HUBUNGAN ANTARA MODAL USAHA DENGAN PROFIT MARGIN DAN PENJUALAN RATA-RATA
(Studi kasus pada penerima kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh :
Henricus Eko Hari Prasetyo 062114095
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN ANTARA MODAL USAHA DENGAN PROFIT MARGIN DAN PENJUALAN RATA-RATA
(Studi kasus pada penerima kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh :
Henricus Eko Hari Prasetyo 062114095
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO
Semua ini akan indah pada waktunya, manusia tinggal berusaha dan Tuhan akan memberikannya.
Tak ada gunanya perkataan tanpa perbuatan.
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang ada di surga, terima kasih atas rahmat
yang telah Engkau berikan.
Kedua orang tuaku, adikku dan semua keluarga yang telah memberi
dukungan kepadaku.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecilku ini kupersembahkan kepada orang-orang yang
aku sayangi:
Tuhan Yesus Kristus yang memberikan hidup dan Bunda Maria
sebagai teladan hidupku.
Kedua orangtuaku Henrikus Suroso dan Agnes Sukarnihari
yang telah memberikan aku dukungan doa serta kasih
sayangnya sepanjang hidupku dan memberikan segalanya yang
aku butuhkan dalam kehidupanku.
Adikku Marcelinus Aji Hari Kristiawan yang selalu setia
mendukung dan memberikan semangat demi keberhasilan serta
masa depanku.
Para dosen FE yang selalu membantuku.
Dan teman-teman Akuntansi Fakultas Ekonomi USD yang
selalu mendukungku.
vi
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan dibahwa ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Hubungan Antara Modal Usaha dengan Profit Margin dan Penjualan Rata-Rata Studi kasus pada penerima kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum.
Dan diajukan sebagai hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberi pengakuan pada penulisan aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil penulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa ternyata saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh univeritas batal saya terima
Yogyakarta, 04 Oktober 2011 Yang membuat pernyataan,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Henricus Eko Hari Prasetyo
Nomor Mahasiswa : 062114095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA MODAL USAHA DENGAN PROFIT MARGIN DAN PENJUALAN RATA-RATA
(Studi kasus pada penerima kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Oktober 2011
Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memeperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Romo rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberi kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.
2. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.si., Akt., QIA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt., QIA., selaku Kepala Program
Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA., sebagai dosen
pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan
ix
6. Bapak Gondho Suparmanto, selaku koordinator LKM Arum Sembada desa
Sendangarum yang telah memberi ijin dan bantuan untuk melakukan
penelitian.
7. Ibu semi selaku koordinator UPK, mbak Yani dan mbak Parlupi selaku
karyawan UPK yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.
8. Kedua orang tua dan adikku yang telah mendukung dan mendoakan.
9. Teman-teman HIMAKS 2008, adikku Rita, Pipin, Maya, Iyas, Fani, Fana,
Vika dan sahabatku Evi yang selalu memberi dukungan dan doa demi
kelancaran skripsi ini
10. Teman-teman multimedia Gereja, Pure Dewa Entertaiment, dan Semua
teman-teman OMK yang telah memberi semangat dan dukungan
11. Teman-teman angkatan 2006 dan teman-teman MPT, Dombat, Seno, Juli,
Santi, Ani, Andre dan Putri terima kasih atas kerjasama dan masukan bagi
penulisan skripsi ini
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
semua dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 04 Oktober 2011
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS...
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI ...
KATA PENGANTAR...
A. Latar Belakang Masalah...
xi
F. Sistematika Penulisan...
BAB II LANDASAN TEORI...
A. Modal...
B. Profit Margin...
C. Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri...
D. Kredit...
E. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah...
F. Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri...
G. Faktor Keberhasilan Usaha...
H. Pengembangan Hipotesis...
I. Penelitian Terdahulu...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
A. Jenis Penelitian...
B. Tempat dan Waktu Penelitian...
C. Subjek dan Objek Penelitian...
D. Data yang Diperlukan...
E. Variabel Penelitian...
F. Teknik Pengumpulan data...
G. Teknik Pengambilan Sampel...
H. Teknik Analisis Data...
BAB IV GAMBARAN UMUM...
A. Sejarah PNPM Mandiri...
B. Deskripsi lokasi PNPM Mandiri...
xii
C. Visi dan Misi PNPM Mandiri Desa Sendangarum...
D. Struktur Organisasi PNPM Mandiri...
E. Kegiatan PNPM Mandiri...
F. Anggota PNPM Mandiri Penerima Pinjaman Bergulir Atau
Kredit...
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...
A. Deskripsi Data...
B. Analisis Data...
1. Data Peserta PNPM Mandiri...
2. Uji Normalitas...
3. Hubungan Modal Usaha dengan Profit Margin...
4. Hubungan Modal Usaha dengan Penjualan
xiii
Daftar Peserta KSM Wira Mandiri...
Daftar Peserta KSM Ubet...
Daftar Peserta KSM Jengger Wilah...
Daftar Peserta KSM Melati...
Daftar Peserta KSM Ngudi Makmur...
Data kredit PNPM Mandiri...
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...
Correlationsmodal usaha dan profit margin...
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PNPM Mandiri...45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Peserta Kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum...72
Lampiran 2 Data yang dianalisis...74
Lampiran 3 Hasil Analisis...76
xvi ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MODAL USAHA DENGAN PROFIT
MARGIN DAN PENJUALAN RATA-RATA
(Studi kasus pada penerima kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum)
Henricus Eko Hari Prasetyo 062114095
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2011
Penelitian ini betujuan mengetahui hubungan modal dengan profit margin dan hubungan modal dengan penjualan rata-rata pada kelompok usaha masyarakat desa Sendangarum penerima kredit PNPM Mandiri. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan pencatatan pemberian dan laporan kredit PNPM Mandiri 2) melakukan analisis terhadap hubungan modal usaha dengan profit margin dan penjualan rata-rata pada kelompok usaha masyarakat penerima kredit dari PNPM Mandiri.
xvii ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN CAPITAL WITH PROFIT
MARGINS AND SALES AVERAGE
(A case study to recipients of credit of PNPM Mandiri Village Sendangarum)
Henricus Eko Prasetyo 062 114 095 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research aimed at knowing the relationship between capital and profit margins and the relationship between capital and average sales in the community business group of Sendangarum village who was credit recipients of PNPM Mandiri. This type of research was case study. The techniques of data collection used in this research were interview and documentation. The steps taken to achieve the goal of this research were 1) describing the recording of the credit extension and reports of PNPM Mandiri 2) doing analysis of the relationship of capital with profit margins and average sales in the community business group of PNPM Mandiri who was credit recipients.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan perekonomian Indonesia saat ini tidak akan
lepas dari peran serta usaha – usaha kecil dan menengah (UKM) yang ada.
