perahu tersebut. Keterangan ini diperkuat dengan terdengarnya bunyi chainsaw di sekitar kawasan tersebut.

Tim pemantauan membawa salah seorang dari anggota perahu tersebut untuk menunjukkan tempat di mana Mamat Tanjung beroperasi. Di lokasi Mamat Tanjung tersebut, ditemukan dua pondok dengan jumlah orang. Selain itu ditemukan juga 3 kubik kayu dan 2 buah chainsaw. pada saat itu Mamat Tanjungnya tidak berada di lokasi. Menurut para pekerja di pondok tersebut, jenis kayu yang diambil adalah kayu punak.

Selain pondok Mamat Tanjung, tim pemantauan juga berhasil menemukan satu pondok lagi yang tidak jauh dari lokasi tersebut. Pondok tersebut milik Jahari, yang juga merupakan adik kandung dari Mamat Tanjung. Di lokasi pondok Jahari tersebut ditemukan juga sebuah pompong besar khas buatan orang Tanjung, papan sebanyak 4 kubik dan satu buah chainsaw.

Dari Jahari juga didapat keterangan bahwa di sebelah kiri Bakurendo dekat pondok miliknya terdapat juga pondok yang dipimpin oleh Fani. Menurut Jahari, kelompok Fani tersebut mengambil kayu meranti dan ramin. Kemungkinan kayu tersebut milik Haji Pek, dengan perkiraan kayu sebanyak 100-150 kubik. Mereka belum menarik kayu tersebut, karena masih menunggu waktu yang tepat, yaitu ketika penjaga sedang lengah atau

tidak ada.

Sungai Terusan Dalam

(9)

kayu racuk. Menurut penduduk Terusan Dalam, kayu tersebut akan digunakan untuk pembuatan gudang ikan.

b. Pengangkutan kayu sisa hasil hutan produksi

Aktifitas pengambilan kayu tenggelam ini teramati berupa laporan dari laporan pekerja pabrik tampa di bagan 5 - Sungai Benu. Mereka mengambil kayu tenggelam di sekitar S. Benu dan pekerjaan mereka itu adalah atas perintah Ari, dengan sepengetahuan dari Kepala Desa Tanah Pilih.

c. Penebangan dan pengangkutan kayu nibung

Adapun temuan-temuan pengangkutan kayu Nibung tersebut, yaitu :

• Di dekat perairan antara S. Simpang Satu dan S. Sembilang ditemukan pompong penarik nibung. Adapun nibung yang ditarik oleh pompong tersebut berjumlah sebanyak 500 potong (10 bual, 1 bual = 10 potong). Nibung tersebut akan dibawa ke Kuala Tanjung sebagai bahan penahan jalan (cerucuk) pada proyek pembangunan jalan Tanjung api-api. Pompong tersebut diketuai oleh Ruslan, dan nibung tersebut akan disalurkan kepada Hamid sebagai penampung yang berasal dari PT Waskita di Palembang. Nibung yang diangkut tersebut berasal dari Sungai Peldes (pers.

comm.).

• Masyarakat Simpang Batu menginformasikan bahwa aktifitas pengangkutan kayu nibung cukup sering melintas di bagan mereka.

• Di dekat Sungai Sembilang, tim pemantauan bertemu dengan pompong yang membawa nibung sebanyak 1.250 potong atau sekitar 125 bual. Pompong penarik nibung tersebut milik Hanan bin Idham, orang Telang Lubuk dusun II. Menurutnya, Ia bekerja mengumpulkan nibung tersebut mulai 2 bulan yang lalu, dengan jumlah pekerja sebanyak 9 orang. Nibung-nibung tersebut rencananya akan dijual ke Sembilang sebagai bahan untuk pembuatan kelong.

(10)

Tabel 1. Temuan pengambilan kayu nibung selama kegiatan Pemantauan.

PEMANTAUAN JP LP Keterangan

ke 1 - - -

ke 2 1 Sungai Benawang 500 batang, asal S. Deringgo besar ke 3 1 Sungai Peldes 500 batang, asal S. Peldes

ke 4 1 Sungai Peldes 300 batang, asal S. Peldes

ke 5 - - -

ke 6 1 P10 400 batang, asal S. Capuk/Siapo besar S. Penyalin Besak 1000 batang

S. Haji Kemad 110 batang ke 7 3

S. Bakurendo 1000 batang

Sembilang 500 batang

ke 8 2

Sembilang 1250 batang

Keterangan : JP = Jumlah Pertemuan; LP = Lokasi Pertemuan

Sumber : Gönner & Hasudungan 2001, Hasudungan & Sutaryo 2002, Hasudungan & Sutaryo. 2002a, Hasudungan & Wardoyo. 2002 dan Iqbal 2003a.

d. Pabrik Pengolahan Kayu (Pabrik Tampa)

Teramati dua pabrik tampa (menggunakan gergaji piringan) dalam pemantauan ke-8 ini, yaitu satu di Sungai Bungin dan satu lainnya di Sungai Benu.

Sungai Bungin

Pabrik tampa yang terdapat di Sungai Bungin sudah teramati pada pemantauan ke-7 sebelumnya. Ketika tim pemantauan berkunjung ke pemilik pabrik tersebut, pemilik pabrik tersebut (Pak Dul) sedang tidak berada di tempat. Masyarakat Sungai Bungin melaporkan bahwa pabrik tersebut pernah mencoba menggesek kayu sebanyak 10 potong, tetapi saat ini pabrik tersebut sudah mulai berhenti beroperasi. Menurut seorang staf BKSDA yang ikut serta dalam pemantauan ke-8 ini (Mauludin), setelah laporan dari tim pemantauan ke-7 mengenai adanya pabrik tampa di kawasan ini, maka ada tim susulan dari pihak BKSDA yang menindak-lanjuti temuan aktifitas pabrik tampa ini.

Sungai Benu

Setelah pemantauan ke-5 (minggu kedua Oktober 2003), Sungai Benu tidak pernah dikunjungi lagi. Hal ini mengakibatkan minimnya informasi mengenai aktifitas-aktifitas manusia yang terjadi di Sungai Benu. Pada pemantauan ke-8 ini, tim pemantauan menemukan satu pabrik tampa di bagan 5. Pabrik tersebut menggunakan piringan (gergaji tampa) sebagai alat untuk mengolah kayunya.

(11)

4.3 Aktifitas Manusia Selain Pengambilan Kayu

Tambak

Ketika tim pemantauan ke-8 mengunjungi areal tambak di Solok Buntu, terlihat kondisi pemukiman tersebut agak sepi. Dari laporan masyarakat, di dapat keterangan bahwa yang menjadi ketua lapangan saat ini adalah Ratno dan wakilnya adalah Sis. Mereka juga melaporkan bahwa dalam minggu awal di bulan puasa ini nanti (26 – 30 Oktober 2003) mereka akan memanen ikan bandeng di areal tambak seluas 4 kavling.

