MAKALAH SISTEM EKONOMI KERAKYATAN
06.49 by bayutube86 · 4 comments
Definisi Sistem Ekonomi Kerakyatan
Dalam era reformasi sekarang ini,kita sering mendengar tentang sistem ekonomi kerakyatan yang dibandingkan dengan sistem ekonomi
neoliberal.Pada tulisan sebelumnya kita membahas tentang sistem ekonomi neoliberal,dan sekarang mari kita membahas tentang apa
sebenarnya sistem ekonomi kerakyatan itu?
Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.
Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial berdaulat di bidang politik
mandiri di bidang ekonomi
berkepribadian di bidang budaya
Yang mendasari paradigma pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial
penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan sistem dan kebijakan ekonomi
pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan multikultural
pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan sosial di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi
Sekilas tentang Sistem Ekonomi Kerakyatan
Bung Hatta dalam Daulat Rakyat (1931) menulis artikel berjudul Ekonomi Rakyat dalam Bahaya, sedangkan Bung Karno 3 tahun
sebelumnya (Agustus 1930) dalam pembelaan di Landraad Bandung menulis nasib ekonomi rakyat sebagai berikut:
“Ekonomi Rakyat oleh sistem monopoli disempitkan, sama sekali didesak dan dipadamkan (Soekarno, Indonesia Menggugat, 1930: 31)”
Jika kita mengacu pada Pancasila dasar negara atau pada ketentuan pasal 33 UUD 1945, maka memang ada kata kerakyatan tetapi harus
tidak dijadikan sekedar kata sifat yang berarti merakyat. Kata kerakyatan sebagaimana bunyi sila ke-4 Pancasila harus ditulis lengkap yaitu
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang artinya tidak lain adalah demokrasi ala
Indonesia. Jadi ekonomi kerakyatan adalah (sistem) ekonomi yang demokratis. Pengertian demokrasi ekonomi atau (sistem) ekonomi yang
demokratis termuat lengkap dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi:
“Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah
yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang! Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang
yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya.
Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-seorang.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Memang sangat disayangkan bahwa penjelasan tentang demokrasi ekonomi ini sekarang sudah tidak ada lagi karena seluruh penjelasan
UUD 1945 diputuskan MPR untuk dihilangkan dengan alasan naif, yang sulit kita terima, yaitu “di negara negara lain tidak ada UUD atau
konstitusi yang memakai penjelasan.
Tujuan yang diharapkan dari penerapan Sistem Ekonomi Kerakyatan
Membangun Indonesia yang berdikiari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan
Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
Mendorong pemerataan pendapatan rakyat
Meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional
LIMA HAL POKOK YANG HARUS SEGERA DIPERJUANGKAN AGAR SISTEM EKONOMI KERAKYATAN TIDAK HANYA MENJADI WACANA SAJA
1. Peningkatan disiplin pengeluaran anggaran dengan tujuan utama memerangi praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
dalam segala bentuknya
2. Penghapusan monopoli melalui penyelenggaraan mekanisme persaingan yang berkeadilan (fair competition)
3. Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah
4. Penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani penggarap
5. Pembaharuan UU Koperasi dan pendirian koperasi-koperasi “ sejati” dalam berbagai bidan usaha dan kegiatan. Yang perlu
dicermati, peningkatan kesejahteraan rakyat dalam konteks ekonomi kerakyatan tidak didasarkan pada paradigma lokomatif, melainkan
MAKALAH SISTEM EKONOMI KERAKYATAN
MAKALAH SISTEM EKONOMI KERAKYATA
MAKALAH
SISTEM EKONOMI KERAKYATAN
(SISTEM EKONOMI INDON ESIA)
OLEH
KELOMPOK IX
ADRI WIJAYA (1101120676) NEFI FITRIANA (1101120454)
RAHMAD NURYADI PUTRA( 1101120410) RESKI LESTARI (1101120262)
SHAHIRA HARUN (1101120378) ZAMIRA ULFA (1101120291)
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Sistem Ekonomi Kerakyatan”. Penulisan makalah ini bertujuan sebagai penunjang mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia yang nantinya dapat digunakan mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengetahuannya.