Pemberdayaan UKM merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan
dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat
Indonesia, karena UKM ini menyediakan lapangan kerja sehingga mengurangi
kesenjangan dan tingkat kemiskinan (Afiah, 2009:1). Pengembangan UKM
perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun
masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi
lainnya. Kebijakan pemerintah perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan UKM dengan pemberian modal disamping mengembangkan
kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan
pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.
Perkembangan jumlah UKM periode 2006-2007 mengalami
peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun 2006
menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2007. Pada tahun 2006, peran UKM
terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp.
1.786,22 triliun atau 53,49 persen, kontribusi usaha kecil(UK) tercatat sebesar
532,86 triliun atau 15,96 persen dari total PDB nasional, selebihnya adalah
usaha besar (UB) yaitu Rp. 1.553,26 triliun atau 46,51 persen. Sedangkan
pada tahun 2007, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut
harga berlaku tercatat sebesar Rp. 2.121,31 triliun atau 53,60 persen dari total
PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 335,09 triliun atau
18,76 persen dibanding tahun 2006. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp.
1.496,25 triliun atau 37,81 persen dan UM sebesar Rp. 625,06 triliun atau
15,79 persen, selebihnya sebesar Rp. 1.836,09 triliun atau 46,40 persen
merupakan kontribusi UB (Afiah, 2009:2). Pada tahun 2008 jumlah UKM
menjadi 51,26 unit. PDB UKM tahun 2008 mencapa Rp 2.609 triliun dimana
Rp 1.505 triliun disumbangkan oleu usaha mikro (Setiawan,2009).
Dengan pentingnya peranan usaha kecil dan menengah ini maka pihak
swasta dan pemerintah mulai memberikan bantuan dalam bidang permodalan.
Pihak swasta yaitu bank dan non bank bersaing mempromosikan
program-program kredit bagi para pemilik usaha-usaha kecil dan menengah.
Lembaga-lembaga keuangan memberikan kredit dengan semudah mungkin dengan tetap
memperhatikan pengendalian pemberian kredit. Tidak hanya lembaga
keuangan swasta tetapi pemerintah juga mengeluarkan program yang
membantu peningkatan dari usaha-usaha kecil dan menengah. Salah satunya
adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM
Mandiri) yang dimulai pada tahun 2007.
PNPM Mandiri adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan
Kegiatan PNPM Mandiri meliputi penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana
lingkungan, penyediaan sumber daya keuangan atau kredit, peningkatan
sumberdaya manusia, peningkatan kapasitas masyarakat lokal. Penyediaan
sumber daya keuangan merupakan salah satu kegiatan yang memberi
pinjaman modal dan yang lain adalah kegiatan dalam bentuk pemberian
bantuan dan tidak ada pengembalian. Penyediaan sumberdaya ini dikelola dan
diawasi secara mandiri oleh lembaga yang dibentuk oleh fasilitator PNPM
Mandiri beserta masyarakat. Sistem kredit yang digunakan oleh PNPM
Mandiri merupakan sistem sederhana yang dapat dipahami oleh warga
masyarakat. Dengan sistem yang dibuat lebih mudah ini diharapkan nantinya
para peserta atau pemohon kredit di PNPM Mandiri ini dapat mandiri dan
dapat membuka lapangan pekerjaan baru guna meningkatkan taraf hidup
masyarakat di sekitarnya.
Salah satu kecamatan yang digunakan sebagai pilot proyek PNPM
Mandiri pada tahun 2007 dalam rangka penanggulangan kemiskinan adalah
kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman. Dipilihnya kecamatan tersebut
dikarenakan beberapa pertimbangan yakni, kondisi PDRB Perkapita
masyarakat rendah, jumlah rumah tangga miskin tinggi, kajian kondisi
terparah tentang kemiskinan oleh BPS DIY. Dengan latar belakang demikian
maka penulis mengajukan judul HUBUNGAN ANTARA MODAL USAHA
DENGAN PROFIT MARGIN DAN PENJUALAN RATA-RATA (Studi
kasus pada penerima kredit PNPM Mandiri Desa Sendangarum, Kabupaten
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara modal usaha dengan profit margin pada
kelompok usaha masyarakat penerima PNPM Mandiri Desa
Sendangarum?
2. Adakah hubungan antara modal usaha dengan penjualan rata-rata pada
kelompok usaha masyarakat penerima PNPM Mandiri Desa
Sendangarum?
C. Batasan Masalah
Dalam suatu keberhasilan usaha ada beberapa faktor yang mempengaruhi
antara lain modal, Perencanaan, pendidikan, karyawan, produk, umur, orang
tua dan pemasaran. Supaya penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti
memberi batasan yaitu : bagian yang akan di teliti yaitu hubungan antara
modan dengan profit margin dan tingkat penjualan dari kelompok usaha
masyarakat.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan modal dengan profit margin
terhadap kelompok usaha masyarakat desa Sendangarum penerima kredit
PNPM Mandiri.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan modal dengan penjualan rata-rata
terhadap kelompok usaha masyarakat desa Sendangarum penerima kredit
PNPM Mandiri.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
yang berguna bagi PNPM khususnya dalam rangka pengambilan
keputusan untuk memberikan kredit kepada masyarakat.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi pustaka yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
3. Bagi Penulis
Menambah pengalaman dan sebagai pembelajaran penerapan antara teori
yang telah didapatkan dan praktek dalam dunia usaha.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari
masalah yang ada.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, subjek
dan objek penelitian, metode pengumpulan data, data yang dicari
dan teknik analisis data.