Pada saat tim pemantauan ke-8 mengunjungi kawasan tersebut, penduduk tersebut juga memanen udang sayur (sampah) sebanyak 2 fiber. Udang tersebut mereka jual sebesar Rp 2.000 perkilonya.

Rumah Walet

Rumah walet yang terdapat di Sungai Benu dilaporkan rata-rata berhasil memanen sarang walet. Hanya satu dari rumah-rumah walet tersebut yang tidak berhasil melakukan pemanenan. Hasil yang mereka dapatkan rata-rata 3 ons perminggu. Adapun harga jual sarang burung tersebut sebesar Rp 13.000.000,- perkilonya.

Rumah walet di Sungai Benu bagan 5

Aktifitas Nelayan Pencari & Pengumpul Kepiting

(12)

pemegang sungai. Harga jual nelayan kepada pemegang sungai lebih rendah jika ia menjual kepada pihak lain. Hal ini kemungkinan besar dapat berakibat terhadap keinginan nelayan tersebut untuk menangkap kepiting dalam jumlah besar. Jika ini terjadi, dikhawatirkan akan terjadi penangkapan kepiting berlebih (overfishing) di dalam kawasan TN Sembilang.

Perikanan

Hasil perikanan yang teramati dalam pemantauan kali ini meliputi :

Udang

Nelayan di salah satu bagan di Sungai Bungin melaporkan bahwa udang pepeh (udang laut/udang sayur) pada bulan Oktober ini sering masuk ke sungai, sedangkan udang satang akan mulai masuk pada bulan Desember nanti.

Nelayan di Sungai Ngirawan melaporkan bahwa pada saat ini hasil tangkapan udang masih sedikit. Musim udang akan datang menjelang bulan Desember-Januari nanti, atau saat-saat yang mereka sebut dengan musim utara.

Ubur-ubur

Pabrik untuk pengolahan ubur-ubur yang terdapat di Sungai Terusan Dalam sebenarnya sudah mulai siap beroperasi. Menurut salah seorang warga Terusan Dalam, musim ubur-ubur biasanya sudah mulai pada bulan Oktober ini. Tetapi pada kenyataannya saat ini (minggu terakhir bulan Oktober 2003) ubur-ubur yang dinanti-nanti mucul dalam jumlah yang sangat sedikit sekali. Jika pada akhir bulan Oktober atau sampai akhir November nanti masih tidak muncul, maka pemilik pabrik akan mengalami kerugian.

Ubur-ubur tersebut setelah diolah di pabrik yang terdapat di Sungai Terusan Dalam, biasanya akan langsung dijual untuk tujuan ekspor ke berbagai negara seperti Thailand. Harga ubur-ubur yang ditampung oleh pabrik tersebut bervariasi, jika nelayan penangkap tersebut menangkap ubur-ubur dengan kapal dan jaring yang disediakan oleh pemilik pabrik, maka harga jual ubur-ubur tersebut sebesar Rp 1.000 perkilonya. Sedangkan jika ia menjual dengan kapal atau dengan jalanya sendiri maka harga jualnya sebesar Rp 3.000 perkilonya.

Kerang

Nelayan Pencari kerang teramati di sekitar pesisir Sungai Sembilang. Para nelayan tersebut menjual kerang tersebut dengan harga sebesar Rp 30.000 perkarungnya (karung beras ukuran 30 kg).

Ikan

(13)

Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan.

Nama Jenis (Lokal) MS Sm STL SB

Layur +

Sembilang + +

Waru + Bawal +

Ikan Lidah + +

Pari + +

Iwak Permato/Mato jobol +

Janjang +

Bulu ayam +

Sampah +

Glamor + +

Dorang +

Kasih madu +

Duri + + +

Selar +

Belanak +

Keper +

Blambangan/Kakap merah +

Pepencar +

Alu-alu +

Gerot +

Dukang + +

Cawang +

Kakap +

Tirusan +

Tembakang +

Betok + +

Keterangan :

+ = dijumpai; STL = Nelayan Sungai Terusan Luar MS = Bagan di Simpang Batu; SB = Hulu Sungai Benu

Sm = Nelayan di Sembilang;

(14)

4.4 Pengamatan Fauna

BURUNG

Ibis, Bangau, dan Kuntul

Terdapat 7 individu Ibis Cucuk besi Threskiornis melanocephalus yang teramati di Semenanjung pesisir Banyuasin. Selain itu, tidak kurang 56 individu Bangau Tongtong dan 77 individu Bangau Bluwok juga teramati di pesisir Banyuasin.

Burung Kuntul yang pada pemantauan ke-7 teramati mebuat sarang di Sungai Bungin tidak teramati lagi. Setidaknya 140 ind burung kuntul teramati teramati di pesisir Banyuasin. Tiga jenis burung Kuntul yaitu Kuntul besar Egretta alba, Kuntul perak E. intermedia dan Kuntul kecil E. sacra terdapat di lokasi tersebut, tetapi komposisi jumlahnya tidak bisa diperkirakan.

Selama kegiatan pemantauan berlangsung, burung Kuntul kecil terlihat tersebar di beberapa tempat dalam jumlah kecil. Diantara pengamatan terhadap burung Kuntul tersebut diantaranya 2 ind di muara Simpang Satu, 4 ind di Sungai Terusan Dalam, 2 ind di Pulau Betet dan 1 ind di Muara Sungai Benu.

Burung Pemangsa (Raptor)

Tiga jenis burung pemangsa utama Elang Bondol Haliastur indus, Elang-ikan kepala-kelabu

Ichthyophaga ichthyaetus dan Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster masih umum

teramati di hampir setiap sungai yang dikunjungi. Adanya dua jenis (atau mungkin satu jenis) burung pemangsa berwarna hitam kecoklatan yang teramati selama pemantauan, kemungkinan besar adalah jenis baru selama pemantauan ini berlangsung. Perjumpaan pertama terjadi di pesisir Banyuasin dan perjumpaan kedua terjadi di Sungai Simpang Satu. Tim pemantauan tidak bisa mengidentifikasi secara spesifik jenis burung ini. Tidak menutup kemungkinan bahwa jenis burung pemangsa yang teramati ini adalah Rajawali totol Aquilla

clanga, satu jenis burung pemangsa terancam punah yang pernah teramati di Taman

Nasional Sembilang pada tahun 1989 (Verheught et al.1993).

Pada pemantauan kali ini, tim pemantauan juga mengamati keberadaan Elang ikan kecil

Ichthyopagha ichthtyaetus di Sungai Simpang Satu. Elang ini merupakan salah satu jenis

elang baru yang teramati selama pemantauan berlangsung.

