• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI TEORI PENGETAHUAN MENURUT AHLI FIL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI TEORI PENGETAHUAN MENURUT AHLI FIL (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI-TEORI PENGETAHUAN

MENURUT AHLI FILSUF

Makalah Yang Diajukan Untuk Menambah Nilai Mata Kuliah

Filsafat Ilmu

Disusun Oleh:

 Rizky Ridwan 201143500599

 Sigit Prakoso 201143500637

 Fernanthes T. 201143500656

 Enggartiasto P. 201143500687

 Ade Syaepudin 201143500792

Kelas : R7D

Dosen : Acep, M.Pd. Kelompok : 5

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA, DAN IPA

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Teori-Teori Pengetahuan Menurut Ahli Filsuf‘. Makalah ini diajukan untuk menambah nilai mata kuliah Filsafat Ilmu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan pendengar.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, Oktober 2014

(3)
(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan satu sama lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar.

Latar belakang hadirnya pembahasan teori pengetahuan ini adalah karena para pemikir melihat bahwa panca indra lahir manusia yang merupakan satu-satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah-masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari validitas akal dan menolak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan? 2. Apa saja teori-teori pengetahuan?

3. Bagaimana teori-teori pengetahuan di dalam Islam? 4. Bagaimana teori-teori pengetahuan menurut ahli filsuf?

1.3 Tujuan

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui, yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak.

2.2 Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan sebenarnya adalah salah satu cabang dari struktur filsafat, selain teori hakikat dan teori nilai. Teori pengetahuan ini membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan. Sehingga lebih banyak berbicara tentang hakikat pengetahuan, cara berpikir, dan hukum berpikir yang mana harus dipergunakan agar kita mendapatkan hasil pemikiran yang kemungkinan benarnya lebih besar. Teori pengetahuan terbagi menjadi :

A. Empirisme

(8)

B. Rasionalisme

Rasio berarti akal. Rasionalisme berarti suatu paham dimana sumber pengetahuan berasal dari akal. Rene Descartes, bapak rasionalisme berusaha menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan, sehingga memakai metode deduktif (kesimpulan ditarik dari premis-premis umum) untuk menyimpulkan pengetahuan. Seorang rasionalis tentunya mengakui bahwa kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh kesimpulan-kesimpulan yang jumlahnya sama banyaknya dengan kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh premis-premis yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan tersebut. Dan seorang rasionalis pastilah memandang pengalaman sebagai salah satu alat bantu dari akal, karena menurutnya pengetahuan berasal dari akal pikiran.

C. Fenomenalisme

Fenomenalisme adalah sebuah paham untuk mencari pengetahuan berdasarkan gejala yang terjadi. Seorang Immanuel Kant, bapak fenomenalisme membuat uraian tentang pengalaman, bahwa sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat indrawi dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Dan karena itu pula, seorang fenomenalis tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu yang terjadi seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu yang menampak, dan inilah yang disebut dengan gejala.

(9)

D. Instuisionisme

Intuisi adalah hal yang bersifat alamiah, pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis dan memberikan kepada kita keseluruhan yang bersahaja, yang mutlak tanpa suatu ungkapan, terjemahan atau deskripsi secara simbolis. Intuisionisme adalah suatu aliran atau paham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berpikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berpikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.

Menurut Henry Bergson, filsuf asal Prancis, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Seorang instuisif memperoleh pengetahuan dengan cara mengetahui beberapa bagian dari suatu peristiwa namun tidak mengalami keseluruhannya.

E. Metode Ilmiah

Ada suatu perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, jikalau ilmu membicarakan kenyaataan yang sebenarnya, maka filsafat bicara tentang bagaimana cara memperoleh jawaban. Sehingga muncullah metode ilmiah sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan dan berakhir dengan pengamatan pula. Sehingga pengamatan adalah hal yang pasti terukur.

(10)

menyusun kerangka tertentu. Dan berharap bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan cocok dengan hipotesa yang dibangun (proses verifikasi). Ramalan terhadap hipotesa dimulai dengan ramalan yang dilakukan secara hati-hati, sistematis, dan dengan sengaja terhadap ramalan-ramalan yang disimpulkan dari hipotesa tersebut.

2.3 Teori Pengetahuan Dalam Islam

Agama dan ilmu pengetahuan (sains), adalah dua kata yang memiliki arti universal. Agama adalah pandangan tertentu kepada kehidupan. Agama membentuk suatu aturan dan undang-undang berdasarkan pandangan tersebut. Sementara sains adalah pengetahuan yang mencoba mengungkapkan misteri alam beserta isinya. Hal tersebut memungkinkan manusia dapat menyingkap misteri alam, memanfaatkan dan meramalkan sesuatu yang bakal terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu, sains membatasi ruang geraknya pada segenap gejala yang ditangkap oleh pengalaman manusia melalui panca inderanya.