Dalam bab ini akan diuraikan sejarah PNPM Mandiri di Desa
Sendangarum, lokasi Desa Sendangarum, struktur organisasi,
Kegiatan PNPM Mandiri dan Keanggotaan PNPM mandiri.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi data, analisis
data dan pembahasan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Modal
1. Konsep Modal
Konsep modal menurut Pedoman Standart Akuntasi Keuangan (PSAK)
Modal seperti uang atau daya beli yang diinvestasikan, modal adalah aset
bersih atau ekuitas perusahaan (PSAK,2007:19). Didalam persamaan
akuntansi modal sama dengan aset perusahaan di kurangi dengan
kewajiban perusahaan. Alasanya adalah suatu aset disediakan oleh kreditor
atau pemilik. Untuk mengatahui yang menjadi hak pemilik, maka aset
dikurangkan kewajiban dan hasil dari pengurangan tersebut adalh aset dari
pemilik (Keiso,2009:16).
2. Peningkatan dan penurunan Modal
a. Peningkatan modal
Dalam perusahaan modal pemilik akan mengalami peningkatan yang
diakibatkan oleh (Keiso,2009:17):
1) Investasi pemilik
Investasi pemilik adalah aset pemilik yang ditempatkan ke dalam
bisnis. Investasi yang di tempatkan oleh pemilik ini kedalan bisnis
akan membuat modal yang ada di bisnis tersebut mengalami
2) Pendapatan
Pendapatan adalah peningkatan kotor modal seorang pemilik yang
berasal dari aktifitas bisnis yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan laba. Pendapatan pada umumnya berasal dari
penjualan barang, pemberian jasa, penyewaan properti. Dan
pinjaman uang
b. Penurunan modal
Dalam perusahaan modal pemilik akan mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh (Keiso,2009:17):
1) Penarikan
Seorang pemilik dapat menarik kas atau aset lain untuk
kepentingan pribadinya. Penarikan seperti ini biasanya dapat
dibukukan sebagai penurunan modal secara langsung.
2) Pengeluaran
Pengeluaran atau beban adalah biaya aset yang dikeluarkan atau
jasa yang digunakan dalam proses meperoleh pendapatan. Hal
tersebut merupakan penurunan modal pemilik yang berasal dari
pengoprasian bisnis.
3. Penanaman modal
Penanaman modal adalah investasi atau pemilikan sumber-sumber dalam
jangka panjang yang akan bermanfaat pada beberapa periode akuntansi
tujuan perusahaan serta akibat ekonomisnya terhadap laba perusahaan
dalam jangka panjang (Supriyono,2006:424).
B. Profit Margin
1. Konsep Profit Margin
Profit margin ini menghitung dengan membagi laba bersih dengan
penjualan, sehingga dapat mengetahui kemampuan suatu usaha
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai
(Bringham,2010:146). Profit margin dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
Laba bersih
Profit margin =
Penjualan
2. Unsur-Unsur Profit Margin
a. Laba
Laba adalah tambahan kemampuan ekonomi yang ditandai dengan
kenaikan kapital dalamsuatu perioda yang berasal dari kegiatan
produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh
entitas pemilik modal tanpa mengurangi kemampuan ekonomi modal
mula-mula (Suwarjono,2008:509). Didalam Keiso (2009:37) laba
bersih diartikan sebagai jumlah selisih pendapatan yang melebihi dari
b. Penjualan
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan
yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti dan sewa (PSAK,2007:23.1).
Sehingga penjualan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas perusahaan
untuk memperoleh penghasilan.
C. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)
1. Pengertian PNPM MANDIRI
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan
pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat
memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
1) Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
miskin secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk
masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat
terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering
terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan.
2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif, dan akuntabel.
3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,
program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin
(pro-poor).
4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta,
asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk
mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
5) Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta
kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam
6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai
dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan
lokal.
7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna,
informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
3. Strategi
Strategi PNPM Mandiri terdiri atas (Tim PNPM Mandiri,2007:12) :
a. Strategi Dasar
1) Mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat.
2) Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak
untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian
masyarakat.
3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan
sektoral, pembangunan kewilayahan, dan pembangunan
partisipatif.
b. Strategi Operasional
1) Mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki
masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis.
2) Menguatkan peran pemerintah kota/kabupaten sebagai pengelola
3) Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya,
mengakar, dan akuntabel.
4) Mengoptimalkan peran sektor dalam pelayanan dan kegiatan
pembangunan secara terpadu di tingkat komunitas.
5) Meningkatkan kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam
memahami kebutuhan dan potensinya serta memecahkan berbagai
masalah yang dihadapinya.
6) Menerapkan konsep pembangunan partisipatif secara konsisten dan
dinamis serta berkelanjutan.
4. Prinsip Dasar PNPM MANDIRI
PNPM-Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar berikut ini (Tim PNPM
Mandiri,2007:12-13) :
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri
senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia
seutuhnya.
b. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki
kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan
dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.
c. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau
d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang
dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
e. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong
menjalankan pembangunan.
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.
g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan
secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada
kepentingan masyarakat miskin.
h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun
administratif.
i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar
k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan
masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan.
l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan
mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.
5. Kategori Program
Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut (Tim PNPM
Mandiri,2007:16):
a. PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat
berbasis kewilayahan, yang mencakup Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
(P2KP), Program Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW),
dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
(P2DTK).
b. PNPM-Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan
masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk
mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait
pencapaian target tertentu. Pelaksanaan program-program ini di tingkat
6. Komponen Program
a. Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui
komponen program sebagai berikut (Tim PNPM Mandiri,2007:16-17):
b. Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian
kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian
masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan
masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan
sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah
dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan
dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan
relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator,
pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator
terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan
masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di
wilayahnya.
c. Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana
stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat
untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama
masyarakat miskin.
Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal
adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah
daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu
menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi
masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan
hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara
lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan
secara selektif, dan sebagainya.
e. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi
kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai
kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti
penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan
pengembangan program.
7. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua
kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati
masyarakat meliputi (Tim PNPM Mandiri,2007:17) :
a. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman,
sosial, dan ekonomi secara padat karya;
b. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit
Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan
dalam memanfaatkan dana bergulir ini;
c. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama
yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs;
d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui
penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi
dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.
