• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " BAB III - 2014"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan. Pengukuran ini dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja. Data kinerja lazimnya dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu : (a) data internal, berasal dari sistem informasi yang ditetapkan pada instansi, dan (b) data eksternal, berasal dari luar instansi baik data primer maupun data sekunder.

Pengumpulan data kinerja diarahkan untuk mendapatkan data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan konsisten, yang berguna bagi pengambilan keputusan dalam rangka perbaikan kinerja instansi pemerintah tanpa meninggalkan prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan manfaat, efisiensi dan efektifitas.

Pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja kegiatan yang terdiri dari indikator-indikator masukan, keluaran, dan hasil, dilakukan secara terencana dan sistematis setiap tahun untuk mengukur kehematan, efektifitas, efisiensi dan kuallitas pencapaian sasaran. Sedangkan pengumpulan data kinerja untuk indikator manfaat dan dampak dapat diukur pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam rangka mengukur pencapaian tujuan-tujuan instansi pemerintah. Hal ini terkait pada pertimbangan biaya dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam mengukur indikator kinerja dampak.

Pengukuran kinerja mencakup : kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target ( rencana tingkat capaian ) dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan, dan tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target ( rencana tingkat capaian ) dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan.

(2)

Berikut ini adalah tabel penetapan kinerja dan realisasi tahun 2013 : Tabel 1. Penetapan Kinerja dan Realisasi tahun 2013

SASARAN STRATEGI

S

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN

(1) (2) (3) (4) (5)

Upaya Peningkata n pelayanan Kesehatan Dasar

1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

95 84,21

Penyuluhan Kesehatan bagi Ibu

hamil dari keluarga kurang

mampu

77,700,000

2 Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi

yang ditangani 80 111,81

Pertolongan persalinan bagi ibu

hamil dari keluaraga kurang mampu 19,660,000 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. 90 85,57 Pertolongan persalinan bagi ibu

melahirkan dan anak

38,500 ,000 4 Cakupan pelayanan

Ibu Nifas 90 82,20

5 Cakupan neonatal dengan komplikasi

yang ditangani 80 45,09

6 Cakupan kunjungan

bayi 90 88,24 Pembangunan

Poskesdes 3,116,963, 468 7 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI).

100 95,1 PeningkatanImunisasi 44,059,000

8 Cakupan pelayanan anak balita 90 55 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita 12,330,000

9 Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin

(3)

10 Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan 100 100 Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

31,500 ,000

11 Cakupan penjaringan

kesehatan siswa SD dan setingkat

100 89,47 masyarakat polaPenyuluhan hidup sehat

42,845 ,000

12 Cakupan peserta KB

Aktif 70 73,89 Promosi Kesehatandan

Pemberdayaan Masyarakat

170,405,00 0

13 Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit a. Acute Flacid

Paralysis (AFP) rate per 100.000

penduduk < 15 tahun 100 0,003 Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit 19,845 ,000 b. Penemuan Penderita

Pneumonia Balita 100 89,96 c. Penemuan Pasien

Baru TB BTA Positif 100 41,2 d. Penderita DBD yang

Ditangani 100 100

e. Penemuan

Penderita Diare 100 112,29 pencegahan danPelayanan penanggulangan penyakit menular

36,249 ,000

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar

masyarakat miskin 100 83,24

Peningkatan Kesehatan Masyarakat 1,971,401, 959 Upaya Pelayanan kesehatan Rujukan

15 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.

100 3,30

Upaya kesehatan

Masyarakat 6,018,859,598 16 Cakupan pelayanan

gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota.

(4)

Upaya penyelidika

n

17 Cakupan

Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam

100 100

Peningkatan Surveilance Epidemiologi dan

Penanggulangan Wabah

66,096 ,000

Upaya Promosi Kesehatan

18 Cakupan Desa Siaga

Aktif 80 59,84 Promosi Kesehatandan

Pemberdayaan Masyarakat

170,405,00 0

B. EVALUASI DAN ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Evaluasi kinerja ini dilakukan dengan menghitung pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara membandingkan antara rencana pencapaian dengan realisasi pencapaian kegiatan baik aspek input, output, outcome, benefit maupun impact yang kemudian masing-masing komponen diberikan bobot untuk mendapatkan nilai akhir dari pencapaian kegiatan. Dalam pengukuran kinerja ini, komponen benefit dan impact sebagian besar belum bisa dievaluasi secara langsung, karena kegiatan yang dilaksanakan tahun ini, benefit dan impactnya baru bisa dilihat beberapa waktu yang akan datang.

Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran pertama adalah meningkatnya upaya pelayanan kesehatan dasar, mempunyai 14 indikator pencapaian sasaran, yaitu:

(5)

dan kesadaran masyarakat tentang kehamilan juga senantiasa perlu ditingkatakan melalui media promosi, terutama dengan diaktifkannya kelurahan siaga.

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, didapat dari perhitungan persentase jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan dibagi dengan estimasi jumlah ibu hamil beresiko di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Pada tahun 2013, estimasi jumlah ibu hamil dengan komplikasi kebidanan tertangani (111,81%). Target 80% telah tercapai dan pencapaian yang sudah baik ini dikarenakan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar ataupun rujukan sudah cukup baik dan diimbangi dengan tersedianya sumber daya kesehatan yang kompeten.

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi, dihitung dari persentase jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dibagi dengan jumlah seluruh ibu bersalin di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten sebesar (85,57%) meningkat dari tahun lalu yaitu (83,84). Walaupun angka tersebut belum mencapai target (90%), tetapi jumlah nakes masih cukup banyak, yaitu tersebar tidak merata di seluruh kabupaten Lombok Barat. Sehingga beberapa wilayah yang jumlah nakes masih banyak tidak dapat melebihi target yang ditetapkan, yaitu 80%. Menjadi tantangan besar terutama bagi tenaga kesehatan di puskesmas yang mengalami peningkatan fungsi sebagai Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar). Selebihnya kerjasama dengan bidan praktek swasta dan nakes yang terbina menjadi faktor yang mempengaruhi pencapaian yang baik di beberapa wilayah. Selain juga pemanfaatan fungsi desi siaga oleh masyarakat yang semakin baik terutama desa siaga maternal.

(6)

bersalin di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013 ibu bersalin yang mendapat pelayanan sebesar 82,20%. Angka tersebut masih jauh di bawah target yang ditetapkan yaitu 90%. Meskipun demikian terjadi peningkatan dari tahun lalu yaitu 81,48%. Pencapaian yang masih belum mencapai target ini dikarenakan masih kurangnya koordinasi dengan bidan praktek swasta dan kader/fasilitator kelurahan siaga serta nakes dalam sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan nifas.

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, diperoleh dari perhitungan persentase jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan dibagi dengan jumlah keseluruhan neonatus yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2013, terdapat sebanyak 45,09% kasus neonates dengan komplikasi yang telah tertangani. Sedangkan target yang ditetapkan 80%, sehingga dengan demikian target tidak tercapai. Hal ini dikarenakan ketidak siapan tenaga kesehatan untuk memberikan penanganan baik di pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan khusunya untuk wilayah terpencil. Dibantu kurang adanya peran kader siaga sehingga dapat meningkatkan hasil penjaringan neonatus dengan komplikasi.

6. Cakupan kunjungan bayi, didapat dari perhitungan persentase jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi dengan jumlah bayi yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Diasumsikan bayi yang berusia 12 bulan telah mendapat 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar, maka cakupan kunjungan bayi dilihat dari cakupan kunjungan bayi B12. Bayi yang melakukan kunjungan dan mendapatkan pelayanan (88,24%). Pencapaian mengalami penurunan sebesar dari tahun lalu yaitu 97,77%. Dengan demikian angka tersebut juga belum mencapai target yang ditetapkan, yaitu 90%. Hal ini disebabkan masih banyak orang tua balita menganggap tidak perlu lagi datang ke posyandu apabila imunisasi anak sudah lengkap. Padahal posyandu sebagai tempat yang paling efektif untuk menjaring dan memberikan pelayanan kesehatan dasar sebagai perpanjangan tangan puskesmas.