Di dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang telah membantu kami dalam menylesaikannya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pertama kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen pembimbing, karena atas bimbinganya kami dapat menyelesaikan makalahnya dengan baik. Terakhir kepada teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin banyak terdapat
kesalahan-kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan-kritikan dari pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pekanbaru, April 2012
Penu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 2
DAFTAR ISI... 3
BAB I PENDAHULUAN... 4
1.1 Latar Belakang... 5
1.2 Rumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan... 5
1.4 Manfaat... 5
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN... 6
2.1 Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan... 6
2.2 Sejarah Sistem Ekonomi Kerakyatan... 7
2.3 Tujuan Terbentuknya Ekonomi Kerakyatan... 9
BAB III PENUTUP... 14
3.1 Kesimpulan... 14
1.4 Manfaat... 14
3.2 Saran... 14
PERTANYAAN DAN JAWABAN... 15
DAFTAR PUSTAKA... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan globalisasi seperti kita saksikan saat ini ternyata tidak semakin mudah menyajikan pemahaman tentang adanya sistem ekonomi Indonesia. Kaum akademisi Indonesia terkesan makin mengagumi globalisasi yang membawa perangai “kemenangan” sistem kapitalisme Barat. Sikap kaum akademisi semacam ini ternyata membawa pengaruh besar terhadap sikap kaum elit politik muda Indonesia, yang mudah menjadi ambivalen terhadap sistem ekonomi Indonesia dan ideologi kerakyatan yang melandasinya.
Pemahaman akan sistem ekonomi Indonesia bahkan mengalami suatu pendangkalan tatkala sistem komunisme Uni Soviet dan Eropa Timur dinyatakan runtuh. Kemudian dari situ ditarik kesimpulan sederhana bahwa sistem kapitalisme telah memenangkan secara total
persaingannya dengan sistem komunisme. Dengan demikian, dari persepsi simplisistik semacam ini, Indonesia pun dianggap perlu berkiblat kepada kapitalisme Barat dengan sistem pasar-bebasnya dan meninggalkan saja sistem ekonomi Indonesia yang “sosialistik” itu.
Konsep dari ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi yang ada di rakyat. Pada Ekonomi Kerakyatan, menempatkan ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan. Hal ini popular yang dengan secara swadaya, mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang ekonomi kerakyatan. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Sistem Ekonomi Kerakyatan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud sistem ekonomi kerakyatan?
2. Bagaimana sejarah mengenai ekonomi kerakyatan tersebut?
4. Apa kegiatan dari sistem ekonomi kerakyatan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Supaya memahami pengertian dari sistem ekonomi Indonesia
2. Agar mengenal sejarah mengenai sistem ekonomi Indonesia
3. Supaya mengetahui bagaimana tujuan terbentuknya sistem ekonomi kerakyatan.
4. Agar mengetahui lebih jelas tentang kegiatan sistem ekonomi kerakyatan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai sistem ekonomi Indonesia.
2. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi pembaca dan penulis mengenai sistem ekonomi Indonesia.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Ekonomi Indonesia
Di dalam buku Politik Ekonomi Kerakyatan oleh Sarbini Sumawinata (2004:161) mendefinisikan ekonomi kerakyatan adalah gagasan tentang cara ,sifat dan tujuan pembangunan dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat yang pada umumnya bermukim dipendesaan.
“Ekonomi Rakyat oleh sistem monopoli disempitkan, sama sekali didesak dan dipadamkan (Soekarno, Indonesia Menggugat, 1930: 31)”
Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.
Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sistem antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan.
Sumawinata, Sarbini. 2004. Politik Ekonomi Kerakyatan. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
2.2 Sejarah Sistem Ekonomi Kerakyatan
Kalau diadakan pembagian priode perjalanan sejarah Republik Indonesia sejak 1945, kita akan melihat 4 priode. Pembedaan periode tersebut dilakukan karena adanya hubungan nya dengan akibat- akibat yang berpengaruh kepada pengisian kemerdekaan. Adapun tahap priodenya yaitu:
· Periode 1945-1949
Pada kurun waktu pertama ini ,perjuangan untuk mengenyahkan penjajahan adalah paling utama dan menguasai seluruh kehidupan Republik. Dengan sendirinya tidak dapat diharapkan adanya perbaikan dibidang ekonomi maupun social dan politik. Walaupun demikian suasana perjuangan ini mempunyai cirri-ciri tertentu yang menunjukkan perubahan besar dari zaman colonial dan sebagai faktor yang berpengaruh pada kurun waktu selanjutnya. Suasana yang serba bebas dan merdeka melepaskan pula segala macam ikatan nilai-nilai dan hubungan colonial . Timbul situasi baru dengan segala energi mendapatkan kesempatan untuk melepaskan diri dari ikatan lama.
Tampak adanya dinamika masyarakat yang besar, yang menampilkan diri dalam gerakan mobilitas social dan dalam bentuk kemampuan serta kemauan yang kuat untuk mengambil inisiatif dan resiko. Disamping itu , tampak pula gejala negative, yaitu materialisme bukan hal yang asing bagi orang Indonesia.
· Periode 1950-1958.
