• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Zink Terhadap Konversi Bta Pada Pasien Tb Paru Bta (+) Dengan Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Kategori I Di Kecamatan Delitua"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis 2.1.1. Definisi :

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. (Kemenkes RI 2011)

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang tersebar luas diseluruh dunia, terutama didaerah dengan penduduk yang padat dan tingkat sosio ekonomi yang rendah. Resiko penularan di Asia, Afrika dan Amerika Latin selama 25 tahun terakhir menunjukkan angka penularan tinggi sebesar 2-5 % pertahun. Peningkatan kasus baru Tuberkulosis paru di prediksi meningkat dari 7,5 juta pada tahun 1995 menjadi 8,8 juta pada tahun 1998, 10,2 juta pada tahun 2002 dan 11,9 juta pada tahun 2005, dan jumlah peningkatan ini sekitar 58,6 % dalam periode 15 tahun.

Di India, prevalensi dari Tuberkulosis diperkirakan 5,05/1000 penduduk, dan merupakan masalah kesehatan yang penting di negara tersebut. Di India, TB paru membunuh 14 kali lebih banyak dari penyakit tropis, 21 kali lebih banyak dari penyakit malaria, dan 400 kali lebih banyak dari penyakit Lepra. Setiap hari di India lebih dari 20.000 orang terinfeksi basil Tuberkulosis, lebih dari 5.000 orang yang berkembang menjadi TB paru dan lebih dari 1.000 orang meninggal akibat Tuberkulosis. Di Cina, insiden BTA positif sebanyak 630.000 orang, insiden seluruh kasus sebanyak 1.402.000 orang, prevalensi BTA positif sebanyak 1.132.000 orang, prevalensi seluruh kasus 2.721.000 orang.

(2)

terutama di penjara Rusia (1,1 juta penghuni penjara, 10-20 % keseluruhan dari penghuni penjara terinfeksi Tuberkulosis). Insidensi TB di Amerika Serikat adalah 9,4 per 100.000 penduduk pada tahun 1994 ( lebih dari 24.000 kasus dilaporkan ). Anak yang pernah terinfeksi TB mempunyai risiko menderita penyakit ini sepanjang hidupnya sebesar 10 %. Epidemi pernah dilaporkan pada tempat orang-orang berkumpul seperti rumah perawatan, penampungan tuna wisma, rumah sakit, sekolah, dan penjara. (Widoyono, 2005)

Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TB terbesar adalah usia 25-34 tahun (23,67 %), diikuti 35-44 tahun (20,46 %), 15-24 tahun (18,08 %), 45-54 tahun (17,48 %), 55-64 tahun (12,32 %), lebih dari 65 tahun (6,68 %), dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31 %). Gambaran di seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai bertambahnya umur, dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita laki-laki lebih banyak daripada wanita. (Widoyono, 2005)

2.1.3. Morfologi dan Identifikasi kuman

a. Bentuk

Dalam jaringan basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada pembenihan buatan, terlihat bentuk kokus dan filamen. Mikobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram- positif atau gram-negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa warna tersebut tidak dapat dihilangkan oleh akcohol, meskipun telah diberikan Yodium. Basil tuberkel yang sebenarnya, ditandai oleh sifat “tahan asam”, misalnya, 95% etil alcohol yang mengandung 3% asam hidrokhlorida (asam-alkohol) dengan cepat menghilangkan warna semua kuman kecuali mikobakteria. Tehnik pewrnaan Ziehl-Nellsen dipergunakan untuk identifikasi kuman tahan asam. (E.Jawetz, mikrobiologi)

b. Sifat-sifat

(3)

berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali.

Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula mengfagositasi malah kemudian disenangi karena banyak mengandung lipid.

Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990)

2.1.4. Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Depkes RI 2002). Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. ( Kemenkes RI 2011 )

2.1.5. Gejala-gejala Tuberkulosis

(4)

Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Oleh karena itu setiap orang yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut, harus dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung.(Kemenkes RI 2011)

2.1.6. Diagnosis Tuberkulosis

(5)

ALUR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA

Suspek TB Paru

Periksa dahak mikroskopis sewaktu, pagi, sewaktu (SPS)

Hasil BTA + + + + + -

Hasil BTA + - -

Hasil BTA - - -

Antibiotik Non-OAT

Tidak ada perbaikan

Ada perbaikan

Pemeriksaan dahak mikroskopik

TB

Hasil BTA

- - - Foto toraks dan

pertimbangan dokter

Hasil BTA

+ + + + + - + - -

Bukan TB Foto toraks dan pertimbangan dokter

Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnostik ini dapat digunakan secara lebih fleksibel : pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan bersamaan dengan foto toraks dan pemeriksaan lain yang diperlukan

(6)

Pembacaan Sediaan Slide BTA

Hasil pemeriksaan mikroskopis dibacakan dengan skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease), yaitu:

Tabel 2.1. Skala IUATLD (Depkes RI, 2007)

Hasil Keterangan

Negatif Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang

+1, +2, ..., +9 (sesuai jumlah basil)

Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang

1+ Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang

2+ Ditemukan 1-10 BTA per lapang pandang dalam setidaknya 50 lapang pandang

3+ Ditemukan >10 BTA per lapang pandang dalam setidaknya 20 lapang pandang

2.1.7. Klasifikasi Tuberkulosis

Ada beberapa klasifikasi, salah satunya berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu :

a. TB paru BTA positif

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) hasilnya BTA positif.

2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB.

3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. 4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak

(7)

b. TB paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif 2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.

3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan. c. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

1) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif

2) Kasus yang sebelumnya diobati • Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

• Kasus setelah putus berobat (default)

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif

• Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan (Kemenkes RI 2011)

2.1.8. Pengobatan

(8)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT) oleh PMO (Pengawas Makan Obat).

3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.

2.1.8.1Tahap awal (intensif)

1) Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan

2.1.8.2Tahap lanjutan

1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama

2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan ( Kemenkes RI 2011 ).

2.1.8.3Panduan OAT yang digunakan di Indonesia

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

(9)

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Paduan obat kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB :

1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan risiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingg pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Tabel 2.2 Jenis dan Sifat serta Dosis OAT

Jenis OAT Sifat

Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5

(4-6)

10 (8-12)

Rifampisin (R) Bakterisid 10

(8-12)

10 (8-12) Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25

(20-30)

35 (30-40) Streptomycin (S) Bakterisid 15

(12-18)

15 (12-18) Ethambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30 (20-35)

(10)

Tabel 2.3 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE

(150/75/400/275)

Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kemenkes RI 2011

2.2 Conversion Rate (angka konversi)

Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang mengalami konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka konversi dihitung tersendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe pasien, BTA postif baru dengan pengobatan kategori-1, atau BTA positif pengobatan ulang dengan kategori-2. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.

Perhitungan angka konversi untuk pasien TB baru BTA positif, adalah :

Jumlah pasien TB baru BTA Positif yang konversi

Jumlah pasien TB baru BTA Positif yang diobati

Di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan intensif (2 bulan). Angka minimal yang harus dicapai adalah 80 %. Angka konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula.

(11)

2.3 Zink

. Zink merupakan suatu logam yang disebut juga sebagai “ essential trace element “ karena walaupun hanya dalam jumlah yang sangat sedikit tapi penting untuk kesehatan manusia. Zink dibutuhkan untuk pembentukan struktur protein dan membran sel tubuh manusia, sehingga zink diperlukan untuk pertumbuhan dan pertahanan tubuh (Natural Medicine Comprehensive Zinc).Mengaktifkan ratusan enzim tubuh, menguatkan sel T Limfosit pembunuh, meningkatkan nafsu makan dan menguatkan imunitas tubuh