D. Kredit
1. Arti kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.
Seseorang atau badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa
penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi
segala sesuatu yang telah dijanjikan.
a. Menurut Raymond P.Kent
Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk
melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada waktu
yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.
b. Menurut UU No 14 Th 1967
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat
disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam
berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga yang telah ditetapkan .
2. Unsur-unsur kredit
menurut Suyatno (2007:14) unsur-unsur kredit :
a. Kepercayaan
Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa, akan
benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa
yang akan datang.
b. Waktu
Yaitu suatu masa yang memisahakan antara pemberi prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Degree of risk
Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi
dengan kontrapretasi yang akan diterima kemudian hari.
d. Prestasi
Objek kredit itu tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga
dalam bentuk barang atau jasa.
3. Fungsi kredit (Suyatno,2007:16)
Para pemilik modal atau uang dapat secara langsung meminjamkan
uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk
meningkatkan produktifitas atau meningkatkan usahanya.
b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalulintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan
pembayaran baru seperti cek, giro bliyet, dan wesel, sehingga apabila
pembayaran dilakukan dengan cek,giro bilyet, dan wesel dapat
meningkatkan peredaran uang giral.
c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang
Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan
baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi
meningkat.
d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan
pembatasan kualitatif dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produktifitas dan memenuhi kebutuhan dalam negeri
agar bisa di ekspor
e. Kredit dapat meningkatkan gairah berusaha
Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut,
namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan.
Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi
kekurangmampuan dalam bidang permodalan tersebut.
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas
usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan
pendirian proyek baru ini akan membutuhkan tenaga kerja untuk
melakukan proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan
memperoleh pendapatan.
g. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional
Bank-bank besar diluar negeri yang mampu mempunyai jaringan usaha
dapat memberikan jaminan dalam bentuk kredit, baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada perusahaan di dalam negeri.
4. Jenis-jenis kredit (Suyatno,2007:34)
a. Kredit candak kulak
Kredit candak kulak adalah kredit modal kerja jangka pendek
(maksium 3 bulan) yang diberikan kepada pedagang kecil atau bakul di
pasar-pasar untuk memperluas usahanya.
b. Kredit mini
Kredit mini adalah kredit yang diberikan kepada golongan pengusaha
kecil di pedesaan, misalnya petani, pedagang, pengrajin dan nelayan
serta buruh-buruhnya.
c. Kredit midi
Kredit midi adalah kredit yang diberikan kepada nasabah-nasabah
kepada semua usahanya dibiayai dengan kredit mini, kemudian
membutuhkan modal yang lebih besar karena perkembangan usaha.
1) Kredit investasi kecil (KIK) adalah kredit jangka memengah atau
panjang yang diberikan kepada pengusaha/perusahaan kecil
pribumi dengan syarat dan prosedur khusus, guna pembiyaan
barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi,
modernisasi, perluasan proyek dan pendirian proyek baru.
2) Kredit modal kerja permanen (KMKP) adalah kredit yang
diberikan kepada pengusaha/perusahaan kecil pribumi dengan
persyaratan dan prosedur khusus guna pembiayaan modal yang
hanya dipergunakan secara terus menerus untuk kelancaran usaha.
e. Kredit atas dasar kelayakan
Kredit atas dasar kelayakan adalah kredit yang diberikan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah dengan penilaian kredit yang
lebih ditentukan pada pertimbangan kelayakan dan tidak dititik
beratkan pada tersedianya tambahan jaminan.
f. Kredit umum pedesaan
Kredit umum pedesaan adalah kredit yang diberikan untuk
mengembangkan/mengingkatkan usaha-usaha kecil yang sudah ada di
pedesaan, baik usaha yang sebelumnya pernah dibantu dengan fasilitas
kredit mini/midi dan jenis kredit yang lain maupun usaha dari calon
nasabah baru.
E. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengertian UMKM adalah :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Ciri-ciri UMKM
a. Ciri-ciri usaha mikro
1) Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti;
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat
pindah tempat;
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha;
4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai;
5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro :
1) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan
dan pembudidaya;
2) Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan
kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat;
3) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
4) Peternakan ayam, itik dan perikanan;
5) Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan
b. Ciri-ciri usaha kecil
Ciri usaha kecil antara lain :
1) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap
tidak gampang berubah;
2) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindah-pindah;
3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau
masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan
dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP;
5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwira usaha;
6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan
baik sepertibusiness planning. Contoh usaha kecil :
1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
3) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu
dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan
4) Peternakan ayam, itik dan perikanan;
5) Koperasi berskala kecil.
b. Ciri-ciri usaha menengah
Ciri usaha menengah antara lain :
1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang
lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian
tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran
dan bagian produksi;
2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing
dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi
perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin
tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan
lingkungan dll;
5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih
dan terdidik.
Contoh usaha menengah :
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari
1) Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala
menengah;
2) Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
3) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan
jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi;
4) Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
5) Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer
buatan.
F. Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri
1. Pinjaman bergulir
a. Peminjam
Peminjam dalam Pinjaman bergulir ini adalah Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang telah memenuhi kriteria KSM bukan individu
atau perorangan. Adapun anggota KSM Peminjam harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Warga Miskin
2) Mempunyai usaha atau mau memulai usaha
3) Usahanya menguntungkan dan dapat dikembangkan
4) Memerlukan tambahan modal kerja
5) Mempunyai kemampuan dan kemauan mengembalikan pinjaman
6) Mendapat persetujuan keluarga
7) Usaha tidak bertentangan dengan undang-undang, peraturan dan
Bagi anggota KSM yang telah menerima pinjaman sampai batas
maksimal (Rp 2.000.000 atau 4 kali pinjaman) maka LKM/ UPK akan:
1) Memberi rekomendasi anggota KSM tersebut ke lembaga
keuangan formal.
