• Tidak ada hasil yang ditemukan

S STR 1201791 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S STR 1201791 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seni pertunjukan, (“performance art”) merupakan hasil karya seni yang biasa

dilakukan dalam setiap pementasan, dalam seni pertunjukan terdiri dari seni musik,

seni tari, seni drama/teater, seni rupa, dan sastra. Seluruh bidang seni didalamnya saling

membutuhkan satu sama lain, dengan arti kata kesenian tidak dapat lepas dari

unsur-unsur seni lainnya. Menurut Koentjaraningrat mengemukakan bahwa Kesenian

merupakan salah satu unsur kebudayaan dan merupakan kebutuhan manusia secara

universal yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak terlepas dari masyarakat.

Pada dasarnya kesenian merupakan sesuatu yang kompleks, yang didalamnya

saling menguatkan satu sama lain misalnya dalam tari pertunjukan yang di dalamnya

membutuhkan media ungkap dari musik sebagai pengiringnya, teater sebagai ceritera di

dalamnya, seni rupa sebagai tim pendukung artistiknya, dan sastra sebagai bahasa di

dalamnya apabila pada pertunjukan Dramatari. Begitupun sebaliknya dalam

pertunjukan lainnya sangat membutuhkan satu sama lain.

Tari didalam kehidupan sosial masyarakat memiliki tiga fungsi utama yaitu tari

untuk kebutuhan upacara kepercayaan/religi yang biasa disebut tari upacara, tari untuk

kebutuhan hiburan atau kesenangan yang disebut tari hiburan atau tari pergaulan dan

tari untuk memberikan kesenangan pada pihak lain/penonton yang disebut tari

pertunjukan. (Suratman, 2008, hlm.20)

Tari upacara/religi merupakan dampak dari aktivitas masyarakat yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pemujaan dalam kepercayaannya yang bersifat

magis dan sakral. Tari upacara merupakan tarian yang paling tua, karena tarian ini telah

muncul pada masa peradaban manusia primitif, yang dimana manusia pada zaman itu

masih memiliki keterbatasan kemampuan berfikir serta menganut kepercayaan

animisme, dinamisme dan totemisme. Kepercayaan animisme yaitu percaya kepada

kekuatan roh manusia yang sudah meninggal terutama orang yang pada masa hidupnya

sangat berpengaruh. Dinamisme yaitu kepercayaan kepada kekuatan benda-benda yang

(2)

dianggap memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia. Contoh pada tari upacara

yaitu Tarawangsa, Ngekngek, Sampyung, tarian ini berasal dari daerah Rancakalong

(Sumedang), Cibalong (Tasikmalaya) tarian ini dilakukan untuk upacara penyimpanan

Nginepkeun pada saat setelah beres panen. Upacara ini berkaitan dengan pemujaan

kepada Dewi Sri.

Tari hiburan merupakan sebuah tarian yang lebih mementingkan kepuasan

pribadi/individu pelakunya dan kepuasan pada orang yang mengapresiasinya atau

penontonnya, yang penting baginya adalah bergerak sepuasnya sesuai dengan alunan

irama yang diikutinya. Menurut Soedarsono dalam bukunya “Jawa dan Bali dua pusat

perkembangan Dramatari tradisionil di Indonesia hal. 24 mengungkapkan bahwa

Adapun yang termasuk tari-tarian hiburan , tari-tarian dimana titik berat tarian tersebut

bukanlah keindahan, tetapi pada segi hiburan, dan umumnya merupakan tari pergaulan.

Tari sebagai media pergaulan pada dasarnya dilakukan secara terpadu bersama-sama ,

baik oleh semua laki-laki, semua perempuan, maupun laki-laki dan perempuan, bahkan

semaraknya fenomena ini antara lain bahwa semua orang yang hadir di tempat itu

berhak dan layak tampil, tak ada garis pemisah antara penari dengan penonton contoh

pada Tari Hiburan yang hidup di kalangan masyarakat contohnya : Bajidoran yang

hidup di masyarakat Subang, Bangreng yang hidup di masyarakat daerah Sumedang,

Topeng Banjet yang hidup di masyarakat Karawang, Ronggeng Gunung yang hidup di

masyarakat Ciamis Selatan dan juga Ketuk Tilu yang hidup di hampir seluruh wilayah

Jawa Barat.

