BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan ketetapan Konvensi Hukum Laut PBB atau United Nations
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982, Indonesia
merupakan negara kepulauan. Dengan luas laut yang begitu besar yang terdiri dari
luas perairan nusantara 3,1 juta km2 ditambah dengan luas kawasan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km2 sehingga luas total perairan
Indonesia sekitar 5,8 km2. Pengakuan resmi asas negara kepulauan ini merupakan
hal yang sangat penting bagi bangsa Indonesia didalam mewujudkan satu
kesatuan wilayah yang utuh sesuai dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957
yang berisikan konsepsi Negara Nusantara (Archipelago State)1
Undang-Undang No.17 tahun 1985 tentang pengesahan United Nations
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) menyatakan bahwa batas Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di segmen-segmen perairan yang berhadapan
dengan negara lain dan lebarnya kurang dari 400 mil laut, maka Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) merupakan garis median. Jika mengacu kepada konvensi tersebut, , maka wilayah
laut Indonesia menjadi sangat luas yaitu 5,8 juta km sama dengan tiga per empat
dari keseluruhan luas wilayah Indonesia dan menjadi dasar bagi perwujudan
kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan.
1
maka batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) yang merupakan garis median pada
wilayah laut yang berhadapan dengan negara-negara tetangga yaitu2
1. Berhadapan dengan Malaysia dan Singapura di Selat Malaka.
:
2. Berhadapan dengan Malaysia di Laut Natuna sebelah Barat dan Timur.
3. Berhadapan dengan Vietnam di Laut Cina Selatan sebelah Utara.
4. Berhadapan dengan Filiipina di Laut Sulawesi hingga Laut Fillipina.
5. Berhadapan dengan Palau di Samudera Pasifik.
6. Berhadapan dengan Australia di Laut Arafura hingga Laut Timor.
7. Berhadapan dengan Pulau Christmas (Australia) di Samudera Hindia.
8. Berhadapan dengan Timor Leste di Selat Wetar.
9. Berhadapan dengan India di Laut Andaman.
Dengan posisi silang yang sangat strategis yakni diapit dengan dua benua
dan dua samudera, tentunya menjadikan wilayah Indonesia sebagai jalur
pelayaran internasional yang sangat penting bagi negara-negara maritim dan
negara lainnya yang memiliki kepentingan baik dibidang ekonomi, politik dan
pertahanan keamanan. Salah satu jalur pelayaran penting dari tiga Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI) yang dimiliki Indonesia adalah Selat Malaka. Selat
terpendek yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan India dengan Teluk Persia,
serta menjadi pintu masuk antara pelabuhan-pelabuhan Eropa via Terusan Suez
dan Laut Merah dengan daratan Asia Timur ini menjadi arena pertarungan
kepentingan politik dan komersial berbagai negara.
2
Selat Malaka berada pada jalur laut sepanjang 900 km di Asia Tenggara
ini, adalah sebua
Malaka memisahkan Semenanjung Malaysia disebelah Timur dan Pulau Sumatera
disebelah Barat. Selat Malaka dilihat lebih luas akan terlihat menghubungkan
Samudera Pasifik di Timur dan Samudera India di Barat.
Selat Malaka merupakan wilayah yang sebagian besar terbentang antara
Indonesia dan Malaysia juga Singapura, yang memanjang antara Laut Andaman
di Barat Laut dan Selat Singapura di Tenggara sejauh kurang lebih 520 mil laut
dengan lebar bervariasi 11-200 mil laut. Sedangkan selat antara Indonesia dan
Singapura, terbentang menurut arah Barat-Timur sejauh 30 mil laut dengan lebar
sekitar 10 mil laut. Daerah yang tersempit dari jalur ini adalah Phillips Channel
yang berada mendekati Selat Singapura yaitu hanya mempunyai lebar 1,5 mil
laut3
Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya,
mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Lebar Selat
Malaka hanya 1,5 mil laut pada titik tersempit yaitu Selat Phillips mendekati
Singapura dan merupakan salah satu dari kemacetan lalu lintas pelayaran
terpenting di dunia. Semua faktor tersebut menyebabkan kawasan Selat Malaka
menjadi sebuah target .
Geografis Selat Malaka menjadikannya rapuh terhadap praktik perompakan.
3
Pembajakan di Selat Malaka menjadi masalah yang mendalam akhir-akhir ini
meningkat dari 25 serangan pada ta
ta4
Dari atas Peta dan Atlas, sesungguhnya selat ini menjadi seperti
penghubung dunia belahan Timur dan Barat. Hal ini menjadikan perananan Selat
Malaka tidak pernah sepi dari catatan sejarah. Bangsa-bangsa Eropa telah
mengenal lama jalur ini, bahkan bangsa China dan Arab yang pada saat itu
menjadikan jalur ini sebagai “pasar” terbaik dan mendirikan
pemukiaman-pemukiman, hingga menetap dan menjadi bagian dari masyarakat disana .