2) Mengupayakanchannelingsumberdana pinjaman. b. Tujuan Penggunaan Pinjaman
Pinjaman yang diberikan untuk membantu kegiatan yang bersifat
produktif dalam rangka membuka peluang usaha dan kesempatan kerja
bagi masyarakat. Tujuan ini sesuai dengan tujuan utama PNPM
Mandiri yaitu mengurangi kemiskinan dengan memberi peluang usaha
kepada masyarakat. Pinjaman ini tidak diperkenankan untuk kegiatan
militer, politik maupun kegiatan konsumtif.
c. Besar Pinjaman
Besar pinjaman mula-mula yang diberikan ditentukan maksimal
Rp500.000,00 perorang dan disesuaikan dengan kemampuan
membayar pinjaman. Artinya bahwa dalam KSM pinjaman pertama
perorangan bisa lebih rendah dari Rp 500.000,00 apabila berdasarkan
penilaian peminjam hanya sanggup membayar kurang dari Rp
500.000,00. Besaran pinjaman berikutnya tergantung pada catatan
pengembalian dan kemampuan dana UPK
Jasa pinjaman sebesar 1,5% sampai dengan 3% perbulan dihitung dari
pinjaman mula-mula. Jasa pinjaman ini ditetapkan oleh UPK dan
disetujui oleh pengawas
e. Jangka waktu dan Frekuensi Pinjaman
Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan disesuaikan dengan keadaan
peminjam. Jangka waktu ini ditetapkan sebelum kredit ini diberikan
kan disetujui oleh peminjam. Frekuensi pinjaman masing-masing
maksimal 4 kali yang bisa didanai oleh dana BLM. Untuk selanjutnya
LKM bisa mengupayakan pinjaman ke lembaga keuangan lain.
f. Angsuran Pinjaman
Angsuran pinjaman maksimal bulanan, tandap adanya tenggang waktu.
Setiap kali angsuran harus mencakup jasa dan pokok pinjaman.
2. Tahapan Pemberian Kredit
Agar pinjaman yang diberikan memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan dalam pinjaman bergulir ini, maka prosedur pemberian
pinjaman UPK harus melalui tahapan sebagai berikut :
Tahap pemberian kredit
a. Pengajuan pinjaman
Masing-masing Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) didampingi
UPK, Relawan dan fasilitator mengisi formulir pengajuan pinjaman
anggota KSM.
Petugas UPK akan memeriksa kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir permohonan pinjaman anggota KSM. Selanjutnya petugas
UPK akan melakukan pemeriksaaan lapangan untuk membuat analisis
kesesuaian anggota KSM dengan kriteria Pinjaman bergulir PNPM
Mandiri.
c. Putusan pinjaman
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tidak terdapat masalah maka
manajer UPK akan memberi persetujuan atas permohonan peminjaman
dari KSM. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat masalah
maka manajer UPK akan memutuskan melakukan pemeriksaan ulang
dan akan mengambil keputusan dari hasil pemeriksaan ulang. Dan
apabila dalam pemeriksaan ulang hasilnya tetap tidak layak maka
manajer memutuskan untuk menolak permohonan pinjaman tersebut.
d. Realisasi pinjaman
Petugas UPK akan merealisasikan pinjaman sesuai dengan keputusan
manajer UPK dan pada saat realisasi KSM yang menerima pinjaman
melengkapi formulir-formulir yang ada.
e. Pembinaan pinjaman
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan pinjaman dari PNPM
Mandiri ini maka petugas UPK melakukan pembinaan kepada
penerima pinjaman. Kunjungan pertama dilakukan satu bulan setelah
realisasi, hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi masalah dan
f. Pembayaran pinjaman
Pada satu atau dua hari menjelang tanggal pembayaran angsuran
pinjaman anggota KSM menyerahkan uang angsuran dan jasa
pinjaman kepada Ketua KSM untuk disetorkan kepada UPK. Apabila
pengurus atau anggota KSM mengalami kesulitan untuk membayar
angsuran pinjaman, maka pengurus dan anggota lain wajib
mengusahakan memenuhi kewajiban tersebut terlebih dahulu sebagai
bentuk tanggungjawab kesepakatantanggung renteng. 3. Monitoring Pinjaman Bergulir
Agar tujuan pemberian kredit ini tercapai kualitas yang baik makan
monitoring terhadap pemberian pinjaman wajib dilakukan secara
berkesinambungan dan terarah. Monitoring dilakukan oleh pengawas dan
petugas UPK secara berkala maupun insidental. Petugas akan melakukan
monitoring secara administratif dan juga secara lapangan. Secara
administratif petugas akan melakukan pengawasan dengan 4 indikator
keuangan yaitu LAR (Loans at Risk/peminjam yang menunggak), PAR (Portofolio At Risk/pinjaman yang tertunggak), ROI (Return On Investment/pencapaian laba) dan CCr (Cost Coverage/efisiensi biaya). Dan untuk lapangan petugas akan berkunjung ke kelompok peminjam untuk
melihat apakah ada penyimpangan atau tidak dari pinjaman yang diberikan
G. Faktor keberhasilan usaha
Setiap memulai bisnis baru, pemilik usaha akan selalu berharap bahwa usaha
yang dirintisnya akan berhasil dan mendapat keuntungan yang besar tetapi
harapan itu belum tentu terjadi sesuai keinginan pemilik. Dari beberapa usaha
pasti akan ada yang berhasil ada juga yang mengalami kegagalan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam
mengawali sebuah bisnis menurut Lussier,2010 :
1. Modal
Bisnis yang dimulai dengan modal yang rendah memiliki kecenderungan
untuk gagal dibandingkan dengan bisnis yang dimulai dengan modal yang
tinggi.
2. Pencatatan dan pengendalian keuangan
Bisnis yang tidak melakukan pencatatan rutin dan pencatatan yang akurat
serta tidak melakukan pengendalian keuangan akan memiliki
kecenderungan untuk gagal.
3. Pengalaman industri
Bisnis yang dikelola oleh orang yang belum berpengalaman dari bisnis
yang dikelolanya akan memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan
dengan orang yang sudah berpengalaman.
4. Pengalaman manajemen
Bisnis yang dikelola dengan orang yang belum memiliki pengalaman
dalam mengatur suatu usaha memiliki kecenderungan untuk gagal
5. Perencanaan
Bisinis yang tidak direncanakan dengan spesifik akan memiliki
kecenderungan untuk gagal.
6. Penasehat profesional
Bisnis yang tidak menggunakan penasehat profesional atau para ahli
dibidangnya akan memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan
dengan bisnis yang menggunakan penasehat profesional. Penggunaan
penasehat profesional ini adalah modal utama dalam memulai sebuah
bisnis.
