• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iqbal M. 2004. Pemantauan Kawasan Sembil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Iqbal M. 2004. Pemantauan Kawasan Sembil"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

p

o

r

a

n

T

e

k

n

I

K

Berbak-Sembilang – GEF MSP (TF – 0240011)

o

k

u

m

e

n

Pr

o

y

e

k

N

o

. 8

2

PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG NO. 9

FEBRUARI 2004

Daerah pemantauan reguler

Daerah pemantauan tambahan

Disusun oleh :

Muhammad Iqbal

(2)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

TIM PRODUKSI

Penyusun : Muhammad Iqbal

Pelaksana Kegiatan : Mauludin, Abdul Halim (BKSDA Sumsel ); Syafi’I, (FPPPM); Muhammad Iqbal (KPB SOS); Silfia (Mahasiswa S2 Unsri), Turyani (WBH).

Penyunting : Ferry Hasudungan

Desain & Tata letak : Joko Purnomo

Peta-peta : Joko Purnomo

Foto sampul : Julang Jambul Hitam Aceros corrugatus Tangkapan Penduduk Lokal (M. Iqbal)

Foto lainnya : M. Iqbal, Tim ME TNS ke-9 dan Ferry Hasudungan

© Wetlands International Indonesia Programme, 2004

Dokumen ini dapat diperoleh di:

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3, Kel. Lorok Pakjo

Palembang - Sumatera Selatan 30137

Tel/Fax: +62 711 350786, E-mail: bsp-plg@indo.net.id

Wetlands International - Indonesia Programme Jl. Ahmad Yani No. 53 Bogor 16161

PO. Box 254/Boo Bogor 16002

Telp: +62 251 312189, Tel/Fax: +62 251 325755 E-mail: wi-ip@indo.net.id

(3)

PROYEK KONSERVASI TERPADU LAHAN BASAH PESISIR BERBAK – SEMBILANG

GEF MSP (TF 0240011)

PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG KE-9

Februari 2004

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

I. LATAR BELAKANG ...1

II. DAERAH SURVEY ...1

III. METODE...3

IV. HASIL PEMANTAUAN...4

4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort ...4

4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan...5

V. DISKUSI DAN EVALUASI ...16

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...20

PUSTAKA ...21

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Mangrove yang dikoleksi dari TN Sembilang...22

Lampiran 2. Data Koordinat Lokasi Pemantauan ...23

Lampiran 3. Catatan Temuan Burung (24-28 Februari 2004)...24

(4)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

I.

LATAR BELAKANG

Sebagai bagian dari perangkat Monitoring dan Evaluasi, Wetlands International - Berbak Sembilang Project (WIIP-BSP) mencoba mengembangkan beberapa konsep yang terstruktur yang diharapkan dapat dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kawasan Taman Nasional Sembilang (M&E plan). Salah satu konsep tersebut adalah Unit Pemantauan Terpadu (Integrated Monitoring Unit – IMU).

Unit ini terdiri dari staf jagawana/wirawana Taman Nasional/BKSDA, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal dan jika memungkinkan juga masyarakat setempat. Selama proyek berlangsung kegiatan ini dibantu oleh staf Berbak Sembilang Project – WIIP, dan sesuai dengan rencana program, wilayah Taman Nasional Sembilang secara teratur akan dikunjungi sebanyak tiga kali dalam setahun.

Unit ini akan bekerjasama, berlatih untuk mengembangkan kemampuan serta tehnik-tehnik pengumpulan data lapangan (antara lain; kemampuan pengenalan jenis, pemakaian catatan lapangan, dokumentasi, penggunaan GPS, penggunaan transek darat/sungai, serta evaluasi kegiatan harian) dan menyusun laporan hasil pemantauan berupa gambaran terkini dari kawasan yang dikunjungi.

Pada pemantauan yang ke-9 ini, kegiatan pemantauan kembali dikoordinasi oleh perwakilan LSM yaitu Kelompok Pengamat Burung South of Sumatera (KPB SOS). Dengan proses kaderisasi ini, diharapkan pemantauan kawasan dapat berlangsung sesuai dengan strategi yang telah disusun sebelumnya.

II. DAERAH

SURVEY

Daerah-daerah pemantauan reguler yang dapat dipantau pada kegiatan kali ini adalah; Sungai Bungin (sampai 9,2 km dari muara), daerah berlumpur pesisir Semenanjung Banyuasin (mulai dari Muara S. Apung hingga Muara S. Sembilang), S. Benawang (dari Simpang Batu ke Bagan di Terusan Dalam), S. Bakurendo (19,5 km dari muara) dan S. Terusan Dalam (16,3 km dari Simpang Sungai Terusan Luar).

Selain itu, beberapa daerah pemantauan tambahan yaitu; Sungai Simpang Tawar (12,3 km dari muara), Sungai Peldes (hingga 11,3 km dari muara, ke arah kanan simpang tiga), Bagan di muara Sungai Simpang Batu, Sungai Terusan Luar, Sungai Simpang Ngirawan (hingga 20,4 km dari muara, basecamp WKL yang baru), Pulau Betet (pantai bagian luar) dan S. Benu (hingga 21,5 km dari muara).

(5)

Peta 1. Daerah Pemantauan

20

SSt

0 10

Daerah pemantauan tambahan Daerah pemantauan regular

SBk SN

STD

PB SBe

TL

TBn SP

BA

SBu

SBu

Keterangan lokasi :

SBu Sungai Bungin SN Sungai Simpang Ngirawan

BA Semenanjung Banyuasin PB Pulau Betet

SSt Sungai Simpang Tawar SB Sungai Benu

SP Sungai Peldes STD Sungai Terusan Dalam

TBn Teluk Benawang TL Sungai Terusan Luar

SBk Sungai Bakorendo Batas Kawasan Taman Nasional Sembilang

Sumber Peta Dasar :

1. Citra Landsat Satelit Image 5TM, Bands 542 – LAPAN Mei ‘2001

(6)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

III. METODE

Sebagian besar kegiatan pemantauan dilakukan dengan menggunakan transportasi air, yaitu speed-boat kayu dengan mesin Yamaha 40 PK. Pemantauan dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai yang telah ditentukan sebagai menjadi target pemantauan. Selain itu, sungai-sungai yang menurut informasi di lapangan rentan terhadap gangguan aktifitas manusia juga merupakan target dalam kegiatan pemantauan kali ini. Penyusuran dilakukan dengan kecepatan sedang dan berhenti pada titik-titik tertentu untuk mengamati kondisi habitat, satwa aktivitas manusia atau gangguan lain terhadap kawasan.

