• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia Dengan Klaim Asuransi Jiwa ( Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Sibolga )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia Dengan Klaim Asuransi Jiwa ( Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Sibolga )"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Perjanjian Kredit dan Unsur-Unsur Kredit

Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut

kepentingan para pihak yang membuatnya, oleh sebab itu hendaknya setiap

perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga

tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Menurut Pasal 1313 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan orang atau lebih

mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh

dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut

dalam persetujuan itu.

Di dalam Pasal 1 angka 11 Undang - Undang Nomor 10 tahun 1998

Tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut :

“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “.

Setiap kredit yang disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur

maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit ( akad kredit ) secara tertulis.

(2)

diserahkan sepenuhnya pada bank yang bersangkutan. Namun ada hal-hal yang

tetap harus dipedomani, yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak boleh

kabur atau tidak jelas, selain itu juga perjanjian tersebut sekurang-kurangnya

harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum , sekaligus juga

harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata

cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lainnya yang lazim dalam

perjanjian kredit.9

Pembuatan perjanjan kredit terdapat beberapa judul dalam praktek

perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian

kredit , akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan

lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda tetapi

secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman

berbentuk uang.10

bank kepada nasabah debitur.

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok ( prinsipil ) yang bersifat riil.

Sebagaimana perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya.

Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti

riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh

11

Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang sangat penting dalam rangka

penyaluran kredit dari bank sebagai kreditur kepada para debiturnya. Perjanjian

kredit merupakan perjanjian pokok yang keberadaannya tidak tergantung pada

9

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 385.

10

Sutarno, “Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank”, Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 97.

11

(3)

perjanjian – perjanjian lainnya, jadi perjanjian kredit merupakan perjanjian utama

apalagi jika dikaitkan dengan keberadaan perjanjian pemberian jaminan.

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contrahendo). Perjanjian kredit mendahului perjanjian hutang-piutang (perjanjian

pinjam-mengganti) sedangkan perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan

dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.12

a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku Ketiga Bab XIII, mengenai perjanjian pinjam meminjam uang

Perjanjian kredit bersifat

konsensuil sedangkan perjanjian hutang piutang bersifat riil yang berarti bahwa perjanjian baru ada setelah uang yang dipinjamkan dalam perjanjian kredit secara

nyata pada debitur.

Dasar Hukum Perjanjian Kredit.

Adapun ruang lingkup yang menjadi dasar hukum perjanjian kredit adalah

sebagai berikut:

b. Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu:

1. Pasal 1 ayat 12 tentang perjanjian kredit

2. Perjanjian anjak piutang yaitu perjanjian pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan-tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan atau luar negeri

3. Perjanjian kartu kredit, yaitu perjanjian dagang dengan mempergunakan kartu kredit yang kemudian diperhitungkan untuk melakukan pembayaran melalui penerbit kartu kredit

4. Perjanjian sewa guna usaha yaitu perjanjian sewa menyewa barang yang berakhir dengan opsi untuk meneruskan perjanjian itu atau melakukan jual beli

c. Perjanjian sewa beli, yaitu perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah angsurannya lunas dibayar (Keputusan Menteri Perdagangan No. 34/KP/II/80) d. Perjanjian meminjam dalam undang-undang melepas uang

12

(4)

e. Perjanjian pinjam uang dalam undang-undang riba 13

Secara yuridis ada 2 (dua) jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang

digunakan bank dalam memberikan kreditnya, yaitu:

a. Perjanjian pengikatan kredit dibawah tangan atau akta dibawah tangan.

Akta perjanjian kredit dibawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara mereka (kreditur dan debitur) tanpa notaris. Lazimnya dalam penandatanganan akta perjanjian kredit, saksi turut serta membubuhkan tanda tangannya karena menurut Pasal 284 Rbg/ 164 HIR, saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata. 14

b. Perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris

(notariil) atau akta otentik.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyatakan, notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut. Akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tat acara yang ditetapkan dalam undang-undang ini.15

Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan menggunakan

bentuk perjanjian baku ( standard contract ) yang telah disediakan oleh pihak

bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya

dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku

(standard contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan

negosiasi atau tawar-menawar. Apabila debitur menerima semua ketentuan dan

persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk

13

Ibid

14

Ibid, hal. 31

15

(5)

menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak

perlu menandatangani perjanjian kredit tersebut.

Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian berfungsi penting dalam pemberian, pengolalaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut. Berkaitan dengan itu, perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.

b. Perjanjian kredt berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.

c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring

kredit.16

Pada Pasal 1381 KUHPerdata mengatur cara hapusnya perikatan dapat

diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Namun pada prakteknya hapusnya

atau berakhirnya perjanjian kredit lebih banyak disebabkan:

1. Karena pembayaran (lunas)

Pembayaran dalam hal ini adalah terpenuhinya prestasi atau lunasnya utang

dalam hal mengembalikan kredit kepada pihak bank.

2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan

Hal ini dilakukan apabila seorang kreditur tidak mau menerima pembayaran

dari debitur sehingga debitur melakukan penawaran pembayaran tunai diikuti

dengan penitipan.

3. Novasi atau pembaharuan utang

Yaitu dibuatnya perjanjian utang yang baru untuk menggantikan perjanjian

yang lama. Dengan begitu perjanjian yang lama berkahir. 17

16

(6)

Dalam pasal 1413 KUHPerdata menyebutkan ada tiga macam jalan untuk

melaksanakan pembaharuan utang:

1) Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna

orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang

lama, yang dihapuskan karenanya;

2) Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang

berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya;

3) Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru

ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang berpiutang lama,

terhadap siapa si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.

4. Perjumpaan Utang atau Kompensasi

Padal pasal 1425 dan 1246 KUHPerdata mengatur tentang penjumpaan utang,

dimana jika dua orang saling berhutang maka terjadilah suatu perjumpaan

utang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan

untuk suatu jumlah yang sama.

5. Percampuran Utang

Pencampuran utang ini terjadi jika debitur dan kreditur berkedudukan pada

satu orang, maka demi hukum dan secara otomatis suatu pencampuran utang

telah terjadi dan perjanjian ini menjadi hapus atau berakhir.

6. Pembebasan Utang

Pembebasan utang ini pihak kreditur harus secara tegas mengatakan secara

lisan maupun tertulis bahwa kreditur tidak lagi menuntut pembayaran terhadap

debitur.

17

(7)

7. Musnahnya Barang yang Terutang

Musnahnya barang yang terutang ialah apabila hilangnya, musnahnya atau

tidak dapat diperdagangkan lagi barang tersebut, maka hapuslah perikatannya,

dengan syarat barang tersebut musnah atau hilang bukan karena salahnya si

berutang atau lalainya si berutang.

8. Pembatalan

Dengan terjadinya pembatalan, makanya dengan sendirinya berakhir dan

hapus perjanjian tersebut.

9. Berlakunya Suatu Syarat Batal

Yaitu tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka dari itu

perjanjian tersebut berakhir.

10.Lewat Waktu (Daluarsa)

Pada pasal 1946 KUHPerdata menyatakan bahwa daluarsa adalah suatu alat

untuk memperoleh atau dibebaskannya dari suatu perikatan dengan lewatnya

batas waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang telah ditentukan oleh

undang-undang.

Unsur kredit yang yang paling penting adalah “kepercayaan” dari bank atau

kreditur terhadap nasabah peminjam atau debitur. Kepercayaan tersebut timbul

karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit

bank oleh debitur, yaitu jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda jaminan

atau agunan, dan lain-lain.

Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

(8)

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan ( berupa uang, barang atau jasa ) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitan dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka menengah dan jangka panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 18

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

Dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Perkreditan, Thomas

mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas :

b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Tingkat Risiko (Degree of Risk), yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara

18

(9)

pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh-jauhnya kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang kita jumpai dalam praktik perkreditan. 19

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Pasal 1 butir

11, unsur-unsur kredit di dalam perbankan terdiri dari beberapa unsur yaitu :

a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang.

