• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BERITA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA & PENGUMUMAN

Coorprate Social Responsibility, Kewajiban ataukah sebatas pencitraan?

8/7/2015 08: 338

Pengertian CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah kewajiban yang dibebankan pada Perseroan Terbatas melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat (1) UU 40 tahun 2007 ini menjelaskan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dengan adanya Undang-Undang ini, industry atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, namun kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan.

Adapun menurut kalangan akademisi Baker (2003) mengungkapkan bahwa CSR is about how companies manage business processes to produce an overall positive impact in on society . “CSR adalah tentang bagaimana perusahaan mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif secara keseluruhan pada masyarakat”

Sedangkan dari kalangan bisnis Adidas Group (2005) we arededicated to socially responsible, safe and environmentally sustainnable practice in the company and supply chain and to enhancing the value of our brands by : guaranteeing the ideals of the company for the consumer and for those making our products; strethening our image and reputations; making the supply chain more effective and helping to provide a long-term future suport

“ Kami berdedikasi untuk praktek tanggung jawab sosial, aman dan keberlanjutan lingkungan di perusahaan dan rantai pasokan dan untuk meningkatkan nilai merek kami dengan: menjamin cita-cita perusahaan untuk konsumen dan untuk mereka yang membuat produk kami; strethening gambar dan reputasi kita; membuat rantai pasokan yang lebih efektif dan membantu untuk memberikan suport masa depan jangka panjang”.

(2)

(Suharto, 2010, h.123) yaitu : ”Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi konstribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan kluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.”

Berbagai macam definisi CSR diatas dapat kita simpulkan sebagai suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Peraturan CSR di Indonesia

Saat ini baru terdapat 4 (empat) aturan hukum yang mewajibkan perusahaan tertentu melaksanakan aktivitas CSR atau tanggungjawab sosial dan lingkungan, serta satu panduan (guidance) internasional mengenai tanggungjawab berkelanjutan (sustainability responsibility),diantaranya:

Pertama, bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) wajib melaknasakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN: Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina Lingkungan, meliputi: bantuan korban bencana alam; bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;bantuan peningkatan kesehatan; bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;bantuan sarana ibadah; dan bantuan pelestarian alam.

(3)

diatur dalam UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007. Dimana dalam pasal 74 diatur bahwa : (1)Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, (2)Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ketiga, bagi penanaman modal asing, diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, daalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa "Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan". Sanksi-sanksi terhadap badan usaha atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi administratif dan sanksi lainnya, meliputi: (a). Peringatan tertulis; (b). pembatasan kegiatan usaha; (c). pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau (d). pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal

Keempat, bagi perusahaan pengelola minyak dan gas bumi, terikat oleh Undang-undang No 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi, Pasal 13 ayat 3 (p), menyebutkan bahwa: ”Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu : (p). pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat”. Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut, perusahaan yang operasionalnya terkait Minyak dan Gas Bumi baik pengelola eksplorasi maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat dan menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan.

Kelima, ISO 26000, merupakan standar internasional dalam bidang Corporate Social Responsibility. Di dasarkan pada Pemahaman bahwa Sosial Responsibility sangat penting bagi keberlanjutan usaha. Fokus ISO adalah tata kelola organisasi, Hak Asasi manusia (HAM),ketenagakerjaan, lingkungan, fair operating /praktek operasi yang adil, isu konsumen dan Pengembangan masyarakat. ISO sendiri bertujuan membantu berbagai bentuk organisasi dalam pelaksanaan social responsibility. Dengan cara memberikan pedoman praktis, serta memperluas pemahaman publik terhadap social responsibility.

(4)

bersama Pemerintah Pusat. Sedangkan peran pemerintah daerah adalah melakukan monitoring dengan perangkat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Sosial (Amdalsos) dan mengkaji sejauhmana perusahaan mampu memberikan manfaatnya kepada stakeholder dalam hal ini masyarakat setempat. Pemda tidak berkewenangan dalam mengatur CSR yang merupakan urusan program perusahaan terlebih masalah pengelolaan dananya, kecuali menjalin kerjasama antarstakeholder didasarkan pada program dan skala prioritas yang sama terkait upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.

Prinsip 3-P dalam memandang konsep CSR

 People : Meliputi Aspek Sosial, yaitu pemberdayaan sosial yang dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah perusahaan baik itu berupa bangunan sarana dan prasarana fasilitas publik, maupun pelatihan serta pendidikan yang diberikan kepada masyarakat untuk memberdayakan masyarakat sekitar serta berupa donatur sebagai dana filantrophy (kedermawanan) pihak perusahaan bagi masyarakat sekitar.

 Planet : Meliputi Aspek Lingkungan, wilayah tempat perusahaan tersebut bernaun sehingga pihak perusahaan wajib menjaga ekologi/ kelestarian sumber daya alam sekitar, keberlangsungan pembangunan berkelanjutan terhadap wilayah yang didiami oleh perusahaan tersebut, sehingga tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan pada saat itu saja serta tidak hanya mengambil keuntungan dari sumber daya alam yang ada disana tetapi menjaga ekologi untuk berkelanjutan dimasa mendatang, baik itu penghijauan, penanaman pohon, penyaringan air limbah dll.