Dalam teori ilmu pengetahuan, Al-Quran memberikan gambaran yang secara urut mempunyai skala menarik, yakni: (a) pengetahuan yang diperoleh dari kesimpulan atau ilmu yakin, (b) pengetahuan yang diperoleh dari penglihatan dan yang dilaporkan oleh pengamatan atau ainul yakin, dan (c) pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman pribadi atau intuisi atau haqqul yakin.

o Pengetahuan yang pertama, Ilmu Yakin, terdapat keyakinan yang lebih besar

terhadap pengetahuan manusia yang didasarkan kepada pengalaman akal aktual yang diperoleh melalui observasi dan eksperimentasi terhadap suatu gejala atau fenomena.

(11)

pengetahuan sejarah yang didasarkan kepada laporan-laporan dan penggambaran dari pengalaman aktual.

o Pengetahuan tertinggi yakni, Haqqul Yakin, pengalaman melalui batin

memberikan derajat paling tinggi, dan petunjuk Allah mula-mula datang kepada makhluknya dari sumber manusia sendiri.

2.4 Teori Pengetahuan Menurut Ahli Filsuf

“Hanya teori-teorilah yang dapat menjadi referensi dan acuan dalam mengembangkan suatu bidang ilmu”, demikianlah seorang pakar komunikasi, Little John berpendapat tentang pentingnya memahami teori-teori yang ada.

Antara proses pemenuhan awal akan pengetahuan dan kepastian, keduanya terangkum dalam proses pemenuhan dengan berpikir filsafat. Pengetahuan berawal dari sikap ingin tahu, dan kepastian berawal dari sikap skeptisisme (keragu-raguan), sedangkan filsafat sendiri dimulai dari kedua-duanya. Dengan berfilsafat, ia mendorong kita untuk senantiasa mengetahui apa yang telah kita ketahui dan menunjukkan apa yang belum kita ketahui. Dengan berfilsafat pula, ia menganjurkan kita untuk tetap merendah diri bahwa kita tak selamanya mampu mengetahui semua yang ada dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.

Untuk lebih jelasnya, menarik kiranya kita menyimak berbagai teori pengetahuan dari kalangan para filsuf terkemuka, dalam hal ini teori pengetahuan Plato dan Aristoteles. Hal ini berisyarat bahwa dengan mempelajarinya secara seksama, perlahan tapi pasti akan menuntun, dan tentunya bisa dijadikan sebagai salah satu landasan dalam berpikir tentang bagaimana dan apa yang bisa kita ketahui, terkhusus mereka yang bergelut dalam dunia kefilsafatan.

(12)

Atas pengaruh dari Socrates, Plato yakin bahwa pengetahuan itu dapat dicapai, dimiliki dengan sepenuhnya. Pengetahuan yang sifatnya sempurna dan sebagai objek yang benar-benar nyata dari bentuk aslinya, baginya ia akan permanen dan tidak akan pernah berubah. Keyakinan akan identifikasi semacam ini bisa disimak dalam ajaran ide-idenya, khususnya dalam konsep dua dunianya: dunia ideal dan dunia indrawi. Baginya, klaim bahwa pengetahuan itu berasal dari pengalaman akal (pandangan ini dikenal dari kelompok empirisisme), sungguh sesuatu yang janggal adanya. Obyek-obyek pengalaman akal hanyalah fenomena yang pada akhirnya akan berubah seiring berubah dunia indrawi. Dengan begitu, obyek-obyek pengalaman bukanlah obyek pengetahuan yang tepat.

Ada dua sumbangan terpenting Plato bagi teori pengetahuan, yakni pertama pengetahuan itu adalah peringatan tentang apa yang telah ada dalam pikiran, bukan mempersepsi benda-benda baru, dan kedua adalah teori ide-ide yang menekankan jalan pencarian dengan akal untuk menemukan ide-ide atau yang universal di dalam budinya sendiri.

Seperti yang telah dijelaskan di awal tadi bahwa kelompok empirisisme begitu ditentang oleh Plato. Di dalam salah satu karyanya, tercantum pendapat Theaetetus mengenai pengetahuan. Menurut Plato, dewasa ini yang merupakan pengetahuan yang datang melalui indra, dianggap benar dan ilmiah. Baginya, jika dunia ini selalu berubah, bagaimana dunia atau indra dapat diandalkan? Ia menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat diandalkan dan pengetahuan sejati harus datang dari tempat lain, yakni bahwa pengetahuan itu telah ada sebelumnya.