Data yang dikumpulkan antara lain: aktivitas manusia yang teramati, kondisi habitat serta temuan kelompok-kelompok satwa liar yang teramati. Data pendukung seperti panjang/luas areal survey, koordinat lokasi survey juga dicatat. Penentuan koordinat lokasi pemantauan dilakukan dengan bantuan (Geographical Positioning System) GPS

Garmin 12 XL.

Wawancara dengan penduduk atau masyarakat yang berada di kawasan juga dilakukan. Selain untuk mengumpulkan data tambahan juga dilakukan untuk menyampaikan informasi mengenai status kawasan secara umum. Dalam pemantauan ke-9 ini sendiri, tim pemantauan juga membagikan leaflet kepada masyarakat lokal di sekitar kawasan. Dengan leaflet ini diharapkan masyarakat memahami gambaran mengenai status kawasan TN Sembilang.

Pengamatan dan identifikasi burung secara umum menggunakan alat bantu teropong (Binocular): Leica Trinovid 7x 42 BA, Pentax 8 x 40 dan Pegassus 15 x 32.. Dokumentasi kegiatan menggunakan kamera Nikon FM2, dengan lensa MicroNikkor 55 mm dan Kamera saku Canon, Handycam Samsung L-800, 880x Digital Zoom/22x Optical Zoom .

Panduan lapangan yang digunakan untuk identifikasi burung adalah, MacKinnon, dkk. (2000), dan Sonobe & Usui (1993). Keberadaan kelompok mammalia selain berdasarkan hasil temuan langsung, juga diidentifikasi dari temuan jejak, cakaran atau kotoran, panduan identifikasi yang digunakan adalah van Strien (1983), dan Payne, dkk. (2000).

Kronologi Kegiatan : Tim Pelaksana :

24 Feb Palembang - Sungsang - S. Bungin -

Semenanjung Banyuasin – Sembilang Muhammad Iqbal KPB-SOS

25 Feb Sembilang – Simpang Tawar - Muara Bogem – Simpang Batu – Benawang – Terusan Dalam S. Terusan Luar – S. Terusan Dalam

(7)

IV. HASIL

PEMANTAUAN

4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort

Pos terpadu di pemukiman Sembilang yang telah teramati pembangunannya pada Pemantauan sebelumnya, teramati sudah selesai dibangun. Walaupun demikian, belum terlihat adanya aktifitas yang menunjukkan bahwa pos resort tersebut sudah mulai digunakan.

Kondisi Pos Resort di Terusan Dalam terlihat bersih dan rapi. Pada saat tim Pemantauan mengunjungi Pos untuk bermalam, Pak Gani (warga yang turut aktif menjaga kenyamanan kondisi Post) sedang tidak berada di tempat. Jika pada kegiatan Pemantauan sebelumnya tim biasanya meminta warga setempat untuk memasak bahan-bahan logistik yang di bawa tim Pemantauan, tetapi kali ini tim Pemantauan harus memasak sendiri bahan-bahan tersebut.

Staff Resort TN Sembilang yang ikut terlibat dalam pemantauan ini, yaitu satu staff teknis (Abdul Halim) dan satu staff Polhut (Mauludin) yang juga merupakan anggota tim pemantauan yang ikut sebelumnya.

Pos Terpadu di Sembilang

(8)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Sekretariat Bersama di Sungsang

4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan

Aktifitas manusia yang teramati di wilayah kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu kegiatan pemanfaatan hasil hutan (kayu dan non-kayu) dan non-hasil hutan .

4.2.1. Pemanfaatan Hasil Hutan

Dalam Pemantauan ke-9 ini, pemantauan terhadap adanya aktifitas konsesi di dalam kawasan TN Sembilang tetap dilakukan.

Aktifitas PT Sribunian Trading Coy (STC) masih sama seperti pada pemantauan sebelumnya, tidak teramati aktifitas yang mencolok. Di basecamp hanya terlihat dua orang orang pegawai yang sedang menjaga asset perusahaannya.

Pada km 20,4 dari muara Sungai Ngirawan, tim menjumpai aktifitas baru dari PT WKL (Wana Karya Lestari). Teramati bangunan kayu, juga rel dan beberapa pekerjanya bekerja di lokasi tersebut. Salah seorang pekerja bernama Hasan (bagian kantin) yang mewakili PT WKL saat itu, menyebutkan bahwa: pekerja yang bekerja saat ini berjumlah 100 orang dan sebagian besar berasal dari Kalimantan. Mereka telah beraktifitas selama 4 bulan dengan mengantongi izin pemanfaatan kayu (IPK).

Saat ini mereka baru memasang rel sejauh 5 km dari jarak yang direncanakan yaitu sekitar 10 km. Diperkirakan kegiatan pemasangan rel ini akan selesai pada bulan Maret. Seluruh aktifitas lapangan ini dikerjakan oleh seorang kontraktor lapangan yang bertempat di Jalan Letnan Mukmin Palembang yang bernama Titi Wayhari. Saat tim pemantauan tiba di lokasi, koordinator lapangan PT WKL sedang tidak berada di lokasi. Koordinator lapangan adalah Sukimto, orang dari Jakarta.

(9)

a. Pabrik Penggergajian kayu (Pabrik Tampa)

Pabrik tampa Pak Dul yang pada Pemantauan ke 8 terlihat tidak aktif sekarang mulai kembali aktif. Saat tim Pemantauan ke 9 mengunjungi Pabrik Tampanya, Pak Dul mengatakan kalau kayu yang ada di pabrik tampanya sebanyak 20 kubik kayu balok (berupa kayu tumu) dan 2 m3 kayu masak (yang sudah di gesek). Pengamatan tim Pemantauan terhadap kayu-kayu yang ada di pabrik tersebut menunjukkan bahwa jumlah kayu yang ada lebih dari jumlah yang disebutkan Pak Dul. Anggota tim Pemantauan ke 9 yang berasal dari BKSDA (Mauludin) mengingatkan Pak Dul untuk membongkar pabrik tampa miliknya sesegera mungkin..

