BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1 KERANGKA TEORI
GAMBAR 3.1 : KERANGKA TEORI
Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah penyakit jantung pada arteri koroner
disebabkan oleh aterosklerosis klasifikasi :
Angina pektoris tak stabil (APTS)
Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI)
Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
b) dapat dimodifikasi :-
Merokok
Kadar lemak yang abnormal
Tekanan darah yang tinggi
Aktivitas fisik yang kurang
Berat badan berlebihan
Diabetes melitus
Faktor resiko 2)pendukung
Stress
Alkohol
3.2 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang
gambaran profil pasien penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik, Medan.
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas maka kerangka konsep dari penelitian ini
adalah :
GAMBAR 3.2 : KERANGKA KONSEP PENILITIAN
Pasien dengan sindroma koroner akut (SKA)
Profil pasien
Jenis kelamin
Umur
IMT
Dislipidemia
Hipertensi
Merokok
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
untuk melihat profil pasien sindroma koroner akut dengan rancangan penelitian cross
section. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rekam medis, yang merupakan
data sekunder dari pasien sindroma koroner akut yang berobat di RSUP H. Adam
Malik pada tahun 2015.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik. Waktu pengambilan dan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2016 hingga November 2016.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh pasien dengan diagnosis sindroma koroner akut (SKA) yang
dirawat di unit rawat kardiovaskular RSUPH. Adam Malik selama periode Januari
2015 sampai Desember 2015.Besar sampel yang digunakan ialah dengan metode total
sampling dimana semua populasi yang sesuai dengan penelitian diguna sebagai
sampel.
4.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dari penelitian adalah seluruh pasien sindroma koroner akut yang
4.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah bila rekam medis tidak memiliki data yang lengkap .
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
rekam medis di RSUPH. Adam Malik Medan. Dari data sekunder tersebut dilakukan
observasi untuk mengetahui faktor resiko masing-masing pasien Sindroma Koroner
Akut (SKA).
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan
menyamakan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian.
1) Sindrom Koroner Akut (SKA) : peyakit jantung disebabkan aterosklerosis
pada arteri koroner
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Tipe SKA (STEMI, NSTEMI dan APTS)
Skala Ukur : Nominal
Profil pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari :
2) Umur : lama waktu hidup pasien sejak lahir sampai ulang tahun
terakhir yang sesuai dengan rekam medis
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : < 40 tahun, 40- 59 tahun dan >60 tahun
Skala Ukur : Rasio
3) IMT (Indeks Massa Tubuh) : Hasil pembagian antara berat (kg) dan kuadrat
tinggi badan (m2)
Cara Ukur : Perhitungan
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Kurus <17.5kg/m2, Normal = 17,5-23,99kg/m2,
Overweight = 24-26,99kg/m2, Obese ≥ 27kg/m 2
Skala Ukur : Ordinal
4) Dislipidemia : Kadar kolesterol umumnya meningkat sedangkan
trigliserida bervariasi dari normal sampai sedikit meninggi.
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Hasil dikelompokan berdasarkan pasien dislipidemia atau
tidak
Skala Ukur : Nominal
5) Hipertensi : Tekanan darah sistolik >139 mmHg dan atau, tekanan
darah diastolik >89mmHg
Cara Ukur : Observasi
Skala Ukur : Nominal
Hasil Ukur : Hasil dikelompokan berdasarkan pasien derita hipertensi
atau tidak.
6) Merokok : Pasien yang derita SKA dan ada kebiasaan merokok atau
tidak seperti yang tertulis di dalam rekam medis.
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Merokok atau tidak
Skala Ukur : Ordinal
7) Diabetes melitus : penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi kerana kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya
dengan KGD puasa >126mg/dl, KGD 2jam PP >180mg/dl, KGD sewaktu
>140mg/dl
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : Pasien mempunyai diabetes mellitus atau tidak
Skala Ukur : Nominal
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan diperiksa dan diolah dengan bantuan program komputer
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 6 November sampai 14 November 2016 di RSUP Haji Adam Malik, Medan dengan total
sampel sebanyak 202 orang.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah
Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 335/Menkes/SK/VII/1990.Rumah sakit ini sebagian besar
adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar dan luas dengan hubungan khusus ke
Fakultas kedokteran, rumah sakit ini yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik.
RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no.17, Medan, terletak di
kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik
ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1km dari Jalan Jamin Ginting
yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi.
5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita
sindroma koroner akut yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa
waktu 1 Januari 2015 - 31 Desember 2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi.
5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut
Tipe SKA Frekuensi (n) Persentase (%)
STEMI 106 52,5
NSTEMI
APTS
27
69
13,4
34,1
Total 202 100,0
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut pasien. Berdasarkan
data pada Tabel 5.1 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI yaitu 106 (52,5,0%) orang,
terendah adalah tipe NSTEMI yaitu 27 (13,4%) orang dan diikuti dengan tipe APTS
5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma
Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Jenis Kelamin
Tipe SKA
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Wanita
n % n % n %
STEMI 73 50,0 33 58,9 106 52,5
NSTEMI 19 13,0 8 14,3 27 13,4
APTS 54 37,0 15 26,8 69 34,1
Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan jenis kelamin
pasien. Berdasarkan data pada Tabel 5.2 frekuensi tertinggi adalah tipe STEMI pada
laki-laki yaitu 73 (50,0%) orang dan 33 (58,9%) pasien wanita. Diikuti dengan tipe
APTS yaitu seramai 54 (37,0%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita.
Seramai 19 (13,0%) pasien laki-laki dan 8 (14,3%) pasien wanita yang didiagnosa
5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut Dengan Usia
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Tipe Sindroma Koroner Akut dengan Usia
Tipe SKA
Usia
Total
<40 40-59 >60
n % n % n % n %
STEMI 2 66,7 52 46,0 52 60,5 106 52,5
NSTEMI 1 33,3 14 12,4 12 14,0 50 13,4
APTS 0 0 47 41,6 22 25,5 46 34,1
Total 3 100,0 113 100,0 86 100,0 202 100,0
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan tipe sindroma koroner akut dengan usia pasien.
Berdasarkan data pada tabel 5.3 frekuensi terbanyak dari kelompok usia 40-59 yaitu 52
(46,0%) pasien dan kelompok usia >60 seramai 52 (60,5%) pasien yang didiagnosa
dengan STEMI. 47 (41,6%) pasien dari tipe APTS dari kelompok usia 40-59, diikuti
kelompok usia >60 yang didiagnosa dengan tipe APTS seramai 22 (25,5%) pasien. 14
(12,4%) pasien didiagnosa dengan tipe NSTEMI dari kelompok usia 40-59 dan
seramai 12 (14,0%) pasien dari kelompok usia >60. Terakhir adalah 2 (66,7%) pasien
dari kelompok usia <40 yang didiagnosa dengan tipe STEMI dan 1 (33,3%) pasien dari
5.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 146 72,3
Wanita 56 27,7
Total 202 100,0
Table 5.4 yang menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa
dengan sindroma koroner akut berdasarkan jenis kelamin pasien. Berdasarkan data
tabel 5.4 jumlah pasien laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien
perempuan. Di mana jumlah pasien laki-laki seramai 146 orang (72,3%) dan jumlah
pasien wanita seramai 56 orang (27,7%).
5.1.7 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kelompok Usia
Usia
Laki-laki Wanita Total
n % n % n %
<40 3 2,0 0 0 3 1,5
40-59 87 59,6 26 46,4 113 56,0
>60 56 38,4 30 53,6 86 42,5
Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0
Tabel 5.5 yang menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa
dengan sindroma korone akut berdasarkan kelompok usia pasien. Jumlah pasien yang
paling sedikit dijumpai dalam kelompok usia <40 tahun yaitu 3 orang (1,5%), jumlah
paling banyak pasien dijumpai dalam kelompok usia >60 tahun yaitu 93 orang (46,0%)
dan kelompok usia 50-59 tahun yaitu 73 orang (36,1 %) dan diikuti dengan pasien dari
kelompok usia 40-49 yaitu 33 orang (16,3 %).
