BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Klinik Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut PendidikanFKG
USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2016 .
3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi diambil dari pasien di klinik RSGMP FKG USU dan praktek pribadi dokter gigi serta mahasiswa/i FKG USU. Rentang usia sampel 17-35 tahun, mengingat tahap tumbuh kembang telah selesai dan rentang usia dewasa muda.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah pasien klinik RSGMP FKG USU,mahasiswa/iFKG
USUdan pasoen dari praktek pribadi dengan crossbite posterior unilateral. 3.3.3 Kriteria Sampel
Sampel yang dipilih pada penelitian ini ditentukan oleh kriteria sebagai berikut :
- Crossbite posterior unilateralminimal 2 gigi (kaninus, premolar dan molar) pada 1 sisi rahang dan minimal crossbite 1 tonjol.
- Cetakan model studi dan foto panoramik dalam keadaan baik.
- Morfologi gigi dalam keadaan baik (tonjol tidak atrisi dan tidak terlibat karies)
- Tidak pernah dilakukan perawatan ortodonti dan tidak memakai protesa (jacket crown)
- Semua gigi permanen lengkap tanpa memperhitungkan ada tidaknya molar ketiga
- Tidak ada riwayat trauma rongga mulut
- Tidak ada kelainan patologis
Kriteria Eksklusi:
- Crossbite posterior unilateral 1 gigi dan tonjol lawan tonjol
3.3.4 Besar Sampel
Perkiraan besar sampel pada penelitian ini dilakukan dengan rumus:
�
=
�
Z
α
+ Z
β
0,5 ln
[
1+r
1
−
r
]
�
2
+ 3
Keterangan :
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang akan diperiksa
α : Kesalahan tipe I (0,05) Z α: 1,96
β : Kesalahan tipe II (0,1) Z β: 1,282
r : Perkiraan koefisien korelasisudut gonial kanan 0,88 dan kiri 0.90.4
jadi, n : 9. Digenapkan menjadi 10
Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel, maka sampel yang diperlukan sebanyak
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1Variabelbebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tipe lengkung transversal maksila pada pasien crossbite posterior unilateral
3.4.2 Variabel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah derajat keparahan asimetri sudut gonial mandibula
3.4.3 Variabelterkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini adalah usia, model studi, dan foto panoramik dari
alat radiografi yang sama (Asahi Roentgen, Auto Zero, Jepang). 3.4.4 Variabel tidak terkendali
Variabel tidak terkendali pada penelitian ini adalah jenis kelamin, ras, relasi molar,
penyebab awalcrossbite posterior, berat ringannya crossbite. 3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional, cara dan alat ukur, kategori, dan skala ukur dari variabel bebas dan
tergantung dari penelitian dijelaskan pada Tabel 3.1
Variabel Definisi Cara dan alat ukur
Lengkung
1.Simetri adalah nilai perbedaan
transversal gigi netral, jika jarak antara sisi crossbite dan noncrossbite ke midlinesama (-2 < 0 < 2) minimal pada 2 gigi yang terlibat crossbite. 2.Ekspansiadalah nilai
perbedaantransvers algigi positif, jika jarak jarak sisicrossbiteke midline≥2 mm lebih
tingkat keparahan asimetri sudut gonial.
adalah antara 3 dan 5 derajat;
3. Moderate (M), ketika perbedaan itu lebih dari 5 derajat
tetapi kurang dari
3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 3.1):
1. Kamera Canon D60 buatan Jepang dengan lensa fixed 50 mm
2. Tripod Sx Cell
3. Glass plate hitam, rata, 10 x 10 mm dengan stick 1 x 1 mm ditempel pada glass plate
4. Software Autocad 2007 yang digunakan untuk mengukur jarak masing-masing variabel
dental terhadap midline pada oklusogram maksila, menentukan tangen ramus dan tangen corpus,
pada softcopytracing panoramik. Sebelumnya software Autocad 2007 telah dilakukan uji
pendahuluan dalam mengukur jarak transversal variabel dental terhadap midline pada oklusogram
maksila serta tinggi ramus pada softcopytracing panoramik. Uji pendahuluan ini dilakukan tehadap
20% total sampel dan diperoleh nilai korelasi > 0,75, yang artinya Autocad 2007 dapat digunakan
untuk mengukur jarak masing-masing variabel dental terhadap midline pada oklusogram maksila,
menentukan titik Y dan Z serta mengukur tinggi ramus (jarak Z – Y) pada softcopytracing panoramik.