7. Pendidikan
Orang yang tidak pernah masuk dalam perguruan tinggi dan membuka
usaha memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan dengan orang
yang pernah masuk perguruan tinggi.
8. Karyawan
Bisnis yang tidak dapat menarik dan mempertahankan kualitas karyawan
memiliki kecenderungan untuk gagal.
9. Produk/ jasa
Bisnis yang memilih produk atau jasa terlalu baru atau terlalu kuno
memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan dengan bisnis yang
10. Waktu ekonomi
Bisnis yang dimulai pada saat masa ekonomi sedang lemah memiliki
kecenderungan untuk gagal dibandingkan pada saat masa ekonomi sedang
kuat.
11. Umur
Orang muda yang memulai bisnis memiliki kecenderungan untuk gagal
dibandingkan dengan orang yang lebih tua.
12. Partner
Orang yang hanya bekerja sendiri tanpa mau dibantu dengan orang lain
memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan dengan orang yang
mau bekerja sama dengan orang.
13. Orang tua
Bisnis yang baru dimulai dan berbeda dengan bisnis yang dilakukan oleh
orang tua pemilik memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan
bisnis yang melanjutkan bisnis orang tua.
14. Minoritas
Bisnis yang minoritas memiliki kecenderungan untuk gagal dibandingkan
bisnis yang mayoritas.
15. Pemasaran
Bisnis yang pemiliknya tidak memiliki kemampuan pemasaran memiliki
kecenderungan untuk gagal dibandingkan dengan bisnis yang memiliki
kemampuan pemasaran.
1. Hubungan antara modal dengan profit margin
Menurut Lussier (2010) bahwa semakin besar modal maka kecenderungan
suatu usaha untuk berhasil lebih besar juga. Dengan modal yang semakin
tinggi maka proses produksi suatu usaha akan semakin tinggi pula
sehingga hasil dari proses produksi akan semakin besar dan hasil produk
yang dijual semakin banyak. Dengan makin banyak produk dihasilkan
maka biaya tetap per unit yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu
produk relatif lebih rendah dibandingkan dengan hanya memproduksi
produk dengan jumlah yang sedikit. Hal ini membuat laba yang akan
diterima suatu usaha meningkat, dan meningkatkan jumlah penjualan
produk yang dihasilkan. Dengan dasar pemikiran diatas maka
dihipotesiskan bahwa semakin besar modal yang di dapat maka semakin
besar pula profit margin suatu usaha.
2. Hubungan antara modal dengan penjualan
Hubungan antara modal dengan penjualan dalam suatu usaha diketahui
bahwa suatu usaha pasti membutuhkan modal untuk menjalankan usaha.
Besar kecilnya modal suatu usaha pasti akan mempengaruhi tingkat
produktifitas suatu usaha. Dalam Lussier (2010) mengatakan bahwa usaha
yang semakin tinggi modalnya maka memiliki kecenderungan untuk
berhasil dibandingkan yang modalnya kecil. Dengan modal yang ada suatu
usaha akan dapat berproduksi dan menghasilkan produk atau jasa yang
dihipotesiskan bahwa semakin besar modal yang di dapat maka semakin
besar pula penjualan rata-rata suatu usaha.
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Kredit Modal Kerja Terhadap
Peningkatan Laba Pedagang oleh Emilliana (2001). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa modal kerja yang ditambahkan kredit dari BPR berhubungan
terhadap peningkatan volume penjualan. Hubungan ini dapat dilihat dari hasil
korelasi pearson sebesar 0,83 dimana hubungannya positif. Sedangkan pada
hubungan antara modal kerja dengan laba usaha diketahui berhubungan positif
dengan korelasi sebesar 0,67. Dari hasil penelitian ini dikatahui bahwa modal
kerja ada hubungan dengan peningkatan volume penjualan dan peningkatan
laba.
Penelitian dari Lussier (2010) tentang A Three country comparison of the business success versus failure prediction model. Lussier meneliti tiga negara yaitu Amerika Serikat, Kroasia dan Chili. Dari hasil perhitungan signifikasi
maka ada beberapa faktor seperti Modal (0,007), Pencatatan dan pengendalian
keuangan (0.005), Pengalaman manajemen (0,079), Perencanaan (0,001),
Penasehat profesional (0,002), Pendidikan (0,018), dan Pemasaran (0,008).
Dengan demikian faktor-faktor ini lebih penting dalam perkembangan usaha
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian merupakan studi kasus yaitu melakukan penelitian dan pengumpulan data dengan mengamati langsung dari sumber data sehingga hasil kesimpulan yang diambil dari penelitian berlaku bagi objek yang diteliti dan berlaku pada waktu tertentu (Jogiyanto.2010:81).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini di lakukan pada kelompok PNPM Mandiri di Kelurahan Sendangarum yang beralamat di Daratan, Sendangarum, Minggir, Sleman, Yogyakarta
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai bulan Maret 2011 C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
a. Ketua PNPM Mandiri
b. Ketua kelompok usaha masyarakat. 2. Objek penelitian
Data laporan keuangan PNPM Mandiri dan kelompok usaha masyarakat. D. Data yang Diperlukan
2. Laporan keuangan PNPM Mandiri tahun 2009-2010 3. Dokumen pemberian kredit tahun 2009-2010
E. Variabel Penelitian
1. Modal usaha adalah modal sendiri ditambah dengan kredit dari PNPM Mandiri yang digunakan untuk melakukan atau menjalankan usaha.
2. Profit Margin diperoleh dengan membagi laba bersih dengan penjualan rata-rata per bulan, sehingga dapat mengetahui kemampuan suatu usaha menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. 3. Penjualan rata-rata adalah rata-rata penjualan produk atau jasa suatu usaha
selama satu bulan. F. Teknik pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan terutama yang terkait dengan bagian pemberian kredit.