Zink dalam darah akan menurun jika terjadi infeksi, anemia, hipertiroid. Zink juga essensial untuk fungsi optimum pada system imun dimana zink berperan utama dalam cell mediated imun (CMI) function, terutama T-cells. Suplementasi dan intake optimal pada zink memperbaiki ketidakseimbangan respon imun dan menurunkan kejadian infeksi. Suplementasi zink meningkatkan T sel (CD4 Tcell dan Cytotoxic T Lymphocytes) dan NK (Natural Killer) sel serta meningkatkan produksi IL-2 (Interleukin 2) sehingga dapat memperbaiki respon imun (Prasad,2003)

(12)

2.3.1 Absorpsi zink

Absorpsi membutuhkan alat angkut dan terjadi di bagian atas usus halus ( duodenum ). Zink diangkut oleh albumin dan transferin masuk ke aliran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan Zink disimpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreas zink digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan kedalam saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima Zink dari dua sumber, yaitu dari makanan dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas.(Almatsier,2004)

Pengambilan zink dimulai dari oral (mulut) kemudian di absorbsi melalui usus dan di distribusi, selanjutnya terjadi melalui serum dimana predominan mengikat protein missal, albumin, alfa mikroglobulin dan transferin. Didalam plasma konsentrasi zink 12-16 mol/L. (Plum, 2010)

Absorpsi zink diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding saluran cerna. Bila konsumsi zink tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorpsi berkurang. Seperti halnya dengan besi, bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari. Metalotionein di dalam hati mengikat zink hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metalotionein diduga mempunyai peranan dalam mengatur kandungan zink di dalam cairan intraselular. Distribusi zink antara cairan ekstraselular, jaringan dan organ dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dan situasi stres. (Almatsier, 2004)

(13)

2.3.2 Fungsi Zink

Salah satu fungsi zink yaitu berperan sebagai kofaktor yang penting untuk lebih dari 300 enzim. Dalam fungsi ini, zink mengikat residu histidin dan sistein dan dalam waktu yang sama menstabilkan serta membuka tempat / sisi aktif dari enzim-enzim ini sedemikian rupa sehingga katalis dan reaksi dapat berjalan. (Pryjambodo, 2008)

Zink penting untuk menjaga struktur protein dan untuk sintesis serta degradasi ribonucleic acid ( RNA ) dan deoxiribonucleic acid ( DNA ) (Krusser, 2008). Sebagai bagian dari enzim kolagenase, zink berperan pula dalam sintesis dan degradasi kolagen. Dengan demikian zink berperan dalam pembentukan kulit,

siklus

enteropankreatik

Menyimpan sebagian sebagai metalotionein

Sebagian hilang melalui feses dan sel saluran cerna yang dibuang

(14)

metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Zink berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B. Taraf darah zink yang rendah dihubungkan dengan hipogeusia, atau kehilangan indra rasa. Hipogeusia biasanya disertai penurunan nafsu makan dan hiposmia atau kehilangan indra bau. Zink tampaknya juga berperaan dalam metabolisme tulang, transport oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah. Karena zink berperan dalam reaksi-reaksi yang luas, kekurangan zink akan berpengaruh banyak terhadap jaringan tubuh terutama pada saat pertumbuhan. (Almatsier, 2004)

Zink juga terlibat pada keadaan-keadaan sebagai berikut : proses pembelahan sel, metabolisme asam nukleat, sintesa protein, kofaktor atau metaloenzim, transportasi dan regulasi beberapa hormon kelenjar hipofise, tiroid, timus, adrenal, ovarium dan testis, antioksidan kuat sehingga zink melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif dan berfungsi menstabilkan struktur dinding sel, stimulator proliferasi dan migrasi keratinosit di daerah luka. (Pryjambodo, 2008)

2.3.3 Angka Kecukupan Zink yang dianjurkan

Kadar zink normal dalam serum 80-110 mikrogram/dl, dalam darah mengandung 20 kali lipat karena adanya enzim Karbonik anhidrase dalam eritrosit, rambut mengandung 125-250 mikrogram/dl, muskulus 50 mikrogram/dl. (Pryjambodo, 2008) Kebutuhan tubuh akan zink bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, bioavailabilitas zink dari makanan dan keadaan fisiologi tertentu seperti kehamilan dan menyusui.

