• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Kerja dan Kesejahteraan Petani Sawit”(Budaya Kerja Petani Sawit di Desa Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budaya Kerja dan Kesejahteraan Petani Sawit”(Budaya Kerja Petani Sawit di Desa Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bekerja merupakan salah satu simbol aktivitas seseorang. Bekerja sebagai petani

dilakukan agar menghasilkan sesuatu untuk kepentingannya sehari-hari, dan juga menjadi

tuntutan kehidupan yang didorong oleh keinginan untuk memanfaatkan lahan sebagai ruang

kerja, sehingga bukan hanya untuk tujuan dan kebutuhan jasmani seperti pangan, prestise

keluarga maupun jasmani individu anggota masyarakat. Oleh sebab itu, sumber-sumber

ekonomi sangat penting bagi mereka sebagai lahan kerja, walaupun pada realitanya mereka

juga menggantungkan hidup mereka dari hasil bertani.

Pada masa globalisasi ini masyarakat berkembang semakin maju. Pada awalnya

bekerja hanya untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok yakni, pangan serta sandang dan papan.

Semakin berkembangnya masyarakat akibat dari pembangunan, maka masyarakat bekerja

bukan hanya untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok, tetapi juga kebutuhan yang lainnya

yang cukup penting seperti kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Semakin banyaknya

kebutuhan masyarakat juga mempengaruhi kehidupan petani, sehingga bekerja bagi petani

bukan hanya untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok sandang serta papan saja tetapi juga

kebutuhan lainnya. Ketika pendapatan dari hasil pengolahan lahan miliknya tidak mencukupi,

maka petani akan melakukan berbagai usaha lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Persaingan kerja yang semakin tinggi menuntut setiap orang menguasai keahlian dan

kemampuan tertentu untuk menghasilkan daya saing yang tinggi. Keberhasilan dalam

(2)

diperlukan adanya dedikasi, kerja keras, dan kejujuran dalam bekerja. Seseorang yang

berhasil harus memiliki pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang

luhur untuk eksistensi manusia. Suatu pandangan dan sikap terhadap kerja dikenal dengan

istilah etos kerja (Anoraga, 2001). Langkah awal menuju budaya kerja terbaik adalah dengan

cara mencintai pekerjaan, karena tanpa mencintai pekerjaan sangat tidak mungkin seseorang

dapat menikmati waktu yang dilalui bersama lingkungan pekerjaan. budaya kerja yang baik

dapat ditunjukan melalui sikap empati dan toleransi pada lingkungan pekerjaan. Apabila

seseorang mau mencintai pekerjaannya dengan tulus, maka dia akan menjadi pribadi yang

kaya hati dan mudah melayani orang lain dengan perasaan bahagia. Cinta pada pekerjaan

merupakan sebuah jalan kehidupan yang akan memperkaya kehidupan seseorang di semua

aspek kehidupannya.

Budaya kerja merupakan semangat yang terdapat di dalam diri suatu individu, tetapi

tinggi rendahnya budaya kerja bukan semata-mata di landasi oleh tumbuh atau patahnya

semangat. Kenyataan yang ada sering membuktikan bahwa penetrasi atau pengaruh dari

luarlah yang kadang-kadang memanifulasi unsur-unsur yang hakiki. Dimana kemampuan

seseorang dalam mengekspresikan diri dalam bentuk kerja tidak lepas dari sistem nilai yang

berkembang dalam masyarakatnya. Keseimbangan dalam menciptakan nilai baru membuka

peluang untuk bertindak secara terstruktur. Gambaran ini menunjukan bahwa tidak ada

sesuatu perbuatan yang tidak mungkin terjadi apabila individu tersebut menginginkan sesuatu

perbuatan ke arah yang lebih baik dan nilai atau adanya budaya yang diyakini dalam

masyarakat mempengaruhi diri dari individu tersebut untuk berusaha melakukannya dengan

baik sehingga mendapatkan hasil yang baik pula.

Sejarah membuktikan bahwa negara yang dewasa ini menjadi negara maju dan terus

berpacu dengan teknologi informasi tinggi pada dasarnya dimulai dengan suatu sikap dan

(3)

yang patut menjadi perhatian dalam keberhasilan suatu organisasi karena sikap dan budaya

kerja seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku, dan karakternya. Sikap dan etos

kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat akan menjadi sumber motivasi

dalam melakukan setiap aktivitas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila

dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, sikap dan etos kerja yang

tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat mutlak untuk ditumbuhkan dalam kehidupan

manusia.