Pabrik Tampa yang kembali aktif beroperasi di Sungai Bungin

b. Penebangan dan Pengambilan kayu tumu, bakau dan Kayu Racuk Campuran (KRC)

- Sungai Simpang Tawar

Terdapat tiga temuan aktifitas pengambilan kayu tumu dan KRC (Kayu Racuk Campuran) di sungai ini. Temuan-temuan itu yaitu :

a. Di km 0,2 dari muara, tim menemukan sebuah pondok dan di dekat pondok tersebut teramati potongan kayu tumu/KRC tersusun dengan cukup rapi. Tidak ditemukan orang atau pemilik kayu di sekitar lokasi tersebut.

b. Di km 5,7 dari muara, tim menemukan 68 potong kayu tumu /KRC Tidak ada orang atau pemilik dari kayu tersebut. Kayu-kayu tersebut tersusun dengan rapi dan dibiarkan tanpa penunggu.

(10)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Susunan kayu bakau yang ditemukan tim pemantauan tanpa pemiliknya di S. Peldes

- Muara Bogem

Di muara Bogem Besar, tim pemantauan ke 9 menemukan sebuah pompong yang sedang menyusun kayu bakau/KRC. Menurut ketua tim, pompong tersebut (yaitu Nurusin bin Tusin), terdapat 800 potong kayu bakau/KRC yang akan diangkut oleh pompongnya. Kayu-kayu yang di ambil seukuran 8 m dengan diameter antara 10 cm di ujung dan 12 cm di bagian pangkal. Kayu-kayu tersebut rencananya akan digunakan sendiri untuk pembuatan kelong. Ketua tim pompong tersebut juga mengakui bahwa ia sudah mengambil kayu di kawasan tersebut sejak 3 tahun yang lalu dengan intensitas pengambilan 1 tahun sekali.

- Sungai Benu

Di bagan satu Sungai Benu di dapat informasi bahwa ada pompong yang mengeluarkan kayu KRC. Kayu tersebut dilaporkan milik Jun Tim tidak bisa melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam sungai, karena terhalang oleh rumput dan tumbuhan air yang tampaknya tidak sengaja.

Juga diinformasikan bahwa sebuah motor besar masuk ke arah hulu, namun hingga tim datang motor tersebut yang belum keluar. Motor tersebut disebutkan akan digunakan untuk mengangkut kayu yang dibawa berasal dari sawmil/pabrik tampa (perkiraan sekitar 60 kubik, kayu-kayu tersebut disebutkan milik salah seorang oknum Airud).

d. Penebangan dan pengangkutan nibung

Aktifitas pengambilan kayu nibung masih terjadi di dalam kawasan. Adapun aktifitas-aktifitas pengambilan dan pengangkutan kayu Nibung tersebut, yaitu :

(11)

diakui pemilik pompong tersebut berasal dari Sungai Ngirawan. Kayu-kayu tersebut rencananya di pakai untuk pembuatan kelong milik Zaenal di Sungsang II.

• Pada km 8,6 dari muara Sungai Peldes, tim pemantauan ke 9 menemukan susunan kayu nibung dari pompong yang siap menariknya. Jumlah kayu nibung tersebut sekitar 500 potong. Tim hanya menemukan seorang ibu dengan seorang anaknya, dan tidak menemukan para pekerja atau pemilik pompong tersebut. Pompong pengambil nibung tersebut berasal dari Terusan Tengah kecamatan Muara Telang. Setidaknya ada 3 pompong di sekitar kayu nibung yang tersusun tersebut dan aktifitas pengambilan kayu nibung dari kelompok pompong mereka terus berlanjut.

4.2.2 Pemanfaatan Non Hasil Hutan

Rumah Walet

Rumah walet di Terusan Dalam mulai memanen sarangnya. Sebelumnya rumah walet tersebut dilaporkan mengalami gagal panen akibat faktor kutu dan cecak. Walet dari sarang tersebut mulai menghasilkan dan sarangnya di nilai lebih bagus karena lebih besar, lebar dan bersih. Adapun harga jualnya mencapai Rp 20.000.000 (dua puluh juta) perkilonya.

Tambak

Ketika tim pemantauan ke-9 mengunjungi areal tambak di Solok Buntu, terlihat kondisi pemukiman tersebut agak sepi. Tambak-tambak di sekitar kawasan tersebut terlihat kering. Menurut informasi dari petambak, kawasan tambak mereka sebelumnya baru saja mengalami kebanjiran.

Keramba Ikan Milik Dinas Perikanan

(12)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Keramba ikan milik Dinas Perikanan di sekitar Muara Sungai Sembilang

Aktifitas Nelayan Pencari & Pengumpul Kepiting

Nelayan pencari dan pengumpul kepiting teramati di hampir setiap sungai yang dikunjungi. Umumnya mereka menjual hasil tangkapannya kepada pemilik sungai (pemenang lelang sungai), dan harga jual rata-rata sebesar Rp 7.000 perkilonya. Hanya satu kelompok pencari kepiting yang tidak menjual dengan sistem seperti itu, yaitu pencari kepiting yang ditemui di Pualu Betet. Selain itu alat tangkap yang mereka gunakan juga berbeda dengan penangkap kepiting lainnnya.

Jika penangkap kepiting umumnya menggunakan bubu yang diberi umpan, kelompok ini menggunakan tongkat kayu dengan ujung besi yang diarahkan ke lubang-lubang kepiting. Hasil tangkapan kelompok ini mencapai 10 kilo perharinya. Kelompok pencari kepiting ini berasal dari jalur 9 Muara telang. Hasil tangkapan nelayan di setiap lokasi atau sungai tampaknya mengalami perbedaan. Hasil tangkapan maksimal para pencari kepiting di sungai yang menggunakan bubu adalah 8 kilo perhari.

Perbedaan hasil ini tampaknya juga dipengaruhi oleh keadaan hutan di sekitarnya. Para nelayan sebenarnya mengetahui kalau kayu-kayu di sekitar hutan tersebut berkurang, itu berarti juga berkurangnya kepiting di lokasi tersebut.

(13)

Perikanan

Hasil perikanan yang teramati dalam pemantauan kali ini meliputi :

- Udang

Di sungai-sungai di kawasan TN Sembilang, teramati para nelayan pencari udang. Udang yang di cari adalah udang peci. Umumnya udang tersebut di jual sekitar Rp 13.000 perkilonya (jika di jual kepada bos/pemilik sungai). Rata-rata nelayan mampu menghasilkan udang tersebut 3 kilo perharinya.

- Kerang

Aktifitas pengambilan kerang teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin. Para nelayan tersebut menjual kerang tersebut seharga Rp 40.000 perkaleng besar. Para pencari kepiting tersebut ada yang pulang ke Mentok, Bangka.