5
Terkait sisi ekonomi yang dimilki Selat Malaka, sudah sejak lama
merupakan sebuah jalur penting yang menghubungka
.
digunakan untuk tujuan perdagangan. Di era modern, selat ini merupakan jalur
antar
serta pelabuhan-pelabuhan
strategis tersebut dapat dilihat bahwa Selat Malaka merupakan salah satu jalur
pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti
dan
4
Djalal, Hasyim. 2012. Persoalan Selat Malaka. dalam
Oktober 2013 pkl 12:20.
5
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yait
Seperti yang dikutip dari koran Tempo .
7
bahwa aktifitas perdagangan dunia
sebesar 30%-40% dari total mobilitas perdagangan dunia sebanyak 50 - 60 ribu
kapal per tahun keluar-masuk di sekitar Selat Malaka. Bahkan jika dilakukan studi
perbandingan transportasi perdagangan dengan lalu lintas pelayaran lainnya akan
terlihat bahwa bahan energi yang melintas di Selat Malaka volumenya mencapai
tiga kali Terusan Suez dan dua puluh kali Terusan Panama. Sebanyak sebelas juta
barel minyak dan dua pertiga (2/3) Liquefied Natural Gas (LNG) dunia diangkut
kapal tanker setiap harinya termasuk sebagai pemasok 80% kebutuhan minyak
Jepang, China, Korea dan Taiwan8
Dengan data-data potensi dan bagaimana Selat Malaka memiliki peranan
besar dalam perekonomian, bukan hanya di Asia Tenggara dan Asia secara
keseluruhan, jalur Selat Malaka sudah seperti urat nadi perekonomian dunia. Jalur
pasokan minyak dari Timur Tengah dan Teluk Persia ke Jepang dan Amerika
Serikat misalnya, dimana sekitar 70% pelayarannya melewati perairan Indonesia.
Oleh karena itua sangat wajar bila berbagai negara berkepentingan mengamankan .
6
Sengketa Antar Negara di Kawasan Asia Pasific. Dalam
7
Tempo, Edisi 26 Februari – 4 Maret 2007 dalam tulisan Pemanfaatan di Selat Malaka.
8
Selat Malaka Rawan Konflik Energi Antar Negara. dalam
jalur pasokan minyak ini, termasuk di perairan nusantara seperti Selat Malaka,
Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar, Selat Ombai Wetar, dan lain-lain9
9
S. Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. vi-vii.
.
Potensi geografi strategis dan kekayaan ekonomi yang dapat dihasilkan
serta peran Selat Malaka sebagai jembatan emas dunia Barat dan Timur saat ini
diwarnai dengan ancaman dan konflik. Diantara ketiga negara yang berbatasan
langsung dengan Selat Malaka sampai saat ini masih didera persoalan-persoalan
bilateral maupun multilateral yang belum terselesaikan. Hal itu memperlihatkan
bahwa masalah perbatasan dengan negara-negara tetanggga masih menjadi
pekerjaan rumah dan hal yang rawan mengancam integritas sebuah bangsa.
Inilah yang menjadi perhatian tiga negara yang saling berbatasan di
wilayah Selat Malaka. Bagi Singapura yang hanya sebuah negara kecil berbentuk
pulau, pasti akan sangat waspada bila perekonomian di Selat Malaka terganggu.
Negara ini hidup dari usaha jasa transit kapal-kapal besar yang akan melewati
Selat Malaka ditambah setelah dua daerah lainnya yaitu Johor (Malaysia) dan
Batam (Indonesia) pertumbuhannya sebagai daerah transit dan kota industri dan
jasa semakin pesat. Maka dengan ini Singapura sangat giat meningkatkan
kapasitas pertahanan negaranya dengan terus memperbaharui Alat Utama Sistem
Pertahanan Negara (Alutsista) yang dimiliki dan sering melakukan latihan militer
bersama guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat tensi
Dengan dijadikannya Selat Malaka sebagai fasilitas pelayaran
internasional maka negara lain tentu akan berpartisipasi dalam menjaga keamanan
melihat kondisi selat yang kian strategis10. Terdapat tiga faktor yang menjadi
kepentingan banyak negara di Selat Malaka, yaitu11
1. Peperangan dan proyeksi kekuatan militer melintasi dunia
:
2. Kepentingan komersial dan perdagangan maritim
3. Eksploitasi ekonomi sumber daya laut
Negara-negara besar yang menjadi aktor ekstra-regional dan pengguna
selat memiliki kepentingan besar pada dua faktor pertama, yaitu peperangan dan
proyeksi kekuatan militer melintasi dunia serta kepentingan komersial dan
perdagangan maritim. Sedangkan negara-negara pantai di Selat Malaka lebih
mempunyai kepentingan pada faktor ketiga yaitu ekspolitasi ekonomi sumber
daya laut.
Fakta pergulatan kekuatan dan situasi keamanan di kawasan Samudera
Hindia yang berdinamika tinggi, memberikan tantangan besar bagi keamanan dan
keselamatan pelayaran di Selat Malaka. Selat Malaka secara Geopolitik sangat
vital sebagai jalur laut terpendek antara Samudera India dan Laut China Selatan
atau Samudera Pasifik, yang memiliki nilai strategis tidak hanya bagi
negara-negara pantai (littoral states) tetapi juga bagi negara pengguna (user states).
