BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas bekerja memang tidak bisa terlepas dari kehidupan
manusia, ada orang yang bekerja untuk mencari uang, ada yang bekerja
untuk mengisi waktu luang ada pula yang bekerja untuk mencari identitas.
Manusia bekerja tidak hanya untuk mendapatkan upah, tetapi juga untuk
mendapatkan kesenangan karena dihargai oleh orang-orang dalam
lingkungannya. Apapun alasan manusia bekerja, semuanya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya.
Menurut Mc.Gregor (As’ad, 1981) seseorang bekerja karena
merupakan kondisi bawaan seperti bermain atau beristirahat, untuk aktif
dan mengerjakan sesuatu. Smith dan Wakeley (As’ad, 1981)
menambahkan dengan teorinya yang menyatakan bahwa seseorang
didorong untuk beraktivitas karena berharap bahwa hal ini akan membawa
pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang.
Sejalan dengan perkembangan zaman, ternyata masalah yang
dihadapi manusia dari hari ke hari kian meningkat, mulai dari pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari, persaingan di dunia pendidikan dan dunia
usaha, kompetisi kerja sampai dengan bagaimana manusia dituntut untuk
adalah dalam bekerja mengenai masalah motivasi kerja menjelang
pensiun.
Pensiun yang merupakan masa dimana seseorang tidak bekerja
setelah bekerja keras sejak masa muda di sebuah organisasi. Pensiun juga
dapat diartikan sebagai proses pemisahan seorang individu dari
pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perananya seseorang digaji,
dengan kata lain, masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang dari
situasi kerja kesituasi diluar pekerjaan. Usia pensiun tergolong dalam usia
tahapan perkembangan tergolong dalam usia dewasa pertengahan (madya).
Hurlock (1994) mengatakan bahwa sesuai dengan tahapan
perkembangannya, manusia diusia dewasa pertengahan, mulai menikmati
masa kemapanan dimana kehidupan keluarga, karir atau pekerjaan dan
hubungan dengan orang lain atau relasi menempati fase yang stabil.
Manusia yang diibaratkan sedang berada pada puncak kehidupan dengan
segala kenikmatannya meskipun faktanya tetap menghadapi permasalahan
yang pada dasarnya adalah permasalahan yang bersifat umum yang akan
mereka hadapi seperti motivasi kerja menjelang pensiun pada usia madya.
Menurut UU No. 11 Tahun 1992: “badan hukum yang mengelola
dan menjalankan program yang menjajikan manfaat pensiun”. Pensiun
adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja
sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain
sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Sedangkan Rumke (Sadli,
Pada saat itu seseorang kehilangan pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas,
materi, anak – anak sudah besar – besar dan pergi dari rumah. Teman–
teman dan relasi – relasi tidak lagi mengunjunginya. Ia menjadi kesepian.
Bersamaan dengan itu kesehatannya makin menurun.
Berkaitan dengan keadaan tersebut Kroeger (1982) mengatakan
bahwa pensiun adalah salah satu titik balik yang signifikan dalam karier
seseorang selama hidupnya atau setidak – tidaknya untuk mayoritas orang
dewasa yang telah menghabiskan seluruh atau sebagian besar hidup
mereka dalam bekerja. Dalam psikologi perkembangan usia 50 tahun
masuk kategori usia madya, (Eliana, 2003). Harjanti (1999), menyatakan
bahwa menghadapi masa pensiun dapat menimbulkan beberapa pola
perubahan perilaku pada seseorang. Perubahan ini harus dihadapi oleh para
pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja,
berakhirnya karier di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan, dan
bertambah banyaknya waktu luang yang kadang-kadang terasa sangat
mengganggu.
