• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Pengguna Jasa Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi melalui Stasiun Kereta Api Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Upaya Peningkatan Jumlah Pengguna Jasa Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi melalui Stasiun Kereta Api Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Transportasi

Pengertian transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana

trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau

membawa. Jadi transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dapat ditegaskan lagi bahwa transportasi adalah jasa yang dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan-keuntungan ekonomis dalam berbagai kegiatan usaha dan hubungan kemasyarakatan (Kamaluddin, 2003:13).

Dalam ilmu transportasi, alat pendukung transportasi diistilahkan dengan sistem transportasi yang di dalamnya mencakup berbagai unsur (subsistem) berikut :

1. Ruang untuk bergerak (jalan).

2. Tempat awal/akhir pergerakan (terminal).

3. Yang bergerak (alat angkut/kendaraan dalam bentuk apapun).

(2)

Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang diinginkan, tidak terlepas dari kehadiran seluruh subsistem tersebut diatas secara serentak. Masing-masing unsur tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-sendiri, semuanya harus terintegrasi secara serentak (Miro, 2005:5).

Dalam istilah teori ekonomi disebut bahwa fungsi transportasi adalah mengangkut atau membawa barang-barang dari tempat dimana utility-nya relatif lebih rendah ke tempat dimana utility-nya relatif lebih tinggi. Dalam hubungan dengan barang-barang yang diangkut ini, pengangkutan tersebut memberikan jasa-jasanya dalam berbagai-bagai bentuk, dimana yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bulk Freight Service

Jasa angkutan ini terutama untuk mengangkut barang-barang dasar yang bersifat bulky, seperti hasil-hasil pertanian dan ternak, hasil-hasil tambang, hasil-hasil hutan, hasil-hasil perkebunan, hasil-hasil industri dan lain-lainnya.

2. Merchandise Freight and Express Service

Merchandise freight ini umumnya terdiri atas angkutan dalam jumlah

(3)

3. Passanger Service

Passanger transportation merupakan aktivitas ekonomi dan sosial yang

sangat penting dalam setiap kehidupan masyarakat terutama di negara industri yang besar dan banyak penduduknya. Biasanya commercial

passanger travel adalah bersifat komplementer dan cukup besar

korelasinya dengan freight transportation. Perluasan pertukaran barang-barang biasanya diikuti dengan bergeraknya atau mengalirnya orang-orang yang mengusahakan perdagangannya. Ini berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperluas pasar serta kemungkinan-kemungkinan penjualan barang dan jasa yang masih bersifat potensial (Kamaluddin, 2003:39-41).

2.2 Teori Angkutan Kereta Api 2.2.1 Fungsi Angkutan Perkeretaapian

Angkutan perkeretaapian sebagai salah satu bagian dari satu sistem angkutan mempunyai fungsi pokok yang bersifat pelayanan kepada pelanggan, berorientasi kepada pasar baik kepada penumpang maupun untuk barang yang dilayaninya berpindah tempat dari satu lokasi asal ke tempat tujuan. Angkutan kereta api mempunyai ciri angkutan massal, hemat energi, dan mendukung lingkungan, perlu keterlibatannya dalam angkutan darat serta harus mampu berlaku pula sebagai penghubung bagi moda angkutan lainnya. Pada dasarnya fungsi angkutan kereta api dapat dijabarkan sebagai berikut :

(4)

c. Mengendalikan dan mempersiapkan sarana agar mampu berjalan layak secara aman.

d. Mengendalikan persediaan dan penggunaan bahan bakar atau sumber tenaga yang dipakainya.

e. Mampu mendukung aspirasi sosial/masyarakat dari segi angkutan, menunjang pengembangan ekonomi wilayah, budaya, dan keamanan pertahanan (Kramadibrata, 2006:70-71).

Sumbangan kereta api bagi perkembangan ekonomi dan masyarakat sangat besar. Kereta api yang memulai angkutan barang dalam jumlah yang besar dengan biaya yang rendah sehingga merangsang pertumbuhan industri, pertambangan, perdagangan, dan kegiatan lainnya di masyarakat. Banyak kota tumbuh dan berkembang setelah adanya jaringan kereta api. Kereta api sebenarnya dapat meyelenggarakan rencana-rencana perjalanan secara teratur dan dapat diandalkan (reguler and reliabel schedule), artinya tidak banyak tergantung pada cuaca, kecuali badai, topan atau banjir. Tingkat keselamatannya pun tinggi sehingga adanya jaminan barang-barang sampai di tujuan dalam keadaan baik. Keunggulan-keunggulan yang terdapat pada angkutan rel (kereta api) adalah sebagai berikut :

1. Mampu mengangkut muatan dalam jumlah yang besar. Lokomotif sebagai tenaga penggerak mampu menarik serangkaian gerbong, dimana setiap gerbong bisa berkapasitas 15 ton atau lebih.