(7)

keseluruhan desa/kelurahan yang ada. Pada tahun 2013, desa yang sudah termasuk dalam kategori UCI (95,10%). Berdasarkan angka tersebut, target 100% memang belum tercapai, namun angka ini sudah menunjukan katergori memuaskan walaupun masih diperlukan upaya untuk meningkatkan pencapaian di beberapa desa yang belum memenuhi target. Adapun salah satu masalah yang ditemukan adalah adanya perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah penduduk riil dengan estimasi yang dikeluarkan oleh BPS, sehingga ini berdampak pada perhitungan pencapaian di beberapa wilayah kerja puskesmas. Selain itu koordinasi lintas sektor pun perlu diadakan di tingkat kecamatan/kelurahan sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat, sehingga diharapkan dukungan masyarakat juga akan meningkat terhadap program imunisasi, terutama imunisasi yang menjadi indikator UCI, yaitu BCG, DPT-HB3, Polio 4 dan Campak.

8. Cakupan pelayanan anak balita didapat dari perhitungan persentase rata-rata jumlah balita ditimbang yang naik berat badannya dibagi dengan jumlah rata-rata balita yang ditimbang di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Balita yang mendaptakan pelayanan (55%) dari target yang seharusnya (90%). Seperti terjadi pada tahun sebelumnya, cakupan pelayanan anak balita masih dibawah target ini dikarenakan tingginya standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan. Dengan demikian jika ingin mencapai target yang realistis adalah mengubah target disesuaikan dengan kemampuan sumber daya kesehatan setempat.

9. Cakupan MP-ASI pada balita gakin, diperoleh dari perhitungan persentase jumlah balita gakin yang mendapat MP-ASI dibagi dengan jumlah seluruh balita gakin yang ada. Cakupan MP-ASI merupakan hasil dari kegiatan pemberian MP-ASI pada balita gakin. Namun pada tahun 2013, kegiatan pemberian MP-ASI tidak dilaksanakan karena selama ini kegiatan tersebut merupakan kegiatan dari pusat yang dibebankan ke daerah dengan sumber dana APBN. Sampai saat ini, Kabupaten Lombok Barat belum dapat melaksanakannya secara mandiri, karena keterbatasan sumber daya yang ada.

(8)

kesehatan dibagi dengan jumlah seluruh balita gizi buruk yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2013, dari penemuan balita gizi buruk yang ada di Kabupaten Lombok Barat, seluruhnya telah mendapatkan perawatan (100%). Seperti tahun lalu, angka ini sudah mencapai target yang ditentukan, yaitu 100%. Hal ini dikarenakan semakin baiknya tingkat kesadaran di masyarakat terutama keluarga balita gizi buruk, untuk memeriksakan kesehatan anaknya, sehingga petugas tidak menemukan kesulitan yang berarti saat melakukan perawatan. Perawatan yang dilakukan adalah pemantauan secara intensif oleh tenaga kesehatan di puskesmas maupun penyelenggaraan klinik gizi di dinas kesehatan secara rutin setiap bulannya dengan mendatangkan dokter spesialis anak.

11. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga esehatan atau tenaga terlatih (Guru UKS atau Dokter Kecil) didapat dari hasil pemeriksaan siswa SD dan setingkat pada kegiatan penjaringan yang dilakukan kepada seluruh siswa SD kelas 1. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain: pemeriksaan mata, gigi dan mulut, gizi, dan kesehatan secara umum. Persentase dari jumlah siswa kelas 1 SD/setingkat yang diperiksa dibagi dengan keseluruhan jumlah siswa kelas 1 SD/setingkat. Pada tahun 2013, terdapat siswa yang diperiksa dari jumlah keseluruhan (89,47%). Sehingga target 100% belum tercapai. Hal ini dikarenakan masih sulitnya kerjasama dengan siswa kelas 1 SD padahal pemeriksaan yang dilakukan ada beberapa jenis. Beberapa puskesmas melakukan penjaringan bersamaan dengan imunisasi anak sekolah sehingga kesulitan semakin besar karena imunisasi memberikan rasa takut pada sebagian siswa SD kelas 1. Sehingga tidak semua siswa mendapat pemeriksaan lengkap, bahkan ada beberapa yang pulang atau tidak masuk pada saat pemeriksaan.