Dalam menghadapi masa pensiun terkadang seseorang perlu
mengadakan persiapan secara fisik maupun psikis untuk menghadapi hari
esok yang berbeda dari hari kemarin. Salah satunya adalah perubahan pada
minat, hal ini merupakan tugas dan perkembangan usia madya menurut
Harlock 1991 (Dalam Munandar, 2008). Minat merupakan dasar
timbulnya motivasi, hal ini senada dengan yang disampaikan Harlock
yang mendorong orang untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan
bila mereka bebas memilih”. Dengan minat yang baik diharapkan akan
meningkatkan motivasi seseorang terhadap kerjanya. Bernard dalam
Sardiman, 2008 mengatakan bahwa minat tidak timbul secara tiba-tiba
atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan
pada waktu belajar atau bekerja
Bekerja merupakan bentuk perwujudan aktivitas fisik dan mental
yang pada dasarnya adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
fisik maupun kebutuhan psikologis (Rasimin,1992). Masalah motivasi
kerja menjelang pensiun ini dialami anggota Kepolisian yang berusia
madya. Polri yang merupakan salah satu bentuk Organisasi Nasional yang
mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yaitu dalam bidang penegakan hukum, dimana dalam
menjalankan perannya sesuai dengan amanat perundang-undangan.
Dalam hal ini Polri harus benar-benar dapat bekerja secara optimal,
dan menjalankan visi, misi, tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan
sesuai dengan kebijakan pimpinan yang mengacu kepada sistem yang ada
di negara ini. Salah satu sistemnya adalah dengan membentuk Kepolisian
Nasional yang pelaksanaan operasionalnya difokuskan pada tingkat Polres
sebagai Komando Operasional Dasar (KOD) atau Kepolisian pada Kota
ataupun Kabupaten (Mariana, 2008). Kepolisian pada Kabupaten disebut
juga dengan istilah Polres. Dimana Polres memiliki kewenangan otonomi
masing masing dengan tetap menginduk pada satuan atasnya yaitu Polda
(Kepolisian Daerah). Dengan tetap berpedoman pada pedoman
melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Begitu juga dengan
Polres Purbalingga memiliki sebuah kewenangan otonomi untuk
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap
masyarakat sesuai dengan kewenangan Polri di wilayah Kabupaten
Purbalingga.
Usia maksimal pensiun anggota Polri menurut Undang-undang
Nomor 02 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal
30 ayat 2adalah 58 tahun dan 60 tahun bagi anggota yang memiliki
keahlian khusus dan sangat dibutuhkan dalam tugas Kepolisian. Dalam
hal ini anggota Polres Purbalingga memiliki umur yang beragam yaitu dari
usia 20 tahun sampai umur menjelang pensiun yaitu umur 57 tahun jumlah
seluruhnya adalah 847 anggota. Di bawah Polres terdapat Kepolisian
Sektor atau disebut dengan istilah Polsek dimana wewenang Polsek hanya
mencakup wilayah Kecamatan dimana Polsek tersebut berada. Ada 16
Kepolisian Sektor atau Polsek di wilayah Polres Purbalingga. Polsek
merupakan lembaga dari Kepolisian yang berada di tingkatannya bawah.
Jumlah anggota Polsek beragam yaitu menyesuaikan tingkat
keadaan kerwanan daerah masing-masing Polsek, misalnya antara Polsek
yang ada di perkotaan jumlah anggotanya akan berbeda dengan Polsek
yang ada di daerah pedesaan. Jika Polsek pedesaan yaitu berkisar antara 18
anggotanya antara 30-80 anggota. Polsek dipimpin oleh seorang Kapolsek,
yang bertanggungjawab langsung pada pimpinan Polres (Kapolres).
Disebuah Polsek akan terdapat struktur atau bagian-bagian yang membagi
anggota sesuai dengan jobdes masing masing, yaitu bagian Seksi Umum,
Humas, Binmas, Sabhara, Intelkam, Reskrim dan unit Provos.
Anggota yang bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga
berjumlah 401 anggota yang dimana 207 orang anggota Kepolisian sudah
berusia madya. Usia madya menurut Elizabeth B. Harlock sama dengan
usia setengah baya sebagai masa usia antara umur 40 th sampai 60 th.
Anggota Kepolisian yang bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga
yang berusia madya tersebut memiliki pengalaman yang mumpuni karena
waktu dinas yang sudah lama.