Relevansi posisi Selat Malaka ini jika dihadapkan dengan perkembangan
lingkungan strategis global, regional maupun nasional akan menciptakan korelasi
10
Djalal, Hasjim. 2006. Persoalan Selat Malaka. Dal
11
bersifat kausalitas antara situasi yang cenderung saling mempengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Data United Nations Conference on Trade and Development (2010)
memperlihatkan dari dua puluh pelabuhan terminal kontainer terbaik di dunia
pada tahun 2009 lima di antaranya adalah Singapura, Shanghai, Hong Kong,
Shenzhen, dan Busan. Perbedaan antara Singapura dan Shanghai menjadi lebih
pendek pada tahun 2009, yakni 864.400 TEUs (ten-foot equivalent units), dari 1,9
juta TEUs (ten-foot equivalent units) di tahun sebelumnya12
Oleh karena itu, sangat logis jika eksistensi Selat Malaka turut menjadi
faktor pertimbangan Geostrategi, Geopolitik maupun Geoekonomi bagi
kepentingan seluruh negara di dunia dan sudah seharusnya Indonesia turut
mengambil peran penting untuk mendayagunakan Selat Malaka terutama bagi
kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia. Dalam rangka maksud tersebut
penulis berupaya mendeskripsikan pemanfaatan Selat Malaka oleh negara - negara
pantai (littoral states) dan bagaimana peran Indonesia dalam pemanfaatan Selat
Malaka bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia. Dengan demikian
penulis memberi judul penelitian ini dengan “Posisi Geopolitik Selat Malaka
. Hal ini menunjukan
bahwa dari tahun ke tahun negara-negara di kawasan terus mengembangkan
kapasitas ekonomi kelautannya. Indonesia belum melakukan banyak pembenahan
untuk memaksimalkan Geostrateginya.
12
Bagi Kepentingan Nasional Indonesia (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Di Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)”.
B.Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah “Bagaimana Pemanfaatan Posisi Geopolitik Selat
Malaka Bagi Kepentingan Ekonomi Nasional Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?”
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terfokus pada permasalahan, akan lebih baik jika dibuat
pembatasan masalahnya. Adapun masalah yang ingin diteliti dalam penelitian
ini adalah :
1. Pemanfaatan Selat Malaka oleh tiga negara pantai yaitu Singapura,
Malaysia dan Indonesia.
2. Posisi strategis Selat Malaka dan rezim lintas pelayaran internasional (free
transit) sesuai keinginan Singapura yang berlaku di Selat Malaka.
3. Posisi Geopolitik Selat Malaka terhadap pemenuhan kepentingan ekonomi
politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendiskripsikan posisi strategis Selat Malaka
2. Untuk menganalisis posisi Geopolitik Selat Malaka bagi kepentingan
ekonomi politik nasional Indonesia pada masa Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bermanfaat
kepada semua pihak yang secara umum, yaitu:
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan
berpikir penulis dalam membuat suatu karya tulis ilmiah serta memberikan
pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri tentang posisi Geopolitik Selat
Malaka bila dilihat dari aspek kedaerahan yaitu Provinsi Sumatera Utara.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan secara umum
mengenai posisi Geopolitik Selat Malaka terkhususnya bagi kepentingan
ekonomi politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono dan bagi mahasiswa Ilmu Politik FISIP USU.
3. Menambah bahan refrensi mengenai Selat Malaka. Penelitian ini sebagai
bahan informasi tentang pentingnya pemanfaatan Selat Malaka bagi
Indonesia, serta dapat dijadikan tambahan bahan diskusi untuk ketepatan
D.Kerangka Teori
1.Pengertian dan Definisi Geopolitik
Istilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf Kjellen, seorang
ahli politik dari Swedia pada tahun 1905. Sebagai cabang dari geografi
politik, Geopolitik fokus pada perkembangan dan kebutuhan akan ruang bagi
suatu negara. Geopolitik menurut Rudolf Kjellen adalah ilmu yang mengkaji
masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial dengan merujuk kepada
politik internasional. Salah satu pokok teorinya adalah negara merupakan
suatu sistem politik yang meliputi ekonomi politik13. Dan secara pengertian
umum Geopolitik adalah suatu sistem perpolitikan yang mengatur hubungan
antar negara-negara yang letaknya berdekatan di atas permukaan planet bumi
ini, yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh setiap negara dalam melakukan
interaksi dengan sesama negara di sekitarnya14
Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi,
yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut.
Geopolitik mempunyai empat unsur pembangunan, yaitu keadaan geografis,
politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta
unsur kebijaksanaan. Keempat unsur tersebut dapat menjadikan sarana bagi
pengembengan Geopolitik bagi Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau, .