2. Dokumentasi
G. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dalam pengujian adalah seluruh sampel jenuh atau sampel sensus. Dimana seluruh anggota PNPM Mandiri Penerima Kredit dijadikan sampel penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah yang ada maka digunakan analisis korelasi yaitu suatu teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara dua variabel. Rumus koefisien korelasi Spearman’s dinyatakan sebagai berikut :
Analisis pertama digunakan untuk menghubungkan antara modal dengan profit margin yang dimiliki oleh usaha kecil sehingga rumus yang dipakai:
Dimana :
rs : Nilai koefisien korelasi
d1 : selisih ranking antara variabel X dan Y dalam satu subjek dimana X : Modal dan Y : Profit Margin
1 dan 6 : Angka konstan
Analisis Kedua digunakan untuk menghubungkan antara modal dengan Penjualan rata-rata yang dimiliki oleh usaha kecil sehingga rumus yang dipakai :
Dimana :
rs : Nilai koefisien korelasi
d1 : selisih ranking antara variabel X dan Y dalam satu subjek dimana X : Modal dan Y : Penjualan rata-rata.
N : Jumlah sampel 1 dan 6 : Angka konstan
Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria :
Tabel 3.1 Koefisien korelasi
Koefisien Tingkat hubungan
0,00 Tidak ada hubungan
0,01-0,19 Sangat lemah
0,20-0,39 Rendah
0,40-0,59 Sedang
0,60-0,79 Tinggi
0,80-0,99 Sangat tinggi
1,00 Sempurna
Untuk mengetahui apakah ada hubungan signifikan maka dilakukan uji signifikasi koefisien korelasi atau uji t. Uji t dilakukan dengan 5 tahap yaitu
1. Perumusan hipotesa
Hipotesa yang diuji adalah koefisien korelasi sama dengan nol. Korelasi dalam populasi dinyatakan dengan p sedangkan pada sampel r. Ho:p=0 dan H1:p≠0, sehingga hipotesa untuk pengujian pertama :
H0: tidak ada hubungan antara modal dengan profit margin pada kelompok usaha masyarakat penerima PNPM Mandiri desa Sendangarum.
H1 : ada hubungan antara modal dengan profit margin pada kelompok usaha masyarakat penerima PNPM Mandiri desa Sendangarum.
Dan untuk hipotesa pengujian yang kedua
H0 : tidak ada hubungan antara modal dengan penjualan rata-rata pada kelompok usaha masyarakat penerima PNPM Mandiri desa Sendangarum.
H1 : ada hubungan antara modal dengan penjualan rata-rata pada kelompok usaha masyarakat penerima PNPM Mandiri desa Sendangarum.
3. Menentukan uji statistik Yaitu dengan uji t :
r n-2 t =
1-r2
4. Menentukan daerah keputusan
Jika signifikasi dari koefisien korelasi < 0,05 maka H1diterima dan H0 ditolak dan jika signifikasi dari koefisien korelasi > 0,05 maka H1ditolak dan H0diterima.
5. Menentukan keputusan
43 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah PNPM Mandiri
PNPM Mandiri berawal dari program terdahulu yaitu Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). P2KP ini dilaksanakan
sejak tahun 1999 sebagai upaya pemerintah membangun kemandirian
masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara
berkelanjutan. Program ini sangat stretegis dalam menanggulangi kemiskinan,
ini terbukti semenjak pelaksanaannya P2KP-1 Hingga P2KP-3 telah
mencakup 18,9 juta orang pemanfaat(warga miskin). Mempertimbangkan
perkembangan positif dari P2KP tersebut maka mulai tahun 2007 P2KP
menjadi bagian dari PNPM Mandiri dimana PNPM Mandiri ini mengadopsi
dari P2KP. Mulai tahun 2008 secara penuh P2KP ini menjadi PNPM Mandiri
Perkotaan.
Dengan perkembangan PNPM yang pesat itu maka kelurahan Sendangarum
tanggal 5 juli 2008 dilakukan tahap sosialisasi PNPM Mandiri tingkat desa di
balai desa Sendangarum. Dan tingkat dusun dilakukan dilakukan sosialisasi
pada tanggal 15 sampai 25 juli 2008. Pembentukan Lembaga Keswadayaan
Masyarakat (LKM) dilakukan pada tanggal 26 November 2008 yang diberi
nama LKM Arum Sembada. LKM Arum Sembada ini dikoordinir oleh bapak
Agus Gondo Suparmanto. Pada awal pembentukan ditentukan 13 orang
B. Deskripsi Lokasi PNPM Mandiri
1. Letak dan Batas Desa
PNPM Mandiri ini berada di Kabupaten Sleman, Kecamatan Minggir
dengan luas wilayah 348,5 Ha. Secara administratif wilayah Desa
Sendangarum dibatasi oleh :
a. Sebelah utara : Desa Sendangrejo dan Sendangsari
b. Sebelah selatan : Desa Sumberagung
c. Sebelah barat : Desa Sendangmulyo
d. Sebelah timur : Desa Sumberagung dan Sendangrejo
2. Pemanfaatan Lahan
Bentangan lahan di desa Sendangarum dimanfaatkan untuk :
a. Lahan sawah : 182,4000 Ha
b. Lahan kering : 117,9000 Ha
c. Lahan basah : 3,5000 Ha
d. Lain-lain : 36,6500 Ha
3. Wilayah Administrasi
Wilayah Desa Sendangarum mempunyai jumlah penduduk 3.907 jiwa
terbagi dalam 9 pedukuhan, 20 RW, 40 RT yang rata-rata jumlah Kepala
Keluarga (KK) tiap pedukuhan antara 127- 200 KK.
C. Visi dan Misi PNPM Mandiri Desa Sendangarum
1. Visi
Menggali, menumbuh kembangkan dan mengaktifkan semua komponen
2. Misi
a. Meningkatkan kepedulian terhadap warga khususnya warga miskin
b. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia
c. Memningkatkan taraf hidup mandiri
D. Struktur Organisasi PNPM Mandiri
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PNPM Mandiri
Struktur organisasi PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang
bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian
tujuan PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan
1. Pusat
Dalam rangka pengendalian dan koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri,
dibentuk Tim Pengendali PNPM Mandiri. Tim Pengendali berikut
keanggotaannya ditetapkan oleh dan bertanggungjawab kepada Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Tim Pengendali PNPM Mandiri
terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Pelaksana, dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Tim Pengarah
Tim Pengarah terdiri atas Menteri-Menteri dan Kepala Lembaga
terkait pelaksanaan PNPM Mandiri. Tugas dan tanggung jawab Tim
Pengarah adalah memberikan pengarahan kepada Tim Pelaksana baik
materi yang bersifat substantif maupun teknis guna keberhasilan
pengendalian PNPM Mandiri.
b. Tim Pelaksana
Tim Pelaksana terdiri atas pejabat eselon I ke bawah dari berbagai
kementerian/ lembaga terkait pelaksanaan PNPM Mandiri. Tugas dan
tanggung jawab Tim Pelaksana meliputi:
1) Merumuskan konsep kebijakan operasional, koordinasi,
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian PNPM Mandiri;
2) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan PNPM
3) Menilai hasil, manfaat dan dampak dari pelaksanaan PNPM
Mandiri terhadap pengurangan kemiskinan dan penciptaan
kesempatan kerja bagi masyarakat miskin:
4) Mengusulkan pilihan-pilihan peningkatan efektifitas pelaksanaan
PNPM mandiri kepada Tim Pengarah;
5) Melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PNPM
Mandiri kepada Menteri Koordinator Bidang Kesra minimal setiap
3 bulan .