(15)

Anak Elang tikus yang dipelihara penduduk S. Benu

Burung pantai (Scolopacidae, Charadriidae)

Diperkirakan tidak kurang dari 8.000-10.000 ind burung pantai teramati di pesisir Banyuasin. Pada pemantauan kali ini, pengamatan terbesar dijumpai di antara Sungai Tengkorak dan Sungai Sembilang. Adapun komposisi dari jenis dari kelompok burung tersebut diperkirakan terdiri dari 20% Gajahan, 40% Dara-laut, 30% Trinil dan 10% dari kelompok jenis burung pantai lainnya.

Pengamatan Burung di Pulau Betet

Perburuan Burung Kacamata Zosterops sp

(16)

Hasil tangkapan tersebut tampaknya merupakan hasil tangkapan mereka dari pesisir Riau, Jambi hingga ke utara TN Sembilang (Pulau Betet). Pulau Betet menurut disebutkan salah satu tempat dimana burung tersebut banyak didapat. Para penangkap burung tersebut merasa rugi jika hasil tangkapan mereka kurang dari 100 ekor perhari. Mereka menggunakan pisang mas (lebah manis) sebagai bahan pakan untuk burung-burung tersebut. Menurut masyarakat Terusan Dalam, kelompok penangkap burung ini pada tahun sebelumnya juga pernah datang pada tahun sebelumnya.

Menurut pengakuan salah seorang warga yang sempat menanyai kelompok tersebut, mereka lebih senang dapat burung kacamata tersebut dibanding dengan burung Murai batu yang harganya biasanya lebih mahal. Tidak ada informasi mengenai kemana burung-burung tersebut dijual, tetapi tidak tertutup kemungkinan burung-burung tersebut dijual ke luar negeri seperti Singapura.

MAMALIA

Kalong Pteropus vampyrus

Sebanyak 35 ind Kalong terlihat terbang di Pulau Betet pada pagi hari 24 Oktober 2003.

Babi Sus scrofa

Teramati satu individu di pesisir antara Sembilang dan Muara Bogem. Satu individu terlihat muncul di pemukiman Sembilang, di mana bulu-bulu di punggung terlihat tegak dan sangat panjang. Jejak yang kemungkinan terdiri dari 3 ind teramati di Pulau Betet.

Pesut atau Lumba-lumba

Nelayan Sungai Ngirawan melaporkan bahwa 5 ind Pesut atau Lumba-lumba pernah masuk ke pukat yang dipasang di sekitar Pulau Betet. Sudah diketahui bahwa masyarakat di TN Sembilang mengenal dua jenis Pesut atau Lumba-lumba, yaitu yang berwarna hitam dan putih. Menurut masyarakat Ngirawan, Pesut atau Lumba-lumba putih dapat mencapai 1,5 pikul (1,5 kuintal), sedangkan Pesut atau Lumba-lumba hitam berat maksimalnya hanya mencapai berat 95 kg. Di dapat keterangan bahwa sebagian masyarakat Sungsang lebih menyenangi menggunakan daging Pesut atau Lumba-lumba ini sebagai hidangan untuk acara-acara tertentu (seperti Pesta pernikahan, kenduri atau sedekah) di banding dengan menggunakan daging sapi. Ada dua versi lompatan Pesut atau Lumba-lumba menurut masyarakat Ngirawan tersebut, yaitu lompatan yang seluruh tubuhnya terlihat dan satunya hanya sebagian tubuhnya terlihat ketika muncul ke permukaan air. Untuk jenis dengan tipe lompatan pertama mereka menyebutnya Duyung, sedangkan untuk jenis denga tipe lompatan kedua mereka menyebutnya dengan Lumba-lumba.

Nelayan Simpang Batu menyatakan bahwa Pesut atau Lumba-lumba pada saat ini sering muncul pada malam hari, sekitar jam 1 malam. Hal ini menurut mereka tidak lepas dari pola pasang yang sedang terjadi saat ini. Ini merupkan laporan pertama yang mnyatakan bahwa Pesut atau Lumba-lumba muncul di malam hari (lihat Iqbal 2003 dan Iqbal 2003a)

(17)

tuguknya. Pesut atau Lumba-lumba itu sewaktu di tangkap masih hidup, dan menurutnya dilepaskan kembali.

Primata

Beberapa primata yang teramati mungkin terdiri dari dua jenis, yaitu Kera ekor panjang

Macaca fascicularis dan Lutung Budeng Presbytis cristata. Pergerakan mereka yang cepat

ketika didekati dan sering tertutup dedaunan membuat sulitnya untuk mengamati kelompok primata ini dengan baik.

Setidaknya 4 ind yang teramati di Sungai Bungin adalah Lutung budeng. Beberapa Kera ekor panjang teramati secara koloni dan soliter. Enam belas individu Kera ekor panjang di teramati Sungai Benu dan 6 ind di Sungai Bungin. Pengamatan lainnya adalah di Sungai Simpang Satu, Sungai Deringgo Besar dan di pesisir Semenanjung Banyuasin, di mana semuanya teramati secara tunggal.

Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrensis

Satu individu Harimau Sumatera yang dianggap mengganggu ketentraman masyarakat Sungai Sembilang akhirnya mati tersengat aliran listrik dari kawat yang dialiri listrik yang dipasang diperbatasan antara pemukiman dan hutan.

Gangguan Harimau yang terjadi di kawasan TN Sembilang pada tahun 2003 ini adalah sebagai berikut :

1. Di Dusun Sei Sembilang pada tanggal 8 Mei 2003, menewaskan satu orang warga setempat.

2. Di Dusun Sei Sembilang pada tanggal 31 Agustus 2003, melukai satu orang warga setempat.

Menurut seorang warga masyarakat di pemukiman Sembilang, mereka sudah berusaha minta tolong kepada BKSDA untuk mengatasi harimau tersebut. Namun upaya dari BKSDA untuk mengatasi gangguan Harimau tersebut, tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Menurut mereka, Harimau tersebut terlihat sering muncul pada jam 4 sore, terutama pada bulan April yang lalu. Kecemasan warga semakin bertambah setelah adanya seorang warga yang kembali di terkam oleh Harimau tersebut. Selain itu, Harimau juga disebutkan menyerang dan memakan anjing warga setempat.

Karena faktor-faktor di atas, maka ada sekelompok warga yang berinisiatif memasang kabel setrum untuk menghalangi Harimau tersebut agar tidak masuk kedalam kampung. Akhirnya pada malam di antara tanggal 31 Agustus 2003 yang lalu, satu individu Harimau tersebut mati terkena setrum.