Tabel 2.4 Angka kecukupan gizi untuk Indonesia

Bayi 3-5Mg

1-9 tahun 8-10 Mg

10 - > 60 tahun 15mg ( baik pria maupun wanita )

Ibu hamil + 5 mg

(15)

2.3.3 Sumber makanan yang mengandung zink

Sumber yang paling baik adalah sumber protein hewani

Tabel 2.5 Kandungan zink pada beberapa makanan ( Gropper, 2009 )

Makanan

Telur dan Daily Products Telur

Beberapa bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zink adalah asam askorbat dan sitrat (missal, papaya, jeruk, apel), asam malak dan tartrat (missal, wortel, kentang, tomat, kol), asam amino sistein (missal, daging kambing, hati, ayam, ikan) dan produk fermentasi (missal, kecap, kacang kedele, acar/asinan kubis)

Beberapa bahan makanan yang dapat menghambat penyerapan zink adalah makanan berserat, fitat (missal, beras, terigu, gandum, coklat, kacang, tumbuhan polong), politenol (missal, the, kopi, bayam). (Nasution, 2004)

2.3.4 Defisiensi Zink

(16)

zink. Makanan terutama terdiri atas serelia tumbuk dan kacang-kacangan yang tinggi akan serat dan fitat yang menghambat absorpsi zink. Serelia terutama dimakan sebagai roti yang pembuatannya tidak diragikan. Pada proses fermentasi oleh ragi, fitat dipecah sehingga tidak menghambat absorpsi zink. (Almatsier, 2004)

Tanda-tanda kekurangan zink adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna, gangguan fungsi pertahanan tubuh baik pertahanan spesifik maupun non spesifik, seperti kerusakan sel-sel epidermal, gangguan aktifitas sel natural killer, fagositosis dari makrofag dan netrofil. (Pryjambodo, 2008). Pengaruh zink terhadap sistem imun non spesifik meliputi barrier tubuh seperti epitel kulit, mukosa gastrointestinal dan saluran nafas. Defisiensi zink akan mempengaruhi mediator imunitas non spesifik seperti fungsi lekosit polimorfonuklear (PMN), makrofag, sel Natural Killer dan aktifasi komplemen. Zink juga merupakan salah satu faktor penting dalam sisitem imun spesifik yaitu pertumbuhan dan fungsi limfosit, aktivasi limfosit, produksi sitokin terutama sitokin Th 1 (Boraz Z 2002, Shankar AH, Prasad AS 1998).

Kekurangan zink kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak. Karena kekurangan zink mengganggu metabolisme vitamin A, sering terlihat gejala yang terdapat pada kekurangan vitamin A. Kekurangan zink juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat penyembuhan luka. Suplemen dilaporkan dapat menstimulasi pertumbuhan, mengurangi kematian (diare dan infeksi respiratori) pada anak-anak. (Almatsier, 2004)

2.4. Hubungan Zink dengan Konversi BTA

(17)

pada penderita TB kronis, berkurangnya produksi atau sintesis zink dengan berkurangnya carrier protein X-2 makroglobulin yang bertugas membawa transport zink ke hati, dan juga zink ini digunakan oleh kuman TB untuk pertumbuhan dan membelah diri (Ghulam Hassan 2009)

Respon sistem imun selular merupakan faktor penting dalam perjalanan penyakit TB, karena menentukan apakah seseorang yang terpajan kuman TB mampu mengatasi infeksi atau berkembang menjadi penyakit. Respon imun juga berperan pada kelainan patologik penyakit TB dan hasil akhir perjalanan penyakit ( Schluger NW, Rom WN, 1998 ). Mekanisme defisiensi nutrien zink merupakan salah satu penyebab gangguan sistem imunitas terutama imunitas seluler. (Shankar AH, Prasad AS, 1998)