6) Merumuskan konsep kebijakan operasional, perencanaan dan
mekanisme pengendalian PNPM Mandiri yang dituangkan dalam
bentuk berbgai pedoman dan surat edaran.
7) Melaksanakan hal-hal lain yang ditentukan kemudian oleh Tim
Pengarah.
Untuk kelancaran koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri, lingkup
tanggung jawab instansi pusat yang tergabung dalam Tim Pelaksana
PNPM Mandiri terbagi atas aspek sebagai berikut:
1) Koordinasi pengendalian PNPM Mandiri: Kantor Kementerian
Koordinasi Kesra.
2) Perencanaan dan pengembangan kebijakan serta monitoring dan
evaluasi: Bappenas.
3) Pembiayaan: Departemen Keuangan.
4) Pelaksanaan dan pembinaan teknis: masing-masing Departemen
5) Sosialisasi dan komunikasi: Departemen Komunikasi dan
Informatika. Pelaksanaan masing-masing program dikelola oleh
Satuan Kerja yang dibentuk di masing-masing departemen teknis
terkait.
2. Daerah
Struktur organisasi PNPM Mandiri di daerah terdiri dari:
a. Tim Koordinasi PNPM Mandiri Provinsi
Dalam rangka koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri, di daerah
dibentuk Tim Koordinasi PNPM Mandiri Provinsi yang anggotanya
terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi
TKPKD Provinsi. Tim ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan yang
dikeluarkan oleh penanggungjawab TKPKD Provinsi. Tugas Tim
Koordinasi PNPM Mandiri Provinsi, adalah sebagai berikut:
1) Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis operasional
program-program PNPM Mandiri di provinsi.
2) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis
berbagai kegiatan program sektoral di provinsi.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri di
provinsi.
4) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PNPM Mandiri di
provinsi.
6) Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan
yang timbul di dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil
tindakan/sanksi yang diperlukan.
7) Melaporkan perkembangan kegiatan, hasil audit, dan evaluasi
kepada Gubernur.
8) Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman PNPM
Mandiri.
Untuk memperlancar pelaksanaan operasional Tim Koordinasi PNPM
Mandiri, di provinsi dapat dibentuk Satuan Kerja (Satker) yang
mendukung operasional di ruang lingkup wilayah provinsi untuk
pelaksanaan tugas-tugas tim yang bersumber dari APBD Provinsi.
Penunjukan satuan kerja tersebut ditentukan oleh gubernur.
b. Tim Koordinasi PNPM Mandiri Kabupaten/Kota
Dalam rangka koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri, di daerah
dibentuk Tim Koordinasi PNPM Mandiri Kabupaten/Kota yang
anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah
koordinasi TKPKD Kabupaten/Kota. Tim ini dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh penanggungjawab TKPKD
Kabupaten/Kota. Tugas Tim Koordinasi PNPM Mandiri
Kabupaten/Kota, adalah sebagai berikut:
1) Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis operasional
2) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis
berbagai kegiatan program sektor.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri di
kabupaten/kota.
4) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PNPM Mandiri
kabupaten/kota.
5) Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah.
6) Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan
yang timbul di dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil
tindakan/sanksi yang diperlukan.
7) Melaporkan perkembangan kegiatan, hasil audit, dan evaluasi
kepada bupati/ walikota.
8) Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman PNPM
Mandiri.
c. Satuan Kerja PNPM Mandiri di Kabupaten/Kota
Pelaksanaan PNPM Mandiri di kabupaten/kota dilakukan oleh satuan
kerja kabupaten/kota. Kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) kabupaten/kota yang memberikan pelayanan kepada
desa/kelurahan dan bertugas memfasilitasi desa/ kelurahan dalam
rangka kerjasama antar desa/kelurahan bagi kepentingan program.
Kecamatan juga bertugas untuk melakukan pembinaan, penguatan
kapasitas kelembagaan kerjasama antar desa/kelurahan, serta
akuntabilitas dan transparansi program. Dalam rangka tugas tersebut,
di kecamatan dibentuk gugus tugas pelaksanaan (Penanggungjawab
Operasional Kegiatan/PjOK) yang ditetapkan melalui SK Bupati/
Walikota.
d. Masyarakat/Komunitas
Masyarakat membentuk atau mengembangkan kelembagaan
masyarakat yang salah satu fungsinya adalah mengelola kegiatan di
kecamatan dan desa/kelurahan. Kelembagaan di kecamatan adalah
Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) dengan Musyawarah Antar
Desa (MAD) sebagai forum tertinggi pengambilan keputusan dan Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola yang bertanggungjawab
kepada MAD. Sedangkan untuk kecamatan di wilayah perkotaan tidak
dibentuk lembaga khusus. Musyawarah antar kelurahan/desa dilakukan
melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)
kecamatan reguler. Agar proses di dalam forum-forum musrenbang
tersebut berjalan sesuai aturan yang ada, fasilitator PNPM Mandiri
perlu memastikan bahwa hasil perencanaan partisipatif PNPM menjadi
masukan Musrenbang Kecamatan dan wakil-wakil masyarakat,
termasuk dari lembaga keswadayaan masyarakat, dapat terlibat dalam
proses pengambilan keputusan di forum-forum tersebut.
Kelembagaan PNPM Mandiri di desa/kelurahan adalah lembaga
keswadayaan masyarakat yang dibentuk, ditetapkan oleh masyarakat,