 Profit : Meliputi Aspek Ekonomi yaitu berupa keuntungan dari segi ekonomi untuk pihak perusahaan, agar tetap sustainibility / keberlanjutan perusahaan dan juga karyawan perushaan tersebut.

(5)

baik bagi perusahaan itu, padahal yang diberikan sebagai rasa tanggung jawab dari perusahaan tersebut adalah dana atau bantuan secara materi langsung kepada masyarakat namun tidak memandang proses pemberdayaan sebagai konsep penting dalam CSR.

Selain itu kebanyakan bantuan yang diberikan tidak berdasarkan atas asa kebutuhan masyarakat tersebut, apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan oleh masyarakat sekitar. Sebaiknya pemberian bantuan tidak hanya bersifat bantuan langsung secara tunai saja namun lebih kepada proses pemberdayaan kepada masyarakat sekitar, baik itu berisfat sarana prasarana publik, maupun pelatihan ketrampilan dan edukasi bagi masyarakat demi keberlangsungan masyarakat kedepan.

Sebuah program CSR lingkungan hidup yang dilakukan perusahaan seharusnya setelah melakukan program juga melakukan evaluasi dan monitoring yang tentu tidak dilakukan oleh perusahaannya sendiri, "Lebih baik dilakukan oleh orang luar seperti universitas, Lembaga Swadaya Masyarakat ataupun lembaga pemerintah sehingga dapat terkontrol apakah perusahan telah melakukan sesuai dengan kriteria yang ditentukan atau apakah ada penyimpangan dari CSR perusahaan tersebut yang nantinya menjadi materi evaluasi dari program CSR tersebut kedepan.

Berkaitan dengan dengan pandangan saya tentang konsep CSR yang menganalisis sebagai kewajiban atau hanya wujud pencitraankah kebijakan CSR tersebut, maka dengan model analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 (dua) faktor utama yang berpengaruh cukup signifikan terhadap kebijakan tersebut. Kedua faktor tersebut yaitu faktor internal dan eksternal dari pihak perusahaan. Kekuatan dan kelemahan adalah faktor internal perusahaan yang berpengaruh terhadap kebijakan, sedangkan peluang dan hambatan adalah faktor eksternal dari perusahaan yang juga berpengaruh terhadap kebijakan yang dibuat. Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor internal

Strength, (Kekuatan) :

(6)

mengembangkan kebijakan CSR terhadap pembangunan masyarakat dan dalam wujud pelestarian lingkungan sekitar .

Weakness, (Kelemahan) :

Masih lemahnya komitmen bersama dari pemegang saham dan pemilik perusahaan untuk menjalankan program CSR bagi masyarakat sekitar, baik dari segi anggaran maupun dari segi pemberdayaan yang dilakukan.

Faktor eksternal

Opportunity, (Peluang) :

Adanya Peraturan Perundang-undangan dan peraturan internasional yang mendukung kebijakan tentang diberlakukannya CSR disetiap perusahaan – perusahaan sebagai wujud rasa tanggungjawab bersama dalam membangun masyarakat dan melestarikan lingkungan.

Threats (Hambatan) :

(7)

Sumber : http://www.beritalingkungan.com/2012/12/melirik-csr-sebagai-solusi-masalah.html

http://www.academia.edu/8147015/CORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILITY_CSR _

http://www.ibrc.indiana.edu/ibr/2011/spring/article2.html

Oleh Ika Ayudya Pratiwi

Referensi

Dokumen terkait

dari latar belakang masalah tersebut, diperlukan adanya sumber belajar tambahan yang dapat menjelaskan fisika secara multirepresentasi yaitu berupa media cetak

Besarnya kompensasi pegawai yang bekerja di lapangan berbeda dengan pekerjaan yang bekerja dalam ruangan, demikian juga kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda

8.1 Penyebutharga wajib mengemukakan surat akuan pembida seperti di lampiran bersama-sama dengan Dokumen Sebut harga di mana ia berwaad untuk tidak akan menawarkan

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang

Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan dan rasio hutang terhadap perubahan laba PT Aqua Golden Missisippi Tbk, dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel

Merasakan diri pulih sepenuhnya setelah menjalani pemulihan dipusat serenti ini dan bersyukur kerana tidak terlibat dengan dadah yang lebih berat seperti heroin

Zoning Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat dibedakan menjadi 4, yaitu: zona penerimaan, zona pengunjung, zona pengelola dan zona servis yang di tata sedemikian

secara bersama. Empat pilar ini menyiratkan bahwa pendidikan moral dan etika haruslah dilakukan melalui pembinaan secara terus menerus sampai terjadi internalisasi