13
A. Harsawaskita. 2007. Great Power Politics. Bandung: Graha Ilmu. hal. 45.
14
sehingga potensi pulau-pulau tersebut dapat dimanfaatkan dan dijaga dari
gangguan negara lain yang mengklaimnya agar dapat masuk ke wilayahnya15
15
Daldjoeni, N. 1991. Dasar-Dasar Geografi Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti. hal. 31.
.
Indonesia harus memiliki sistem Geopolitik yang cocok diterapkan
dengan kondisi kepulauannya yang unik dan letak geografis negara Indonesia
di atas permukaan planet bumi ini. Sedangkan Geostrategi adalah suatu
strategi dalam memanfaatkan kondisi lingkungan didalam upaya mewujudkan
cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia adalah
merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana dalam
mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Geostrategi
Indonesia bukanlah merupakan Geopolitik untuk kepentingan politik dan
perang, melainkan untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
Geostrategi Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang
strategi pembangunan dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih
baik, aman, dan sejahtera. Geopolitik Indonesia merupakan suatu kajian yang
melihat masalah atau hubungan internasional dari sudut pandang ruang
geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam
fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor dari
nasional, internasional, sampai benua kawasan, juga provinsi atau lokal.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi,
Untuk itu negara harus memahami peranan-peranan Geopolitik, adapun
peranan-peranan tersebut adalah16
1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang
tersedia.
:
2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan
kondisi alam.
3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri.
4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan.
5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara
berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori Geopolitik
lainnya.
6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu
negara.
Geopolitik menjadi prasarat doktrin dari suatu negara, bila telah
disepakati oleh bangsa. Sebagai doktrin dasar negara, Geopolitik
mengandung empat unsur utama yakni konsepsi ruang, konsepsi frontier,
konsepsi politik kekuatan, konsepsi keamanan negara dan bangsa17
1. Konsepsi ruang
.
Konsepsi ini diperkenalkan oleh Karl Haushofer yang menyimpulkan bahwa
ruang merupakan wadah dinamika politik dan militer, teori ini disebut
16
Kurniawan Setyanta. 2012. Kegagalan Formulasi kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia Tahun 2002 dalam persfektif Geopolitik Negara Kepulauan. Jakarta: PPS Universitas Indonesia. hal. 17.
17
sebagai teori kombinasi ruang dan kekuatan. Realitanya kekuatan politik
selalu menghendaki penguasaan ruang dan sebaliknya penguasaan ruang
secara de facto dan de jure akan memberikan legitimasi kekuasaan politik.
2. Konsepsi frontier
Frontier merupakan balas imajiner dari dua negara. Frontier terjadi karena
pengaruh dari negara di luar batas resmi dua negara (boundary). Sifatnya
sangat dinamis dan dapat digeser-geser dan berada diantara masyarakat
bangsa. Secara politis pengaruh efektif dari pemerintah pusat tidak lagi
mencakup seluruh wilayah kedaulatan tapi dikurangi luas wilayah sampai
dengan batas frontier yang sudah dipengaruhi kekuasaan asing dari seberang
boundary. Pengaruh asing dapat berawal dari budaya, ekonomi, sosial,
agama, maupun ras.
3. Konsepsi politik kekuatan
Politik kekuatan menjadi salah satu faktor dalam melaksanakan konsepsi
Geopolitik yang terkait langsung dengan kepentingan nasional. Sedangkan
kepentingan nasional harus di pertahankan demi tercapainya cita-cita bangsa
dan negara. Untuk dapat mencapai cita-cita tersebut hendaknya dilandasi atas
kekuatan politik, ekonomi, dan militer.
4. Konsepsi keamanan
Pada saat ini konsep keamanan negara yang telah dikembangkan pada
umumnya adalah konsep pertahanan nasional. Kini dikembangkan pula
konsep daerah penyangga yang dapat digunakan untuk menghadapi ancaman
dan persatuan menjadi salah satu kekuatan untuk menghambat datangnya
ancaman dari luar negeri.
2. Teori Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional adalah tujuan mendasar dan penentu utama yang
mendasari para pembuat keputusan dalam membuat sebuah kebijakan berupa
politik luar negeri. Kepentingan nasional suatu negara khas dengan konsep
umum yang di dalamnya terdapat bagian-bagian yang paling penting bagi
sebuah negara. Di dalamnya terdapat penjagaan terhadap diri sendiri,
kemerdekaan, integritas teritorial, keamanan militer dan kesejahteraan
ekonomi. Dikarenakan tidak adanya kepentingan tunggal yang mendominasi
pembuatan keputusan pemerintah, konsep tersebut mungkin lebih tepat disebut
secara jamak sebagai kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri sebagai
dasar sebuah negara semata-mata berlandaskan kepentingan nasional dengan
sedikit perhatian atau tidak sama sekali untuk prinsip-prinsip universal. yang
bisa digambarkan melalui keadaan dimana ada pertentangan antara kebijakan
realis dan kebijakan idealis18
Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan
perilaku luar negeri suatu negara. Para penganut realis menyamakan
kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar kekuatan dimana
kekuatan adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara
kontrol atas suatu negara terhadap negara lain. Hubungan kekuasaan atau .