- Ikan

Aktifitas perahu nelayan di Sungsang dan di Sungai Sembilang terlihat lumayan ramai di banding pemantauan sebelumnya (pemantauan ke 8). Pencari-pencari ikan di kawasan Sungai rata-rata mampu menangkap 5 kilo perharinya. Dalam pemantauan ini, tim menemukan kuda laut yang di pelihara oleh masyarakat Simpang Batu. Jenis ini termasuk jenis ikan yang jarang ditemui oleh tim pemantauan selama kegiatan pemantauan berlangsung. Selain itu, di terusan Dalam terlihat ikan bebaji dan ikan betutu dengan telur di badannya. Tabel 2 menggambarkan jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan setempat.

(14)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Tabel 2. Jenis-jenis ikan ditemui yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan.

Simpang Tawar

Kepala batu/Truntung +

Kerapu +

(15)

4.3. Pengamatan Fauna

BURUNG

Bangau dan Kuntul

Terdapat sekitar 150 individu burung Bangau Tongtong Leptoptilos javanicus dan 120 individu Bangau Bluwok Mycteria cinerea di Pesisir Semenanjung Banyuasin. Tim Tidak berhasil mengamati keberadaan Ibis cucuk besi Threskiornis melanocephalus di sepanjang jalur pengamatan di pesisir Semenanjung Banyuasin. Jumlah individu yang teramati di pesisir Banyuasin berjumlah sekitar 500 individu.

Bangau Tongtong di Sungai Simpang Tawar

Burung Pemangsa (Raptor)

Ketiga jenis burung pemangsa yaitu ; Elang Bondol Haliastur indus, Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus dan Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster teramati di hampir setiap sungai yang dikunjungi. Tim juga mengamati sekelompok elang dengan jumlah 60 individu yang bergerombol di pesisir Banyuasin. Kelompok ini kemungkinan adalah kelompok dari jenis elang yang bermiigrasi.

(16)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Elang-laut Perut-putih Kelompok burung pemangsa di Pesisir

Semenanjung Banyuasin

Burung pantai (Scolopacidae, Charadriidae)

Tidak kurang 20.000 ind burung pantai teramati di pesisir Banyuasin. Tidak dapat diperkirakakn komposisi jumlah jenisnya. Hal ini disebabkan terutama karena jarak antara pengamat dan burung yang cukup jauh dan burung yang teeramati kebanyakan dalam posisi diam (tidak terbang).

Cekakak Cina

Salah satu jenis burung baru yang teramati selama kegiatan pemantauan berlangsung adalah ditemukannnya Cekakak Cina Halcyon pileata (lihat Goenner & Hasudungan 2001, Hasudungan & Sutaryo 2001, Hasudungan & Wardoyo 2002, Hasudungan & Sutaryo 2002, Hasudungan & Wardoyo 2002a, Wardoyo 2003, Iqbal 2003 dan Iqbal 2003a). Burung ini terlihat sangat mencolok dengan kepala hitam, punggung biru, kalung leher putih dan perut yang berwarna merah bata. Semua anggota tim mengamati burung ini beberapa menis sebelum terbang masuk ke dalam hutan nipah.

MAMALIA

Kalong Pteropus vampyrus

(17)

Babi Sus scrofa

Sekelompok babi dengan jumlah 10 individu yang terdiri dari 7 individu muda dan 3 individu dewasa teramati pada 25 Februari 2004 di dekat muara Bogem kecil. Selain itu, dilaporkan (Kak Mael) pada pagi hari 25 Februari 2004 teramati 3 individu babi muncul di kawasan pemukiman Sembilang. Jejak babi juga teramati umum di Pulau Betet.

Babi hutan Sus scrofa di dekat Muara Bogem Kecik

Primata

Hanya dua jenis primata yang teramati, yaitu kera ekor panjang Macaca fascicularis dan Lutung budeng Presbytitis cristata. Hal yang cukup menarik dari pengamatan primata ini adalah bahwa Lutung budeng yang teramati lebih banyak teramati di luar kawasan di banding dengan kera ekor panjang.

Kera ekor panjang teramati di hampir setiap sungai dan sekelompok kera ekor panjang yang teramati di muara Sungai Sembilang terlihat menggendong anaknya. Kera ekor panjang di Sungai Bungin terlihat mengambil peralatan penduduk dan mencuri kelapa yang diletakkan di belakang rumah.

Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrensis

Harimau Sumatera dilaporkan kembali muncul oleh masyarakat Sembilang. Kemunculannya yaitu pada tengah malam sekitar pukul 03.15 WIB. Harimau tersebut muncul pada tanggal 22 Februari 2004 yang lalu. Harimau yang muncul ini dilaporkan memiliki ukuran yang sangat besar. Masyarakat menduga bahwa individu harimau ini adalah individu harimau menyerang penduduk pertama kalinya.

(18)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Nelayan Terusan Dalam (Pak Bise), melaporkan bahwa ia mndengar suara auman khas dari dua individu harimau Sumatera di sekitar Sungai Terusan Luar (tempai di mana ia menjaring ikan). Menurutnya, suara auman khas tersebut menandakan bahwa harimau tersebut sedang kawin.

Pesut dan Lumba-lumba

Hampir seluruh nelayan dan penduduk sekitar kawasan yang ditanya tentang keberadaan Pesut atau Lumba-lumba menjawab tidak melihatnya dalam beberapa minggu atau bulan terakhir ini.

REPTILIA

Biawak Varanus salvator

Satu individu biawak ditemui di pinggir sungai Solok Buntu pada 28 Februari 2004.

Buaya Muara Crocodylus porosus

Tim pemantauan ke 9 tidak berhasil menemukan satu individupun buaya muara di dalam kawasan. Hal ini tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor pasang yang cukup tinggi selama kegiatan berlangsung.

Anak buaya yang ditangkap oleh masyarakat di Simpang Batu yang ditemui oleh tim Pemantauan ke 6 masih dipelihara oleh penduduk setempat. Dengan demikian, umur buaya tersebut sudah lebih dari satu tahun. Saat tim Pemantauan ke 9 datang kelokasi tersebut, anak buaya tersebut terlihat sudah lebih besar dari sebelumnya dan terlihat lebih ganas.

FAUNA LAINNYA

Lebah

(19)

V.

DISKUSI DAN EVALUASI

Kondisi Kawasan

Aktifitas-aktifitas manusia yang mengancam kawasan TN Sembilang terus terjadi. Dari pemantauan ke 1 sampai yang ke 9 ini, tidak ada tanda-tanda bahwa aktifitas pengambilan kayu illegal akan berkurang. Kondisi ombak pada pemantauan kali ini cukup besar, tetapi tim masih bisa melewati jalur laut. Ini mengakibatkan tim pemantauan selalu berhati-hati untuk mengunjungi setiap sungai, karena harus memperhatikan kondisi ombak di laut. Kondisi ini juga mengakibatkan tim pemantauan tidak bisa mengunjungi hulu-hulu sungai sampai jauh atau berlama-lama diam di sungai.