(5)

3. Jadwal perjalanan dengan frekuensi tinggi dapat dilaksanakan.

4. Jarang sekali terjadi kongesti karena semua fasilitas dimiliki oleh satu perusahaan penyedia jasa sehingga lebih terjamin kelancarannya.

5. Dapat memberikan tingkat pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan bis.

Seperti karakteristik jasa angkutan lainnya, jasa angkutan kereta api tidak dapat disimpan sehingga apabila sarana angkutan digunakan, maka jasa angkutan pada saat itu harus dipakai secara total (keseluruhan). Jadi bila jasa angkutan pada saat itu diproduksi dan tidak digunakan, maka jasa pada saat itu hilang dengan sendirinya. Untuk itu perlu pengaturan kebijakan yang terencana sehingga jasa angkutan begitu diproduksi, semaksimal mungkin jasa tersebut dikonsumsi seluruhnya pada saat itu juga (Nasution, 2008:132-133).

2.2.2 Sarana dan Prasarana Kereta Api

Sarana kereta api terdiri atas lokomotif sebagai alat penarik rangkaian (gerbong/kereta) dan daya muat dan kekuatan gerbong/kereta. Dalam menggunakan sarana kereta api perlu dikaji beberapa hal berikut :

a. Sumber energi alat penarik (lokomotif, mesin/motor, alat bantu, aselarasi/deselarasi) karena menyangkut efisiensi konversi, kekuatan traksi, kecepatan dan biaya operasi.

b. Kapasitas angkut/ daya muat kereta/gerbong baik dari segi volume (m3

(6)

akan dilakukan, dan hal ini berkaitan dengan bentuk stasiun/emplasemen sebagai pendukung operasi.

d. Kecepatan sarana dan daya tarik lokomotif. Ada interelai antara kecepatan dengan kekuatan tarik, yaitu makin besar kecepatan makin mengecil kekuatan tariknya.

Peralatan operasi kereta api lokomotif (motive power) yang semula berupa lokomotif uap, sesudah tahun 1940-an banyak diganti dengan lokomotif diesel dan listrik.

(7)

2.2.3 Sifat Usaha Angkutan Perkeretaapian

Usaha angkutan kereta api pada dasarnya bersifat usaha monopoli. Pengertian monopoli disini bahwa pengusahaannya adalah sebagai satu-satunya usaha angkutan yang mengendalikan suplai dan harga atas jasa angkutannya ditandai dengan tiadanya persaingan jasa yang sejenis. Persaingan di dalam usaha angkutan kereta api tidaklah feasible dan juga tidaklah diinginkan karena berbagai alasan dan pertimbangan, diantaranya berkaitan dengan segi-segi efisiensi, kesatuan usaha, dan sosial politis. Sifat monopoli usaha angkutan ini terjadi karena memang telah tercipta sejak berdirinya maupun karena usaha itu hendak dibentuk atas dasar hak monopoli melalui peraturan pemerintah. Namun demikian usaha angkutan kereta api tidaklah memiliki sifat monopoli absolut. Kompetisi dapat datang dari usaha moda angkutan lain yang paralel, seperti dengan usaha angkutan jalan raya dan angkutan melalui air. Sehingga usaha perkeretaapian seringkali pula disebut sebagai monopoli parsial.

Usaha angkutan kereta api adalah bersifat publik utility. Suatu usaha dikatakan publik utility bilamana dia menghasilkan komoditi dan jasa untuk kepentingan masyarakat banyak dan karenanya sangat diperlukan bagi kesejahteraan masyarakat umum. Usaha yang bersifat publik utility ini selain usaha angkutan kereta api adalah usaha-usaha perlistrikan, air minum, kesehatan, jasa pos dan sebagainya. Sifat tertentu lainnya dari perusahaan angkutan kereta api adalah bahwa usahanya bersifat secara besar-besaran (large scale

undertaking). Sifat skala besar ini tercermin dalam besarnya investasi kapital

(8)

untuk biaya operasi dan sebagainya. Dengan demikian, untuk usaha angkutan kereta api ini diperlukan baik jumlah permodalan yang besar untuk investasi kapital pada permulaan usahanya, maupun penyediaan dana yang besar untuk modal kerja dalam kegiatan operasinya.