Pada kurun waktu yang kedua ini berlaku system politik demokrasi parlementer. Akan tetapi segala sesuatu yang telah terjadi dalam masyarakat merupakan kelanjutan zaman perjuangaan. Suasana dan semangat zaman perjuangan berlanjut terus melintas segala macam bentuk konflik, ketegangan dan keguncangan. Sekalipun Republik Indonesia tetap utuh dan tidak pernah tergoyahkan , tetapi setiap pemerintah pada waktu itu akan sangat disibukkan oleh pembrontak-pemberontak bersenjata serta kegucangan diparlemen yang semuanya
mengakibatkan tidak adanya stabilitas politik yang mantap. Dalam keadaan demikian , usaha untuk melaksanakan cita- cita yang telah ada sejak semula tetap dijalankan. Secara relative sesungguhnya Indonesia mulai menunjukkan hasil yang baik, yaitu memberikan kesadaran akan kepercayaan kepada diri sendiri. Sayangnya pembangunan aspek materil tidak menunjukkan kemajuan hingga bidang ini kurang mempunyai daya aspirasi dan motivasi bagi dinamika masyrakat.
Ada beberapa sebab utama yang menimbulkan keadaan tersebut. Pertama, kurangnya dana. Kedua, Kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam membuat rumusan strategi
dalam keadaan perekonomian yang porak poranda akibat perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
· Periode 1959-1966
Kurun waktu yang ketiga, yang dapat kita sebut sebagai zaman Soekarno, tidaklah tanpa rencana pembangunan. Rencana pembangunan yang telah siap dan disahkan DPR, pada kurun waktu sebelumnya telah dicampakkan. Diadakan rencana pembangunan lain yang tidak berdasarkan rasionalitas serta perhitungan ekonomi oleh tenaga-tenaga perencana ynag tidak revolusioner.
Pada zaman Soekarno ini, tidak ada perhatian dan usaha memperbaiki nasib rakyat, namun bukan berarti tidak ada usaha di daerah pedesaan. Akan tetapi, usaha tersebut hampir seluruhnya diperlukan dalam pengerahan massa dan dukungan politik bahkan segala keperluan untuk membereskan rumah tangga, hal ini berlangsung lebih dari lima tahun dan ampir
membawa Indonesia pada keruntuhan.
· Periode 1996-sekarang
Kurun waktu selanjutnya disebut orde baru disebut demikian sekedar untuk menyatakan pebedaan yang mencolok dari orde yang baru saja dilewati, yaitu kurun waktu ketiga. Kurun waktu yang terakhir ini paling panjang, dari 1966 sampai sekarang, atau praktis dikatakan selama lebih dari 20 tahun. Selama kurang lebih 20 tahun itu jelas sekali terasa dan kelihatan adanya penguatan pada pembangunan ekonomi dibandingkan dengan perkembangan pada bidang-bidang lain. Tekanan ini sangat jelas karena ditambah dengan kenyataan bahwa secara sengaja dan berencana tekanan pada bidang-bidang lain, khususnya politik, dikurangi. Praktik dibidang politik kita mengalami kemunduran yang sangat besar dibandingkan dengan perkembangan kesadaran politik masyarakat sebelumnya.
Hal ini terjadi berdasarkan anggapan dan pemikiran bahwa ketenangan politik merupakan syarat mutlak untuk mendukung keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi. Ketenangan dibidang politik begitu mutlak terjadi sehingga praktis tidak terjadi partisipasi aktif masyarakat,khususnya dalam bidang politik. Dimana pada kurun waktu ini terasa sekali bahwa tekanan pada
pembangunan ekonomi jauh lebih intensif. Tekanan itu begitu jelas sehingga memberikan kesan yang sangat kuat adanya pengorbanan dan penekanan atas perkembangan di bidang politik, social dan budaya.
Akan tetapi , kehidupan masyarakat dan kehidupan manusia sangat mutlikompleks. Itu sebabnya hasil usaha besar seperti pembangunan masyarakat, tidak cukup diukur dengan satu dimensi materil atau fisik semata. Bahkan dengan ukuran yang sempit , misalnya ekonomi saja, juga hanya terjadi kemajuan dibidang produksi. Di bidang distribusi dan pemerataan maupun perubahan struktur tidak banyak membuahkan hasil. Belum lagi bila ditakar dengan ukuran politik. Demikianlah gambaran garis besar hasil pembangunan selama lebih dari 20 tahun.
Ekonomi kerakyatan bukanlah suatu ideologi atau gagasan baru tentang perekonomian, tetapi sekadar percobaan perumusan interpretasi serta cita-cita pembangunan masyarakat adil dan makmur. Para pendiri republic telah melopori kita dengan perumusan dasar yang jelas. Akan tetapi , perumusan dasar ini memerlukan interpretasi dan penerjemahan dalam suatu strategi dan program pembangunan yang lebih berfungsi dan lebih menjamin arahnya pada cita-cita nya tersebut. Kita mulai dengan menyatakan bahwa dalam cita-cita masyrakat adil dan makmur terkandung suatu pernytaan bahwa keadaan kita dimulai dengan keadaan yang tidak merata dan tidak adil. Rakyat banyak masih tetap terbelakang dan miskin,
Disamping lapisan atas yang beruntung dapat memiliki dan menguasai bidang materil yang cukup mendalam. Karena itu dalam menerjemahkan rumusan dasar tersebut kita dapat menghindari tugas untuk memperhatikan dan menekankan perhatian kita pada perbaikan nasib rakyat banyak yang kurang baik. Hal ini berarti, baik strategi maupun program pembangunan harus memusatkan dana daya pada perbaikan nasib rakyat yang ada dalam keadaan materil maupun spiritual agak terbelakang.