Seorang seniman/koreografer sebagai pengarap tari harus memiliki pengetahuan

yang luas karena tari pertunjukan dalam proses karyanya lebih banyak mengunakan

akal/pemikiran, karena tarian ini sengaja dibuat untuk disajikan dan untuk memberikan

kesenangan serta penyampaian isi pesan yang ada didalamnya kepada pihak

lain/penontonnya, menurut Suratman, 2008, hlm 25 mengungkapkan

(3)

Jiwa manusia memiliki tiga aspek yang berbeda-beda, yaitu kehendak, akal dan rasa atau emosi. Dalam seni tari rasa memegang peranan yang sangat penting, akan tetapi aspek lain yakni kehendak, kemauan atau akal juga memiliki aspek penting didalamnya yang apabila diperhatikan secara cermat sebuah tarian ini merupakan ekspresi jiwa yang didasari oleh kehendak atau kemauan, akal dan rasa atau emosi.

Melalui perencanaan pembuatan konsep naskah, pengolahan/penggarapan, serta

penampilan hasil karya atau pementasan disusun, sehingga tertata dengan baik secara

artistik untuk mewujudkan suatu tontonan yang dapat memberikan kepuasan atau

kesenangan bagi penonton/apresiatornya, sehingga pesan-pesan yang ada didalamnya

melalui simbol dan makna pada tarian tersebut dapat tersampaikan dengan jelas. Dalam

pemaparan ini peneliti kurang memahami mengenai simbol dan makna dalam tarian,

karena pada kenyataannya saat ini penikmat seni kurang memahami ranah simbol dan

makna seperti yang dipaparkan oleh Sumardjo 2001, hlm.2 mengemukakan bahwa

Memahami Seni Pertunjukan Indonesia lama, yang sekarang masih kita warisi, dengan mempergunakan pengertian Seni Pertunjukan masyarakat modern, boleh jadi mendatangkan kesalahfahaman yang dapat merugikan keberadaan warisan seni pertunjukan tersebut.Misalnya pada tari-tarian erotik yang banyak ditemukan di daerah-daerah pertanian Jawa Barat yang serta merta dilarang karena tidak sesuai dengan kaidah-kaidah moral. Disini telah terjadi penilaian masa kini terhadap karya seni yang dihasilkan oleh nenek moyang kita yang waktu itu masih “primitif” yang belum mengenal kaidah-kaidah moral baru. Yang kita anggap tidak bermoral (misalnya untuk mendatangkan hujan) tarian erotik itu bukan tarian cabul, tapi justru tarian “sakral” dengan beberapa persyaratan yang bersifat religi kuno.

Melihat pemaparan di atas maka dengan maksud itulah peneliti ingin melakukan

penelitian tentang analisis simbol dan makna pada sebuah tarian yakni untuk

menjelaskan makna asli sebuah tarian, sehingga tidak mendatangkan kesalahfahaman

terhadap kesenian tersebut dengan berdasarkan konteks sosio-budaya masyarakat

penciptanya. Meskipun usaha yang demikian itu selalu bersifat dugaan hipotentik

belaka, dan bukan suatu penjelasan yang final dan tak terbantah, namun hasilnya nanti

diharapkan dapat menjadi kerangka awal dalam memahami sebuah tarian dalam seni

pertunjukan dari berbagai sosio-budaya yang tercermin atas perkembangan

(4)

Mas Nanu Muda sering dikenal sebagai seniman atau koreografi handal, rasa cinta

dan pedulinya terhadap seni tari Sunda sanggatlah kuat terutama pada tari rakyat.