Berbeda dari usaha angkutan lainnya, maka pada usaha angkutan kereta api semua peralatan besar maupun peralatan operasinya dimiliki, dioperasikan dan dipelihara sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Peralatan dasar pada usaha angkutan kereta api, seperti stasiun, jalan dan bantalan, jembatan, peralatan sinyal dan komunikasi dan lain-lain serta peralatan operasi seperti lokomotif, gerbong barang dan kereta penumpang, kesemuanya diadakan, dibiayai dan dioperasikan sendiri oleh perusahaan kereta api yang bersangkutan (Kamaluddin, 2003:45-46). 2.3 Pengertian Pemasaran

Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para pakar untuk istilah pemasaran, tergantung kepada sudut pandang yang mereka gunakan. Berikut definisi pemasaran yang dirumuskan ahli pemasaran :

1. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai (Kotler, 1993:5).

(9)

baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial (Stanton, 1996:7-8).

3. The American Marketing Association (AMA) mendefenisikan pemasaran

sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, penetapan harga, promosi, dan distribusi barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi (Kurtz, Boone, 1987:7). Definisi diatas tidaklah bertentangan satu sama lain, justru setiap rumusan tersebut saling melengkapi. Keanekaragaman definisi merefleksikan kompleksitas fenomena pemasaran, dimana persfektif berbeda cenderung menekankan aspek yang berbeda pula (Tjiptono, 2005:3).

2.4 Pengertian Jasa

(10)

Perubahan dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik”. (Yazid, 2005:3).

2.5 Pemasaran Jasa Transportasi

Pertumbuhan jasa transportasi di Indonesia didasarkan pada kebutuhan nasional dan peraturan perundang-undangan, yang pada intinya dilakukan melalui:

a. Investasi (dalam atau luar negeri).

b. Kerja sama operasional seperti aliansi dengan berbagai pihak. c. Pembinaan usaha.

Salah satu upaya peningkatan posisi bersaing perusahaan adalah melalui manajemen pemasaran. Jika aktifitas perusahaan meliputi fungsi produksi, pemasaran, keuangan, dan personalia, fungsi pemasaran termasuk aktivitas kunci damlam memajukan perusahaan. Aktifitas pemasaran dimulai dengan kebutuhan dan keinginan manusia. Pembeli atau konsumen merupakan titik tolak dalam proses produksi jasa transportasi. Konsumen atau penumpang moda transportasi bukan untuk perusahaan transportasi, tetapi perusahaan transportasi untuk konsumen/penumpang. Perusahaan transportasi harus benar-benar memperhatikan kepuasan penumpangnya yang meliputi sedikitnya dua aspek, yaitu secara fisik-keselamatan penumpangnya dan secara psykis-kenyamanan penumpangnya.

(11)

1. Konsep berwawasan produksi.

Konsep berwawasan produksi merupakan suatu konsep tertua yang dianut para penjual. Konsep berwawasan produksi berasumsi bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya. Berdasarkan konsep ini, pemasaran transportasi memfokuskan kegiatan pemasaran pada sedikitnya tiga hal, yaitu pemilihan rute yang tepat dimana konsumen dapat dengan mudah menjangkaunya, menetapkan harga atau tarif murah sesuai daya beli, dan sesuai dengan kebutuhan/tujuan perjalanannya.

2. Konsep berwawasan produk

Konsep berwawasan produk berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal inovatif lainnya. Manajer dalam perusahaan berwawasan konsep produk akan memusatkan perhatian untuk membuat produk yang dijual lebih baik dari yang lain dan terus menyempurnakannya. Dengan demikian, manajer transportasi harus menjamin pelanggan bahwa produk jasa yang ditawarkan kepada penumpangnya memiliki kualitas prima. Keprimaan jasa yang ditawarkan meliputi pelayanan Pre-Service, In-Service, dan Post-Service.

3. Konsep berwawasan pemasaran

(12)

Peter Drucker, memberi kritik dengan mengatakan “Menjual tetap perlu, namun tujuan pemasaran adalah membuat menjual itu lancar. Pemasaran bertujuan mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia”. Jadi menjual jasa transportasi harus didahului berbagai kegiatan, seperti pengamatan kebutuhan (volume penumpang), penelitian pasar (area/lokasi tempat penumpang berada), pengembangan produk (jenis, bentuk jasa transportasi yang ditawarkan), dan tingkat kemahalan yang diterima pasar tersebut. Untuk upaya tersebut perusahaan jasa transportasi dituntut harus memiliki system standard mutu (quality standard system) yang berfungsi sebagai dasar dalam mendesain mutu layanannya.