5.1.8 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan IMT
IMT Frekuensi Persentase (%)
Kurus 30 14,9
Normal 89 44,0
Overweight 45 22,3
Obese 38 18,8
Total 202 100,0
Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) pasien. Jumlah pasien
paling banyak dijumpai dalam kelompok normal seramai 89 (44,0%) orang. Diikuti
oleh kelompok overweight berjumlah 45 (22,3%) orang dan obese seramai 38 (18,8%)
5.1.9 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia
Dislipidemia Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 124 61,4
Tidak 78 38,6
Total 202 100,0
Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan dislipidemia. Berdasarkan data pada Tabel 5.7 124
pasien (61,4%) mempunyai dislipidemia dan 78 pasien (38,6 %) tidak mempunyai
dislipidemia.
5.1.10 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Jenis Kelamin
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Jenis Kelamin
Dislipidemia
Jenis Kelamin
Total
Laki-laki Wanita
n % n % n %
Ya 109 74,7 15 26,8 124 61,4
Tidak 37 25,3 41 73,2 78 38,6
Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0
Tabel 5.8 menunjukkan distribusi frekuensi dislipidemia berdasarkan jenis
kelamin. Seramai 109 (74,7%) pasien laki-laki dan 15 (26,8%) pasien wanita yang
mempunyai dislipidemia. Seramai 37 (25,3%) pasien laki-laki dan 41 (73,2%) pasien
wanita yang tidak mempunyai dislipidemia.
5.1.11 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Usia
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Dislipidemia Dengan Usia
Dislipidemia
Usia
Total
<40 40-59 >60
n % n % n % n %
Ya 3 2,4 66 53,2 55 44,4 124 61,4
Tidak 0 0 47 60,3 31 39,7 78 38,6
Total 3 1,5 113 55,9 86 42,6 202 100,0
Tabel 5.9 menunjukkan tabel distribusi frekuensi dislipidemia berdasarkan usia
pasien sindroma koroner akut. Berdasarkan data kelompok usia 40-59 tahun
mempunyai pasien yang paling tinggi mempunyai dislipidemia yaitu 113 (55,9%)
pasien diikuti oleh kelompok usia >60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien dan paling rendah
adalah dari kelompok usia <40 tahun yaitu 3 (1,5%) pasien yang mempunyai
5.1.12 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Profil Lipid
Tabel 6.0 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Profil Lipid
Profil Lipid Frekuensi (n) Persentase (%)
Trigliserida
Tabel 6.0 menunjukkan distribusi frekuensi profil lipid. Profil lipid terdiri dari
trigliserida, HDL, LDL dan kolesterol total. Seramai 120 (59,4%) pasien yang
mempunyai kadar trigliserida yang abnormal dan diikuti oleh 82 (40,6%) pasien yang
kadar trigliserida normal.
Menurut data dari tabel 6.0 , pasien yang mempunyi kadar HDL berjumlah
berjumlah 104 (51,5%) orang. Bagi kadar LDL pulak seramai 111 (55,0%) pasien yang
mempunyai kadar LDL yang abnormal dan 91 (45,0%) pasien yang mempunyai kadar
LDL yang normal.
111 (55,0%) pasien yang mempunyai kadar kolesterol total yang abnormal dan
91 (45,0%) pasien yang mempunyai kadar kolesterol yang normal.
5.1.13 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus
Diabetes Melitus Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 136 67,3
Tidak 66 32,7
Total 202 100,0
Tabel 6.1 menunjukkan data frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan diabetes melitus. Dari tabel 6.1, seramai 136 (67,3%) orang pasien yang
didiagnosa dengan diabetes melitus dan 66 (32,7%) orang pasien tidak menghidap
5.1.14 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Dengan Jenis Kelamin
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus dengan Jenis Kelamin
Diabetes melitus
Tabel 6.2 menunjukkan data distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan diabetes melitus dan jenis kelamin. Dari tabel dapat diinterpretasikan
bahwa 99 (67,8%) orang pasien laki-laki dan 37 (66,1%) orang pasien wanita yang
menderita diabetes melitus. 47 (32,2%) pasien laki-laki dan 19 (33,9%) pasien wanita
yang tidak mempunyi diabetes melitus.