Lebih 80 % rakyat Indonesia hidup dipendesaan, Diantara mereka hanya hanya sekitar 10-15 % yang disebut orang berada. Sisanya, Lebih 80 % rakyat rakyat desa serba kekurangan , bahkan lebih kurang 40 % rakyat desa tergolong sangat miskin dan miskin. Dengan demikian , logika menunjukkan bahwa setiap strategi pembangunan yang mengarah pada cita-cita , haruslah memperhatikan daerah pendesaan.
Dalam struktur ekonomi , bahkan struktur masyarakat warisan colonial, pendesaan adalah salah satu belahan dari dua belahan dalam struktur itu yang mengalami nasib terburuk daerah
Pendesaan inilah yang relative sangat terbelakang. Mengutamakan pembangunan di Desa tidak berarti seluruh dana dan daya dipusatkan dan diarahkan kepada pembangunan Desa, dengan menelantarkan daerah kota. Pembangunan besar besaran pendesaan justru memerlukan dukungan dan bantuan pembangunan yang lebih pesat dan lebih maju, khususnya dalam rangka
industrialisasi ini pada dasarnya harus berorientasi pada dukungan akan penyediaan kebutuhan bagi pembangunan besar-besaran dipendesaan.
Di dalam rangka pembangunan besar-besaran ini, pilihan teknologi merupakan pilihan yang strategis. Arti bidang teknologi ini jangan dikecilkan. Hal ini karena teknologi terpenting dalam penciptaan struktur dan keadaan ekonomi masyarakat colonial yang kita alami hingga kini adalah kehadiran kapitalisme modern dengan teknologi yang jauh lebih tinggi dan tidak mungkin terjangkau masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, dalam strategi maupun program pelaksanaannya, ekonomi kerakyatan mengandung tiga unsur pokok, yaitu demokrasi, keadilan social dan bersifat populistik.
2.4 Kegiatan Sistem Ekonomi Kerakyatan Melalui Gerakan Koperasi Indonesia
Dalam UU no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam UU no.25 tahun 1992 disebutkan bahwa Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sedangkan yang dimaksud dengan Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya.
Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat local dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.
Ciri2 Sistem Ekonomi Kerakyatan :
1. Bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang sehat
2. Memerhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial, dan kualitas hidup.
3. Mampu mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
4. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja – Adanya perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demikian sejarah ekonomi rakyat berawal jauh sebelum Indonesia merdeka, namun tidak banyak pakar mengenalnya karena para pakar, khususnya pakar-pakar ekonomi, memang hanya menerapkan ilmunya pada sektor ekonomi modern terutama sektor industri dengan hubungan antara faktor-faktor produksi tanah, tenaga kerja, dan modal serta teknologi yang jelas dapat diukur. Karena dalam ekonomi rakyat pemisahan atau pemilahan faktor-faktor produksi ini tidak dapat dilakukan maka pakar-pakar ekonomi “tidak berdaya” melakukan analisis-analisis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ekonomi kerakyatan adalah gagasan tentang cara ,sifat dan tujuan pembangunan dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat yang pada umumnya bermukim dipendesaan.
2. Sejarah sistem ekonomi kerakyatan dibagi menjadi 4 periode yaitu periode 1945-1949, periode 1950-1958, periode 1959-1966, dan periode 1966-sekarang.
3. Ekonomi kerakyatan memiliki tujuan antara lain menciptakan negara yang demokrasi, keadilan social dan bersifat populistik.
4. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai makalah ini adalah:
1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan makalah mengenai sistem ekonomi kerakyatan ini.
2. Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Bagaimana cara ekonomi kerakyatan mampu/siap bersaing dalam era globalisasi?
Jawab: Dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang paling canggih sebagaimana dimiliki oleh lembaga “ lembaga bisnis internasional, Ekonomi kerakyatan dengan sistem kepemilikan koperasi dan publik. Ekomomi kerakyatan sebagai antitesa dari paradigma ekonomi konglomerasi berbasis produksi masal ala Taylorism. Dengan demikian Ekonomi kerakyatan berbasis ekonomi jaringan harus mengadopsi teknologi tinggi sebagai faktor pemberi nilai tambah terbesar dari proses ekonomi itu sendiri.