Sebagai penari dan koreografer, Mas Nanu Munajar Dahlan pria kelahiran Subang, 6

Desember 1960 ini mengaku gelisah dengan keberadaan tarian Sunda, bagaimana

tarian itu berkembang dan beregenerasi di tengah masyarakat saat lintas zaman semakin

semrawut, kegelisahan itu memacunya untuk pergi ke sejumlah daerah guna melihat

sekaligus mempelajari tarian khas setempat, pengalaman lain beliau tularkan saat

merekonstruksi tarian masa kecilnya di Subang, yaitu Doger Kontak. Doger adalah

tarian ungkapan rasa syukur masyarakat Sunda tempo dulu, nama kontrak berasal dari

buruh kontrak di perkebunan teh yang sering menarikan tarian ini sekitar tahun 1940an.

Tidak puas dengan itu, beliau lantas merevitalisasi Tarian Gaplek yang biasa dimainkan

pasca panen masyarakat Klari, Karawang. https://indonesiaproud.wordpress.com

Gaplek adalah sebuah nama lagu untuk mengiringi pertunjukan Ketuk Tilu gaya

kaleran (Karawang) ataupun pada tari Bajidoran, didalam setiap sajian lagu tersebut

selalu ada yang mengisinya dengan tarian atau dalam istilah Sunda diibingan, penyajian

tari dalam seni Ketuk Tilu ini selain berbentuk tari tunggal dan duet juga dipertunjukan

tarian massal atau bersama yaitu pada awal pertunjukan ini disebut dengan

Jujungkungan. Tari jujungkungan ini dilakukan oleh para ronggeng dalam seni Ketuk

Tilu tersebut. Een dalam Caturwati, 2009, hlm.27 mengemukakan bahwa

“pertunjukan Bajidoran di daerah Karawang sangat disukai oleh masyarakatnya dan merupakan gambaran kehidupan masyarakat Karawang, yang memiliki sifat agresif, keras, terbuka, aktif, dan dinamis. Mereka sangat aktif dalam menanggapi situasi-situasi yang ada di sekitarnya, khususnya dalam kehidupan sebagai masyarakat pantai, petani dan nelayan diperlukan kerja keras untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Itu semua tercermin pada tariannya yang lincah, cenderung keras, gerakan tubuh penari bagaikan ombak yang bergelombang, bergerumuh dan bergelora”.

Pada saat itulah pertunjukan Ketuk Tilu dan Bajidoran di masyarakat Pantura sangat

disenangi oleh masyarakat khususnya di Karawang. Tari Gaplek ini merupakan tarian

pokok dalam pertunjukan Topeng Banjet Baskom dan masyarakat Karawang sering

menyebutnya Goyang Karawang , tarian ini dibawakan oleh 3 orang penari wanita dan

biasanya dilakukan pada awalan atau pembuka pada Tari Topeng Banjet Baskom

(5)

Mas Nanu Muda merevitalisasi tari Gaplek pada tahun 1992 dengan mengabungkan

gerak antara gaya kaleran Karawang yang terlihat pada gerakan mincid yang lebih

dinamis dan kuat dengan gaya pegunungan wilayah Bandung yang terlihat pada

gerakan tangan yang tajam atau seukeut yang merupakan gerakan yang mengandung

unsur Pencak Silat. Wawancara Mas Nanu Muda pada 22 Desember 2015. Pada

awalnya tari Gaplek ini diciptakan oleh Mas Nanu Muda untuk kebutuhan perkuliahan,

mengingat pada beberapa tahun yang lalu siapapun bisa menarikan tari Gaplek dengan

pola yang berbeda-beda dan kebebasan gerak serta tidak terikat oleh suatu norma dan

struktur koreografi yang tetap atau membaku, hal inilah yang menjadi gagasan awal

Mas Nanu Muda untuk merevitalisasi tari Gaplek.

Mugiyanto dalam Permata, 2015, hlm.3 mengemukakan bahwa

“sebuah gaya tari tidaklah sama bentuknya setiap zaman. ia merubah ketika diajarkan oleh generasi tua ke generasi muda karena bentuk tari yang diwariskan itu diinterpretasikan. Sebuah tradisi juga berubah ketika berada didalam genggaman orang-orang yang menerimanya”

Merujuk pada kutipan di atas, bahwa sebuah karya tari tidaklah sama bentuknya

setiap zaman seperti tarian Gaplek karya Mas Nanu Muda yang merupakan

perkembangan dari tari Ketuk Tilu yang memiliki kekhasan dalam gerak-gerak erotis

seorang ronggeng dan akan berbeda dengan tarian Gaplek yang lainnya.