Fenomena klasik yang menghantui kawasan TN Sembilang adalah jarangnya patroli kawasan dari aparat berwenang. Hal ini diperburuk dengan kurangnya antusias dari petugas untuk terjun ke lapangan. Ini merupakan sebuah masalah yang besar di banding dengan masalah biaya transportasi dan logistik yang memang lumayan mahal.

Salah satu hal yang cukup menghambat dalam pemantauan kali ini adalah terjadinya kelangkaan minyak tanah, baik di Palembang maupun di Sembilang. Hal ini mengakibatkan harga minyak tanah menjadi naik dan ini berdampak meningkatkan biaya transportasi.

PT Wana Karya Lestari

Keberadaan posisi basecamp PT Wana Karya Lestari (WKL) perlu dikaji lagi, apakah basecampnya masuk dalam kawasan TN Sembilang atau tidak. Aktifnya kembali PT WKL ini perlu diwaspadai. Walaupun daerah kerjanya tidak masuk TN Sembilang, tetapi karena jalur transportasinya yang melalui TN Sembilang akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi kawasan TN Sembilang.

Kawasan di sekitar Sungai Ngirawan sangat perlu untuk rutin di pantau pada masa-masa mendatang. Ini penting mengingat tanpa petugas di lokasi kawasan, maka bukan tidakmungkin PT WKL akan menjarah kayu-kayu di sekitar kawasan Sungai Ngirawan.

Pengambilan Kayu Illegal dan Pabrik Tampa

Pengambilan kayu yang cukup sering teramati dilakukan pada pemantauan ke 9 ini adalah jenis kayu tumu/KRC. Kecuali kayu tumu/KRC yang ditemukan di Sungai Peldes, semua pengambilan kayu yang dilakukan di dalam kawasan umumnya dipergunakan sebagai bahan untuk perikanan, seperti kelong.

(20)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Eksploitasi Nibung

Pada pemantauan ke-9 ini, pengambilan kayu nibung di dalam kawasan masih terus terjadi. Ada dua temuan aktifitas pengambilan kayu nibung. Pertama yang terjadi di sekitar Muara Bogem dan yang kedua yang terjadi di Sungai Peldes. Selain itu, dari bagan Sungai Ngirawan dilaporkan bahwa ada aktifitas pompong yang hendak benibung. Pengambilan kayu nibung pertama dilaporkan untuk pembuatan kelong, sedangkan yang kedua tidak jelas tujuannya. Tetapi mengingat asal pemilik pompong yang kedua berasal dari Terusan Tengah kecamatan Muara Telang, maka besar kemungkinan maka besar kemungkinan pompong tersebut akan menjual kayu nibungnya kepada masyarakat sekitar.

Pengamatan Fauna

Jumlah populasi burung pantai di pesisir Banyuasin pada pemantauan ke 9 ini dapat mencapai 20.000. Tampaknya cukup menarik jika pada suatu saat dilakukan satu sesi khusus pengamatan burung pantai di sepanjang pesisir Banyuasin dengan menggunakan pompong besar. Dengan menggunakan pompong besar ini, diharapkan jarak antara dan burung tidak terlalu jauh.

Tim juga mengamati sekelompok burung pemangsa di pesisir Banyuasin dengan jumlah sekitar 60 individu. Tidak jelas jenisnya, tetapi ada kemungkinan merupakan kelompok dari burung pemangsa yang bermigrasi.

Munculnya kembali Harimau Sumatera di kawasan pemukiman Sembilang cukup mencemaskan masyarakat sekitar. Pak Ali telah mendiskusikan permasalahan ini kepada staff BKSDA yang juga anggota tim pemantauan. Laporan ini perlu ditindaklanjuti agar tidak terjadi korban jiwa di masyarakat.

Pelaksanaan Kegiatan

Seperti pada pelaksanaan pemantauan ke 7 dan ke 8 sebelumnya, yang menjadi koordinator Tim Pemantauan adalah perwakilan LSM, Kelompok Pengamat Burung Spirit of South-Sumatra (KPB-SOS). Hal ini dilakukan untuk memantapkan proses penguatan kaderisasi dalam menunjang pelaksanaan pemantauan pada masa-masa selanjutnya. Adapun lembaga/organisasi yang terlibat dalam pemantauan kali ini yaitu BKSDA SS, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS, WBH dan Mahasiswa S2 Unsri. Empat orang yang ikut dalam pemantauan ini pernah terlibat dalam pemantauan sebelumnya, dua peserta lainnya dalam kegiatan pemantauan ini baru pertama kali ikut serta dalam kegiatan pemantauan & evaluasi kawasan TN Sembilang.

(21)

Adapun lembaga yang terlibat yaitu BSP/WI-IP, BKSDA SS, Dinas Kehutanan Banyuasin, LSM WBH, LSM LEMBAR, LSM LPH-PEM, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS, Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhammadiyah Palembang. Dengan makin banyaknya orang dan lembaga yang terlibat dalam kegiatan Pemantauan ini, maka diharapkan akan terjadinya regenerasi dan memperbanyak mitra kerja di lapangan. Selain itu, diharapkan semakin banyak orang yang mengetahui kawasan TN Sembilang secara langsung.

Para peserta pemantauan dalam kegiatan ini telah mampu menggunakan binokuler dengan baik. Adapun dalam penggunaan GPS, karena alatnya yang terbatas (satu unit) dan cukup rumit untuk dipahami secara cepat, maka tidak seluruh anggota tim mampu menggunakan alat ini. Namun, para peserta Pemantauan setidaknya sudah mengenal alat ini dan mengetahui kegunaannya. Hal ini disebabkan karena hanya dua orang dari anggota tim yang baru dalam pelaksanaan pemantauan ini.

Pada kesempatan pemantauan ini, Tim Pemantauan juga membagikan kalender sebagai alat untuk melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat Sembilang dan Terusan Dalam. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar akan kondisi dan status kawasan hutan di sekitar mereka.