2. Apa syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial?
Jawab: Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial • berdaulat di bidang politik
• mandiri di bidang ekonomi
• berkepribadian di bidang budaya
3. Hal apa yang mendasari paradigma pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan social?
Jawab: Yang mendasari paradigma pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan social antara lain :
• pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan multikultural
• pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan sosial di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
4. Apa maksud dari demokrasi ekonomi atau (sistem) ekonomi yang demokratis?
Jawab: Pengertian demokrasi ekonomi atau (sistem) ekonomi yang demokratis termuat lengkap dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi:
“Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang! Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya.
5. Apa saja yang harus segera diperjuangkan agar sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya menjadi wacana saja?
Jawab: Yang harus segera diperjuangkan agar sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya menjadi wacana saja antara lain:
• peningkatan disiplin pengeluaran anggaran dengan tujuan utama memerangi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (kkn) dalam segala bentuknya
• penghapusan monopoli melalui penyelenggaraan mekanisme persaingan yang berkeadilan. • peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah.
• penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani penggarap
• pembaharuan uu koperasi dan pendirian koperasi-koperasi “ sejati” dalam berbagai bidan usaha dan kegiatan. Yang perlu dicermati, peningkatan kesejahteraan rakyat dalam konteks ekonomi kerakyatan tidak didasarkan pada paradigma lokomatif, melainkan pada paradigma fondasi.
C. SISTEM EKONOMI KERAKYATAN DALAM MASYARAKAT MADANI
1. Kebijakan Pemerintah yang Dapat Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pembukaan Usaha Kecil
Karena peranan faktor produksi tenaga kerja di sektor industri dan kerajinan merupakan permintaan turunan dari output industri kecil dan kerajinan, maka tergusurnya pasar output industri kecil dan kerajinan tersebut akan mematikan sebagian potensi penyerapan tenaga kerja. Upaya yang nyata dari pemerintah untuk melindungi industri kecil dan kerajinan baik di pasar output maupun input dalam persaingan dengan industri besar dan menengah nyaris tidak ada. Perlindungan ini sangat diperlukan oleh industri kecil dan kerajinan, mengingat output dari industri kecil yang beragam ini masih dibutuhkan oleh mayoritas konsumen lapisan bawah. Penggunaan bahan mentah domestik yang dihasilkan oleh sektor tradisional seperti pertanian, tambang dan galian amat kurang, baik sebagai input antara atau yang masih harus diolah lagi dalam proses produksi maupun untuk konsumsi akhir. Penggunaan “local content” yang rendah ini karena pertimbangan efisiensi teknis yang rendah, sehingga menggunakan jalur impor untuk memiliki kebutuhan tersebut. Akibatnya usaha peningkatan produksi sektor tradisional tidak memperoleh insentif untuk berkembang. Padahal sektor tradisional seperti pertanian, tambang dan galian, serta sektor informal pada hakekatnya merupakan potensi ekonomi rakyat.
Sedangkan yang dimaksud dengan tradisional yaitu usaha kecil yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, atau berkaitan dengan seni budaya. Pemberdayaan usaha kecil dilakukan dalam bentuk penumbuhan iklim usaha serta pembinaan dan pengembangan usaha yang tangguh dan mandiri. Tujuan pemberdayaan usaha kecil secara mikro adalah agar mereka dapat berkembang menjadi usaha menengah. Sedangkan tujuan makro yang ingin dicapai adalah meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, serta peningkatan pemerataan pendapatan, agar usaha kecil mampu mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.
2. Masyarakat Ekonomi Yang Madani
Berkaitan dengan ciri masyarakat ekonomi yang madani di Indonesia, maka pelaku ekonomi dalam sistem Demokrasi Ekonomi di Indonesia seyogianya bersifat pluralistis. Paling tidak ada tiga pelaku ekonomi utama yang harus diberi kesempatan untuk berkembang secara bersama-sama, yaitu perusahaan-perusahaan swasta (private enterprise), termasuk di dalamnya, perusahaan keluarga (family enterprises), koperasi dan perusahaan negara (state enterprise). Dalam hal ini negara dan pasar mengemban misi bersama-sama memodernisasi ketiga entitas ekonomi di atas. Peran negara selama ini yang picking on the winners harus dikurangi atau bahkan harus dihilangkan. Pasarlah yang akan menguji eksistensi dan peranan ketiga entitas di atas. Proses modernisasi pelaku-pelaku ekonomi sejalan dengan azas pluralisme yang berlaku di bidang-bidang politik, sosial, dan budaya.