Mas Nanu Muda merevitalisasi tari Gaplek ini dengan menyusun gerakannya,

sehingga terkemas dengan apik dengan mengadaptasi gerakan-gerakan Pencak Silat

didalamnya, sehingga terkesan sangat menarik dan energik, adapun pengertian dari gaplek ini adalah “kolentang sampeu anu menang mesek di pasihan kapanjangna tuluy

di poe nepi ka garing.” Karena pada jaman dahulu seorang seniman selalu

menyangkutkan seni dengan alam sekitar, maka terciptalah lagu Gaplek yang

terinspirasi dari makanan khas Kota Bandung yaitu sampeu atau singkong. Wawancara

Mas Nanu Muda 22 Desember 2015.

Dalam sebuah tarian memiliki makna dan simbol yang berbeda dari tarian satu

dan yang lainnya, hal ini dikarenakan setiap pencipta tari atau koreografer pasti

(6)

(Tjetjep Rohendi dalam Diah 2014, hlm.15) yang menyatakan bahwa karya yang di

ciptakan manusia bukan tanpa tujuan. Dengan perkataan lain tiap benda alam yang

disentuh dan dikerjakan oleh manusia mengandung nilai, selain itu simbol dan makna

pun dapat dilihat pada struktur gerak, rias dan busananya, adapun pernyataan sebagai

berikut.

Simbol dalam arti yang layak adalah suatu pertanda, pernyataan mengenai sesuatu dalam wujud yang mengandung arti sesuai dengan pernyataan itu dalam seni tari, biasanya terdapat beberapa simbol yang digunakan untuk menyampaikan maksud itu kepada penonton, baik dalam simbol gerak maupun dalam rias dan busana yang digunakan. Diah (2014:hlm.15)

Simbol gerak digunakan untuk menyampaikan perasaan, ceritera bahkan

keinginan. Gerak tari dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya lemah gemulai yang

menyimbolkan kelembutan dan penuh perasaan dalam menari, patah-patah yang

menyimbolkan kekuatan dan ketegasan serta gerak tari yang dilakukan secara dinamis

yang menyimbolkan semangat yang tinggi, lincah dan bertenaga, Tari Gaplek ini

termasuk pada gerak yang dinamis dan energik, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada Tari Gaplek, adapun makna yang terkandung dalam tarian

ini disimbolkan pada cerecet sebagai property pada tarian Gaplek ini yang memiliki

pesan-pesan didalamnya, selanjutnya pada rias dan busananya yang terkesan sangat

mencolok dengan warna-warna yang terkesan meriah. Simbol pada tata rias wajah

dapat dilihat dari wajah penari setelah diriasnya, fungsinya sendiri antara lain untuk

mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang dibawakannya dan khususnya

untuk memperkuat ekspresi, sehingga dapat menambah daya tarik pada saat

penampilan.

Simbol pada rias busana dapat dilihat dari warna-warna yang digunakan seperti

yang dipaparkan dalam tari Gaplek cenderung memakai busana dengan warna yang

mencolok sehingga terkesan meriah, warna-warna yang mencolok. Hal ini dapat

menjadi alasan penguat untuk meneliti tari Gaplek karya Mas Nanu Muda karena

simbol tidak akan lepas dengan makna, apabila ada simbol disitu pasti memiliki makna.

(7)

Seluruh ciri-ciri kompleks yang dipakai orang untuk menandai identitas mereka terdiri dari sesuatu yang telah saya sebut sebagai gaya. Gaya sebagaimana saya batasi, tersusun dari simbol, bentuk, dan orientasi nilai yang mendasarinya. Bentuk dan simbol terang-terangan memasukan pakaian,bahasa, musik, tari, tipe rumah dan agama.

Maka dari itu, penting bagi peneliti untuk meneliti suatu tarian berdasarkan simbol

yang terdapat di dalamnya, karena hal tersebut adalah rangkaian dalam sebuah proses

pemaknaan sebuah karya tari, jika dalam tari memiliki simbol dan makna hal ini sama

sebagaimana bahasa atau makna didalam tari dapat diterjemahkan dalam kata-kata,

melainkan tari sebagai identitas pada masyarakatnya.