Selanjutnya, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah masyarakat petani sawit

di pedesaan. Masyarakat di pedesaan dipandang sebagai fenomena (yang jelek) dan

mempelakukannya sebagai agregat-agregat tanpa bentuk, tanpa struktur, masyarakat

tradisional, serta mencap mereka sebagai manusia-manusia yang terikat tradisi. Masyarakat

luar desa, pertama-tama memandang kaum petani pedesaan sebagai satu sumber tenaga kerja

dan barang yang dapat menambah kekuasaannya (fund of power). Padahal kenyataanya,

petani juga merupakan pelaku ekonomi dan kepala rumah tangga; dimana tanahnya

merupakan satu unit ekonomi dan rumah tangga (Wolf, 1985).

Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu kegiatan pertanian yang berorientasi

ekspor-impor. Kelapa sawit merupakan jenis tanaman perkebunan yang sangat dibutuhkan

masyarakat sebagai salah satu kebutuhan pokok yang menghasilkan produksi seperti minyak

goreng, sabun dan sebagainya. Kerena sifatnya yang penting bagi kebutuhan pokok, maka

masyarakat memerlukan produksi kelapa sawit dalam jumlah yang besar agar kebutuhan

mereka terhadap manfaat kelapa sawit dapat tercukupi. Perkebunan kelapa sawit dapat

memberikan jumlah pendapatan yang mencukupi bahkan lebih tinggi bagi masyarakat petani

kelapa sawit tergantung luas perkebunan kelapa sawitnya. Keadaan ini menyebabkan

sebagian masyarakat banyak mengalihkan pengelolaan pertaniannya untuk menanam kelapa

(4)

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan stategis di daerah

Jambi kerena peranannya cukup besar dalam mendorong perekonomian rakyat terutama bagi

petani perkebunan. Untuk masa yang akan datang luas areal kelapa sawit akan terus

berkembang, kerena tingginya animo masyarakat terhadap usaha tani kelapa sawit. Ini

terbukti semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit secara swadaya. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui budaya kerja yang diciptakan oleh petani sawit dan dampaknya

terhadap kesejahteraan petani sawit.

Sektor perkebunan kelapa sawit di daerah Jambi membawa perubahan besar terhadap

keadaan masyarakat pedesaan khususnya masyarakat pendatang (transmigrasi), karena

program pembangunan kelapa sawit pada awalnya dikaitkan dengan program transmigrasi.

Di samping itu dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit juga merangsang

tumbuhnya industri pengolahan yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Kondisi ini

menyebabkan tingginya mobilitas penduduk di daerah jambi terutama di daerah

pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan

dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, disamping itu juga memperhatikan

pemerataan perekonomian antar golongan dan wilayah. Pembangunan pertanian yang

berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakat di sekitarnya. Pembangunan perkebunan kelapa sawit di daerah Jambi, khususnya

di desa Bakti Mulya telah meningkatkan kesejahteraan terhadap masyarakat, baik masyarakat

yang terlibat dengan aktivitas perkebunan maupun terhadap masyarakat sekitarnya.

Dalam hal ini keluarga pada daerah perkebunan merupakan suatu keluarga yang

disatukan oleh ikatan perkawinan, dimana keluarga ini bertempat tinggal di daerah

(5)

dijadikan sebagai sumber penghasilan tetap, dimana hasil perkebunan tersebut menjadi lahan

perekonomian keluarga. Ogburn dalam Khairuddin (1997, 48-49), mengungkapkan bahwa

keluarga memiliki salah satu fungsi, yakni ekonomi, yaitu menjadi tempat pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan pokok terutama kebutuhan akan tanggungjawab pendidikan untuk

anak. Demikian juga yang terdapat pada keluarga petani kelapa sawit di desa Bakti Mulya,

dimana peran anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam mengelola lahan yang ada, sehingga

kesejahteraan dan kebutuhan akan pendidikan anak mereka terpenuhi

Selanjutnya, penduduk di desa ini berjumlah sekitar 2.342 jiwa. Masyarakat yang

tinggal di desa ini adalah transmigran yang pada umumnya berasal dari luar Jambi. Namun

mereka telah lama menetap di desa tersebut. Mereka tinggal di desa ini karena ingin

mendapatkan hidup yang layak dengan berkebun kelapa sawit. Pada desa Bakti Mulya, luas

areal perkebunan kelapa sawit rakyat berbeda-beda jumlahnya. Dapat dikatakan bahwa

semakin luas areal perkebunan tersebut maka semakin tinggi status sosial ekonomi suatu

keluarga, sehingga pada desa ini persepsi pendidikan menjadi hal yang sangat biasa. Dalam

hal pendidikan bagi beberapa petani sawit memang kurang mempengaruhi. Dimana mereka

mengatakan ada suatu istilah bahwa seorang anak tidak perlu mengikuti pendidikan setinggi

mungkin, karena tanpa pendidikan kehidupan mereka tetap akan berjalan dan tidak harus

melalui pendidikan kehidupan mereka dapat berubah.