(18)

Gajah Elephas maximus

Seorang warga pemukiman Ngirawan melaporkan bahwa ia pernah melihat 1 individu Gajah setahun yang lalu (2002?) di bagian hulu Sungai Ngirawan. Saat itu ia hendak mengambil air tawar (minum), namun tidak diperoleh informasi lebih detail mengenai temuan tersebut..

REPTILIA

Biawak Varanus salvator

Hanya 1 ind. Biawak ditemui selama pemantauan, yaitu yang teramati di sekitar Pulau Betet.

Ular Punti Masak Boiga dendrophyla

Dua individu Ular punti masak di Sungai Simpang Ngirawan teramati dengan baik dari atas

speed-boat oleh tim pemantauan.

Buaya Muara Crocodylus porosus

Anak buaya yang ditangkap oleh masyarakat nelayan di Simpang Batu yang ditemui oleh tim Pemantauan ke-7 masih dipelihara oleh penduduk setempat. Saat tim Pemantauan ke-8 datang kelokasi tersebut, anak buaya tersebut terlihat sudah lebih besar dari sebelumnya dan terlihat lebih ganas. Tim Pemantauan ke-8 sendiri setidaknya mengamati 3 individu buaya selama kegiatan berlangsung. Semua pengamatan tersebut terjadi di Sungai Benu.

Tim pemantauan ke-8 mendapat laporan dari masyarakat Sungai Ngirawan bahwa sekitar seminggu sebelum tim pemantauan ke-8 mengunjungi pemukiman mereka, ada sekelompok nelayan yang menangkap anak buaya. Nelayan tersebut berasal dari Mariana-Palembang. Mereka menjual anak buaya tersebut dengan harga Rp 25.000-30.000 satu individunya, sedangkan untuk buaya yang besar mereka menjualnya seharga Rp 5.000 persatu inch-nya. Buaya-buaya tersebut mereka jual ke Palembang. Tidak di dapat keterangan di mana tepatnya tempat buaya-buaya tersebut mereka jual ke Palembang. Anak-anak buaya yang mereka tangkap tersebut dapat mencapai 100 individu. Aktifitas penangkapan buaya ini cukup sulit dilacak, karena pada siang hari mereka menjadi nelayan biasa sedangkan pada malam harinya barulah mereka menjadi penangkap buaya.

FAUNA LAINNYA

Lebah

(19)

V. DISKUSI DAN EVALUASI

Kondisi Kawasan

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi kawasan di TN Sembilang sudah 8 kali dilaksanakan, dan teramati aktifitas-aktifitas yang mengancam kelestarian kawasan masih terus berlanjut. Pemantauan singkat ini tidak bisa menjangkau seluruh kawasan TN Sembilang, dan hal ini mengakibatkan tidak seluruh aktifitas-aktifitas manusia yang berdampak negatif terhadap kawasan dapat diamati.

Biaya transportasi air dan logistik yang mahal merupakan suatu kendala klasik yang dihadapi petugas dalam melakukan pemantauan dan pengamanan kawasan. Beberapa kawasan yang sudah lama tidak dipantau dalam kegiatan pemantauan ini seperti Sungai Benu, telah mebuat tidak teramatinya kegiatan pabrik tampa di kawasan ini. Lain halnya di Bakurendo, walaupun tim pemantauan selalu masuk ke sungai ini setiap kali kegiatan pemantauan, tetapi keberadaan illegal logging di hulu sungai selalu teramati pada setiap kali pemantauan. Dua kasus ini memberi gambaran bahwa pemantauan rutin dengan skala jangkauan yang lebih luas merupakan bagian penting dalam pengamanan kawasan.

Pengambilan Kayu Illegal dan Pabrik Tampa

Pengambilan kayu illegal yang teramati pada kegiatan pemantauan ke-8 ini termasuk cukup tinggi dibanding pemantauan sebelumnya.Kelompok Mamat Tanjung dan adiknya Jahari serta Haji Pek merupakan kelompok yang sudah sering mengambil kayu di TN Sembilang secara illegal. Kelompok-kelompok ini tampaknya harus diberi peringatan secara keras.

Adapun dalam pengambilan kayu yang dilakukan oleh Dalek di Sungai Terusan Dalam, maka hal ini perlu penanganan khusus. Kelompok ini selain hanya mengambil secara temporal (sewaktu-waktu) juga dikenal sebagai penguasa wilayah perairan/pesisir. Penanganan khusus untuk kelompok ini perlu dilakukan karena jika tidak dilakukan secara hati-hati maka akan membahayakan keselamatan petugas lapangan.

Keberadaan dua pabrik tampa di kawasan TN Sembilang patut untuk diwaspadai. Saat ini pabrik tampa di Sungai Bungin masih dalam keadaan tidak aktif, sedangkan pabrik tampa di Sungai Benu masih tetap aktif berproduksi. Pemantauan dan sebuah tindakan pengamanan perlu dilakukan terhadap dua aktifitas pabrik tampa ini. Keberadaan pabrik tampa ini dapat memicu terjadinya penebangan illegal di kawasan TN Sembilang.

Eksploitasi Nibung

Pada pemantauan ke-8 ini, pengambilan kayu nibung di dalam kawasan masih terus terjadi, walaupun intensitasnya berkurang jika dibanding dengan pemantauan ke-7 sebelumnya (lihat tabel 1 untuk melihat perbandingan jumlah temuan pengambilan nibung selama kegiatan pemantauan berlangsung).

(20)

sebelumnya. Mereka mengaku untuk dipakai sendiri atau untuk dijual ke masyarakat sekitar kawasan untuk keperluan pembuatan rumah (bagan) atau untuk keperluan menangkap ikan.

Pada salah satu kasus pengambilan nibung yang ditemukan diantara Sungai Simpang Satu dan Sungai Sembilang, ada kasus dimana tujuan pengambilan nibung tersebut digunakan untuk dijual kepada salah satu perusahaan pemborong di Palembang. Nibung tersebut akan dijual kepada PT Waskita di Palembang untuk keperluan penahan jalan (cerucuk) dalam rangka pembuatan jalan Tanjung api-api.Kasus ini perlu untuk dicermati karena bukan tidak mungkin dengan semakin meningkatnya aktifitas pembangunan Pelabuhan Tanjung api-api nanti, maka permintaan nibung akan semakin meningkat, dan salah satu tempat untuk mengambil nibung tersebut adalah kawasan TN Sembilang.

Petugas BKSDA sedang menginterogasi penebang liar

Pengamatan Fauna

Keberadaan sekitar 8.000 – 10.000 burung pantai di pesisir Banyuasin pada pemantauan 8 ini tetap merupakan hal yang penting diperhatikan. Seminggu sebelum tim pemantauan ke-8 mengunjungi kawasan TN sembilang, di Palembang diadakan workdshop mengenai burung pantai migran. Kehadiran 8.000 – 10.000 burung pantai di kawasan TN Sembilang pada pemantauan ini dapat menjadi data tambahan untuk menunjang diajukannya kawasan TN Sembilang sebagai habitat penting bagi burung pantai migran.