Evaluasi Kegiatan di kantor Berbak Sembilang Project

(22)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Kegiatan Lain di Wilayah TN Sembilang

Tim pemantauan ke 9 melepaskan burung Julang jambul-hitam Aceros corrugatus di sekitar kawasan Solok Buntu. Tim menemukan burung ini dipelihara dengan cara terikat oleh masyarakat Solok Buntu. Burung tersebut didapatkan oleh pengambil kayu nibung di dalam kayu berlubang di sekitar kawasan Bakurendo.

(23)

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

• Secara umum, kawasan TN Sembilang saat ini masih mengalami berbagai

tekanan/gangguan. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh eksploitasi hasil

hutan terutama dari hasil pengambilan kayu secara illegal.

• Jenis kayu yang paling sering diambil dari dalam kawasan pada pemantauan kali ini yaitu jenis kayu tumu.

• Para pengambil kayu yang berasal dari di kawasan TN Sembilang yang teramati pada pemantauan ke-9 ini biasanya menggunakan kayu-kayu tersebut untuk kegiatan perikanan.

• Aktifitas perikanan di kawasan TN Sembilang terlihat lebih ramai bila dibandingkan dengan pemantauan sebelumnya.

• Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang ditemui di dalam kawasan, maka ada sebagian warga yang mengetahui status kawasan, tetapi sebagian besar masyarakat di kawasan TN Sembilang belum mengetahuinya.

SARAN

• Aktifnya kembali Basecamp Wana Karya Lestari di Sungai Ngirawan perlu mendapat pemantauan.

• Perlu sebuah perhatian khusus bagi masyarakat yang menggunakan kayu-kayu yang berasal dari kawasan untuk keperluan mereka mencari ikan.

• Peningkatan intensitas pengawasan kawasan di TN Sembilang sangat mendesak untuk dilakukan.

• Untuk mengatasi masalah klasik dalam operasional pemantauan, maka pihak-pihak pengelola kawasan sebaiknya mencari sumber-sumber dana baru dalam pemantauan kawasan dan jika memungkinkan ada baiknya lembaga dana tersebut dikelola secara bersama dengan pihak lainnya.

(24)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

PUSTAKA

Gönner, C. & F. Hasudungan. 2001. Sembilang Monitoring Report No. 1 Juli/August 2001. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme/Berbak Sembilang Project.

Hasudungan, F. & D. Sutaryo. 2002. Laporan Pemantauan Kawasan Sembilang No. 2, November 2001. Laporan Teknis No. 32. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & D. Sutaryo. 2002a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 4, Juni 2002. Laporan Teknis No. 50. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & S. A. Wardoyo. 2002. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 3, Februari /Maret 2002. Laporan Teknis No. 38. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Iqbal, M. 2003. Melacak Keberadaan Pesut atau Lumba-lumba di TN Sembilang. Warta Konservasi Lahan Basah vol 11. no. 2 April 2003 : 15.

Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 7, Juli/Agustus 2003. Laporan Teknis No. 74. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 8, Oktober 2003. Laporan Teknis No. 76 Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang - Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

MacKinnon, J., Karen Phillipps dan Bas van Ballen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi - LIPI.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mammalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Terjemahan Bahasa Indonesia WCS - Indonesia Program.

Sonobe, K. & Usui, S. (eds.). 1993. A Field Guide to the Waterbirds of Asia. Wild Bird Society of Japan, Tokyo.

Suryanto, A. & D. Sutaryo. 2001. Laporan Survei Perikanan di Kawasan CTN Sembilang, 17-24

Juli 2002. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang.

Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

van Strien, N.J. 1983. A Guide to the Tracks of Mammals of Western Indonesia. School for Environmental Conservation Management, Ciawi, Indonesia.

(25)

Lampiran 1. Daftar Mangrove yang dikoleksi dari TN Sembilang

SPECIES LOKASI PENGAMBILAN

DAUN/BUAH CATATAN

Aegiceras cornuculatum ?

Aegiceras floridum Sungai Benu

Acrosticum speciosa Sungai Bakurendo

Acrosticum aureum Sungai Bakurendo

Avicenia alba ?

Avicenia lanata ?

Avicenia eucalyptifolia Pulau Betet

Bruguiera cyindrica Muara Bogem Umum

Bruguiera gymnorhiza ? Umum

Bruguiera haenesii ? Umum

Bruguiera parviflora ? Umum

Bruguiera sexangula ? Umum

Exoecaria agallocha ? Umum

Finlaysonia maritima Sungai Benu Hanya teramati di Sungai Benu

Soneratia alba ?

Soneratia cascolaris Sungai Sembilang

Schyphiphora hypophyllaceae Sungai Bakurendo

Xylocarpus mekongensis ? Umum

Xylocarpus granatum Sungai Simpang Satu

Xylocarpus mollucensis Sungai Simpang Tawar

Xylocarpus rumpii Sungai Simpang Satu

Terminalia cataappa Sungai Benu

(26)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Lampiran 2. Data Koordinat Lokasi Pemantauan

Kode Deskripsi Longitude Latitude Hari Jam

(27)

Lampiran 3. Catatan Temuan Burung (24-28 Februari 2004)

Cangak laut Ardea sumatrana

25 Februari 2004, 8.00 WIB. Satu ind dengan pola berbiak terlihat di sekitar muara Sungai Sembilang.

Cangak abu Ardea cinerea

24 Februari 2004. Satu individu teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.

Cangak merah Ardea purpurea

24 Februari 2004. Dua individu teramati di daerah Pulau Banyak (antara Upang dan Sungsang), tetapi daerah tidak termasuk kawasan TN Sembilang.

Kuntul Egretta spp

24 Februari 2004. Sekitar 500 individu burung Kuntul teramati sepanjang pesisir Banyuasin.

Kuntul kerbau Bubulcus ibis

27 Februari 2004. Empat individu teramati dengan bulu berbiak di sekitar bagan 1, S. Benu.

Kokokan laut Butorides striatus

24 Februari 2004. 1 ind di Sungai Bungin. 25 Februari 2004. 2 ind di Simpang Tawar 26 Februari 2004. 1 ind di Bakurendo.

27 Februari 2004. 1 ind di S. Benu dan 1 ind di Terusan Dalam.

Bangau tongtong Leptoptilos javanicus

24 Februari 2004. Sekitar 60 ind teramati terbang tinggi berputar di atas daerah Pulau Banyak (sekitar 40km dari Upang, sebelum Sungsang), 150 ind Bangau Tongtong teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.