5.1.15 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus Dengan Usia
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Diabetes Melitus dengan Usia
Tabel 6.3 menunjukkan distribusi sampel sindroma koroner akut berdasarkan
diabetes melitus dan usia. Dari data di tabel 6.3 menunujukkan kelompok usia 40-59
tahun paling ramai mempunyai diabetes melitus yaitu 72 (63,7%) orang, diikuti dari
kelompok usia >60 tahun berjumlah 62 (72,1%) orang dan paling sedikit dari
kelompok usia <40 tahun yaitu 2 (66,7%) orang pasien yang didiagnosa dengan
diabetes melitus.
Sebanyak 41 (36,3%) orang dari kelompok usia 40-59 tahun tidak mempunyai
diabetes melitus, diikuti kelompok usia >60 tahun seramai 24 (27,9%) orang dan
terakhir kelompok usia <40 tahun yaitu 1 (33,3%) orang yang tidak mempunyai
diabetes melitus.
5.1.16 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi
Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi
Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 159 78,7
Tidak 43 21,3
Total 202 100,0
Tabel 6.4 menunjukkan distribusi frekuensi sampel yang didiagnosa dengan
sindroma koroner akut berdasarkan hipertensi. Berdasarkan data pada Tabel 6.4, 159
(78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43 (21,3 %) pasien yang tidak mempunyai
5.1.17 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Dengan Jenis Kelamin
Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi dengan Jenis Kelamin
Hipertensi
Jenis Kelamin
Total
Laki-laki Wanita
n % n % n %
Ya 120 82,2 39 69,6 159 78,7
Tidak 26 17,8 17 30,4 43 21,3
Total 146 100,0 56 100,0 202 100,0
Tabel 6.5 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan hipertensi dengan jenis kelamin. Data menunjukkan ramai pasien laki-laki
yang mempunyai hipertensi yaitu 120 (82,2%) orang, diikuti dengan 39 (69,6%) pasien
wanita. Seramai 17 (30,4%) pasien wanita yang tidak mempunyai hipertensi diikuti
dengan pasien laki-laki yaitu 26 (17,8%) orang yang tidak mempunyai hipertensi.
5.1.18 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi Dengan Usia
Tabel 6.6 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Hipertensi dengan Usia
Hipertensi
Usia
<40 40-59 >60 Total
n % n % n % n %
Ya 3 100,0 113 100,0 43 50,0 159 78,7
Tidak 0 100,0 0 0 43 50,0 43 21,3
Tabel 6.6 menunjukkan data distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan hipertensi dengan usia. 113 (100,0%) pasien yang mempunyai hipertensi
dari kelompok usia 40-59 tahun, diikuti dengan kelompok usia >60 tahun yaitu 43
(50,0%) orang dan 3 (100,0%) orang dari kelompok usia <40 tahun.
Bagi kelompok pasien yang tidak mempunyai hipertensi pulak paling ramai dari
kelompok usia >60 tahun yaitu 43 (50,0%) orang dan tiada pasien dari kelompok usia
49-50 tahun dan <40 tahun.
5.1.19 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Merokok Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 109 54
Tidak 93 46
Total 202 100,0
Tabel 6.7 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan kebiasaan merokok. Dari tabel dapat disimpulkan 109 (54%) pasien yang
mempunyai kebiasaan merokok dan 93 (46%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan
5.1.20 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dengan Jenis Kelamin
Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok dengan Jenis Kelamin
Merokok
Tabel 6.8 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan kebiasaan merokok dengan jenis kelamin. Mengikut data sebanyak 108
(74%) pasien laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok diikuti oleh 1 (1,8%)
pasien wanita.
Sebanyak 55 (98,2%) pasien wanita yang tidak mempunyai kebiasaan merokok
dan diikuti dengan 38 (26%) pasien laki-laki.