(9)

koordinasi lintas sektor dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (P2KB).

13. Persentase kasus penemuan pneumonia Balita, diperoleh dari jumlah penderita ISPA/Pneumonia yang ditemukan dan diobati selama kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah perkiraan penderita ISPA/Pneumonia dalam kurun waktu yang sama. Pada tahun 2013, ditemukan (89,96%) kasus dari (100%) kasus yang ditargetkan. Pencapaian masih kurang ini dikarenakan peningkatan kinerja penjaringan kasus (case finding) masih belum bisa maksimal. Selain itu dukungan dari masyarakat juga masih kurang terutama para kader dan fasilitator kelurahan siaga.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (+), didapat dari perhitungan persentase jumlah penderita TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibagi dengan jumlah perkir aan penderita baru TBC BTA (+) di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Dari sejumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+), ditemukan sedikit penderita baru. Sehingga realisasi pada tahun 2013 tidak memenuhi target 100%, yaitu hanya mencapai 41,2%. Hal ini dikarenakan aksesibilitas masyarakat akan pelayanan kesehatan terutama puskesmas belum cukup baik.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD, diperoleh dari perhitungan persentase jumlah penderita DBD yang ditemukan dan ditangani sesuai standar operasional prosedur yang berlaku dibagi dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2013, ditemukan beberapa penderita DBD, dan seluruhnya sudah mendapat penanganan sesuai standar (100%). Hal ini dikarenakan proporsi rumah sakit dan penduduk Kabupaten Lombok Barat yang cukup baik, sehingga kasus-kasus yang ditemukan dapat segera ditangani, seperti halnya kasus DBD.

(10)

pelaporan yang masih kurang, ditambah dengan keterbatasan sumber daya manusia sehingga rangkap tugas membuat program tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

14. Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin, dihitung dari jumlah pasien gakin dan masyarakat rentan yang mendapat jaminan kesehatan dibagi dengan jumlah keseluruhan masyarakat miskin dan rentan pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013, baru mencapai 83,24% dari 100% target yang ditentukan. Hal ini disebabkan belum meratanya jaminan kesehatan untuk masyarakt miskin dikarenakan data kepesertaan yang masih kurang lengkap.

Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran kedua adalah meningkatnya upaya pelayanan kesehatan rujukan, mempunyai 2 indikator pencapaian sasaran, yaitu:

1. Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin, dihitung dari jumlah pasien masyarakat miskin yang mendapat rujukan kesehatan dibagi dengan jumlah keseluruhan masyarakat miskin dan rentan pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2013, hanya mencapai 3,30% dari 100% target yang ditentukan. Hal ini disebabkan belum pahamnya masyarakat tentang konsep rujukan, masyarakat tidak mau repot apalagi tujuan rujukan yang jauh akan menambah kurangnya kemauan masyarakat untuk mendapatkan rujukan. Dalam hal ini perlu dilakukan sosialisasi secara menyeluruh dan mendasar ke masyarakat sehingga mereka bisa memahami pelayanan kesehatan dasar saja yang bisa di tangani di tingkat pukesmas. Sedangkan untuk kasus-kasus yang berat harus mendapat rujukan.

(11)

Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran ketiga adalah meningkatnya upaya penyelidikan KLB, mempunyai 1 indikator pencapaian sasaran, yaitu Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi<24 jam, dan kegiatan ini masih belum berjalan karena pada tahun 2013 tidak pernah terjadi KLB.

Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran keempat adalah meningkatnya upaya promosi kesehatan, mempunyai 1 indikator pencapaian sasaran, yaitu cakupan Desa Siaga Aktif, pada tahun 2013 baru mencapai 59,84% dari 80% target yang sudah ditentukan. Masih rendahnya capaian ini karena masih kurangnya ketelibatan lintas sektor terutama sektor terkait kecamtan dan jajarannya.