Akan tetapi hal ini tidak dialami bagi semua keluarga yang ada di desa Bakti Mulya,

dimana terdapat juga fenomena yang berbeda pada daerah ini dengan asumsi yang lain dari

masyarakat pada umumnya. Perlu kita ketahui bahwa lingkungan tempat tinggal suatu

keluarga mempengaruhi pola berpikir orang tua dalam mendidik anaknya. Dimana keluarga

petani sawit pada desa ini memiliki pemikiran yang bertolak belakang dari fenomena yang

terjadi pada saat ini. Bagi beberapa keluarga petani kelapa sawit, diduga pendidikan bukanlah

(6)

juga dapat merubah status sosial hidupnya dengan cara memperbanyak lahan sawit yang

mereka miliki, dan membagikannya kepada anak-anaknya. Namun tidak semua keluarga

petani sawit beranggapan seperti itu, ada juga petani yang sangat mengutamakan pendidikan

anaknya, karena mereka beranggapan pendidikan dapat mengubah status sosial hidupnya.

Dimana, seorang anak dituntut untuk bisa hidup lebih baik dari kehidupan keluarganya. Oleh

karena itu pendidikan pada dasarnya menjadi prioritas bagi beberapa petani sawit. Kerena

dengan pendidikan seorang akan mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas

lagi sehingga memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan selain menjadi seorang petani dan

dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun perumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah:“Bagaimana budaya kerja dan kesejahteraan petani

kelapa sawit di desa Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tersebut adalah:

1. Mengetahui bagaimana realita kehidupan petani sawit di Desa Bakti Mulya Kecamatan

Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi

2. Memberikan gambaran tentang bagaimana budaya kerja dan kesejahteraan petani sawit

(7)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai

hal-hal apa saja yang menjadi gambaran kehidupan petani dan budaya kerja yang dilakukan

oleh petani sawit dalam meningkatkan kesejahteraan untuk keberlangsungan kehidupan

keluarganya. Dan dapat menjadi kontribusi yang positif secara akademis bagi kajian

sosiologis.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi masyarakat,

khususnya pemerintah dalam pengambilan keputusan guna peningkatan kepedulian dan

tingkat kesejahteraan kehidupan petani, khususnya petani sawit di desa Bakti Mulya

Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi.

1.5. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, diharapkan konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi, suatu abstraksi

mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu

(8)

yang dipakai dalam penelitian ini, maka di buat batasan-batasan makna dan arti konsep yang

dipakai yaitu:

1. Budaya Kerja merupakan respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau

masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang

diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang, kelompok

atau masyarakat. Dengan kata lain, budaya kerja merupakan produk dari sistem

kepercayaan yang diterima seseorang, kelompok atau masyarakat. Budaya kerja

menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi keras tidaknya orang bekerja.

2. Kesejahteraan merupakan suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi kehidupan material

maupun spritual, dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari lainnya, tetapi

lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan

adalah keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah, atau pun keseimbangan

antara aspek material dan spritual.

3. Petani Sawit merupakan orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian

sawit sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar ada 3 jenis petani, yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat peneliti berikan, yaitu : (1) Bagi guru yang ingin menggunakan media pembelajaran

PT INKA (Persero) selama ini belum menetapkan waktu standar kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pembuatan rangka utama underframe gerbong kereta api PPCW,

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan e-learning berbasis moodle pada mata pelajaran KKPI yang layak digunakan dalam pembelajaran harus di uji kevalidannya

Rancangan sudu turbin angin dilakukan melalui proses optimisasi aerodinamik yang menyertakan kecepatan angin, jumlah dan profil sudu, soliditas dan kecepatan rotor; Artikel

Terkait dengan kondisi fasilitas tersebut, penelitian ini juga mengemukakan secara sekilas faktor tata ruang kewilayahan terminal Purwoasri dalam Rencana Tata Ruang

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa di Kantor Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali ini dalam memutuskan suatu permasalahan atau dalam pengambilan putusan

Ada beberapa point penting yang dianggap dan diterima sebagai bagian yang tidak lagi terpisahkan dari tanggung jawab sosial yaitu tanggung jawab sosial dan moral perusahaan

Oleh karena itu, tidak terlalu mengejutkan meskipun kadang-kadang menghawatirkan, bahwa dunia Islam kontemporer menyaksikan umat Islam yang mendasarkan seluruh