Upaya perwujudan masyarakat madani akan menghadapi hambatan dan tantangan dari pihak-pihak yang selama masa ordeSoeharto diuntungkan oleh ketimpangan kepemilikan asset dan sistem politik yang otoriter. Hambatan juga datang daribagian masyarakat sendiri yang beranggapan bahwa pengembangan masyarakat madani dikhawatirkan memberikankesempatan yang terlalu besar kepada umat Islam sebagai mayoritas mendominasi politik dan mungkin selanjutnyaperekonomian. Tantangan ini harus kita hadapi baik secara persuasif dengan semakin kita memberikan argumentasi kuat danrasional tentang pentingnya masyarakat madani yang tidak hanya menguntungkan bagian masyarakat tertentu tetapi jugaseluruh bangsa Indonesia, meskipun istilah madani sesungguhnya diambil dari kata madinah, sebuah kota yang dibentuk olehMuhammad SAW yang mempunyai makna sebuah tatanan masyarakat yang berperadaban (agama), yang meninggalkan tradisi jahiliyah. Madinah yang semula bernama Yastrib (di masa Rasulullah SAW) merupakan figur tatanan masyarakatideal yang benar-benar sesuai dengan namanya.
uangdisetor untuk bank, likuidasi beberapa bank sampai pada ‘aksi’ janji-jani untuk memberikan kredit dengan cara yang mudahkepada koperasi dan usaha kecil tanpa mempertimbangkan kondisi anggaran, tidak akan pernah menyentuh akarpermasalahan karena memang akar masalah itu tidak berani disentuh. Intinya menurut saya adalah pada moral hazard,minimal korupsi. Tak mungkin rasanya berbagai aksi kerakyatan dan pembenahan yang dilakukan oleh pemerintah jikakeinginan untuk menindak pelaku korupsi dan atau membersihkan instansi dari praktik korupsi hanya dilakukan dengansetengah hati. Karena dengan demikian para koruptor itu akan berpikir bahwa memang hukum kita sangat lemah dan tidakakan mampu menjerat pelaku korupsi ke pengadilan, dan kalaupun diadili maka jumlah uang tebusannya jauh lebih kecildibanding dengan harta hasil korupsi. Seperti halnya tidak mungkin mengupas masalah korupsi -- apalagi berusaha untuk membasminya tanpa menengok pada sistem birokrasi dan struktur politik yang ada, mengingat korupsi memang salah satubentuk penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power.
3. Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Perlu digaris bawahi bahwa ekonomi kerakyatan tidak bisahanya sekedar komitmen politik untuk merubah kecenderungan dalam system ekonomi orde baru yang amat membela kaum pengusaha besar khususnya para konglomerat. Perubahan itu hendaknya dilaksanakan dengan benar-benar member perhatian utama kepada rakyat kecil lewat program-program operasional yang nyata dan mampu merangsang kegiatan ekonomi produktif di tingkat rakyat sekaligus memupuk jiwa kewirausahaan. Tidak dapat disangkal bahwa membangun ekonomi kerakyatan
membutuhkan adanya komitmen politik (political will), tetapi menyamakan ekonomi kerakyatan
dengan praktek membagi-bagi uang kepada rakyat kecil (saya tidak membuat penilaian terhadap sistem JPS), adalah sesuatu kekeliruan besar dalam perspektif ekonomi kerakyatan yang benar. Praktekm embagi-bagi uangkepada rakyat kecil sangat tidak menguntungkan pihak manapun, termasuk rakyat kecil sendiri (Bandingkan dengan pendapat Ignas Kleden, 2000). Pendekatan seperti ini jelas sangat berbeda dengan apa yang dimaksud dengan affirmative action. Aksi membagi-bagi uang secara tidak sadar menyebabkan usaha kecil-menengah dan koperasi yang selama ini tidak berdaya untuk bersaing dalam suatu mekanisme pasar, menjadi sangat tergantung pada aksi dimaksud. Sebenarnya yang harus ada pada tangan obyek affirmative actiona dalah kesempatan untuk berkembang dalam suatu mekanisme pasar yang sehat,
bukancash money/cash material. Jika pemahaman ini tidak dibangun sejak awal, maka saya
khawatir cerita keberpihakan yang salah selama mas aorde baru kembali akan terulang. Tidak
terjadi proses pendewasaan (maturity) dalam ragaan bisnis usaha kecil-menengah dan koperasi
yang menjadi target affirmative actionpolicy. Bahkan sangat mungkin terjadi suatu proses yang
bersifat counter-productive, karenaasumsiawal yang dianut adalah usaha kecil-menengah dan
koperasi yang merupakan cirri ekonomi kerakyatan Indonesia tumbuh secara natural karena adanya sejumlah potensi ekonomi di sekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh tanpa adanya insentif artificial apapun, atau dengan kata lain hanya mengandalkan naluri usaha dan kelimpahan sumber daya alam, sumber daya manusia, serta peluang pasar. Modal dasar yang dimiliki inilah yang seharusnya ditumbuh kembangkan dalam suatu mekanisme pasar yang sehat. Bukan sebaliknya ditiadakan dengan menciptakan ketergantungan model barupa pada kebijakan keberpihakan dimaksud.