Hasil wawancara dengan salah satu anggota Kepolisian yang
bertugas di Polsek di wilayah Polres Purbalingga yang berusia madya
lanjut yaitu 56 tahun yang mengatakan “Saya mau pensiun berangkat telat
ya masih beruntung dari pada tidak berangkat sama sekali” (Akir, 2011).
Dalam petikan interview tersebut, peneliti kemudian melakukan observasi
dan mendapati bahwa anggota tersebut tanggung jawabnya kurang, kurang
diakui keberadaanya oleh rekan kerja lain dan memiliki hubungan yang
kurang harmonis dengan dengan rekan kerja dan sering mengeluh dengan
kondisi kerja.
Disamping interview yang pertama adapula hasil interview yang ke
yang juga sudah memasuki usia madya lanjut yaitu juga 56 tahun yang
mengatakan “Yang tua harus memberi contoh, semangat 45 harus, biarpun
sudah mau pensiun” (Chadiman, 2011). Dalam petikan interview tersebut
kemudian peneliti melakukan observasi dan mendapati bahwa anggota
tersebut memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya, pengembangan
karirnya bagus, diakui keberadaannya oleh rekan kerja dan memiliki
hubungan yang baik dengan rekan kerja lain.
Dari ke dua interview tersebut mengindikasikan motivasi kerja
menjelang pensiun berbeda-beda antara anggota yang satu dengan yang
lain. Menurut Teori kebutuhan hierarkhi kebutuhan Maslow menyiaratkan
manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu,
keadaan serta pengalamannya. Idealnya motivasi kerja yang baik adalah
motivasi yang dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri/motivasi intrinsik maupun dari luar individu/motivasi
ekstrinsik.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki anggota Kepolisian yang
bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga yang berusia madya akan
banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya dalam
lingkup pekerjaan. Hal ini tentunya menjadikan perhatian tersendiri untuk
Berdasarkan studi awal yaitu observasi yang dilakukan peneliti di
Kepolisian dalam hal ini yaitu Polsek Kemangkon diperoleh data dari 19
anggota yang berusia madya bahwa dalam waktu 1 bulan berdasakan
aspek motivasi kerja Hezberg, ada 42% anggota menunjukan tingkat
motivasi kerja yang tinggi hal ini ditandai dengan tingginya rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaan terbukti dengan pelaporan yang tepat waktu,
keberadaan dan hasil kerjanya diakui oleh rekan kerja dan atasan, memiliki
hubungan yang baik dengan sesama rekan kerja dan tidak merasa
terbebani dengan supervisi yang dilaksanakan atasan. Sedangkan sebanyak
58% menunjukan tingkat motivasi kerja yang rendah, hal ini ditandai
dengan kurangnya rasa tanggung jawab dengan pekerjaan sehingga
pekerjaannya banyak yang tertunda, hasil kerjanya kurang maksimal
karena pelaporan yang tidak tepat waktu, hubungan dengan rekan kerja
kurang dan cenderung lebih bosan dengan kondisi kerja kantor dan sering
mengeluh dengan kebijaksanaan yang dikeluarkan lembaga.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : Studi tentang motivasi kerja
anggota Kepolisian yang bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga
menjelang pensiun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
anggota Kepolisian yang bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga
menjelang pensiun.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan motivasi kerja
anggota Kepolisian yang bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga
menjelang pensiun.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Polri
Dengan mengetahui motivasi kerja anggota Kepolisian yang bertugas
di Polsek wilayah Polres Purbalingga menjelang pensiun dapat sebagai
bahan acuhan bagi pimpinan Polri untuk sedapatnya memberikan
perhatian lebih pada anggota yang berusia madya yang akan
melaksanakan pensiun sehingga motivasi kerja mereka dapat
maksimal.
2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam memahami
tingkat motivasi kerja anggota Kepolisian yang bertugas di Polsek
wilayah Polres Purbalingga menjelang pensiun.
3. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang
Psikologi Industri.