Adanya dua pengamatan terhadap jenis burung pemangsa yangberwarna hitam kecoklatan di TN Sembilang pada pemantauan ke-8 kali ini cukup penting untuk dicermati, karena tidak tertutup kemungkinan jenis burung pemangsa yang diamati tersebut adalah Rajawali totol

Aquilla clanga, salah satu jenis burung pemangsa terancam punah yang pernah teramati di

TN Sembilang.

(21)

terhadap kelestarian satwa di TN Sembilang. Aktifitas perburuan ini jika tidak ditindaklanjuti maka akan membuka peluang untuk terjadinya perburuan terhadap jenis-jenis lainnya.

Pelaksanaan Kegiatan

Seperti pada pelaksanaan pemantauan ke-7 sebelumnya, kali ini yang menjadi koordinator Tim Pemantauan adalah perwakilan LSM, Kelompok Pengamat Burung Spirit of South-Sumatra (KPB-SOS). Hal ini dilakukan untuk berlangsungnya proses penguatan kaderisasi dalam menunjang pelaksanaan pemantauan pada masa-masa selanjutnya. Adapun lembaga/organisasi yang terlibat dalam pemantauan kali ini yaitu BKSDA SS, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS dan Mahasiswa Jurusan Kehutanan UMP. Tiga orang yang ikut dalam pemantauan ini pernah terlibat dalam pemantauan sebelumnya, tiga peserta lainnya dalam kegiatan pemantauan ini baru pertama kali ikut serta dalam kegiatan pemantauan & evaluasi kawasan TN Sembilang.

Seperti yang telah dibahas dalam laporan pemantauan ke-7 sebelumnya (lihat Iqbal 2003: 17) bahwa selama kegiatan pemantauan telah melibatkan 9 orang staf BKSDA SS, 1 orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 5 orang LSM, 2 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Dengan demikian jika ditambah dengan peserta pemantauan ke-8 kali ini maka total seluruh peserta yang pernah mengikuti kegiatan Pemantauan selama kegiatan ini berlangsung adalah sebanyak 23 orang, yaitu 9 orang staf BKSDA SS, 1 orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 7 orang LSM, 3 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Adapun lembaga yang terlibat yaitu BSP/WI-IP, BKSDA SS, Dinas Kehutanan Banyuasin, LSM WBH, LSM LEMBAR, LSM LPH-PEM, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS, Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dengan makin banyaknya orang dan lembaga yang terlibat dalam kegiatan Pemantauan ini, maka diharapkan akan terjadinya regenerasi dan memperbanyak mitra kerja di lapangan. Selain itu, diharapkan semakin banyak orang yang mengetahui kawasan TN Sembilang secara langsung.

Para peserta pemantauan dalam kegiatan ini telah mampu menggunakan binokuler dengan baik. Adapun dalam penggunaan GPS, karena alatnya yang terbatas (satu unit) dan cukup rumit untuk dipahami secara cepat, maka tidak seluruh anggota tim mampu menggunakan alat ini. Namun, para anggota tim setidaknya sudah mengenal alat ini dan mengetahui kegunaannya.

Pada kesempatan pemantauan ini, Tim Pemantauan juga membagikan leaflet sebagai alat untuk melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat dengan cara mengunjungi bagan/permukiman dan jukung-jukung dimana nelayan/masyarakat beraktifitas/bermalam. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar akan kondisi dan status kawasan hutan di sekitar mereka.

(22)

Kegiatan lain di wilayah TN Sembilang

(23)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

• Secara umum, kawasan TN Sembilang saat ini masih mengalami berbagai

tekanan/gangguan. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh eksploitasi hasil hutan

terutama dari hasil pengambilan kayu secara illegal.

• Para pengambil kayu di kawasan TN Sembilang yang teramati pada pemantauan ke-8 ini adalah orang-orang lama yang sudah pernah mendapat teguran beberapa kali dari petugas lapangan BKSDA.

• Aktifitas perikanan di kawasan TN Sembilang agak berkurang bila dibandingkan dengan pemantauan sebelumnya.

• Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang ditemui di dalam kawasan, maka ada sebagian warga yang mengetahui status kawasan, tetapi sebagian besar masyarakat di kawasan TN Sembilang belum mengetahuinya.

SARAN

• Peningkatan intensitas pengawasan kawasan di TN Sembilang sangat mendesak untuk dilakukan.

• Sungai-sungai tertentu yang dilaporkan sering merupakan sumber asal kayu seperti Sungai Bakurendo, Haji Kemad dan Peldes sangat penting untuk dipantau pada masa-masa pemantauan yang akan datang.

• Untuk mengatasi masalah klasik dalam operasional pemantauan, maka pihak-pihak pengelola kawasan sebaiknya mencari sumber-sumber dana baru dalam pemantauan kawasan dan jika memungkinkan ada baiknya lembaga dana tersebut dikelola secara bersama dengan pihak lainnya.

(24)

PUSTAKA

Gönner, C. & F. Hasudungan. 2001. Sembilang Monitoring Report No. 1 Juli/August 2001. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme/Berbak Sembilang Project.

Hasudungan, F. & D. Sutaryo. 2002. Laporan Pemantauan Kawasan Sembilang No. 2, November 2001. Laporan Teknis No. 32. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & D. Sutaryo. 2002a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 4, Juni 2002. Laporan Teknis No. 50. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & S. A. Wardoyo. 2002. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 3, Februari /Maret 2002. Laporan Teknis No. 38. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Iqbal, M. 2003. Melacak Keberadaan Pesut atau Lumba-lumba di TN Sembilang. Warta Konservasi Lahan Basah vol 11. no. 2 April 2003 : 15.

Iqbal, M. 2003a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 7, Juli/Agustus 2003. Laporan Teknis No. 74. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

MacKinnon, J., Karen Phillipps dan Bas van Ballen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan

Kalimantan. Puslitbang Biologi - LIPI.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mammalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Terjemahan Bahasa Indonesia WCS - Indonesia Program.

Sonobe, K. & Usui, S. (eds.). 1993. A Field Guide to the Waterbirds of Asia. Wild Bird Society of Japan, Tokyo.

Suryanto, A. & D. Sutaryo. 2001. Laporan Survei Perikanan di Kawasan CTN Sembilang, 17-24 Juli 2002. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

van Strien, N.J. 1983. A Guide to the Tracks of Mammals of Western Indonesia. School for Environmental Conservation Management, Ciawi, Indonesia.