(18)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dokter maupun praktisi diketahui bahwa gizi berperan penting dalam perjalanan TB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada efek sinergistik antara defisiensi vit A, C, D dalam mengeksaserbasi TB, berdasarkan penelitian di Afrika, Inggris dan Jepang menunjukkan bahwa status gizi pada pasien TB dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, lingkar lengan, serta konsentrasi albumin serum. Penelitian pada hewan coba dan manusia menunjukkan bahwa defisiensi Zink berpengaruh terhadap kerentaan tubuh manusia terhadap penyakit infeksi, seperti halnya pada kasus TB sebab Zink berperan dalam pembentukan system imun. Defisiensi Zink akan mengganggu fungsi Limfosit T dan B serta produksi sitokin. Bentuk ekstrim dari defisiensi Zink adalah atrofi timik dan infeksi bakeri, virus dan jamur.(Ghulam Hassan, 2009)

Penurunan kadar Zink ditemukan pada penderita penyakit infeksi atau radang kronik, hal ini dapat dilihat dari redistribusi Zink serum ke dalam hepar yang terikat pada metallothionein karena peningkatan produksi sitokin proinflamasi, khususnya factor nekrosis tumor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6), sehingga seng pada plasma berkurang karena di ambil oleh hepar. Berdasarkan studi yang ada dalam jurnal “ Status of zinc in pulmonary tuberculosis “ menunjukkan kadar Zink serum pada usia lanjut berkurang dan berkembang TB paru. (Ghulam Hassan. 2009)

(19)

lain, pengurangan produksi hati dari macroglobulin protein seng pembawa dan kenaikan produksi metallothionein, protein yang mengangkut zink ke hati.(Ghulam Hassan, 2009).

Penelitian Cuevas dan rekan kerja di Inggris mempelajari pengaruh zink pada respon tuberkulin dari 98 anak-anak dan TB dewasa dengan BTA positif. Mereka menemukan proporsi yang lebih tinggi dari anak-anak sebagai PPD positif pada kelompok zink ditambah (57,1%) dibandingkan pada kelompok plasebo (53,1%). Hal ini mendalilkan bahwa suplementasi zink bisa bekerja dengan memperbaiki kekurangan zink tanpa gejala atau marjinal atau sebagai booster non-spesifik kekebalan terlepas dari kekurangan zink. Secara keseluruhan, studi menyimpulkan bahwa suplementasi zink meningkatkan efek obat TB setelah dua bulan terapi antitubercular, menghasilkan konversi sputum BTA sebelumnya, berfungsi sebagai pendorong proses imunologi. Estimasi tingkat zink dapat digunakan sebagai alat laboratorium berharga untuk menilai efektivitas terapi antitubercular yang sedang dijalani. (Ghulam Hassan, 2009)

Gambar

Tabel 2.1. Skala IUATLD  (Depkes RI, 2007)
Tabel 2.2 Jenis dan Sifat serta Dosis OAT
Tabel 2.3 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1
Gambar 3.1 Penyaluran zink didalam tubuh ( Almatsier, 2004 )

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian bagaimana perbedaan pengetahuan anemia setelah diberi pendidikan dengan metode ceramah tanpa media dan

Adapun faktor eksternalnya adalah faktor po litis, yaitu masih dirasakan adanya hambatan dari se golongan masyarakat yang berpikiran sekuler atau pe nganut agama lain,

Pasal 1 butir 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menguraikan bahwa: Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

a.. Tampaknya, dalam Tabel l 1 baik <li dalam kantor maupun di mana saja pemakai bahasa Larnpung lebih senang memakai bahasanya. Hal ini disebabkan oleh rasa

[r]

Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa penelitian yang berjudul Sikap Hidup Masyarakat Jawa dalam novel Nawung Putri Malu dari Jawa karya Galuh Larasati

Pada tugas akhir ini penulis memanfaatkan sebuah mini komputer yaitu Raspberry Pi sebagai host server yang akan me-remote mikrokontroler Arduino Mega dengan Ethernet

Oleh karena itu menunut peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Pelatihan Perawat Terhadap Produktivitas Kerja pada Rumah Sakit