Di Kota Bandung banyak sekali sanggar tari yang salah satunya terdapat di

kabupaten Bandung Barat yaitu Padepokan Kalang Kamuning yang dipimpin oleh

Yanto Susanto, beliau adalah seniman sukses di Kabupaten Bandung Barat. Padepokan

Kalang Kamuning ini dibentuk pada tahun 2007 dan berlokasi di desa Cihideung

kecamatan Parongpong kabupaten Bandung Barat. Padepokan Kalang Kamuning

mempunyai murid yang kurang lebih berjumlah 60 siswa,terdiri dari jenjang TK sampai

perguruan tinggi, prestasi-prestasi yang diraih oleh Padepokan Kalang Kamuning ini

sangat gemilang salah satunya adalah Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia

dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia,

dan masih banyak Penghargaan yang diraih oleh Padepokan Kalang Kamuning. Pada

awal pembelajaran di Padepokan Kalang Kamuning diberi materi Kembang Tanjung

sebagai tarian dasar dan pada tingkatan mahir diberi materi tarian Gaplek karya Mas

Nanu Muda.

Dalam pemaparan ini peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam

tentang analisis Simbol dan Makna mengingat pada saat ini masyarakat atau pelajar di

bidang Seni Tari banyak mengetahui tentang tarian akan tetapi tidak pada Simbol dan

Makna tarian tersebut, jarang sekali masyarakat atau pelajar dalam bidang tari yang

mendalami tentang hal tersebut, dimana pada saat ini orang hanya bisa menarikan suatu

tarian tanpa mengetahui apa isi simbol dan makna pada tarian tersebut. simbol dan

makna yang terdapat dalam sebuah tarian sangat menarik untuk diungkap, simbol dan

makna akan memberikan manfaat-manfaat bagi masyarakat di sekitar, yang

menjadikannya sebagai identitas bagi daerah tersebut tepatnya di kota Bandung yang

(8)

itu peneliti pun diharapkan mampu mempublikasikan atau memberi gambaran kepada

masyarakat, seniman, ataupun pelajar di bidang Seni Tari bahwa simbol dan makna

dalam tarian ini sangat dibutuhkan dalam proses penciptaan tari, sehingga dapat

memberikan inspirasi ataupun catatan pribadi dan referensi dalam memahami simbol

dan makna yang terkandung dalam sebuah tarian. Hal ini bertujuan untuk

mengembangkan dan melestarikan tarian ini, sehingga kembali berkembang.

Berdasarkan dari berbagai pemaparan tersebut di atas, peneliti berfikir bahwa dari

komponen struktur koreografi, rias dan busana dalam tari Gaplek memiliki simbol dan

makna yang terkandung didalamnya, peneliti akan mencoba mendeskripsikan simbol

dan makna pada struktur koreografi, rias dan busana serta menganalisis dan memahami

simbol dan makna geraknya secara terperinci. Hal inilah yang akan peneliti jadikan inti

dari penelitiannya, dengan multidisiplin ilmu yang dapat mendukung dalam proses

analisis, dan peneliti berharap dapat menganalisis simbol dan makna tari Gaplek karya

Mas Nanu Muda dengan terperinci dan jelas.

Dari pemaparan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih

dalam mengenai Makna dan Simbol pada Tari Gaplek. untuk itu peneliti mengangkat judul

Analisis Makna dan Simbol pada Tari Gaplek Karya Mas Nanu Muda Di

Padepokan Kalang Kamuning”. Dengan adanya penelitian terhadap analisis teks dan konteks dengan pendekatan multidisiplin pada tari Gaplek ini, diharapkan masyarakat

khususnya di bidang pendidikan seni tari akan mengetahui Simbol dan Makna pada Tari

Gaplek menurut analisis teks dan konteks tersebut.