18
pengendalian ini dapat melalui teknik paksaan, atau kerjasama (cooperation).
Karena itu, kekuasaan nasional dan kepentingan nasional dianggap sebagai
sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu negara untuk bertahan hidup
dalam politik internasional19
Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling
menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan
politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat
umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi
negara. Unsur tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa dan negara,
kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan bangsa dan negara, kemerdekaan,
keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi. Karena tidak ada kepentingan
secara tunggal mendominasi fungsi pembuatan keputusan pemerintah, maka
konsep ini lebih menjadi akurat jika dianggap sebagai kepentingan nasional
(national interest). Manakala sebuah negara mendasarkan politik luar negeri
sepenuhnya pada kepentingan nasional secara kukuh dengan sedikit atau tidak .
Dalam teori ini menjelaskan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu
negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain
yaitu mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan
nasional maka negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik,
ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dengan kata lain jika
kepentingan nasional terpenuhi maka negara akan tetap bertahan.
19
menghiraukan prinsip-prinsip moral universal, maka negara tersebut dapat
dikatakan sebagai negara yang menjalankan kebijakan realistik, berlawanan
dengan kebijakan idealis yang memperlihatkan prinsip moral internasional.
Menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional (national interest)
merupakan pilar utama bagi teorinya tentang politik luar negeri dan politik
internasional yang realis. Pendekatan Morgenthau ini begitu terkenal sehingga
telah menjadi suatu paradigma dominan dalam studi politik internasional
sesudah Perang Dunia II. Pemikiran Morgenthau didasarkan pada premis
bahwa strategi diplomasi harus didasarkan pada kepentingan nasional, bukan
pada alasan-alasan moral, legal dan ideologi yang dianggapnya utopis dan
bahkan berbahaya. Ia menyatakan kepentingan nasional setiap negara adalah
mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan
mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain.
Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini bisa diciptakan melalui
teknik-teknik paksaan maupun kerjasama. Demikianlan Morgenthau
membangun konsep abstrak yang artinya tidak mudah di definisikan, yaitu
kekuasaan (power) dan kepentingan (interest), yang dianggapnya sebagai
sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan politik internasional. Para
pengkritiknya, terutama ilmuan dari aliran saintifik, menuntut definisi
Morgenthau tetap bertahan pada pendapatnya bahwa konsep-konsep
abstrak seperti kekuasaan dan kepentingan itu tidak dapat dan tidak boleh
dikuantifikasikan. Menurut Morgenthau:
”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik”20
Kepentingan nasional sering dijadikan tolak ukur atau kriteria pokok
bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara
sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap
langkah kebijakan luar negeri (foreign policy) perlu dilandaskan kepada
kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa
yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”
.
Tentang kaitan antara “Kepentingan Nasional” dengan “Kepentingan
Regional”. Sekali lagi Morgenthau menyatakan bahwa kepentingan nasional
mendahului kepentingan regional. Bagi teoritisi ini, aliansi yang bermanfaat
harus dilandasi oleh keuntungan dan keamanan timbal balik negara-negara
yang ikut serta, bukan pada ikatan-ikatan ideologis atau moral. Suatu aliansi
regional yang tidak betul-betul memenuhi kepentingan negara yang ikut serta,
tidak mungkin bertahan atau tidak akan efektif dalam jangka panjang.
21
20
H.J. Morgenthau. 1951. In Defense of the National Interest: A Critical Examination of American Foreign Policy (terj). New York: University Press of America. hal. 43.
21
T. Rudy. 2002. Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin. Bandung: Refika Aditama. hal. 42.
a. Jenis-jenis Kepentingan Nasional
Adapun mengenai jenis-jenis kepentingan nasional juga terdapat
identifikasi yang beragam. Namun Donald E. Nuechterlin sedikitnya
menyebutkan 4 jenis kepentingan nasional. Dalam pada itu K.J Holsti
mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam 3 klasifikasi yaitu22
Menurut Padelford dan Lincoln (1692) jenis-jenis kepentingan nasional
dapat terdiri dari
:
1. Core values atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan
menyangkut eksistensi suatu negara.
2. Middle-range objectives, biasanya menyangkut kebutuhan memperbaiki
derajat perekonomian.
3. Long-range goals, merupakan sesuatu yang bersifat ideal, misalnya
keinginan mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.
23
b. Fungsi Kepentingan Nasional :
1. Kepentingan keamanan nasional.
2. Kepentingan pengembangan ekonomi.
3. Kepentingan peningkatan kekuatan nasional.
4. Kepentingan prestise nasional.
1. Penggunaan oleh para politisi dalam mencari dukungan untuk tindakan
tertentu, terutama dalam kebijakan luar negeri. Mengingat lampiran
22
Umar Suryadi Bakry. 1987. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Jayabaya: University Press. hal. 32.
23
luas kepada bangsa sebagai organisasi sosial dan politik, kepentingan
nasional adalah perangkat yang ampuh untuk memohon dukungan.