(25)

LAMPIRAN 1. Data Koordinat Lokasi Pemantauan

Kode Deksripsi Longitude Latitude Hari WIB

(26)

Lampiran 2. Detail Aktifitas Terhadap Pengamatan Manusia

Lokasi/Waktu Temuan/Keterangan

Pulau Gundul (dekat Upang)

21 Oktober 2003

Teramati 14 individu Bangau Tongtong yang sedang terbang melayang

Sekitar Parit 9

21 Oktober 2003

Sekelompok dari 7 individu Bangau Tongtong terlihat terbang melintas

Tanjung Carat – Sungsang 21 Oktober 2003

• Kondisi pasang yang tinggi di Tanjung Carat, tidak teramati satu pun individu burung air teramati.

• Sungsang (makan siang)

Sungai Bungin,

21 Oktpber 2003

Ke Bagan dekat Muara Sungai Bungin untuk memantau kondisi pabrik tampa Pak Dul, sekaligus untuk makan siang.

Semenanjung Banyuasin, 21 Oktober 2003

• Di sekitar Muara Solok Buntu (001), teramati 11 individu Bangau Tongtong.

• Sekitar Muara Sungai Apung (002), teramati 24 ind Bangau Tongtong, 19 ind gajahan dan 11 ind Itik Benjut.

• Sekitar Sungai Dinding (Titik 003), ditemukan 1 ind Cangak Abu, 140 ind kuntul, 7 Ibis cucuk besi, kurang lebih 100 ind gajahan dan 800 ind burung pantai.

• Sekitar Sungai Jentolo (Titik 004), teramati 18 ind Bangau Bluwok, 11 ind gajahan dan 5 ind Kuntul.

• Titik 005 (Sekitar Sungai Tengkorak), teramati 1 ind burung pemangsa berwarna hitam kecoklatan, tetapi tidak bisa diidentifikasi ke tingkat jenis. Selain itu, teramati 8 ind Bangau Bluwok, 6 ind Bangau Tongtong dan 2 ind Elang Bondol.

• Pesisir antara S. Tengkorak – S. Sembilang (Titik 006 – 008 ).

- Titik 006, ditemukan 48 ind Bangau Bluwok, 5 ind Kuntul, dan sekitar 1000 ind burung pantai serta 1 ind kera ekor panjang.

- Titik 007, ditemukan 5 ind Bangau Tongtong, dan sekitar 8000 ind burung pantai.

- Titik 008, ditemukan 5 ind Bangau Tongtong dan 21 ind Bangau Bluwok.

S. Simpang Satu,

22 Oktober 2003

Sebelum muara teramati 1 ind gajahan, 2 ind kuntul kecil, 2 ind Pekaka emas, 8 dara laut kecil dan 1 ind Meninting.

• Di km 11,8 teramati 11 sarang lebah dalam satu pohon bakau.

• Titik akhir pengamatan pada km 15,4.

• Sewaktu hendak meninggalkan titik akhir, ditemukan 1 ind burung Elang yang tidak teridentifikasi.

• Diantara S. Siimpang Satu dan S. Sembilang ditemukan pompong yang membawa 500 potong (10 bual) batang nibung.

Sungai Bangko,

22 Oktober 2003

Titik akhir pengamatan pada km 10,5.

• Di dekat titik akhir teramati sepasang burung kipasan dengan sarang beserta 3 ind anaknya. Selain itu, di lokasi tersebut juga teramati 1 ind Pecuk ular dan 1 ind Bangau Tongtong.

Simpang Batu,

22 Oktober 2003

Mampir ke Simpang Batu, di dapat laporan bahwa aktifitas bebalok berkurang, tetpi orang yang mengambil nibung masih sering dijumpai.

• Buaya yang dipelihara penduduk masih hidup dan tetap dipelihara.

Sungai Benawang,

22 Oktober 2003

Titik akhir pengamatan dari Simpang Batu sekitar 9,1 km. Tidak ada aktifitas yang mencolok teramati di sungai ini.

Sungai Bakurendo, 22 Oktober 2003

• Di km 18, ditemukan perahu besar yang mengaku membeli untuk di pakai sendiri. Orang yang membeli tersebut bernama Wahab dari kawasan Birik, dan kayu tersebut di beli dari Mamat Tanjung.

• Di km 21, ditemukan 2 pondok dengan jumlah 7 orang. Kayunya berjumlah sebanyak 3 kubik yang dipotong dengan chainsaw dengan jenis kayu adalah kayu punak.

• Di km 20,4 teramati 1 pondok dan 1 jukung serta papan sebanyak 4 kubik beserta 1 chainsaw. Km 20,4 merupakan titik akhir pengamatan.

Sungai Ngirawan, 23 Oktober 2003

• Di km 15, teramati 2 ind ular punti masak.

• Km 17,7 merupakan titik akhir pemantauan.

(27)

Lokasi/Waktu Temuan/Keterangan

S. Deringgo besar 24 Oktober 2003

• Teramati 6 ind dara laut kecil, I elang ikan kecil, 1 elang ikan kepala kelabu dan 1 ind kera ekor panjang.

• Titik akhir pengamatan pada km 13,8.

S. Terusan Dalam 24 Oktober 2003

• Di sekitar km 18, ditemukan 2 ind Bangau berwarna hitam, yang kemungkinan besar adalah Bangau Stormi Ciconia stormii.

• Di km 20,4 ditemukan perahu besar yang para pemiliknya sedang menebang kayu. Orang tersebut mengaku suruhan Dalek, dan mereka menebang dengan menggunakan chainsaw. Jenis kayu yang diambil menurut mereka adalah kayu racuk dan rencananya mengambil sebanyak 6 kubik (mereka baru mengambil 2 kubik).

• Titik akhir pengamatan pada km 22,2.

• Sewaktu hendak pulang teramati 1 ind Cekakak merah, 5 ind Pergam dan 13 ind Rangkong.

P. Betet, 24 Oktober 2003

• Teramati sekitar 250 ind Dara laut kecil, dan 50 ind diantaranya merupakan Dara laut jambul Sterna bergii.

• Burung lain yang teramati adalah 2 ind bangau tongtong, 1 ind kuntul kecil, 30 ind gajahan, 1 ind kokokan dan 7 ind Cekakak sungai.

• Mamalia yang teramati adalah 50 ind kalong dan jejak babi.

• Teramati 1 ind pecuk padi.

S. Benu, 24 Oktober 2003

• 1 ind Kuntul kecil teramati di Muara Sungai Benu.

• Teramati 3 ind buaya. Dua pengamatan ketika hendakmenuju masuk S. Benu, yang teramati pada km 2 dan km 4,7. Satu pengamatan lainnya ketika hendak meninggalkna S. Benu, teramati tidak jauh dari pemukiman penduduk Desa Tanah Pilih.