5. Scanner (Canon MP 280) dengan magnifikasi 100%
6. Tracing box
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 3.2):
1. Model studi
2. Oklusogram maksila yang peroleh dari scanning model studi maksila
3. Foto panoramik
4. Kertas tracing (tebal0,003 inci, 8x10 inci) merkOrtho Organizer
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Identifikasijumlahgigiyang terlibat dalamcrossbiteposterior unilateral yaitucrossbiteminimal
harus2 gigipada sisi yang sama. Gigi tonjol lawantonjol tidakdilibatkan.
2. Menentukan midpalatal raphe(midline maksila) pada model studi yang dilakukan menurut
metode Ferro dkk, yaitu menghubungkan dua titik referensi anatomi pada raphe palatina
menggunakan pensil berwarna merah. Titik referensi anterior dibuat pada titik tengah rugae
palatinal kedua pada raphe palatina, sedangkan titik referensi posterior dibuat pada perbatasan
antara palatum keras dan lunak yaitu titik tengah antara foveola pada raphe palatina.44
3. Identifikasi titik-titik variabel dental padamodel studi yang dilakukan menurut metode Ferro
dkk.Titik-titik variabel dental yang digunakanadalah ujung tonjol kaninus, tonjol bukal premolar
pertama dan kedua, serta tonjol mesiobukal, mesiolingual dan distobukal molar pertama dan kedua
pada sisi crossbite (XBS) dan sisi noncrossbite (NXBS) menggunakan pensil berwarna merah (Gambar
3.3).
4. Model studi maksila difoto dengan kamera Canon D60 dengan menggunakan lensa fixed 50
mmuntuk memperoleh oklusogramlengkung maksila. Sebelumnya model studi diletakkan di atas
glass plate hitam yang rata berukuran 10 x 10 mm dengan stick 1 x 1 mm yang ditempel pada glass
plate tersebut sebagai referensi saat pencetakan foto. Model studi difoto tegak lurus dari atas
menggunakan tripod.
5. Pengukuran nilai perbedaan transversal dental pada oklusogramyaitu jarak antara
masing-masing variabel dental terhadap midline palatal dibandingkan antara sisi crossbitedan noncrossbite
dengan menggunakan sofware Autocad 2007 kemudian dicetak dengan perbandingan 1 : 1 (Gambar
3.4).
6. Identifikasi lengkung transversal maksila dengan menggunakan acuan sisi crossbite yang
dilakukan menurut metode Ferro dkk. Nilai ini netral, jika jarakantara sisi crossbite< 2 dibandingkan
dengan sisi noncrossbiteke midline pada gigi yang terlibat crossbite, selanjutnya disebut sebagai
lengkung transversal simetri.Nilai ini positif, jika jaraktransversalgigiantara sisicrossbite≥ 2 mm lebih
besardibandingkandengan sisinoncrossbitekemidlinepada gigi yang terlibat crossbite,selanjutnya
disebut sebagai lengkung transversal ekspansi. Nilai ini negatif, jika jaraktransversalgigiantara
sisicrossbite≥ 2 mm lebih kecildibandingkandengan sisinoncrossbitekemidline pada gigi yang terlibat
crossbite, selanjutnya disebut sebagai lengkung transversal kontraksi (Gambar 2.4).
7. Radiografi diambil dengan menggunakan alat radiografi yang sama (Asahi Roentgen, Auto
Zero, Jepang) untuk semua sampel dalam keadaan standar. Untuk memastikan keakuratan dan
kesalahan posisi kepala, posisi kepala pasien harus tepat di tengah head holder dengan sinar X-Ray
sejajar hidung dan dataran horizontal Frankfrut sejajar lantai serta dahi menyentuh cephalostat
selama paparan. Selain itu sampel juga mengigit bite block system di antara gigi insisivus untuk
memperoleh posisi istirahat dan mengurangi distorsi vertikal (Gambar 3.5).