Istilah ini digunakan oleh politisi untuk mencari dukungan untuk
tujuan-tujuan kebijakan domestik, tapi di sini adalah kurang persuasif
mengingat perbedaan tingkat normal pada kebijakan domestik dan
dalam kebijakan luar negeri. Sebaliknya, istilah memanggil sebuah citra
bangsa, atau negara-bangsa, membela kepentingannya anarkis dalam
sistem internasional dimana bahaya berlimpah dan kepentingan bangsa
selalu beresiko24
2. Digunakan sebagai alat untuk menganalisis kebijakan luar negeri,
terutama oleh realis politik, seperti Hans Morgenthau. Disini
kepentingan nasional digunakan sebagai semacam kebijakan luar negeri
versi istilah 'kepentingan' publik yang menunjukkan apa yang terbaik
bagi bangsa dalam hubungannya dengan negara lain. Penggunaan
istilah bukan hanya menekankan ancaman terhadap bangsa dari anarki
internasional, tetapi juga kendala eksternal pada kebebasan manuver
negara dari perjanjian, kepentingan dan kekuatan negara-negara lain,
dan faktor lain di luar kendali dari bangsa seperti lokasi geografis dan
ketergantungan pada perdagangan luar negeri. Analisis ini terletak pada
penekanan peran negara sebagai perwujudan dari kepentingan bangsa.
Para realis menggunakan istilah kepentingan nasional dalam .
24
mengevaluasi kebijakan luar negeri telah memusatkan perhatian pada
keamanan nasional sebagai inti kepentingan nasional. 'Bunga negara'
dan 'kepentingan keamanan nasional' adalah istilah serumpun25
c. Motivasi Negara Menerapkan Kepentingan Nasional
.
Kesulitan dengan analisis penggunaan istilah adalah tidak adanya
metodologi disepakati dimana kepentingan terbaik bangsa dapat diuji.
Beberapa penulis berpendapat bahwa kepentingan terbaik, bagaimanapun
secara objektif ditentukan oleh situasi negara dalam sistem internasional dan
dapat disimpulkan dari suatu studi tentang sejarah dan keberhasilan atau
kegagalan kebijakan.
Motivasi negara dalam menerapkan kepentingan nasional itu sendiri
adalah tergantung dari kebutuhan negara tersebut dan posisi negara itu
sendiri. Kepentingan suatu negara tersebut juga adalah cara upaya suatu
negara untuk mendapatkan power. Dimana power adalah segala sesuatu yang
dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara
lain. Contoh: Pada saat Jerman Perang Dunia ke II. Saat itu kepentingan
nasionalnya jelas berbeda dengan kepentingan nasional dari negara Inggris di
era yang sama.
Politik Jerman (Labensraum) penerapannya memakai expansionist. Jadi
kepentingan nasionalnya adalah wilayah, sehingga Jerman mengambil
wilayah negara lain akan tetapi masih di dalam Negara Eropa. Sedangkan
25
Inggris (imperialist) penerapannya memakai kolonialisme. Jadi kepentingan
nasionalnya adalah sumber daya alam, namun sumber daya alam tersebut
didapat dari luar negara Eropa26
d. Tipe-tipe Kepentingan Nasional .
Mula-mula tampaknya penggunaan istilah Morgenthau tentang
kepentingan nasional dalam berbagai cara untuk mencakup berbagai makna
mungkin membingungkan. Tampaknya ini dibuktikan dengan istilah
kepentingan umum dan kepentingan yang saling bertentangan, kepentingan
utama atau pelengkap, kepentingan belum lengkap, kepentingan masyarakat,
kepentingan identik dan saling melengkapi, kepentingan vital,
kepentingan yang sah, spesifik atau kepentingan terbatas,
kepentingan-kepentingan material diperlukan dan berharga. Setelah penyelidikan lebih
lanjut, istilah ini dapat jatuh ke dalam kategori umum.
a. Kepentingan utama meliputi perlindungan fisik bangsa, politik, dan
identitas budaya dan kelangsungan hidup terhadap bentuk pelanggaran di
luar. Kepentingan utama dapat dikompromikan atau diperdagangkan.
b. Kepentingan sekunder adalah mereka yang jatuh di luar sebuah tetapi
memberikan kontribusinya.
c. Kepentingan permanen adalah mereka yang relatif konstan selama jangka
waktu panjang yang bervariasi dengan waktu, tetapi hanya perlahan-lahan.
26
d. Kepentingan variabel adalah mereka yang fungsi dari "semua arus salib
kepribadian, opini publik, penampang kepentingan, partisan politik, dan
politik dan moral Folkways" dari suatu bangsa. Mereka adalah apa yang
diberikan negara pada waktu tertentu memilih untuk menganggap sebagai
kepentingan nasional.
e. Kepentingan umum adalah bangsa dapat menerapkan dalam cara yang
positif untuk wilayah geografis besar, untuk sejumlah besar negara, atau
dalam beberapa bidang tertentu seperti, ekonomi, perdagangan, hubungan
diplomatik, hukum internasional, dan lain-lain.
f. Kepentingan spesifik kepentingan positif yang tidak termasuk di dalamnya.