25 Februari 2004. Teramati 2 ind di S. Tawar 27 Februari 2004. 1 ind di S. Benu.

Bangau bluwok Mycteria cinerea

24 Februari 2004. Tidak kurang dari 120 ind Bangau Bluwok teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.

Itik benjut Anas gibberifrons

28 Februari 2004. Dua individu (kemungkinan besar sepasang) teramati di Solok Buntu. Mungkin individu dari jenis ini terlewatkan dalam pengamatan di pesisir Semenanjung Banyuasin.

Elang bondol Haliastur indus

Jenis yang umum ditemukan, hampir setiap sungai.

24 Februari 2004. Sekitar 50 individu teramati bergerombol di sekitar pemukiman Sungsang, di mana ind individu muda teramati lebih dominan. 3 ind di Sungai Bungin.

25 Februari 2004. 3 di Muara Sungai Sembilang, 3 ind di Sungai Simpang Tawar dan 1 ind di Muara Bogem Besar. 26 Februari 2004. 3 ind di Sungai Bakurendo.

27 Februari 2004. 5 ind di Sungai Betet.

Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster

24 Februari 2004. 1 ind di Pesisir Banyuasin. 25 Februari 2004. 5 ind di Sungai Sembilang.

26 Februari 2004. 2 ind di Bakurendo dengan satu diantaranya menggenggam ular di kakinya. 27 Februari 2004. 2 ind di Pulau Betet dan 2 ind di Sungai Benu.

Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus

25 Februari 2004. 1 ind di Sungai Sembilang dan 3 ind di Sungai Peldes.

Elang tak teridentifikasi 1

(28)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang Elang tak teridentifikasi 2

25 Februari 2004. Satu individu Elang tidak teridentifikasi dengan siluet yang sangat khas (sangat berbeda dengan elang yang umum ditemui di dalam kawasan TN Sembilang) teramati.

Elang tak teridentifikasi

24 Februari 2004. Sekelompok elang teramati terbang bergerombol di sepanjang pesisir Banyuasin. Tampaknya sekelompok elang yag bermigrasi. Walaupun dua pengamat dari tim Monev ke 9 menyatakan jenis dari Elang Bondol, tetapi elang ini tampaknya bukan dari jenis elang yang umum ada disini.

Kelompok Burung Pantai:

24 Februari 2004. Sekitar 15.000-20.000 burung pantai teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin pada. 27 Februari 2004. 300 ind burung pantai teramati di pantai Pulau Betet.

Gajahan Numenius spp

24 Februari 2004. Kelompok campuran burung Gajahan teramati di sepanjang pesisir Banyuasin.

27 Februari 2004. Gajahan besar juga teramati di gosong dekat muara Sembilang dan sekitar 50 ind Gajahan teramati di pantai Pulau Betet.

Dara-laut Sterna spp

Dari sekitar 15.000-20.000 individu burung pantai yang teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin, 30% diantaranya merupakan kelompok burung dara-laut.

Dara-laut kecil Sterna albifrons

27 Februari 2004. Minimal 300 individu Dara-laut kecil terbang bergerombol di muara S. Bungin.

Trinil kaki merah Tringa totanus

25 Februari 2004. Minimal 15 ind Trinil kaki merah teramati di pinggir pantai muara Bogem.

Pergam hijau Ducula aenea

26 Februari 2004. 30 individu burung Pergam hijau teramati di S.Peldes.

Walet Collocalia sp (maxima x fucipagha)

Cukup umum di perkampungan Terusan Dalam dan Sembilang.

Raja-udang Erasia Alcedo atthis

27 Februari 2004. Satu individu teramati di dekat pemukiman Terusan Dalam. Suaranya terdengar di beberapa sungai.

Pekaka emas Pelargopsis capensis

24 Februari 2004. 5 ind di Sungai Bungin

25 Februari 2004. 1 ind di Sungai Tawar dan 1 ind di Sungai Bakurendo. 26 Februari 2004. 1 ind di Sungai Peldes.

27 Februari 2004. 2 ind di Sungai Benu dan 1 ind di Sungai Terusan Dalam.

Cekakak sungai Halcyon chloris

24 Februari 2004. 5 ind di Sungai Bungin.

Suaranya umum terdengar di hampir setiap sungai.

Cekakak merah H. coromanda

26 Februari 2004.Teramati 1 ind di Sungai Peldes.

Cekakak merah H. pileata

27 Februari 2004. Teramati 1 ind di Sungai benu pada pada km 2,2. Satu pengamatan di km 15,7 tidak bisa dipastikan karena di ragu dengan Cekakak belukar Halcyon smyrnensis.

Kirik-kirik laut Merops phillipinus

24 Februari 2004. 14 ind di Sungai Bungin. 25 Februari 2004. 8 ind di Sungai Tawar.

Umum teramati dalam jumlah kecil dihampir setiap sungai.

Salah satu jenis dari Kel. Rangkong yang tidak teridentifikasi

(29)

Pelatuk besi Dinopium javanense

25 Februari 2004. 3 individu teramati di Simpang Tawar 25 Februari 2004. 3 individu lagi teramati di S. Peldes.

Tiong-lampu Asia Eurystomus orientalis

26 Februari 2004. 1 ind di Sungai Peldes. 27 Februari 2004. 1 ind di Pulau Betet.

Umum dihampir setiap sungai, tetapi terlewatkan untuk dicatat.

Layang-layang api Hirundo rustica

Terlihat dalam jumlah klecil (10 – 20 ind) di hampir setiap sungai.

Srigunting batu Dicrurus paradiseus

26 Februari 2004. Satu individu tramati di S. Peldes.

Kucica kampung Copsycus saularis

26 Februari 2004. 3 individu anakan dari jenis ini ditangkap nelayan di sekitar S. Simpang Tawar. Suara burung ini terdengar cukup umum di hampir setiap sungai.

Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps

Suaranya umum terdengar di beberapa sungai.

Perling Kumbang Aplonis panayensis

26 Februari 2004. Sepasang burung teramati di pemukiman Terusan Dalam dengan tingkah laku sedang membuat sarang.

Burung-madu bakau Nectarinia calcostetha

26-27 Februari 2004. Umum ditemui di setiap sungai. Satu buah sarang dengan sepasang burung yang aktif di sekitar sarangnya teramati di sekitar pemukiman Terusan Dalam.

Burung-gereja Eurasia Passer montanus

(30)

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak - Sembilang

Lampiran 4. Detail Aktifitas Terhadap Pengamatan Manusia

Lokasi/Waktu Temuan/Keterangan

Muara Baru SP3 (luar kawasan)

24 Februari 2004

Teramati 5 ind Bangau Tongtong sedang bertengger dan 12 ind Lutung

Pulau Banyak (luar kawasan)

24 Februari 2004

• 60 ind Bangau tongtong teramati terbang melayang dan 2 ind Cangak merah.