8. Tracing kedua sisi kondilus dan ramus dari radiograf panoramik pada kertas asetat dengan
pensil 0,5 mm oleh satu operatorterhadap lima sampel perharinya.Tracing foto panoramik kemudian
di-scan dengan scanner Canon MP 280 magnifikasi 100%. Softcopytracing dimasukkanke program
Autocad 2007.
9. Untuk mengidentifikasi sudut gonial mandibula, gambarkan garis singgung terluar tangen
ramus dan kondilus dengan tangen korpus Gambar 3.6. sudut antara kedua garis tersebut adalah
sudut gonial.
A B
10. Pengukuran sudut gonial mandibula pada setiap sampel yaitu sudut yang dibentuk oleh
garis singgung ramus dan korpus pada sisi kanan dan kiri berdasarkan metode Ramirez-Yanez dkk
dengan menggunakan program Autocad 2007 (Gambar 3.6). Kemudian nilai perbedaan sudut gonial
mandibula dihitung dengan rumus berikut:
Selisih sudut gonial = (sudut gonial mandibula kiri – kanan)
11. Tingkat keparahan asimetri ditentukan sebagai berikut: Non Significant, ketika perbedaan
antara kanan dan kiri sudut adalah antara 0 dan 2,99 derajat; LowSignificant, ketika perbedaan
antara kedua belah pihak adalah antara 3 dan 5 derajat; ModerateSignificant, ketika perbedaan itu
lebih dari 5 derajat tetapi kurang dari atau sama dengan 10 derajat; dan SevereSignificant, ketika
perbedaan itu lebih dari 10 derajat4.
12. Selanjutnya penilaian hubungan lengkung transversal maksila dengan asimetri sudut gonial
mandibula.
3.8 Metode Analisa Data
Seluruh data dianalisa dengan menggunakan program SPSS. Data dianalisa secara deskriptifuntuk melihat karakteristik sampel penelitian. Data numerik disajikan dalam bentuk
rata-rata±simpangan baku. Kemudian dilanjutkan dengan analisa secara analitik dimana diawali dengan uji normalitas dan homogenitas menggunakan Saphiro-Wilk test. Untuk
melihat adanya perbedaan antara ketiga tipe lengkung transversal maksila dengan sudut gonial mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral dilakukan uji
Kruskal Wallis.
3.9 Diagram Alur Penelitian
Crossbite Posterior Unilateral
Model studi Radiografi panoramik
Foto model maksila oklusogram
Pengukuran sudut gonial mandibula kedua sisi
Simetri Ekspansi Kontraksi
Menentukan midline maksila
Identifikasi jumlah gigi yang terlibat crossbite minimal 2 gigi
Pengukuran perbedaan nilai transversal dental
Identifikasi tipe lengkung transversal dengan acuan sisi crossbite
Tracing kedua sudut gonial
mandibula
Softcopy tracingsoftware Autocad 2007
Softcopy oklusogram maksila
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah 53 orang dewasa yang memiliki maloklusi crossbite posterior
unilateral. Seluruh data dianalisa dengan menggunakan program SPSS. Data numerik disajikan dalam bentuk rata-rata dan simpangan baku. Kemudian dilanjutkan dengan analisa secara analitik dimana akan diawali dengan uji normalitas dan homogenitas menggunakan
Saphiro-Wilk test.
Tabel 4.1 Uji Normalitas Shapiro-Wilk test
Kolomogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistik df Sig. Statistik df Sig.
Sudut gonial kanan 150 28 .109 .933 28 .072
Sudut gonial kiri 107 28 .200 .980 28 .845
Indeks Asimetri 232 28 .000 .795 28 .000
Hasil dari uji Shapiro Wilk menunjukkan bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal (p<0.05).