Selanjutnya, pemerintah harus mempunyai ancangan yang pasti tentang kapan seharusnya pemerintah mengurangi bentuk campur tangan dalam affirmative action policynya, untuk mendorong ekonomi kerakyatan berkembang secara sehat. Oleh karena itu, diperlukan adanya
bentuk keberpihakannya pada usaha kecil-menengah dan koperasi dalam pembangunan ekonomi rakyat. Isu ini perlu mendapat perhatian tersendiri, karena sampai saat ini masih banyak pihak (di luar UKM dan Koperasi) yang memanfaatkan momen keberpihakan pemerintah ini sebagai free-rider. Justru kelompok ini yang enggan mendorong adanya proses phasing-out untuk mengkerasi mekanisme pasar yang sehat dalam rangka mendorong keberhasilan program ekonomi kerakyatan. Kita semua masih mengarahkan seluruh energy untuk mendukung program keberpihakan pemerintah pada UKM dan koperasi sesuai dengan tuntutan TAP MPR. Tapi kita lupa bahwa ada tahapan lainnya yang pentingdalam program keberpihakan dimaksud, yaitu phasing-out process yang harus pula dipersiapkan sejakawal. Kalau idak, maka sekali lagi kita akan mengulangi kegagalan yang sama seperti apa yang terjadi selama masa pemerintahan orde baru.
Penerapan Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi
A. Latar Belakang
Banyak orang berpendapat bahwa sejak krisis moneter 1997 Indonesia telah menjadi korban arus besar “globalisasi” yang telah menghancur leburkan sendi-sendi kehidupan termasuk ketahanan moral bangsa. Ajaran–ajaran dan paham ekonomi neoklasik barat yang memang cocok untuk menumbuhkan ekonomi tetapi tidak cocok untuk menumbuhkan keadilan sosial. Globalisasi dengan paradigma kedaulatan pasarnya tersebar melalui berbagai saluran dan cara. Pada tataran politik, bekerjanya pasar kerap dikaitkan dengan demokrasi. Dengan kata lain, ada kaitan antara pasar dan demokrasi. Tidak mengherankan,bahwa kedatangan pasar dalam berbagai bentuknya dipandang sebagai awal atau fajar yang menjanjikan dari datangnya demokrasi. Dan tanda kedatangan pasar terwujud dalam kedatangan modal-modal asing yang besar.
Lebih mendalam lagi, paradigma pasar sendiri mengubah cara berpikir masyarakat. Muncul dan dominannya kapitalisme memutarbalikkan hubungan antara masyarakat dan pasar. Pada masyarakat prakapitalis atau bahkan dalam masyarakat pada awal beroperasinya kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masyarakat.
Dalam era pertanian modern ini sebagian besar dari asupan termasuk lisensi yang terkait dengan hak milik atas pengetahuan haknya dapat diperoleh dari pasar dunia yang biasanya dikuasai oleh MNCS. Akibatnya dapat diduga, besarnya nilai komponen impor terhadap asupan akan memperkecil nilai tambah yang didapat dari petani.
1. roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, social, dan moral
2. kehendak kuat dari seluruh masyarakat kearah keadaan pemerataan social,
sesuai dengan asas-asas kemanusiaan
3. prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang
tangguh, yang berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi
4. koperasi merupakan guru perekonomian dan merupakan bentuk paling
kongkret dari usaha bersama
5. adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan ditingkat
nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan sosial
Landasan hukum ekonomi kerakyatan adalah pasal 33 UUD 1945 yang dilatar belakangi oleh pembukaan UUD 1945. sistem ekonomi kerakyatan dapat digambarkan sebagai sistem ekonomi yang berorientasi atau berwawasan pada sila-sila dalam pancasila-sila.
B. Pokok Masalah
Bagaimanakah penerapan ekonomi kerakyatan di Indonesia saat ini?
C. Pembahasan
Sebagai sebuah negara yang mengalami penjajahan selama 3,5 abad, perekonomian Indonesia tidak menghindar dari kenyataan mewarisi sebuah struktur perekonomian yang bercorak colonial. Sebab itu, ekonomi kerakyatan pertama-tama harus dipahami sebagai upaya sistematis untuk mengoreksi struktur perekonomian yang bercorak colonial tersebut. Walaupun liberalisasi bukan hal baru bagi Indonesia dan telah berlangsung sejak era colonial.