Kepentingan spesifik biasanya didefinisikan dalam waktu dekat dan atau
ruang dan logis sering adalah hasil dari kepentingan-kepentingan umum
misalnya historis Britania menganggap kemerdekaan tetap negara-negara
yang rendah sebagai prasyarat mutlak untuk memelihara keseimbangan
kekuasaan di Eropa27
e. Dimensi Kepentingan Nasional .
Menurut Donald E. Nuechterlin sedikitnya menyebutkan empat jenis
kepentingan nasional:
1. Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk
melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politik dari
ancaman negara lain.
27
2. Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain.
3. Kepentingan tata internasional, yaitu kepentingan untuk mewujudkan atau
mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang
menguntungkan bagi negaranya.
4. Kepentingan ideologi, yaitu kepentingan untuk mempertahankan atau
melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain28
3. Teori Ekonomi Politik
.
Munculnya teori ekonomi dapat dilacak dari periode antara abad ke 14
dan ke 16, yang biasa disebut masa “transformasi besar” di Eropa Barat
sebagai implikasi dari sistem perdagangan yang secara perlahan menyisihkan
sistem ekonomi feodal pada abad pertengahan. Tumbuhnya pasar ekonomi
baru yang besar tersebut telah memunculkan peluang ekspresi bagi
aspirasi-aspirasi individu dan memperkuat jiwa kewirausahaan yang sebelumnya
ditekan oleh lembaga gereja, negara dan komunitas. Selanjutnya, pada abad
18 muncul abad pencerahaan yang marak di Perancis dengan para pelopornya
antara lain, Voltaire, Diderot, D’Alembert, dan Condilac29
Pusat gagasan dari pencerahan ide tersebut adalah adanya otonomi
individu dan eksplanasi kapasitas manusia. Para pemimpin dari aliran ini
mempercayai bahwa kekuatan akal akan dapat menyingkirkan manusia dari .
28
Ibid. hal 38-40.
29
segala bentuk kesalahan. Ide dari abad pencerah inilah yang bertumpu kepada
ilmu pengetahuan masyarakat (science of society), yang sebetulnya menjadi
dasar ekonomi politik. Sedangkan istilah ekonomi politik sendiri pertama
sekali diperkenalkan oleh penulis Perancis, Antoyne de Montchetien
(1575-1621), dalam bukunya yang bertajuk Triatise on Political Economy.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, penggunaan istilah ekonomi politik terjadi
pada tahun 1767 lewat publikasi Sir James Steuart (1712-1789) berjudul
Inequiry into the Principles of Political Economy30
Perdebatan antara para ahli ekonomi politik ini akhirnya memunculkan
banyak aliran dalam tradisi pemikiran ekonomi politik. Secara garis besar,
mazhab itu dapat dipecah dalam tiga kategori, yakni: pertama, aliran ekonomi
politik konservatif yang dimotori oleh Edmund Burke; kedua, aliran ekonomi
.
Pada awal-awal masa itu, para ahli ekonomi politik mengembangkan
ide tentang keperluan negara untuk menstimulasi kegiatan ekonomi (bisnis).
Pasar dianggap masih belum berkembang pada saat itu, sehingga pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk membuka wilayah baru perdagangan,
memberikan perlindungan (pelaku ekonomi) dari kompetisi, dan
menyediakan pengawasan untuk produk yang bermutu. Namun, akhir abad
18, pandangan itu ditentang karena dianggap pemerintah bukan lagi sebagai
agen yang baik untuk mengatur kegiatan ekonomi, tetapi justru sebagai badan
yang merintangi upaya untuk memperoleh kesejahteraan.
30
politik klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, Thomas Malthus, David
Ricardo, Nassau Senior, dan Jean Baptiste Say; ketiga, aliran ekonomi politik
radikal yang dipropagandakan oleh William Godwin, Thomas Paine, Marquis
de Condorcet, dan Karl Marx31
Kembali keasal ilmu ekonomi, sebenarnya ilmu ekonomi eksis kedalam
ranah ilmu pengetahuan karena dipandang sebagai cabang ilmu sosialyang
bisa menerangkan dengan tepat problem manusia, yakni ketersediaan sumber
daya ekonomi yang terbatas. Implikasi dari keterbatasan sumber daya
berujung dalam dua hal: pertama, bagaimana mengalokasikan sumber daya
tersebut secara efisien sehingga bisa menghasilkan output yang maksimal;
kedua, menyusun formulasi kerjasama (cooperation) ataupun kompetisi
(competition) secara detail sehingga tidak terjadi konflik .
32
Bagi ahli ekonomi politik, problem serius dalam perekonomian tidak
semata kendala sumber-sumber internal (resource constraints), tetapi insentif.
Syarat sistem insentif bekerja adalah tersedianya informasi yang lengkap
sehingga dapat diakses oleh semua pelaku ekonomi. Informasi yang kurang
lengkap menyebabkan sistem insentif tidak pernah bekerja dengan sempurna.