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sedangkan tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik perbankan misalnya pemberian ( penerbitan ) garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit.

b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain.

Persetujuan atau kesepakatan merupakan dasar dari penyediaan uang atau tagihan. Persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit. Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada ketentuan hukum perikatan. Perjanjian uang antara bank dengan debitur lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit atau sebutan lain yang hampir sejenis.

c. Adanya kewajiban melunasi utang

Pinjam meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam, peminjam wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang dan debitur wajib melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakatinya.

d. Adanya jangka waktu tertentu

Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka waktu tertentu, jangka waktu tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan

19

(10)

debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan dilunasinya kredit. Berdasarkan jangka waktu tertentu, maka jangka waktu dalam perbankan dibedakan atas kredit jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

e. Adanya pemberian bunga kredit

Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang ditetapkannya adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang diberikan. Suku bunga merupakan harga atas uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. 20

Kelima unsur yang terdapat dalam pengertian kredit diatas harus dipenuhi

bagi suatu pinjaman uang untuk dapat disebut sebagai kredit didalam perbankan.

Unsur-unsur tersebut di atas dapat selalu berkembang dan menjadi lebih luas

terutama dalam perkembangan pelaksanaan perkreditan, maka unsur-unsurnya

dapat berkembang diantaranya penatalaksanaan manajemen kredit, agunan dan

cara penyelesaian sengketa.21

B. Jenis – Jenis Kredit

Menurut Hasibuan, jenis-jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan sudut

pandang pendekatan yang kita lakukan, yaitu :

1. Berdasarkan tujuannya, maksudnya kredit ini dibedakan berdasarkan dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit berdasarkan tujuannya adalah :

a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan digunakan sendiri bersama keluarganya.

b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk penigkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan tersebut.

20

M. Bahsan, Op.cit, hal. 76-78

21

(11)

2. Berdasarkan kegunaannya, maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan atau hanya kegiatan tambahan, Kredit ini dibedakan dua jenis, yaitu :

a. Kredit investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek.pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama. b. Kredit modal kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi

dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

c. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya berkaitan denga proses produksi perusahaan.

d. Kredit investasi, yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif, tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu relatif lama. Contoh: kredit untuk perkebunan, kelapa sawit, dan lain-lain.

3. Berdasarkan jangka waktu, maksudnya adalah lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai dengan masa pelunasannya, jenis kredit ini adalah :

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu tahun saja.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun.

c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

4. Berdasarkan sektor usaha, maksudnya adalah setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda , oleh karena itu pemberian fasilitas kredit berbeda pula. Jenis kredit berdasarkan sektor perekonomian adalah :

a. Kredit pertanian, yaitu kredit yang diberikan kepada perkebunan, peternakan dan perikanan.

b. Kredit peternakan, yaitu kredit yang diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek.

c. Kredit perindustrian, yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka macam industri kecil, menengah, dan besar.

d. Kredit pertambangan, yaitu kredit yang disalurkan kepada beraneka macam pertambangan.

e. Kredit ekspor-impor, yaitu kredit yang diberikan kepada eksportir dan atau importir beraneka barang.

f. Kredit pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana dam prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiwa atau pelajar.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

(12)

i. Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada beraneka macam profesi. Seperti guru dan dokter.

5. Berdasarkan jaminannya, maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit berdasarkan segi jaminannya adalah: a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan

tertentu jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud.

b. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 22

C. Syarat Sahnya Perjanjian Kredit

Perjanjian dapat dikatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila

telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang telah ditentukan oleh

undang-undang. Perlu diperhatikan bahwa perjanjian yang memenuhi syarat yang

ada dalam undang-undang diakui oleh hukum, sebaliknya perjanjian yang tidak

memenuhi syarat tidak diakui oleh hukum walaupun diakui oleh pihak-pihak yang

bersangkutan. Karena itu selagi pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian

yang mereka buat walaupun tidak memenuhi syarat perjanjian itu berlaku diantara

mereka. Apabila suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya lagi, maka hakim

akan membatalkan atau perjanjian itu batal.

Berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk

sahnya suatu perjanjian maka para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut

dibawah ini :

1. Kesepakatan atau persetujuan para pihak

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

22

(13)

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal.

Berikut uraian lebih lanjut mengenai syarat sahnya perjanjian :

1. Kesepakatan atau persetujuan para pihak,

Kesepakatan yaitu penyesuaian kehendak antara satu orang atau lebih dengan

pihak lain. Kesepakatan atau persetujuan para pihak mengandung makna bahwa

para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada penyesuaian

kehendak atau persetujuan masing-masing pihak, yang dilahirkan oleh para

pihak dan tanpa adanya unsure paksaan, kekeliruan, maupun penipuan.

Persetujuan yang mana dapat dinyatakan secara tegas maupun diam-diam.23

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Menurut ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata yang dikatakan tidak cakap

membuat perjanjian adalah :

a. Orang yang belum dewasa;

b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

c. Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang - Undang

telah dilarang membuat suatu perjanjian.

Pada umumnya orang yang cakap melakukan perbuatan hukum apabila

dapat dikatan sudah dewasa, artinya umur 21 tahun atau sudah kawin

walaupun belum 21 tahun. Ketentuan mengenai seorang perempuan

bersuami tidak boleh melakukan perbuatan hukum tertentu tanpa ijin

dari suaminya, hal demikian diatur dalam Pasal 108 dan 110

23

(14)

KUHPerdata, namun kedua Pasal tersebut menurut Surat Edaran

Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 yang diperkuat dengan Pasal

31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, sudah tidak

berlaku lagi.

3. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu disini berbicara tentang objek perjanjian. Objek

perjanjian yang dapat dikategorikan dalam Pasal 1333 KUH Perdata

sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata. Berdaskan Pasal 1333 ayat (1)

KUH Perdata, berbunyi bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai

pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, dan dalam

Pasal 1333 ayat (2) berbunyi bahwa tidaklah menjadi halangan bahwa

jumlah barang tidak ditentukan asal saja jumlah itu kemudian dapat

ditentukan atau dihitung. Selanjutnya di dalam Pasal 1334 KUH Perdata

berbunyi bahwa barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari yaitu

yang pertama obyek yang akan ada (kecuali warisan), asalkan dapat

ditentukan jenis dan dapat dihitung. Yang kedua adalah obyek yang dapat

diperdagangkan (barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan

umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).

4. Suatu sebab yang halal

Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu sebab yang halal bukanlah

sebab dalam arti yang menyebabkan atau mendorong membuat perjanjian

melainkan sebab dalam arti “isi pejanjian itu sendiri” yang

(15)

bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak. Akibat

hukum perjanjian yang berisi causa yang tidak halal adalah “batal”, seperti

yang tercantum dalam Pasal 1335 KUH Perdata yang berbunyi “suatu

perjanjian tanpa sebab, atau yang dibuat karena sesuatu sebab yang

palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum”. Sehingga

tidak mempunyai dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian dimuka hakim.

Syarat-syarat sahnya perjanjian itu menyangkut dua hal yaitu mengenai

subyeknya (yang membuat perjanjian) dan kedua mengenai obyeknya yaitu

apa yang dijanjikan oleh masing-masing pihak. Apabila tidak dipenuhinya

syarat subyektifnya maka dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada

hakim, sedangkan jika syarat obyektifnya tidak dipenuhi maka dapat batal

demi hukum (tanpa dimintakan pembatalan kepada hakim).

Dua syarat yang pertama mewakili syarat subjektif, yang berhubungan

dengan subjek dalam perjanjian, dan dua syarat yang terakhir berhubungan

dengan syarat objektif yang berkaitan dengan objek perjanjian yang disepakati

oleh para pihak dan akan dilaksanakan sebagai prestasi atau utang dari para

pihak.24

Berbeda dengan syarat pertama dan syarat kedua, syarat ketiga dan syarat

keempat merupakan syarat objektif memiliki akibat hukum dimana perjanjian

tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Tidak memiliki kekuatan hukum itu Objek tersebut akan terwujud dalam prestasi yang mengakibatkan

perjanjian harus dipenuhi atau utang harus dibayar salah satu pihak kepada pihak

lainnya.