Nilai rerata dari umur subjek penelitian ini adalah 21,84±4,71 dengan umur minimal 17
tahun dan maksimal 35 tahun. Subjek penelitian terdiri dari 22 laki-laki (41,5%) dan 31 perempuan (58,5%). Dari 16 sampel lengkung transversal simetri, laki-laki 6 orang (37,5%)
dan perempuan 10 orang (62,5%); dari 25 sampel lengkung transversal ekspansi, laki-laki 12 orang (48,0%) dan perempuan 13 orang (52,0%); serta dari 12 sampel lengkung transversal kontraksi, laki-laki 4 orang (33,3%) dan perempuan 8 orang (66,7%).
Nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula kanan adalah 122,59o±8,33o
Tabel 4.2 Nilai Rerata, Simpangan Baku dan Median dari Data Numerik Statistik
Sudut Gonial Kanan Ssudut Gonial Kiri
Rerata 122.5943 122.5849
Median 123.0000 122.0000
Modus 117.00a 130.00
Std. Deviation 8.33381 8.34458
Minimum 103.00 100.00
Maximum 144.00 138.00
4.3 Perbedaan sudut gonial crossbite dan non-crossbite menurut uji Spearman Statistik
Sudut gonial P=0.212 p>0.01
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara ketiga tipe lengkung transversal maksila dengan mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral dilakukan uji bedaKruskal Wallis yang dapat dilihat dari Tabel 4.4. Hasil
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sudut gonial mandibula dengan asimetri lengkung transversal maksila pada pasien crossbite posterior unilateral.
Tabel 4.4 Perbedaan antara lengkung transversal maksila dengan mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral
SUDUT GONIAL
LENGKUNG TRANSVERSAL MAKSILA
NILAI p
SIMETRI EKSPANSI KONTRAKSI TOTAL
n % n % n % n %
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian mengenai hubungan asimetri lengkung transversal maksila terhadap sudut
gonial mandibula pada pasien crossbite posterior unilateral merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruhasimetri lengkung transversal maksila terhadap sudut gonial mandibula
pada pasien crossbite posterior unilateral, karenacrossbite merupakan maloklusi yang sering terjadi dengan kisaran prevalensi antara 8,7-23,3%.9-14 Pada pasien crossbite unilateral,
biasanya mandibula shifting ke arahcrossbite ketika gigi beroklusi dari posisi istirahat ke posisi interkuspasi maksimal.9 Penyimpangan yang menetap tersebut bila terjadi dalam waktu yang lama atau pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan displacement fungsional
mandibula, khususnya pada regio kondilus.12Posisi mandibula yang asimetri pada crossbite unilateral kemungkinan dapat memicu aktifitas otot pengunyahan dan status oklusal gigi
yang asimetri, hal ini dapat mempengaruhi sudut gonial mandibula.18,20 Asimetri mandibula tersebut memiliki efek langsung pada estetik wajah dan gangguan fungsi karena merupakan bagian dari sistem stomatognasi.7
Allen menyatakan perempuan dengan crossbite posterior memiliki prevalensi 64,5% dan laki-laki 35,5%,11 hal ini berbeda dengan penemuan Kutin dan Hawes dimana tidak terdapat
perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan.2 Pada penelitian ini terdapat 22 orang laki-laki (41,5%), 31 orang perempuan (58,5%), hal ini mugkin perempuan lebih banyakmeminta perawatan ortodonti karena berhubungan dengan estetika.
Diagnosis dari asimetri mandibula merupakan masalah yang kompleks, penelitian menunjukkan ada keterbatasan radiografi Anteroposterior dalam metodologi dan
tetapi radiografi ini memiliki distorsi yang signifikan. Saat ini kita ketahui bahwa solusi untuk mendiagnosa masalah skeletal adalah Computed Tomography(CT) danCone Beam
Computed Tomography(CBCT), yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk penelitian
selanjutnya.7,21,43,44Teknologi3Ddapat mencapaiukuran gambar sebenarnya(1:1ukuran) tanpa
pembesaran. Namun, CTmemilikikelemahan paparan radiasitinggi danbiaya relatif tinggi, yangmembatasipenggunaannya dalampraktek dokter gigisehari-hari.43 SedangkanCBCTjuga memungkinkanrekonstruksi3Ddaristruktur kraniofasial secara akurat. Dengan penggunaan
software, struktur yang diperlukandapat dipisahkan daristruktur yangsekitarnya, sehingga
memungkinkankita untukmemvisualisasikandaerah yangsuperimposisi denganstruktur
lainnyaserta dapat mengevaluasidimensisebenarnya. Selain itu pada CBCTdosisradiasidanbiaya relatif lebih rendah dibandingkan dengan CT.44 Selain radiografi yang rutin dalam pemeriksaan ortodonti (radiogrsfi panoramik dental dan sefalogram lateral),
disarankan melakukan pemeriksaan tambahan berupa sefalogram anteroposterior atau radiografi aksial secara 3-dimensi. Namun, pemeriksaan radiografi ini tidak selalu dapat
dikerjakan dengan mudah karena alasan etik dan ketahanan pasien terhadap penggunaan sinar X-Ray.7
Penelitian ini menggunakan radiografi panoramik, sehingga penggunaan film radiografi
tidak dapat dihindarkan. Radiografi panoramik merupakan salah satu cara diagnosa yang sering digunakan untuk menggambarkan gigi dan bagian rahang lainnya.6,19Radiografi
panoramik mudah didapat dan memberikan pandangan bilateral terhadap mandibula, juga dapat dilakukan pengukuran vertikal dan angular. Beberapa penelitian menyatakan bahwa radiografi panoramik dapat memberikan hasil yang dapat diterima, non-invasif, memberikan
cost benefit yang menguntungkan dan radiasi yang rendah. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah perlu perbandingan tampilan dimensi mesiodistal molar pertama mandibula kiri dan kanan untuk evaluasi distorsi.
Radiografi panoramik berguna untuk penelitian komparatif asimetri dengan hasil yang dapat diterima, Selain itu bersifat non-invasif, menguntungkan dari segi biaya, dan paparan
radiasi terhadap subyek yang relatif rendah. 15,31,34
Pengukuran asimetri mandibula dapat dilakukan secara linear yaitu dari perbedaan tinggi vertikal kondilus dan ramus kanan dan kiri, secara horizontal yaitu panjang korpus
mandibula, secara angular yaitu pengukuran sudutgonial, sudut pogonion dan sudut kondilus.37,38
Larheim dan Svanaes melakukan penelitian terhadap 31 pasien dengan radiografi panoramik mengatakan bahwa pengukuran vertikal dan angular dapat dihitung. Penelitian tambahan terhadap 5 skeletal kepala menunjukkan faktor pembesaran pada pengukuran
vertikal adalah 18% -21%, sedangkan pada pengukuran sudut gonial pada tengkorak identik dengan pengukuran sudut pada radiografi panoramik.24
Simetri padakraniofasial yang kompleks adalah bagian dari equilibrium.Studi ini mengevaluasi prevalensi asimetri angular, dimana beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya asimetri pada pasien muda, dan diasosiasikan dengan periode
pertumbuhan.Beberapa penelitian didapati hasil yang kontradiksi, dimana terdapat persentase yang tinggi pada populasi, terdapat asimetri yang signifikan pada ramus dan korpus, dimana
berhubungan dengan asimetri angular.Hanya beberapa penelitian yang menginvestigasi asimetri angular pada kompleks kraniofasial. Beberapa melaporkan tidak ada perbedaan signifikan pada sudut gonial antara sisi kiri dan kanan.4 Penelitian terbaru melaporkan hal
sebaliknya, dimana ditemukan 25% populasi terdapat asimetri yang moderate dan severe bila dibandingkan sisi kiri dan kanan.Pertumbuhan tulang pada mandibula bukan hanya
nutrisi, fungsi mastikasi, penyakit lokal ataupun sistemik. Pasien dengan crossbite menunjukkan gangguan postur dan fungsional, seperti penurunan kekuatan gigitan, asimetri