4. Konsep pemasaran bermasyarakat

Konsep pemasaran berwawasan bermasyarakat meminta perhatian para produsen pada hal, seperti lingkungan hidup, kelangkaan sumber daya, pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu pesat, kemiskinan, public

service, hak-hak sipil dan lain-lain. Pemasaran transportasi perlu memberi

kesan yang baik kepada konsumennya, melalui penghargaan, penghormatan, kenyamanan, keamanan, dan perlindungan. Konsep berwawasan bermasyarakat meminta manajer pemasaran transportasi mempertimbangkan paling sedikit tiga faktor dalam pelaksanaan pemasarannya, yaitu sebagai berikut :

(13)

b. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

c. Kepentingan umum (public utility).

Untuk itu penting dilakukan perencanaan. Perencanaan strategis berwawasan pasar adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga sasaran, keahlian, dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah (Simbolon, 2003:116-123).

2.6 Karakteristik dan Klasifikasi Jasa

2.6.1 Karakteristik Jasa

Terdapat empat karakteristik dari jasa dibandingkan dengan produk yaitu tidak berwujud, tidak bisa disimpan,bervariasi dan tidak terpisahkan.

1. Jasa tidak berwujud. Pada prinsipnya produk jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dibaui sebelum membeli. Perwujudan jasa akan terlihat dari elemen yang mengantarkan jasa seperti orang, mesin, perlengkapan atau lainnya. Menilai kualitas jasa sebelum membeli adalah melihat perwujudan jasanya.

2. Jasa tidak dapat disimpan. Berbeda dengan produk barang, jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan dimasa yang lain.

(14)

4. Variabilitas jasa. Jasa memiliki variabilitas yang tinggi, dimana kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakannya, kapan, dimana dan bagaimana. Orang melayani jasa yang sama belum tentu bisa menyampaikan jasa yang sama (Suharno, 2010:143-144).

2.6.2 Klasifikasi Jasa

Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang benar-benar sama satu lain. Oleh karena itu, untuk memahami sektor jasa, ada beberapa cara pengklasifikasian produk tersebut. Pertama, didasarkan atas tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat jasa tersebut dihasilkan. Kedua, jasa juga bisa diklasifikasikan berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur. 1. Berdasarkan tingkat kontak konsumen, jasa dapat dibedakan kedalam

kelompok high-contact system dan low-contact system. Pada kelompok

high contact system, untuk menerima jasa, konsumen harus menjadi

bagian dari sistem. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada jasa sejenis pendidikan, rumah sakit dan transportasi. Sedangkan pada kelompok

low-contact system, konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem untuk

menerima jasa. Misalnya pada jasa reparasi mobil dan jasa perbankan, konsumen tidak harus dalam kontak pada saat mobilnya yang rusak diperbaiki oleh teknisi bengkel.

2. Cara yang lain untuk mengklasifikasikan jasa adalah dengan menggunakan kesamaannya dengan operasi manufaktur. Cara ini membagi tiga kelompok : pure service, quasimanufacturing service, dan mixed service.

(15)

persediaan, dengan kata lain benar-benar sangat berbeda dengan manufaktur. Jasa tukang cukur dan ahli bedah misalnya, memberikan perlakuan khusus dan memberikan jasanya pada saat konsumen ada. Sebaliknya quasimanufacturing service dalam banyak hal mirip dengan manufaktur, karena jasa ini termasuk sangat low-contact dan konsumen tidak harus menjadi bagian dari proses produksi jasa. Termasuk dalam jasa tersebut adalah jasa perbankan, asuransi, kantor pos dan jasa pengantaran. Sedangkan mixed service, merupakan kelompok jasa dengan tingkat kontak menengah (moderate-contact) yang menggabungkan beberapa fitur/sifat pure service dan quasimanufacturing service. Termasuk dalam kelompok jasa ini adalah jasa ambulans, pemadam kebakaran dan lain-lain (Griffin dalam Lupiyoadi, 2001: 6-7).