5.1.21 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dan Usia
Tabel 6.9 Distribusi Frekuensi Sampel Sindroma Koroner Akut Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dan Kelompok Usia
Tabel 6.9 menunjukkan distribusi frekuensi sampel sindroma koroner akut
berdasarkan kebiasaan merokok dengan kelompok usia. Kelompok usia yang paling
ramai mempunyai kebiasaan merokok yalah dari kelompok usia 40-59 tahun berjumlah
68 (60,2%), diikuti oleh kelompok usia >60 tahun berjumlah 38 (44,2%) orang dan 3
(100,0%) orang dari kelompok usia <40 tahun. Seramai 48 (55,8%) orang pasien dari
kelompok usia >60 tahun tidak mempunyai kebiasaan merokok, diikuti oleh 45
5.1.22 Distribusi Frekuensi Sampel Yang Didiagnosa Dengan SKA Berdasarkan Semua Faktor Resiko
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian ini didapatkan gambaran pasien sindroma koroner akut
(SKA) yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 paling
banyak dalam kelompok tipe STEMI yaitu 106 (52,5%) pasien, diikuti dengan tipe
APTS 69 (34,1%) pasien, dan tipe NSTEMI seramai 27 (13,4%) pasien. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Ranjith et al., (2011), kejadian SKA tipe STEMI terbanyak
yaitu (75%).47 Penelitian oleh Zahara et al.,(2013) juga menunjukkan hasil yang sama
bahwa gambaran kejadian SKA terbanyak adalah kejadian tipe STEMI.48
Berdasarkan hasil penelitian, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam
Malik, Medan 2015 lebih banyak adalah laki-laki yaitu 146 (72,3%) pasien dibanding
dengan pasien wanita 56 (27,7%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Ariandiny et al., (2014) dimana pasien laki-laki berjumlah 65 (74%) orang dan pasien
wanita berjumlah 23 (26%) pasien.49 Hal ini disebabkan karena resiko aterosklerosis
lebih besar pada laki-laki daripada wanita. Menurut Zahara et al.,(2013) hal ini terjadi
karena sebelum menopause, pembuluh darah wanita dilindungi estrogen.48
Dari hasil penelitian, usia pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji Adam
Malik, Medan 2015 yang terendah dari kelompok umur < 40 tahun yaitu 3 (1,5%)
pasien, terbanyak dari kelompok usia 40-59 yaitu 113 (55,9%) pasien, diikuti oleh
kelompok usia >60 tahun yaitu 86 (42,6%) pasien. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Zahara et al.,(2013) bahwa kejadian sindrom koroner akut terendah pada
kelompok usia >40 tahun yaitu 2 (2,04%) pasien, kelompok usia 40-60 tahun paling
tinggi yaitu 57 (58,16%) pasien, dan >60 tahun berjumlah 39 (39,94%) pasien. Insiden
sindroma koroner akut meningkat pada umur >45 tahun pada laki-laki dan umur >55
dengan pasien dalam kelompok overweight seramai 45 (22,3%) pasien, kelompok
obese seramai 38 (18,8%) pasien dan kelompok kurus 30 (14,9%) pasien. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di poliklinik jantung RSUD DR Moewardi Surakarta
menunjukkan bahwa IMT pasien penyakit jantung koroner terbanyak pada IMT
normal yaitu 12 (40%) pasien.49 Hal ini tidak kesesuaian dengan teori yang ada, yaitu
kejadian penyakit jantung koroner meningkat dengan meningkatnya IMT.50
Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji
Adam Malik, Medan 2015 yang mempunyai dislipidemia berjumlah 124 (61,4%)
pasien dan 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Zahara et al. (2013) bahawa 54 (55,1%) pasien mempunyai dislipidemia dan
44 pasien tidak mempunyai dislipidemia (44,9%). Dislipidemia yang terjadi akibat
peningkatan kolesterol yang menempel didalam pembuluh darah, sehingga terjadi
pengendapan kolesterol dalam pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerotik 48.
Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien sindroma koroner akut di RSUP Haji
Adam Malik, Medan 2015 seramai 159 (78,7%) pasien mempunyai hipertensi dan 43
(21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi. Hasil ini sesuai dengan penilitian yang
dilakukan oleh Ariandiny et al.,(2014) dimana 88 (60,6%) pasien mempunyai
hipertensi dan 57 (39,4%) pasien tidak mempunyai hipertensi.51 Hasil ini mendukung
teori bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab tejadinya sindroma koroner
akut. Hipertensi tinggi menetap akan menimbulkan trauma terhadap dinding pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner lebih
sering .51
Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut
RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 136 (67,3%) pasien mempunyai
diabetes mellitus dan 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Hal ini
sesuai dengan penelitian Torry et al.,(2013) dimana 18 (72%) pasien mempunyai
diabetes mellitus dan 7 (28%) pasien tidak mempunyai diabetes mellitus. Diabetes
menunjukkan prevalensi yang tinggi terhadap toleransi glukosa atau DM pada
penderita penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang
yaitu sebanyak 70% 53. Hal ini telah diidentifikasi dalam studi sebelumnya di mana
ukuran infark dikaitkan sesuai dari tingkat creatine kinase MB, kortisol, pelepasan
katekolamin dan peningkatan linear terkait glukosa darah. Kadar gula darah yang
tinggi dapat memicu trombosis, penurunan fibrinolisis, dan peningkatan respon
inflamasi sehingga memprcepat terjadinya atherosklerosis.54
Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor resiko pasien sindroma koroner akut
RSUP Haji Adam Malik, Medan 2015, seramai 109 (54,0%) pasien mempunyai
kebiasaan merokok dan 93 (46,0%) pasien yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Savia et al.,(2012) dimana
sebanyak 35 (63,6%) pasien mempunyai kebiasaan merokok dan 20 (36,4%) pasien
tidak mempunyai kebiasaan merokok.55 Hal ini sama dengan teori-teori yang
menyatakan bahawa merokok merupakan salah satu terjadinya sindroma koroner akut.
Merokok dapat mendorong perkembangan aterosklerosis, karena produksi radikal
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor resiko sindroma
koroner akut pasien RSUP Haji Adam Malik, Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015
- 31 Desember 2015 pada sampel 202 dan disimpulkan dibawah ini :
1. Angka kejadiam sindroma koroner akut tertinggi pada laki-laki yaitu seramai 146
(72,3%), dan wanita seramai 56 (27,7%) pasien.
2. Angka kejadian sindroma koroner akut tertinggi pada kelompok usia 40-59
tahun yaitu 113 (55,9%) pasien, terendah dijumpai dalam kelompok usia <40
tahun yaitu 3 (1,5%) pasien dan diikuti dengan kelompok usia >60 tahun yaitu
seramai 86 (42,6%) pasien.
3. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan indeks massa tubuh normal
adalah tertinggi sebanyak 89 pasien (44,0%), diikuti dengan overweight sebanyak
45 (22,3%) pasien dan obese sebanyak 38 (18,8%) pasien dan terendah adalah
kelompok kurus yaitu sebanyak 30 (14,9%) pasien.
4. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan dislipidemia sebanyak 124
(61,4%) pasien dan sebanyak 78 (38,6%) pasien tidak mempunyai dislipidemia.
5. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan hipertensi adalah sebanyak 159
(78,7%) pasien dan sebanyak 43 (21,3%) pasien tidak mempunyai hipertensi.
6. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan kebiasaan merokok adalah
sebanyak 109 pasien (54,0%) dan sebanyak 93 pasien (46,0%) tidak mempunyai
kebiasaan merokok.
7. Angka kejadian sindroma koroner akut dengan diabetes melitus adalah sebanyak
136 (67,3%) pasien, dan sebanyak 66 (32,7%) pasien tidak mempunyai diabetes
6.2 Saran
Dari pengamatan selama melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Diantaranya :
1. Peneliti berharap data-data rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan,
dicantumkan dengan semua hasil pemeriksaan dan interpretasi sehingga tidak ada
data yang hilang serta rekam medis diisi dengan rapi dan jelas. Ini untuk
memudahkan proses pengambilan data bagi peneliti-peneliti lain.
2. Peneliti berharap agar tenaga kesehatan dapat mencari idea-idea baru untuk
memberi edukasi bagi pasien-pasien SKA yang tersedia ada di instalasi jantung
terpadu, RSUP Haji Adam Malik, Medan.