• Di Bagan 6 teramati 1 ind anak Elang Tikus yang sedang dipelihara penduduk.

• Di bagan 5, teramati pabrik tampa. Pabrik tersebut menggunakan piringan/gergaji tampa untuk memotong kayunya.

• Di bagan 7 (sekitar 32 km dari muara) teramati pondok yang sedang terbakar dan satu pompong yang sedang dibuat penduduk setempat.

S. Sembilang, 25 Oktober 2003

• Sewaktu hendak pulang ke Palembang, di dekat S. Sembilang teramati pompong yang membawa 1250 batang (125 bual) batang nibung. Pompong tersebut diketuai oleh Hanan dan nibung tersebut diambil dari S. Bakurendo.

Solok Buntu 25 Oktober 2003

(28)

LAMPIRAN 3. Daftar Spesies Burung Yang Teramati

Lokasi

Nama Indonesia Nama Ilmiah SBu BA SS SBa SBk SN SD PB SBe SBn TL TD Status

Pecuk-ular asia Anhinga melanogaster 10 1 P, nt

Pecuk-padi Phalacrocorax sp 1

Cangak laut Ardea sumatrana 1

Cangak merah Ardea purpurea 4

Cangak abu Ardea cinerea 1

Kuntul besar Casmerodius albus Cat P

Kuntul kecil Egretta garzetta 2 2 1 4

Kuntul perak Egretta intermedia Cat P

Kuntul kerbau Bubulcus ibis 4

Blekok sawah Ardeola speciosa 8

Kokokan laut Butorides striatus 1 1 1

Bangau bluwok Mycteria cinerea Cat 2 1

Bangau tongtong Leptoptilos javanicus Cat P, VU

Bangau Stormi Ciconia stormi 2

Ibis pelatuk besi Threskiornis melanocephalus Cat

Itik benjut Anas gibberifrons 11 P

Elang bondol Haliastur indus 7 3 5 1 3 P, App II

Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster 3 2 1 1 P, App II

Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus 3 1 3 1 1 1 P, nt, App II

Elang tikus Elanus caeruleus 1 P

Elang brontok Spizaetus cirrhatus 1

(29)

Lokasi

Nama Indonesia Nama Ilmiah SBu BA SS SBa SBk SN SD PB SBe SBn TL TD Status

Burung Pantai Shorebirds Cat

Gajahan besar Numenius arquata Cat P

Gajahan timur Numenius madagascariensis Cat P, nt

Gajahan pengala Numenius phaepus Cat P

Trinil Tringa spp Cat

Trinil Pantai Actitis hypoleucos Cat

Trinil kaki-hijau Tringa nebularia Cat

Trinil kaki-merah Tringa totanus Cat

Trinil bedaran Tringa cinerea Cat

Dara-laut Sterna spp Cat

Dara-laut biasa Sterna hirundo Cat

Dara-laut kecil Sterna albrifrons Cat 6

Dara-laut jambul Sterna bergii 50

Pergam hijau Ducula aenea 4

Walet Collocalia spp Cat Cat

Raja-udang Erasia Alcedo atthis 1 1 1 P

Pekaka emas Pelargopsis capensis 1 2 2 P

Cekakak merah Halcyon coromanda 1 P

Cekakak sungai Halcyon chloris 4 7 1 1

Kirik-kirik laut Merops philippinus 24 3 P

Kangkareng Anthracoceros albirostris/malayanus 3 1 1

(30)

Lokasi

Nama Indonesia Nama Ilmiah SBu BA SS SBa SBk SN SD PB SBe SBn TL TD Status

Pelatuk ayam Dryocopus javensis 2 Pelatuk

ayam Pelatuk besi Dinopium javanense 2

Caladi tilik Picoides moluccensis 2

Layang-layang api Hirundo rustica 20 20

Kancilan bakau Pachycephala grisola 1

Srigunting batu Dicrurus paradiseus Suara

Gagak hutan Corvus enca 1

Kucica kampung Copshycus saularis

Kipasan belang Rhipidura javanica 2 + 3

Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps

Perling kumbang Aplonis panayensis 14 P, App II

Burung-madu bakau Nectarinia calcostetha Suara Suara Suara Suara Suara Suara Suara Suara Suara P

Bondol Lonchura sp (punctulata ?) 10

Burung-gereja eurasia Passer montanus Suara 1

Keterangan :

Sbu = S. Bungin; SS = S. Simpang Satu; BA = Semenanjung Banyuasin

SBa = Sungai Bangko; SBk = S. Bakurendo; SN = Simpang Ngirawan;

SD = S. Deringgo Besar; SBn = Sungai Benawang; TD = S. Terusan Dalam;

TL = Terusan Luar; PB = Pulau Betet.

Cat = Lihat keterangan dalam bagian pembahasan

Angka = menunjukkan jumlah yang teramati pada saat survey berlangsung;

P = Dilindungi, menurut Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.

VU = Vurnerable/rentan; EN = Endangered/genting; nt = near threatened/mendekati terancam punah; kategori keterancaman menurut Daftar Redlist - IUCN (Tahun 2000).;

(31)

Lampiran 4. Catatan Temuan Burung di TN SEMBILANG (31 Juli-4 Agustus 2003)

Pecuk-ular Asia Anhinga melanogaster

Teramati 10 ind. di sungai Simpang Satu dan 1 ind di Sungai Bangko.

Pecuk-padi Phalacrocorax sp

Satu. di Pulau Betet, tetapi tidak dapat diidentifikasi ke tingkat jenis.

Cangak laut Ardea sumatrana

Hanya satu pengamatan dari individu tunggal yang sedang bertengger di kayu mati di S. Ngirawan.

Cangak abu Ardea cinerea

Satu, di pesisir Banyuasin

Cangak merah Ardea purpurea

Teramati 4 ind. di Sungai Benu.

Kuntul Egretta spp

Ketiga jenis ini teramati di pesisir Banyuasin. Beberapa individu dari Kuntul kecil teramati dalam jumlah kecil di beberapa sungai.

Kuntul kerbau Bubulcus ibis

Empat individu teramati di Sungai Terusan Dalam.

Blekok sawah Ardeola speciosa

Delapan individu teramati di pesisir Banyuasin antara Sungai Tengkorak-Sungai Sembilang.

Kokokan laut Butorides striatus

Teramati secara soliter di Sungai Simpang Ngirawan dan Pulau Betet.

Bangau tongtong Leptoptilos javanicus

Teramati 14 individu Bangau Tongtong yang sedang terbang melayang di Pulau Gundul (dekat Upang). Temuan ini diperkirakan disebabkan oleh kondisi pesisir Semenanjung Banyuasin yang sedang pasang.Catatan lainnya terdiri dari dua pengamatan individu tunggal di Sungai Bangko dan Pulau Betet, dan 2 ind teramati di S. Ngirawan.