Bagi scholars ekonomi politik, kegagalan terpenting mekanisme pasar adalah
ketidaksanggupannya memfasilitasi informasi yang lengkap. Dengan kata lain . Teori ekonomi
politik secara umum sebenarnya juga bekerja untuk mencapai dua tujuan
tersebut.
31
Ibid. hal 39-40.
32
informasi yang selalu diberikan oleh pasar adalah selalu asimetris. Disinilah
teori ekonomi politik digunakan diantara kelangkaan informasi (di satu sisi)
dan kemampuan untuk mencari model kompensasi atas ketidaksempurnaan
pasar (di sisi lain).
Isu yang dibangun oleh teori ekonomi politik adalah bagaimana
pemerintah menyusun mekanisme yang memungkinkan seluruh partisipan di
pasar mau berbagi informasi. Inilah yang melatari terjadinya peristiwa
negosiasi. Dengan prinsip regulasi itu, yang sebetulnya sudah dikembangkan
oleh teori ekonomi kelembagaan, suatu tindakan dan keputusan ekonomi
diambil dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak sehingga
kemungkinan kerugian yang bakal diderita oleh salah satu partisipan dapat
dieliminir. Jika ini terjadi, maka prinsip efisiensi dan kerja sama atau
kompetisi dalam kegiatan ekonomi bisa dicapai.
a. Struktur ekonomi politik
Pendekatan ekonomi politik sendiri secara definitiv dimaknai sebagai
interelasi diantara aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan
ekonomi (produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi dan
lain sebagainya), mengacu pada definisi tersebut, pendekatan ekonomi
polititk mengaitkan seluruh penyelenggaraan politik, baik yang menyangkut
aspek, proses, maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintrodusir oleh pemerintah.
dianalisis dengan menggunakan setting sistem politik dimana kebijakan atau
peristiwa ekonomi tersebut terjadi33
Pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan
tindakan, sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut.
Pengertian ini sekaligus bermanfaat untuk mengakhiri keyakinan yang salah,
yang menyatakan bahwa pendekatan ekonomi politik berupaya untuk
mencampur analisis ekonomi dan politik untuk mengkaji suatu persoalan.
Antara analisis ekonomi dan politik tidak dapat dicampur karena keduanya
dalam banyak hal memiliki dasar yang berbeda .
34 .
Antara ilmu ekonomi dan ilmu politik memang berlainan dalam
pengertian diantara keduanya mempunyai alat analisis sendiri-sendiri yang
bahkan memiliki asumsi yang berlawanan. Dengan demikian, tidak mungkin
menggabungkan alat analisis ilmu ekonomi dan politik karena bisa
membingungkan. Antara ilmu ekonomi dan politik bisa disandingkan dengan
pertimbangan keduanya mempunyai proses yang sama. Setidaknya, keduanya
memiliki perhatian yang sama terhadap isu-isu mengorganisasi dan
mengkoordinasi kegiatan manusia, mengelola konflik, mengalokasikan beban
dan keuntungan, menyediakan kepuasan bagi kebutuhan dan keinginan
manusia.
33
Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi: Politik Kajian Teoritis Analisis Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 25.
34
E.Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitan
kualitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu
fakta atau mendiskripsikan statistik, untuk menunjukan antarvariabel, dan ada
pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman, atau
mendiskripsikan banyak hal. Penelitian kualitatif cenderung dipakai untuk
mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul35
a. Jenis Penelitian
.
Penelitian ini mengguanakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode kualitatif deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif kualitatif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan, serta proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena36
b. Teknik Pengumpulan Data
.
Data dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan data
sekunder yang merupakan data primer, dimana data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
35
Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. hal. 123.
36
tangan kedua). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan37
c. Teknik Analisis Data
.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, data sekunder nantinya akan
diperoleh dari literatur, buku, media cetak, jurnal atau internet. Adapun
literatur yang dianggap relavan adalah buku-buku mengenai Wawasan
Nusantara, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, hukum laut internasional,
ekonomi perairan dan berbagai informasi terkait masalah pemanfaatan Selat
Malaka oleh negara-negara diluar negara pantai serta posisi Geopolitik Selat
Malaka bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia pada masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Di dalam suatu penelitian dibutuhkan analisis data yang berguna untuk
memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif, dimana
teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh
gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta
untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri dalam 4 (empat) bab, yakni :
37
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar
belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II: PROFIL GEOPOLITIK SELAT MALAKA
Bab ini akan menjelaskan profil Selat Malaka, kerentanan wilayah
Selat Malaka, pengamanan Selat Malaka oleh Indonesia, posisi
Singapura dan posisi Malaysia.
BAB III: POSISI GEOPOLITIK SELAT MALAKA BAGI
KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA
Bab ini akan berisikan analisis terhadap masalah penelitian yang
dibagi dalam dua sisi yaitu, eksternal dan internal. Sampai pada inti
dari kajian penelitian yaitu tantangan pengelolaan Selat Malaka
bagi Kepentingan Negara Indonesia dengan pendekatan konsepsi
Geopolitik dan Kepentingan Nasional Indonesia secara eksternal
dan internal.
BAB IV: PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran