BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk pengambilan data, akan dilakukan di Laboratorium Dasar Konversi Energi Listrik DTE. FT-USU, pada tanggal 14 - 16 September 2016, pukul 14.00 s/d 18.00 WIB.
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi :
- Tahap Persiapan
Tujuan dari tahap persiapan penelitian adalah untuk mengkoordinasikan agar saat penelitian dapat berjalan dengan lancar. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian, semua alat dan bahan yang akan digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.
b) Mengkondisikan obyek penelitian.
Obyek penelitian yang dimaksudkan disini adalah pengaruh suplai variasi tegangan kerja terhadap kinerja (torsi-putaran) dan temperatur motor induksi tiga fasa rotor belitan. Adapun langkah mengkondisikan obyek penelitian ini meliputi:
2) Memeriksa Power Supply dan Multimeter apakah sudah disetting dengan benar.
c) Mengkondisikan alat ukur.
Alat ukur sebagai alat pengambil data harus memiliki validitas yang baik. Untuk mendapatkan validitas yang baik alat ukur harus disetting sesuai dengan keadaan seperti skala operasi.
- Tahap Pengambilan Data
Tujuan dari tahap ini untuk memperoleh data penelitian yang meliputi torsi, kecepatan putaran, dan temperatur motor induksi.
3.3 Bahan & Peralatan
Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan peralatan dan bahan yang tersedia pada Laboratorium Dasar Konversi Energi Listrik DTE. FT-USU. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Motor induksi 3 fasa Tipe : rotor belitan Spesifikasi :
- AEG Typ C AM 112MU 4RI - Δ / Υ 220/ 380 V ; 10,7/ 6,2 A - 2,2 Kw, cos ϕ 0,67
- Kelas Isolasi : B
2. Power Suplai (AC dan DC) 3. Tachometer
5. Voltmeter
6. Thermometer Infrared
7. Stopwatch
8. Kabel secukupnya
3.4 Variabel yang diamati
Pada penelitian ini variabel yang diamati adalah
1. Persentasi batas tegangan kerja berdasarkan SPLN yang mencatu motor
2. Lamanya waktu operasi motor
3. Perubahan Temperatur yang terukur oleh thermometer infrared untuk setiap
perubahan persentasi batas tegangan kerja dan beban yang dipikul
4. Beban (tahanan) yang dipikul
5. Perubahan putaran yang terukur oleh tachometer untuk setiap perubahan
persentasi batas tegangan kerja dan beban yang dipikul
3.5 Percobaan untuk mendapatkan parameter-parameter motor induksi
tiga phasa.
3.5.1 percobaan Tahanan DC
A. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan stator
A
V
+
-VDC Variable
U
Ru
Rw
Rv V
W
Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Tahanan DC pada Belitan Stator Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Belitan pada stator dibuat hubungan Y, diukur dua dari ketiga belitan stator.
2. Tegangan DC dicatu/disuplai pada rangkaian belitan stator.
3. Tegangan DC suplai dinaikkan perlahan sampai pada nilai tertentu. 4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 12,6 Volt, penunjukan alat
ukur voltmeter dan amperemeter dicatat 5. Percobaan selesai, rangkaian dilepas.
B. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan rotor
A
V
+
-VDC Variable
K
L
Rk
Rl
Rm M
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Belitan pada rotor dibuat hubungan Y, diukur dua dari ketiga belitan rotor.
2. Tegangan DC dicatu / disuplai pada rangkaian belitan rotor.
3. Tegangan DC suplai dinaikkan perlahan sampai pada nilai tertentu. 4. Saat tegangan menunjukkan pada besaran 4,2 Volt, penunjukkan alat
ukur voltmeter dan amperemeter dicatat 5. Percobaan selesai, rangkaian dilepas.
3.6Percobaan pengaruh tegangan kerja terhadap kinerja dan temperatur
motor induksi tiga phasa.
Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Tegangan Kerja terhadap kinerja dan Temperatur
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Rangkaian pengujian dibuat seperti yang sudah ditentukan. 2. Tahanan luar dibuat dalam hubungan Y.
3. Tutup S1 yang menghubungakan PT AC1 dengan terminal stator lalu
4. Tutup S3 switch lalu naikkan PT DC1 sampai A3 menunjukan arus
penguat nominal.
5. Tahanan R dibuat konstan sesuai data yang ditentukan Kemudian ubah – ubah tegangan secara bertahap, dari terendah ke tertinggi sesuai tegangan kerja yang berdasarkan SPLN (+5 ; -10 % dari V nominal motor) sesuai data yang diinginkan dan tahanan R atau beban yang konstan, kemudian catatI1,I2,I3 dan serta n.
3.7Pelaksanaan Penelitian
3.7.1 Proses Pengumpulan Data
Adapun diagram alur dari proses pengambilan data terlihat pada gambar 3.4
MULAI
MEMPERSIAPKAN ALAT, BAHAN, & RANGKAIAN
PERCOBAAN
PUTARAN
LAKUKAN ANALISIS
TEMPERATUR TORSI
APAKAH SUDAH DILAKUKAN TIAP TEGANGAN KERJA
`
MELAKUKAN PERCOBAAN (SUPLAI TEGANGAN KERJA)
TIDAK
`
YA
MENAMPILKAN HASIL PENGUKURAN &
PERHITUNGAN
SELESAI TEGANGAN KERJA(
-10 s/d +5 )% DARI TEGANGAN
NOMINAL
3.7.2 Melakukan analisa data terhadap data yang telah diperoleh
Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu analisa data. Kegunaan dari analisa data ini adalah untuk mendapatkan atau menarik suatu kesimpulan dari hasil data-data yang didapatkan lewat penelitian yang telah dilakukan. Adapun teknik analisis data yang dipakai pada penelitian ini yaitu dengan analisis matematis. Analisis ini dengan perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus yang berlaku di dalam perhitungan torsi dan parameter tahanan DC.
Untuk menghitung parameter dari percobaan tahanan DC ada dua hubungan yaitu hubungan Y dan hubungan Δ yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hubungan Y
Rdc =
=
Faktor koreksi = 1,1 – 1,5 (skin efek)
= fk .
Hubungan Δ
Rdc =
2
Rdc fasa
R
Persamaan umum torsi pada motor induksi :
s
Rumus torsi terhadap tegangan output :
s
Maka untuk menghitung torsi digunakan rumus sebagai berikut :
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang sering menjadi pilihan dalam dunia industri. Hal ini dikarenakan motor induksi sangat mudah dalam pengoperasian dan perawatannya juga minimum.
Dalam bab ini akan dibahas pengaruh suplai variasi tegangan kerja sesuai dengan SPLN 1 tahun 1995 (+5% ; -10% ) Vnom , terhadap kinerja (putaran-torsi)
dan temperatur motor induksi tiga phasa rotor belitan. Yang dimaksud kinerja motor disini adalah kecepatan putaran dan torsi. Sedangakan metode untuk pengukuran kondisi temperatur motor induksi tiga phasa, menggunakan satu metode yaitu dengan metode pengukuran menggunakan thermometer infrared.
4.2 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU diperoleh data pengujian sebagai berikut:
4.2.1 Percobaan Untuk Mendapatkan Paremeter-Parameter Motor
Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.1 Percobaan tahanan DC pada belitan stator
Phasa V (Volt) I (Ampere)
Tabel 4.2 Percobaan tahanan DC pada belitan rotor
Phasa V (Volt) I (Ampere)
K-M 1,1 1,65
Analisis Data
- Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan stator Untuk data di atas diperoleh:
Rdc =
=
= 1,93 Ω
Karena hubungan pada stator adalah hubungan Y, maka:
Rdc =
= 0,965 Ω
Rac = 1,2 x 0,965
= 1,158 Ω
Maka tahanan stator adalah Rs= 1,158 Ω
Rdc =
Rdc =
= 0,66 Ω
Karena hubungan pada rotor adalah hubungan Y, maka:
Rdc =
= 0,33 Ω
Rac = 1,2 x 0,33
= 0,39 Ω
4.2.2 Percobaan Pengaruh suplai variasi Tegangan kerja Terhadap Kinerja
(putaran-torsi) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.3Data hasil pengujian pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada motor induksi saat kondisi berbeban konstan
If = 0,2 Volt R = 20 Ohm ns = 1500 rpm f = 50 Hz
Vkerja (Volt) V(L-L)
Istator (A) Irotor (A) Ibeban (A)
nr (rpm)
slip
Vtu
ru
n
342 3,54 2,12 4,23 1460 0,026
350 3,78 2,23 3,98 1466 0,022
360 4,03 2,27 3,65 1472 0,018
370 4,31 2,35 3,45 1477 0,015
Vnom 380 4,64 2,46 3,13 1480 0,013
Vnaik
390 4,88 2,58 3,02 1483 0,011
398 5,42 2,61 2,91 1486 0.009
Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran, sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil perhitungan.
Analisis Data
=
Dengan melakukan perhitungan seperti di atas pada berbagai besar tegangan, maka akan diperoleh nilaitorsi seperti pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil analisis data pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada kondisi berbeban konstan.
Grafik Hasil Pengujian
Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh suplai tegangan kerja terhadap kecepatan motor induksi ditunjukan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Tegangan kerja vs Kecepatan Motor Induksi
Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh tegangan kerja terhadap torsi motor induksi ditunjukkan pada Gambar 4.2.
1440 1450 1460 1470 1480 1490
342 350 360 370 380 390 398
p
u
tar
an
(
rp
m
)
Tegangan Kerja (Volt)
Tegangan Kerja vs Kecepatan
Rotor
0 1 2 3 4 5 6
342 350 360 370 380 390 398
T
or
si (Nm
)
4.2.3 Percobaan Pengaruh variasi Tegangan kerja Terhadap temperatur
Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 342 volt (VL-L), = 1460 rpm ,f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 29,8
6 32,8
12 35,2
18 36,6
24 37,7
30 38,6
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 342 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 342 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.293 0C/m.
Gambar 4.3 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 342 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 350 volt (VL-L), = 1466 rpm, f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 30
6 33,1
12 34,8
18 37,5
24 38,7
30 40,1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.6, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 350 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 350 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0,33 0C/m.
Gambar 4.4 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 350 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 360 volt (VL-L), = 1472 rpm ,f=50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 30,2
6 34,1
12 36,8
18 38,7
24 41,2
30 42,7
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 360 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 360 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
Gambar 4.5 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 360 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 370 volt(VL-L), = 1477 rpm , f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 30,4
6 34,6
12 38,6
18 40,9
24 42,4
30 43,3
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.8, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 370 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 370 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0,43 0C/m.
Gambar 4.6 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 370 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 380 volt (VL-L), = 1480 rpm , f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 29,7
6 35,6
12 38,4
18 41,8
24 43,7
30 44,4
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.9, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 380 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 380 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
Gambar 4.7 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 380 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 390 volt (VL-L), = 1483 rpm, f =50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 29,8
6 35,3
12 39,6
18 43,1
24 45,4
30 47,8
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.10, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 390 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 390 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.6 0C/m.
Gambar 4.8 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 390 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
0 10 20 30 40 50 60
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 398 volt (VL-L), = 1486 rpm, f=50 Hz
Stator = Y
t (menit) suhu (0C)
0 29,4
6 36,6
12 40,7
18 43,7
24 47,2
30 48,3
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.11, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 398 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 398 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
Gambar 4.9 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 398 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
0 10 20 30 40 50 60
0 6 12 18 24 30
su
h
u
°
C
t (menit)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar tegangan kerja yang disuplai ke motor pada beban yang konstan, maka semakin besar kecepatan putaran (rpm) motor tersebut . Nilai kecepatan putaran terbesar didapat saat tegangan kerja tertinggi, yaitu +5% dari Vnom (398 V) sebesar 1486 rpm, dan terkecil saat
tegangan kerja terendah, yaitu -10 % dari Vnom (342 V) sebesar 1460
rpm.
2. Berdasarkan analisis perhitungan, semakin besar nilai tegangan kerja yang disuplai ke motor, maka semakin besar pula nilai torsi motor tersebut. Nilai Torsi terbesar didapat saat tegangan kerja tertinggi, yaitu +5% dari Vnom (398 V) sebesar 5,64 Nm , dan terkecil saat tegangan kerja
terendah, yaitu -10 % dari Vnom (342 V) sebesar 1,28 Nm.
- Saaat tegangan turun/tegangan kerja terendah, yaitu -10 % dari tegangan nominal motor (342 V) sebesar 0,2930C/menit.
- Saat tegangan nominal motor (380 V) sebesar 0,49 0C/menit.
- Saat tegangan Naik/tegangan kerja tertinggi, yaitu +5 % dari tegangan nominal motor (398 V) sebesar 0,63 0C/menit.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan unutk menggunakan motor jenis rotor sangkar.