Untuk Pencapaian indikator sasaran yang merupakan Indikator Kinerja Utama berdasarkan LPPD Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Pencapaian Sasaran Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013

No

. Indikator Utama satuan Tahun 2013Capaian Target

1 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani % 111,81 80

2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yangmemiliki kompetensi kebidanan % 88,57 90

3 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) % 95,1 100

4 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan % 100 100

(12)

6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD % 100 100

7 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin % 3,30 100

8 Cakupan kunjungan bayi % 88,24 90

9 Posyandu Aktif % 66,10 100

Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa dari sembilan indikator kinerja utama Dinas Kesehatan terdapat tiga indikator yang telah mencapai target. Masih ada enam indikator yang belum mencapai target. Hal ini disebabkan penggunaan target Nasional.

Berikutnya pengukuran kinerja kegiatan dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan tertentu. Kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan tahun anggaran 2013, dibiayai dari berbagai sumber anggaran antara lain APBD dan bersumber DAK Bidang Kesehatan. Adapun hasil pengukuran kinerja kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013

N

O PROGRAM KEGIATAN INPUT% OUTPUT% HASIL % R DANA SUMBE 1 Pelayanan

Administrasi Perkantoran

1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 100 100 100 APBD

2 Penyediaan Jasa Komunikasi : Sumber Daya Air dan Listrik 83 100 100 APBD

3 Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional 91

10

0 100 APBD

4 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan 100

10

0 100 APBD

5 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor, sopir, tukang kebun, dll 91

10

0 100 APBD

6 Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja 100

10

0 100 APBD

7 Penyediaan Alat Tulis Kantor 100

10

(13)

Penggandaan 100 0

9 Penyediaan Komponen Instalasi listrik/penerangan bangunan kantor 100

10

0 100 APBD

10 Penyediaan peralatan dan perlengkapankantor 100

10

0 100 APBD

11 Penyediaan Bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan 100

10

0 100 APBD

12 Rapat rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah 95 100 100 APBD

13 Penyediaan jasa tenaga kerja administrasi/teknis perkantoran 89 100 100 APBD

2 PeningkatanSarana dan Prasarana

Aparatur

1 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor 95 100 100 APBD

2 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional 100 100 100 APBD

3 Pemeliharaan rutin/berkala meubelair 100 100 100 APBD

3 Peningkatan Disiplin Aparatur 1 Pengadaan mesin/kartu absensi 100 100 100 APBD

2 Koordinasi Penegakan / peningkatan disiplin PNS dan justisi 100 100 100 APBD

4

Peningkatan Kapasitas Sumber

Daya Aparatur 1 Pendidikan dan Pelatihan Formal 99

10

0 100 APBD

2 Bimbingan dan Pelatihan Teknis 99 100 100 APBD

APBD

5

Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja

dan Keuangan

1 Penyusunan Profil / Monografi 100 100 100 APBD

2 Penyusunan KUA PPAS, RKA, DPA dan DPPA 100 100 100 APBD

3 Penyusunan Laporan Rencana Kerja Program / Kegiatan 86 100 100 APBD

4 Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kenerja Instansi Pemerintah ( LAKIP ) 100 100 100 APBD

6

Obat dan Perbekalan

Kesehatan

1 Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan 97

10

0 100 APBD

2 Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan 100 100 100 APBD

3 Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin

97 100 100 APBD

4 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit 100 100 100 APBD

5 Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan 98 100 100 APBD

(14)