(13)

mengenai dunia. Pengetahuan sejati terdiri dari ide-ide yang telah ada dalam pikiran, bukan ide-ide yang datang pada kita melalui indra.

Tentang teori ide-idenya, ia memahami sebagai sesuatu yang memiliki eksistensi rill, bebas dari dunia mental pikiran manusia, atau dari dunia natural. Ide-ide ini bersifat universal yang hanya mempunyai ide tertinggi di atas segala ide, yakni ide kebaikan. Karenanya, ide tertinggi dari pengetahuan adalah pengetahuan tentang ide yang baik, yang darinya semua hal yang adil dan sebagainya berguna dan bernilai.

Teori ide-ide ini juga penting menurutnya (Plato) karena ia bisa membantu bagaimana dalam mengelompokkan objek di dunia dan memahami kodrat mereka. Kata “Kuda” semisal, menunjuk kepada binatang berkaki empat, mempunyai bulu, tetapi semua kuda tidaklah sama; warna, ukuran, keturunan yang berbeda-beda, namun semuanya di dunia ini diambil sesuatu ide yang serupa dengannya, yakni ide “ke-kuda-an” yang karena, menurut Plato, kita bisa mengenali kuda sewaktu melihatnya, apapun bentuk, warna, dan jenis kuda tersebut.

B. Aristoteles

(14)

Namun demikian, Aristoteles sangat menentang pendapat Plato gurunya. Ia berpendapat bahwa dunia yang sesungguhnya adalah dunia real, yakni dunia nyata yang bermacam-macam, bersifat relatif dan berubah-ubah. Dunia ide, sebagaimana anggapan Plato, hanyalah dunia abstrak yang bersifat semu, terlepas dari pengalaman. Itu sebabnya pandangan Aristoteles lebih dikenal sebagai paham realis (realisme). Akal tidaklah mengandung ide-ide bawaan, melainkan mengabstraksikan ide-ide yang terdapat dalam bentuk benda-benda berdasar hasil tangkapan indrawi.

Bertolak dari gurunya, pandangannya lebih bersifat “common-sense” ketimbang “idealis”. Baginya, pengetahuan adalah persepsi, dunia natural adalah dunia nyata, dan persepsi dan pengalaman indrawi adalah dasar pengetahuan ilmiah.

Sebagai filsuf realis, sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan sangatlah besar, dan sampai sekarang masih kerap digunakan, yakni mengenai abstraksi, aktifitas rasional dimana seseorang memperoleh pengetahuan. Tentang abstraksi tersebut, ada tiga macam menurut Aristoteles sendiri, yakni: Abstraksi Fisis/Fisika, Abstraksi Matematis, dan Abstraksi Teologi/Metafisis.

(15)

BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui, yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.

Pengetahuan memiliki teori-teori, yaitu empirisme, rasionalisme, fenomenalisme, instuisionisme dan metode ilmiah.

Pengetahuan dalam Islam juga memiliki teori, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari kesimpulan atau ilmu yakin, pengetahuan yang diperoleh dari penglihatan dan yang dilaporkan oleh pengamatan atau ainul yakin, dan pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman pribadi atau intuisi atau haqqul yakin.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

http://isyraq.wordpress.com/2007/08/28/epistemologi-teori-ilmu-pengetahuan/

http://makalah7u.blogspot.com/2013/05/teori-pengetahuan-menurut-islam.html

http://mamansuratmanahmad.wordpress.com/2012/11/02/sekilas-tentang-teori-pengetahuan-plato-dan-aristoteles-2/

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian desain dan uji coba bahan ajar e-magazine dengan pendekatan Social Emotional Learning (SEL) menggunakan software kvisoft flipbook pada materi

Secara visual, menggunakan ilustrasi single out part of the product that needs emphasis, yaitu menampilkan bagian-bagian produk yang memerlukan penekanan, pada

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk dapat menerapkan penatalaksanaan (management) pasien Osteoartritis dengan pendekatan

Hal yang menjadi penyebab tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam kemampuan membaca pemahaman cerita rakyat siswa kelas IV SD Negeri Candirejo Boro dan SD Pangudi Luhur Boro

Rata-rata umur petani pola swadaya yang tergabung dalam Koperasi Unit Bersama (KUB) di Desa Pulau Sarak Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar adalah 49 tahun.

Keberterimaan bahan ajar menggali informasi dari teks narasi sejarah untuk menanamkan karakter bagi peserta didik kelas V SD diketahui dari beberapa hasil angket,

Upaya yang dilakukan peneliti dalam meningkatkan sikap optimisme anak panti asuhan adalah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik simulasi, dengan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul Kholifatus Sya’diyah yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri (Prakerin) Terhadap Kesiapan