Ibis pelatuk besi Threskiornis melanocephalus

Lihat catatan untuk burung (hal. 11).

Bangau bluwok Mycteria cinerea

Lihat catatan untuk burung (hal. 11).

Bangau Storm Ciconia stormii

Dua individu yang teramati di Sungai Terusan Dalam pada sore hari 24 Oktober 2003 kemungkinan besar adalah jenis ini, dan ini merupakan catatan pertama selama kegiatan berlangsung.

Itik benjut Anas gibberifrons

11 ind teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.

Elang bondol Haliastur indus

Teramati di hampir setiap sungai.

Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster

Teramati di hampir setiap sungai.

Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus

(32)

Elang-ikan kecil Ichthyophaga humilis

Teramati 1 ind. di Sungai Deringgo besar pada 23 Oktober 2003. Merupakan jenis burung elang pemakan ikan yang jarang di kawasan TN Sembilang.

Elang brontok Spizaetus cirrhatus

Hanya 1 ind. teramati di Sungai Benu.

Elang tikus Elanus caeruleus

Satu ind. dipelihara oleh penduduk di Sungai Benu.

Unidentified Raptor

Dua pengamatan terhadap individu Elang hitam kecoklatan yang teramati di pesisir Banyuasin dan Sungai Simpang Satu tidak bisa diidentifikasi secara pasti. Ada kemungkinan bahwa jenis ini adalah Rajawali totol Aqulla clanga. Jenis yang pernah tercatat sebelumnya di TN Sembilang pada tahun 1989.

Gajahan Numenius spp

Kelompok besar burung Gajahan terdapat terutama di pesisir Banyuasin dan Gajahan timur mendominasi dalam hal jumlah. Lihat catatan pada pengamatan fauna pada hal. 12.

Dara-laut Sterna spp

Lihat catatan pada pengamatan fauna halaman 12.

Trinil pantai Actitis hypoleucos

Beberapa individu Teramati secara soliter.

Pergam hijau Ducula aenea

Hanya 4 ind. teramati di Sungai Terusan Dalam.

Walet Collocalia sp (maxima x fucipagha)

Cukup umum di perkampungan Terusan Dalam. “indistinguishable”, identifikasi dilakukan sebaiknya dengan sarang, tetapi dua jenis tersebut kemungkinan besar ada di lokasi yang sama.

Raja-udang Erasia Alcedo atthis

Tidak spesifik teramati ke tingkat jenis, tetapi kemungkinan besar Alcedo atthis. Umumnya teramati di hulu sungai.

Pekaka emas Pelargopsis capensis

Teramati di hampir setiap sungai.

Cekakak sungai Halcyon chloris

Teramati di hampir setiap sungai.

Cekakak merah H. coromanda

Teramati 1 ind. di Sungai Terusan Dalam pada 24 Oktober 2003.

Kirik-kirik laut Merops phillipinus

Teramati 24 ind. di Sungai Bungin, dan pengamtan lainnya sekitar 2-3 ind. dijumpai di setiap sungai.

Kangkareng Anthracoceros sp (albirostris x malayanus)

Jumlah terbanyak ditemui dengan jumlah 13 ind. di Sungai Terusan Dalam dan 4 ind. di S. Ngirawan.

Pelatuk ayam Dryocopus javensis

Dua ind. di Sungai Terusan Dalam (sekitar pemukiman).

Pelatuk besi Dinopium javanense

(33)

Tiong-lampu asia Eurystomus orientalis

Umum di hampir setiap sungai.

Caladi tilik Picoides mollucensis

Suaranya terdengar di Sungai Bungin dan S. Ngirawan.

Layang-layang api Hirundo rustica

Terlihat dalam jumlah kecil (10 – 20 ind) di hampir setiap sungai

Kancilan bakau Pachycephala grisola

Suara dan 1 ind. teramati di Sungai Terusan Dalam.

Srigunting batu Dicrurus paradiseus

Suara burung ini terdengar di Sungai Simpang Satu.

Gagak hutan Corvus enca

Suaranya terdengar di beberapa sungai, namun hanya satu individu yang teramati langsung di Sungai Simpang Satu.

Kucica kampung Copsycus saularis

Suaranya cukup umum di beberapa sungai.

Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps

Suaranya umum terdengar di beberapa sungai.

Kipasan belang Rhipidura javanica

Sepasang burung dengan 3 ind anaknya teramati di Sungai Bangko.

Perling kumbang Aplonis panayensis

14 ind. di Sungai Bakurendo.

Burung-madu bakau Nectarinia calcostetha

Umum ditemui di setiap sungai.

Burung-gereja eurasia Passer montanus

Umum dipemukiman Terusan Dalam dan Bagan Sungai Sembilang .

Bondol Lonchura sp (punctulata ?)

(34)

Lampiran 5. Data Pelaksana Pemantauan & Evaluasi Kawasan TN Sembilang hingga M&E ke-8

Pemantauan ke:

Pelaksana Instansi kategori

1 2 3 4 5 6 7 8

Dial Adian Ramadhan UMP Edian Reza Aditra UNSRI

Mahasiswa

Gambar

Tabel 1. Temuan pengambilan kayu nibung selama kegiatan Pemantauan.
Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan.

Referensi

Dokumen terkait

Karena sifat Ma‟ani ada tujuh, maka yang termasuk sifat Ma‘nawiyahpun juga tujuh sifat yaitu Qadirun (Yang Maha berkuasa), Muridun (Yang Maha Berkehendak), ‗ Alimun

Modigliani dan Miller juga berpendapat bahwa, untuk penentuan nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan risiko

Pada penelitian yang menggunakan piridoksin dan niasin masih jarang ditemukan, oleh karena itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis dan

Beban pendidikan yang menyangkut beban studi mahasiswa dan beban mengajar bagi dosen memerlukan ukuran. Ukuran ini dinyatakan atau diukur dalam satuan kredit. Fakultas Pertanian

Proses renovasi gedung pada perusahaan dilakukan dengan cara pelanggan menelpon maupun datang langsung ke perusahaan untuk melakukan pemesanan dan mengisi form, kemudian bagian

perubahan keempat ini adalah Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden

Tentang pertanyaan apakah program samsat keliling ini sudah dilaksanakan dengan tertib di seluruh kota beliau mengatakan untuk di labuhan batu sudah hampir 80%.Tentang

Menimbang popularitasnya, motif Ondel-Ondel merupakan motif yang secara luas diproduksi oleh berbagai sentra batik Betawi, serta mengalami berbagai variasi dan