aktifitas otot, masalah artikulasi, dan deviasi mandibula pada sisi crossbite pada saat penutupan.17
Ada beberapa literatur terhadap derajat asimetri dan perubahan skeletal pada sudut mandibula dari radiografi panoramik. Kebanyakan kasus menganalisa sampel pada populasi dewasatidak selalu muncul pada crossbite unilateral.Penelitian menginvestigasi pengukuran
yang berhubungan dengan dimensi linear dan sudut mandibula dari 60 tengkorak orang dewasa menerima kedua pengukuran tersebut.Penelitian Raminez Yanez dimana terdapat
171 subjek pada pasien growing dengan sudut gonial yang asimetri non signifikan, 73 pasien low signifikan, 80 moderate signifikan, dan 4 orang severe signifikan.17
Pada tahun 1987, Habets dkk menggunakan model pada tengkorak mandibula orang
dewasa, dilakukan pengukuran radiografi panoramik dengan sembilan posisi yang berbeda pada model, menyatakan bahwa ramus dan kondilus mandibula dengan metode Habet, dapat
digunakan untuk diagnosis dari asimetri kondilus.17
Tsai pada tahun 2002mempelajari kontur mandibula, kondilus, processus koroniod dan korpus mandibula pada radiografi panoramik terhadap anak-anak tanpa kondisi patologis
pada masa gigi desidui, masa gigi bercampur, dan gigi permanen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran angular menurun pada usia 20 tahun. 17
Pada tahun 2005 Liukkonen dkk, mengevaluasi asimetri mandibula dengan radiografi panoramik pada 182 pasien sehat antara 7-16 tahun. Pada studi tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sisi kanan dan kiri pada usia 7 tahun. Pasien muda yang
maloklusi yang berbeda dengan memperhitungkan kondilus dan bagiannya, dengan diagnosis asimetri mandibula pada usia muda kontroversial dengan hasil penelitian 17
Nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula kanan adalah 122,59o±8,33o dengan median 123o. Sedangkan nilai rerata±simpangan baku dari sudut gonial mandibula
kiri adalah 122,58o±8,34o dengan median 122o. Dari hasil penelitian mendapatkan hasil sudut gonial yang tidak berbeda secara signifikan antara sisi kiri dan kanan pada pasien crossbite posterior unilateral, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada pasien crossbite telah terjadi
penyesuaian terhadap angulasi mandibula.
Konstraksi maksila umumnya diakui sebagai faktor etiologi pada crossbiteposterior
unilateral, maka Ferro dkk dalam penelitiannya mengukur dan mengelompokkan lengkung transversal pada sisi crossbite. Dalam penelitiannya Ferro dkk membagilengkungtransversal maksila pada crossbite posteriorunilateral menjadisimetri,ekspansi dan kontraksi dengan
acuan sisi crossbite.7 Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pada morfologi lengkung maksila 53 pasien dengan maloklusi crossbite posterior unilateral. Untuk itu, dilakukan
pengukuran perbedaan transversal dental pada sisi crossbite dan non-crossbite dari oklusogram maksila. Dari perbandingan variabel dental pada kedua sisi oklusogram, ditemukan lengkung transversal maksila simetris (n = 16), ekspansi(n = 25) dankontraksi (n=
12) pada sisi crossbite.Berbeda dengan penelitian Ferro dimana lebih banyak pasien dengan lengkung maksila kontraksi dan simetri pada crossbite posterior unilateral, hasil penelitian
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini berupa:
1. Dari 53 sampel terdapat 23 orang dengan sudut gonial simetri, 23 orang asimetri low, 6
orang asimetri moderate, dan hanya 1 orang asimetri severe.
2. Lengkung transversal maksila ekspansidominan dijumpai pada crossbite posterior unilateral
sebesar 53,6%.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga tipe lengkung transversal maksila
dengan sudut gonial mandibula yang simetri dan asimetri pada crossbite posterior unilateral.
4. Sudut gonial pada pasien crossbite posterior unilateral relatif simetris anatara sisi crossbite
dan sisi non crossbite.
6.2 Saran
Memerlukan penelitian lebih lanjut menggunakan CBCT diperlukankarena CBCT dapat
merekonstruksisecara 3Dstruktur kraniofasial dengan akurat. Selain itu juga diperlukanmetode pelelitian lain untuk hubungan asimetri lain pada pasien crossbite posterior