7

Upaya Kesehatan Masyarakat

1 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya 93 100 100 APBD

2 Pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan 86 100 100 APBD

3 Peningkatan Kesehatan Masyarakat 82 100 100 APBD

4 Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan 44 100 100 APBD

5 Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan 65 100 100 APBD

6 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 95 100 100 APBD

7 Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan 100 100 100 APBD

8

Pengawasan Obat dan Makanan

1

Peningkatan pemberdayaan

konsumen/masyarakat di bidang obat dan makanan

10

0 100 100 APBD

2 Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya 95 100 100 APBD

APBD

9 Kesehatan danPromosi Pemberdayaan Masyarakat

1 Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat 100 100 100 APBD

2 Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat 93 100 100 APBD

3 Monitoring, evaluasi dan pelaporan 92 100 100 APBD

10

Perbaikan Gizi Masyarakat

1 Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi 100 100 100 APBD

2

Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

96 100 100 APBD

3 Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi 99 100 100 APBD

4 Monitoring, evaluasi dan pelaporan 100 100 100 APBD 10

0 100 APBD

11

Pengembangan Lingkungan Sehat

1 Pengkajian Pengembangan LingkunganSehat 99 100 100 APBD

2 Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat 100 100 100 APBD

3 Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat 100 100 100 APBD

(15)

12

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

1 Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular 100 100 100 APBD

2 Pelayanan/Pemerikasaan Kesehatan Haji 100 100 100 APBD

3 Peningkatan imunisasi 99 100 100 APBD

4 Peningkatan Surveilance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah 78 100 100 APBD

5

Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit

10 0

10

0 100 APBD

13 Standarisasi Pelayanan Kesehatan

1 Penyusunan standar pelayanan kesehatan 100 100 100 APBD

2 Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan 99 100 100 APBD

3 Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan 99 100 100 APBD

4 Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan 99 100 100 APBD

5 Monitoring dan Evaluasi Pelaporan 99 100 100 APBD

6 Pelayanan dan Pengembangan Laboratorium Klinik 99 100 100 APBD

14

Pelayanan Kesehatan

Penduduk Miskin 1 Monitoring dan Evaluasi Pelaporan

9

4 100 100 APBD 10

0 100 APBD

15

Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana

dan Prasarana Puskesmas/Puskes

mas Pembantu dan Jaringannya

1 Pembangunan puskesmas 99 100 100 APBD

2 Pembangunan puskesmas

pembantu/Polindes/Poskesdes 98 100 100 APBD Pengadaan Puskesmas Keliling 100 100 100 APBD

3 Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana & Prasarana Puskesmas 99 100 100 APBD

4 Monitoring dan Evaluasi Pelaporan 95 100 100 APBD

APBD

16

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

(16)

17 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

1 Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan 88 100 100 APBD

2 Monitoring, evaluasi dan pelaporan 100 100 100 APBD

APBD

18

Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

1

Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan Makanan

Restoran 100

10

0 100 APBD

19

Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

1 Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu 92 100 100 APBD

2 Pertolongan persalinan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu 100 100 100 APBD

3 Pertolongan persalinan bagi ibu melahirkan dan anak 91 100 100 APBD

T O T A L

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa Pencapaian indikator kinerja dari 72 kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat pada tahun anggaran 2013 menunjukan pencapaian yang memuaskan.

B. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Anggaran pembiayaan pembangunan Kesehatan dua tahun terakhir ini di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat bersumber dari :

No SUMBER DANA TAHUN 2013

1. APBD JUMLAH %

a. DAU Program Rp. 2.632.930.145 ,-b. DAU Retribus Rp. 12.988.632.672,-d. DAK + Pendamping Rp.

5.053.279.000,-2. 3.

Total APBD

Belanja Tidak Langsung

Rp. 20.674.861.817,-Rp. 37.867.707.708,22

35,00 % 65,00 %

(17)

Gambar

tabel berikut:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan

8) Surat keterangan dari produsen di negara asal tentang penunjukan pabrik pengemas yang baru (jika produk impor) 9) Metode dan data uji stabilitas. 10) Rancangan

Tetapi saya berjanji kepada Anda bahwa jika Anda berdoa, memercayai bahwa Bapa Surgawi ada di sana, bahwa Dia menga- sihi Anda, dan bahwa Dia dapat menjawab semua doa, iman Anda

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga

Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan usaha yang telah dilakukukan Rumah Makan Solok Permai

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji parsial (t) lingkungan kerja non fisik tidak memiliki pengaruh yang signifikan

Trend apapun yang muncul, seringkali berasal dari maraknya media massa seperti televisi dan majalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi apapun yang mereka makan dan pakai