Seberang Sungai Semut (luar kawasan) 24 Februari 2004

• Teramati 1 ind Elang laut perut-putih dan 1 Elang-ikan kepala-kelabu

Sungsang

24 Februari 2004 •

Bertemu Pak Camat dan berdiskusi singkat

• Mampir ke Sekber danmenjemput anggota tim yang berasal dari FPPM Sungai Bungin

24 Februari 2004 •

Mengunjungi dan mengecek pabrik tampaPak dul, sekaligus makan siang. • Melakukan pengamatan di S. Bungin, sampai titk akhir pengamatan yaitu

sekitar 9,2 km dari muara Semenanjung

Banyuasin, 24 Februari 2004

• Di pesisir Semenanjung Banyuasin, secara keseluruhan teramati sekitar 180 ind Bangau Bluwok, sekitar 100 ind Bangau tongtong, sekitar 400 ind burung Kuntul, 1 ind Cangak abu, 700 ind Dara-laut, 1 ind Elang-laut perut-putih, 60 ind burung elang tak terindentifikasi dan lebih dari 10.000 (mungkin mencapai 15.000-20.000) ind burung pantai

Sekitar Muara S. Sembilang, 25 Februari 2004

• Di dekat muara sebelum S. Sembilang teramati 1 ind Cangak laut, 13 ind kera ekor panjang, 1 ind bajing, 3 ind elang bondol, 1 Elang ikan kepala-kelabu dan 1 ind Pekaka emas

• Tim juga mengamati pondok keramba dinas perikanan S. Simpang Tawar,

25 Februari 2004 •

Sekitar 0,2 km dari muara teramati pondok dengan susunan kayu tumu/KRC • Di km 6,7, teramati 68 potong kayu tumu/KRC

• Di km 7,4 teramati kembali 56 potong kayu tumu/kKRC • Titik akhir pengamatan yaitu km 12,3

Muara Sembilang – Muara Bogem-Simpang Batu, 25 Februari 2004

• Teramati 1 ind Gajahan besar, 3 gajahan pengala, 20 ind Dara-laut dan 40 ind trinil

• Di sekitar perairan antara muara Sembilang dan Bogem ditemukan 1 pompong yang membawa 11 bual (300) potong kayu nibung yangmenurut pemilik pompong diambil dari S. Ngirawan

• Di dekat muara Bogem di antara Bogem kecil teramati 10 ind babi, 15 Trinil kaki merah dan 5 ind Trinil

• Di muara Bogem besar ditemukan I pompong besar dengan 5 orang sedang menyusun kayu tumu/KRC hasil tebangannya

• Mampir ke Bagan di Simpang Batu untuk mencariinformasi mengenai aktifitas penebangan kayu di sekitar perairan tersebut

Sungai Peldes,

26 Februari 2004 •

Di km 8,6 ditemukanpompong dengan kayu sebanyak 500 potong (nibung) • Di km 10,3 terdapat Simpang dan tim menuju ke arah kanan dengan titik akhir

11,3 km Sungai Ngirawan

26 Februari 2004 •

Tim mampir sebentar ke Bagan Ngirawan untuk mencari informasi mengenai aktifitas penebangan kayu

• Tim mengunjungi basecamp PT STC, km 18,5.

• Tim menemukan aktifitas baru dari basecamp WKL. Basecamp WKL ini menjadi titik akhir pengamatan (km 20,4)

S. Bakurendo

26 Februari 2004 •

Di sepanjang S. Bakurendo ditemukan 4 buah tuguk, 7 buah pompong dan 15 buah perahu

• Titik akhir pengamatan pada 19,5 km dari muara

• Sebelum keluar dari muaraa, tim menemukan sepasang elang-laut perut-putih dan 1 ind diantaranya sedang mencengkram ular di kakinya

Pulau Betet

27 Februari 2004 •

Tim bertemu dengan 2 buah pompong pencarikepiting. Teramati juga jejak babi, 00 ind kelelawar, sekelompok campuran burung pantai dan 2 ind Kuntul besar

(31)

Lokasi/Waktu Temuan/Keterangan

S. Benu,

27 Februari 2004 •

Tim mampir ke bagan 1 (18,8 km)

• Di km 2,2 tim mengamati kehadiran 1 ind Cekakak China

• Titik akhir pengamatan pada 21,5 km dari muara. Tim tidak dapat melanjutkan perjalan karena terhalang rumput/tumbuhan air.

S. Terusan Luar,

27 Februari 2004 •

Di dekat muara tim menemukan perahu jaring, 4 ind Bondol dan 1 ind Elang-laut perut-putih

S. Terusan Dalam, 27 Februari 2004 •

Di Simpang sungai, tim mengamati 7 buah pompong, 22 perahu dan 10 buah tuguk

• Titik akhir pengamatan adalah km 11,6 (dari Simpang tiga, bukan dari muara terusan Luar)

Simpang Batu,

28 Februari 2004 •

Timmampir ke Bagan Simpan Batu dan terlihat penduduk sedang memelihara 1 ind Rangkong. Salah satu anggota tim membeli rangkong tersebut

Solok Buntu,

28 Februari 2004 •

Areal tambak teramati sepi dan tambak-tambak terlihat kering

Gambar

Tabel 2
Tabel 2. Jenis-jenis ikan ditemui yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Eksternal Relations meliputi : (a) Kegiatan dengan masyarakat sekitar, 80% responden termasuk pimpinan perusahaan dan tim kreatif menyatakan pernah ikut/terlibat dalam

Hal ini ditunjukkan dengan peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka, kelompok remaja di tempat tinggalnya, ikut membagikan masker

Pada saat dilakukan pemantauan kegiatan penelitian eksplorasi di daerah Rirang dan Jeronang sudah sangat jauh berkurang dimana hal ini mengakibatkan kandungan kimia dari air sungai

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas dalam pemantauan kegiatan dan pelaporan KIA oleh

Tidak hanya petani pria yang terlibat dalam kegiatan usahatani, tetapi juga wanita tani yang ikut membantu dalam kegiatannya.Salah satu desa di Kecamatan Simpang Empat

Tujuan kegiatan pemantauan lingkungan ini adalah untuk mendapatkan bahan kajian dalam merancang pengembangan Pelabuhan Tenau Kupang sebagai pelabuhan berwawasan

Seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan

Selain dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan, masyarakat juga di ikut sertakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi yang merupakan bagian dari proses