Dilihat dari kenyataan tersebut, secara singkat dapat dikemukakan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk melaksanakan ekonomi kerakyatan bukanlah perjuangan yang mudah. Kendala terbesar justru datang dari pihak colonial. Secara ringkas, subversi-subversi yang dilakukan oleh pihak colonial untuk mencegah terselenggaranya ekonomi kerakyatan itu adalah sebagai berikut:
Pertama, terjadinya agresi militer I dan II pada 1947 dan 1948. tujuan utamanya adalah untuk mencegah berdirinya NKRI yang berdaulat. Kedua, dipaksanya bangsa Indonesia untuk memenuhi tiga syarat ekonomi guna memperoleh pengakuan kedaulatan dalam forum KMB. Ketiga,diselundupkanya sejumlah sarjana dan mahasiswa ekonomi Indonesia ke AS untuk mempelajari ilmu ekonomi yang bercorak liberal-kapitalis sejak 1957. Keempat, dilakukanya proses kudeta merangkak terhadap pemerintah Sukarno pada 30 September 1965,yang menolak segala bentuk keterlibatan modal asing di Indonesia. Dimana masih ada beberapa tindakan subversi yang dilakukan Koloni,yang tidak dapat ditulis semua oleh penulis.
konstitusi untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Bahkan jika dibandingkan dengan era kolonial,tantangan yang ada saat ini justru jauh lebih berat. Walaupun demikian,tidak berarti sama sekali tidak ada harapan. Harapan untuk kebangkitan kembali ekonomi kerakyatan tersebut setidak-tidaknya dapat disimak sebagai berikut, mencuatnya perlawanan terhadap hegemoni AS dari beberapa negara di Amerika Latin, lalu mulai terlihat gejala pergeseran dalam peta geopolitik dunia. Kemudian, berlangsungnya krisis kapitalisme internasional yang dipicu oleh krisis kapitalisme AS sejak 2007 lalu. Dan terakhir, meningkatnya kesenjangan sosial dan ekonomi dalam perekonomian Indonesia.
Secara konstitusinal keberadaan BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari amanat pasal 33 UUD 1945. Pada penjelasan dikatakan, “dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang perorangan. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan. Bangunan yang sesuai dengan hal itu adalah koperasi.
Menurut Bung Hatta, pasal 33 ini adalah sendi utama bagi politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia. Dasar perekonomian rakyat seharusnya berupa usaha bersama, dikerjakan secara kekeluargaan. Dan cita-cita koperasi adalah menentang individualisme dan kapitalisme. Ia menciptakan masyarakat yang kolektif , berakar pada adapt istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi ditumbuhkanpada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan jaman modern.
Privatisasi bukanlah bukanlah cara yang tepat, apalagi merupakan satu-satunya cara untuk menanggulangi persoalan yang dihadapi oleh BUMN. Lebih-lebih kalau privatisasi itu atas perintah IMF. Karena perintah itu sebetulnya hanyalah sebuah jalan pintas untuk memaksakan pelaksanaan agenda ekonomi neoliberal. Dan dengan begitu, ekonomi liberal sangat mungkin disalahgunakan oleh kekuatan modal internasional untuk merampok Indonesia. Fungsi BUMN dalam sistem ekonomi kerakyatan kerakyatan adalah sebagai instrument penyeimbang bagi negara untuk menjamin bekerjanya mekanisme pasar secara berkeadilan.
Gagasan dan pemikiran konseptual yang dikemukakan hatta dan sjahrir tentang sosialisme ala Indonesia, kiranya masih relevan dan sekarang juga mendapatkan momentumnya ketika apa yang disebut sebagai neososialisme mulai menggeliat di belahan bumi dunia ketiga, terutama yang terjadi di Amerika Latin.
Makna ekonomi kerakyatan sebagai strategi pembangunan,antara lain :
(1) dengan rakyat yang secara partisipan berkesempatan aktif dalam kegiatan ekonomi akan lebih menjamin nilai tambah ekonomi
(2) memberdayakan rakyat merupakan tugas nasional untuk meningkatkan produktifitas rakyat sehingga rakyat menjadi aktif dalam pembangunan
Kegusaran utama bangsa Indonesia adalah bahwa kebijaksanaan pembanguna Indonesia
telah dipengaruhi secara tidak wajar dan telah terkecoh oleh teori-teori ekonomi neoklasik versi Amerika yang agresif khususnya dalam ketundukannya pada aturan-aturan tentang kebebasan pasar, yang keliru menganggap bahwa ilmu ekonomi adalah objektif dan bebas nilai. Pakar-pakar ekonomi Indonesia.
Globalisasi bukan momok tetapi merupakan kekuatan serakah dari sistem kapitalisme–liberalisme yang harus dilawan dengan kekuatan ekonomi politik nasional yang didasarkan pada ekonomi kerakyatan. Semasa krismon kekuatan ekonomi kerakyatan telah terbukti mampu bertahan. Ekonomi kerakyatan benar-benar tahan banting.