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah penelitian di atas, maka

peneliti mengidentifikasi beberapa masalah penelitian yang berhubungan dengan “Analisis

Simbol dan Makna pada Tari Gaplek Karya Mas Nanu Muda di Padepokan Kalang Kamuning”, antara lain adalah Simbol dan Bentuk Gerak, Rias dan Busana Serta Makna dalam Tarian Gaplek, selain itu Tari Gaplek merupakan tarian perkembangan dari Tari

(9)

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan pada masalah yang telah diidentifikasi, peneliti merumuskan

beberapa permasalahan yang terdapat dalam Tari Gaplek Karya Mas Nanu Muda di

Padepokan Kalang Kamuning. Mengenai Makna dan Simbol dalam Tari Gaplek. Untuk

mempermudah penelitian ini, maka Rumusan penelitian disusun dalam bentuk pertanyaan,

seperti berikut :

1. Bagaimana Simbol dan Makna pada Struktur Koreografi Tari Gaplek Karya Mas Nanu

Muda di Padepokan Kalang Kamuning?

2. Bagaimana Simbol Dan Makna Pada Rias dan Busana Tari Gaplek Karya Mas Nanu

Muda di Padepokan Kalang Kamuning?

D. TUJUAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka dalam melakukan

suatu kegiatan penelitian ilmiah tentu memiliki tujuan dan harapan yang ingin dicapai

adalah sebagai berikut :

1.Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang

ada di lapangan, dan untuk menganalisis Makna dan Simbol dalam Tari Gaplek karya Mas

Nanu Muda di Padepokan Kalang Kamuning dengan pendekatan Etnokoreologi. Selain itu

tujuan umum dari penelitian ini yakni untuk pelestarian budaya khususnya di kota Bandung

sebagai bahan apresiasi bagi pelaku seni, pelajar, mahasiswa dan masyarakat di kota

Bandung pada umumnya.

2.Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempublikasikan Simbol dan

Makna dari Tari Gaplek karya Mas Nanu Muda di Padepokan Kalang Kamuning dengan

menggunakan pendekatan Multidisiplin. Seperti yang dipaparkan dalam rumusan masalah

mengenai Simbol dan Makna yang terdapat pada Struktur Koreografi, Rias dan Busana

(10)

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sarana pengetahuan bagi para

pembacanya. Adapun beberapa manfaat dapat dipaparkan sebagai berikut :

1.Manfaat dari Segi Teori (Teoretis)

Secara teorietis penelitian ini dapat berguna sebagai sarana pengetahuan bagi para

pembacanya.

2.Manfaat dari Segi Praktik

Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Peneliti

Penelitian dapat memperoleh pengetahuan baru mengenai Simbol dan Makna

pada Struktur Koreografi serta Rias dan Busana tari Gaplek karya Mas Nanu Muda di

Padepokan Kalang Kamuning dan lebih meningkatkan rasa cinta terhadap seni tari tradisi

dan kepekaan pada seni tari.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Menambah kepustakaan Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung, sehingga

dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa lain.

c. Para pelaku Seni dan Seniman Tari

Sebagai bahan inspirasi yang dapat bermanfaat bagi para pelaku seni dan

seniman, sehingga menjadi inspirasi dalam menciptakan karya seni.

d. Masyarakat di Kota Bandung

Sebagai bahan apresiasi seni tradisi, dan menjadikan masyarakat lebih peduli

terhadap Tari Tradisi, sehingga memberikan pembelajaran tari yang bermanfaat bagi

masyarakat. Dan berkontribusi terhadap pendokumentasian dan pertunjukan kesenian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Peranan Pendidikan Islam dalam Proses Islamisasi di Indonesia sangat tinggi dan merupakan kunci utama dalam proses islamisasi yang

[r]

Sistem sosial dalam model ini cukup terukur. Guru memiliki tanggungjawab, paling tidak pada awal permainan, untuk memulai tahap-tahap dan membimbing siswa melalui

Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa 199 Dengan terwujudnya cita-cita pendidikan di atas diharapkan siswa mampu meningkatkan prestasi

[r]

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menjelaskan bentuk-bentuk kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama alangkah lucunya negeri ini Karya

126 Peran Agama dan Pendidikan Agama Islam sebagai Solusi … Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai-nilai dan