24

(16)

sejak semula dan tidak mengikat para pihak yang membuat perjanjian atau biasa

disebut dengan batal demi hukum (null and void). Akibat batal demi hukumnya perjanjian, maka salah satu pihak tidak dapat mengajukan tuntutan melalui

pengadilan untuk meminta pemenuhan prestasi dari pihak lain. Hal tersebut

disebabkan perjanjian itu tidak melahirkan hak dan kewajiban yang mempunyai

akibat hukum.

Dengan demikian, untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi keempat

syarat tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila syarat

subjektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan apabila

syarat objektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut akan batal demi hukum.

Menurut Munir Fuady syarat sahnya perjanjian kredit adalah :

a. Adanya kesepakatan antara debitur dengan kreditur yang disebut dengan perjanjian kredit.

b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur. c. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang. d. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang.

e. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran kredit.25

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit

Hubungan hukum antara bank dan nasabah diatur dalam perjanjian, berarti

para pihak dalam hal ini bank sebagai suatu badan usaha dan nasabah baik

perorangan maupun badan usaha mempunyai hak dan kewajiban. Pemenuhan hak

dan kewajiban para pihak dalam hukum perjanjian dijamin oleh undang-undang.

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang seharusnya diterima atau

25

(17)

dilaksanakan atas suatu objek yang diperjanjikan. Objek perjanjian dalam hukum

perikatan merupakan sesuatu yang menjadi tujuan para pihak.

Adapun hak kewajiban debitur dan kreditur dalam perjanjian kredit

meliputi:

Bank mempunyai kewajiban untuk :

1. Menjamin kerahasiaan identitas nasabah beserta dengan dana yang disimpan pada bank kecuali kalau peraturan perundang- undangan menentukan lain. 2. Menyerahkan dana kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati.

3. Membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian.

4. Mengganti kedudukan debitur dalam hal nasabah tidak mampu melaksanakan kewajibannya kepada pihak ketiga.

5. Melakukan pembayaran kepada eksportir dalam hal digunakan fasilitas Letter of Credit, sepanjang persyaratan untuk itu telah dipenuhi.

6. Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan simpanan dananya di bank. 26

Bank berhak untuk :

1. Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah. 2. Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah

disepakati bersama.

3. Melelang agunan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan akad kedit yang telah ditandatangani kedua belah pihak.

4. Pemutusan rekening nasabah.

5. Mendapatkan buku cek, bilyet, giro, buku tabungan, kartu kredit dalam hal terjadi penutupan rekening.27

Debitur berhak untuk :

1. Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank. Contohnya fasilitas kartu ATM.

2. Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melalui bank. 3. Menuntut bank dalam hal terjadi pembocoran rahasia nasabah. 4. Mendapatkan agunan kembali bila pinjaman kredit telah lunas.

5. Mendapat sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit yang tidak terbayar.28

26

Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan , Mandar Maju, Bandung, 2000, hal. 63

27

Ibid, hal. 64

28

(18)

Debitur mempuyai kewajiban untuk :

1. Mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan oleh bank sesuai dengan layanan jasa yang diinginkan calon nasabah.

2. Melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh bank. 3. Menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank. 4. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank. 5. Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan.29

Di dalam Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 6

juga menyebutkan hak-hak dari bank sebagai pelaku usaha, yaitu:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. memberikan kredit

c. menerbitkan surat pengakuan hutang

d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya

e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah

f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya

g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga

h. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek

i. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia j. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

juga disebutkan, antara lain :

a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan

29

(19)

efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Terdapat pula hak spesifik bank, khususnya nasabah penabung dalam

konteks perlindungan nasabah, yakni :

a. Kepada nasabah yang ingin melakukan pembukaan rekening, yaitu bank

berhak mengetahui identitas dan latar belakang nasabah tersebut sesuai

dengan prinsip Know Your Customer (KYC).

b. Dalam kredit, bank tersebut mendapat kembali uang yang dipinjamkan

kepada nasabah dan hasil keuntungan yang diperoleh oleh debitur. 30

Sedangkan menurut Samsudin, kewajiban dari bank terhadap nasabah

terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

a. Kewajiban bank untuk tetap menjaga rahasia keuangan nasabah penyimpan dana.

Salah satu kewajiban yang timbul dari hubungan antara bank dan nasabah adalah kewajiban bank untuk merahasiakan segala transaksi yang terjadi antara bank dan nasabah penyimpan dana. Bentuk hubungan transaksi ini wajib dirahasiakan oleh bank kepada pihak manapun, kecuali dalam hal-hal tertentu, yaitu :

1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan 2) Dalam rangka kepentingan perpajakan

3) Dalam rangka kepentingan peradilan dalam perkara pidana

4) Dalam rangka kepentingan perkara perdata antara bank dan nasabah 5) Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank

b. Kewajiban untuk mengamankan dana nasabah.

Dalam kaitannya dengan tanggung jawab mengamankan uang nasabah, sebenarnya Indonesia telah memiliki PP No. 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan Uang pada Bank. Dalam salah satu diktumnya disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan meningkatkan penyimpanan

30

(20)

dana dari masyarakat perlu mengadakan suatu jaminan simpanan uang pada bank (Asuransi Deposito). Hanya saja PP No. 34 Tahun 1973 ini tidak berjalan sampai saat ini.

c. Kewajiban bank untuk menerima sejumlah uang dari nasabah.

Sesuai dengan fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana masyarakat, maka bank berkewajiban untuk menerima uang dari sejumlah nasabah atas produk perbankan yang dipilih, seperti tabungan dan deposito yang selanjutnya bank akan menyalurkan ke dalam produk perbankan yang lain, misalnya pemberian kredit.

d. Kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada masyarakat.

Kewajiban yang dimaksud adalah bahwa bank wajib melakukan kegiatan yang dilakukan selama kurun waktu tertentu dalam bentuk neraca rugi/laba dan laporan keuangan yang wajib dimuat dalam media massa setiap 3 bulan.

e. Kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam nasabahnya.

Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib meminta keterangan bukti dari diri nasabah yang bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari apabila seseorang akan mengambil atau menarik uangnya dari bank yang bersangkutan. 31

Hak dan kewajiban para pihak yang telah tertulis dalam perjanjian yang

disepakati oleh kedua belah pihak tersebut harus dipenuhi, hak dan kewajiban

setiap para pihak merupakan klausula-klausula yang diterapkan dalam perjanjian

yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, dan itu akan menjadi dasar hukum

bagi mereka yang menyepakatinya.

31

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

Hasil Penelitian: Nilai p yang diperoleh sebesar 0.000 sehingga ( p-value < 0.05) yang artinya kepatuhan ANC pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian

Untuk melakukan telaah terhadap data hasil penelitian, maka pada bab ini dipaparkan beberapa metode penelitian dengan rincian sebagai berikut: a) rancangan penelitian, b)

SKRIPSI EFEX FRAKSI AIR KULIT BUAH Citrus nobilis Lour..... DWI

Masing-masing tidak hanya memiliki pemaknaan yang berbeda pada perilaku kekerasan bullying , namun juga mengalami efek stigmatisasi yang berbeda, yang dipengaruhi oleh

Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah nyata ( real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model

Lagu ini dimainkan dengan sukat yang berubah-ubah dan penggunaan tutti dalam setiap bagian lagu, dan yang menarik dari karya ini pemain drum banyak

Posyandu lansia diselenggarakan dengan tujuan untuk : meningkatkan kesejahteraan lanjut usia dengan kegiatan lansia yang mandiri dalam masyarakat, memudahkan bagi lanjut usia