2.7 Bauran Pemasaran Jasa

Bauran pemasaran jasa merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik jangka pendek. Konsep bauran pemasaran dipopulerkan pertama kali beberapa dekade yang lalu oleh Jerome Mc.Carthy yang merumuskannya menjadi 4P (Product, Price, Promotion, dan Place). Dalam perkembangannya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penerapan 4P terlampau terbatas/sempit untuk bisnis jasa karena alasan berikut:

(16)

b. Unsur harga mengabaikan fakta bahwa banyak jasa yang diproduksi oleh sektor publik tanpa pembebanan harga pada konsumen akhir.

c. Bauran promosi dalam 4P tradisional mengabaikan promosi jasa yang dilakukan personel produksi tepat pada saat konsumsi jasa.

d. Oversimplikasi terhadap unsur-unsur distribusi yang relevan dengan

keputusan distribusi jasa strategis.

e. Pendekatan bauran pemasaran tradisional juga dianggap mengabaikan masalah-masalah dalam mendefinisikan konsep kualitas pada intangible

services, dan mengindetifikasi serta mengukur unsur-unsur bauran

pemasaran yang dapat dikelola dalam rangka menciptakan jasa berkualitas. f. Bauran pemasaran tradisional juga melupakan arti penting orang (people),

baik sebagai produsen, konsumen, maupun co-consumers.

Kelemahan-kelemahan ini mendorong banyak pakar pemasaran untuk mendefinisikan ulang bauran pemasaran sedemikian rupa sehingga lebih aplikatif untuk sektor jasa. Hasilnya, 4P tradisional diperluas dan ditambahkan dengan 4 unsur lainnya, yaitu People, Process, Physical evidence, dan Customer Service. Keputusan mengenai setiap unsur bauran pemasaran ini saling berkaitan satu sama lain. Kendati demikian, tingkat kepentingan yang ditekankan pada masing-masaing unsur antar jasa cenderung bervariasi.

1. Product, produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang

(17)

pengembangan jasa baru juga memiliki keunikan khusus yang berbeda dengan barang, yakni jasa baru sukar diproteksi dengan paten.

2. Pricing, keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan

taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelanggan. Pada umumnya, aspek-aspek ini mirip dengan yang dijumpai pemasaran barang. Akan tetapi ada perbedaannya yaitu karakteristik intangible jasa menyebabkan harga menjadi indikator signifikan atas kualitas.

3. Promotion, bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk

mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct

marketing, personal selling, dan public relation.

4. Place, keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa

bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik.

5. People, bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran

pemasaran. Dalam industri jasa, setiap orang merupakan ‘part-time

marketer’ yang tindakan dan prilakunya memiliki dampak langsung pada

output yang diterima pelanggan.

6. Physical Evidence, karakteristik intangible pada jasa menyebabkan

(18)

bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa.

7. Process, proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi

konsumen high-contact service, yang sering kali juga berperan sebagai

co-producer jasa bersangkutan. Dalam bisnis jasa, manajemen pemasaran dan

manajemen operasi terkait erat dan sulit dibedakan dengan tegas.

8. Customer service, Makna layanan pelanggan berbeda antar organisasi.

Dalam sektor jasa, layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kualitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan (Tjiptono, 2005:30-32)

2.8 Penelitian Terdahulu

(19)

parsial, dari ketujuh bauran pemasaran jasa, produk, harga, orang dan proses masing masing berpengaruh terhadap keputusan menggunakan kereta api.

Wijanarko (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap keputusan penggunaan kereta api Fajar Utama Semarang relasi Semarang-Jakarta. Metode penelitian yang dilakukan adalah

explanatory research atau penjelasan yaitu penelitian yang digunakan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh t ransaksi di at as t erhadap persam aan akunt ansi adalah..... Penyelesaian kert as kerja di baw ah ini yang

[r]

MADRASAH ALIYAH NEGERI PALOPO TAHUN ANGGARAN 2012.. NO URAIAN VOLUME SUMBER DANA

Setelah penjelasan dokumen pengadaan sistem pengadaan secara elektronik yang dipaparkan dalam Berita Acara Aanwijzing ,para penyedia telah mengerti serta memahami semua materi

untuk paket pekerjaan PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS STAKN TAHAP III , dengan membawa semua Dokumen Penawaran dan Dokumen Kualifikasi serta dokumen-dokumen lain

BAAK TI Mahasiswa Program Studi TI Semester 7 Angkatan 2011.

Terjadinya penurunan ekspor disebabkan adanya pengurangan atau pemangkasan tingkat konsumsi atau permintaan dari Negara maju seperti Amerika, Eropa maupun pasar Asia karena

Aspek produksi, pada aspek ini yang dilakukan adalah: (1) melakukan inventarisasi permasalahan yang terjadi selama proses produksi terutama terkait dengan masalah