• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal sales promotion girl Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta : studi deskriptif - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal sales promotion girl Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta : studi deskriptif - USD Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI

INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA

YOGYAKARTA

(Studi Deskriptif)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Guruh Himawan Pamudianto NIM : 019114179

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Halaman Motto

Kenalilah dirimu sendiri, karena dari situ kau akan mengenal

Tuhanmu…

Ikhlas sesuatu yg mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan oleh

karena itu kita mesti belajar dan melatihnya…

Saat kita berusaha lihatlah prosesnya dan nikmati, sedangkan saat

kita berkhayal lihat hasil akhir yang memuaskan dan syukuri…

Hati adalah tempat bersemayamnya jiwa yang murni dan dekat

dengan penciptanya…

Tuhan tidak butuh kita bela, tidak butuh kita sembah, bahkan Tuhan

tidak butuh kita ada, karena kitalah yang membutuhkan Nya…

Kenyataan yang aku tinggali sekarang mungkin berbeda dengan

kenyataan mu, tapi aku yakin suatu saat kita akan berdiri diatas

kenyataan yang sama…

Saya tidak menyia-nyiakan waktu dengan bertanya, "Apakah saya melakukannya dengan benar?" Saya hanya bertanya, "Apakah saya melakukannya?"

- Georgette Mosbacher -

Mudahkanlah urusan orang lain

dan lihat apa yang terjadi dalam hidup mu...

(5)

v

Halaman Persembahan

Aku persembahankan karya kecil ini kepada Allah SWT terima kasih Tuhan atas semua nikmat, kebahagiaan,

kemudahan, dan kelancaran yang senantiasa Kau limpahkan kepada kami...

Untuk almarum Papa yang sekarang berada di samping Nya, maafkan aku karena baru sekarang bisa mengabulkan

cita-cita mu untuk melihat kelulusan ku meski papa tidak di sampingku...

dan untuk Mama

yang dengan sabar berjuang sendiri demi kelangsungan hidup kami dan menunggu datangnya hari ini ... Terima kasih telah mengantarkanku kedalam dunia yang

indah ini... Yang senantaisa siap mengingatkanku untuk selalu bersyukur...

Adek kecilku yang gede bom2... yang selalu siap membantuku untuk apapun yang aku butuhkan...

Teman-temanku terkasih... Yang senantiasa siap mengulurkan tangannya disaat aku jatuh...

Olif dan Alif ...

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP EFISIENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL MARLBORO

DI AMBARUKMO PLAZA, YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Persepsi adalah suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Pada penelitian ini, persepsi yang merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk, maka tidak sedikit produsen berusaha “memaksa” konsumen agar memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap efisiensi SPG dalam komunikasi interpersonal. Jumlah subjek adalah 100 orang dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Uji realibilitas skala dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.912 (tinggi). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi yang positif terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik (95,86) lebih besar daripada mean teoritik (82,5). Subjek yang mempunyai persepsi positif adalah 94 subjek (94%) dan subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya terdiri dari 6 subjek (6%). Semua aspek komunikasi interpersonal dalam skala penelitian menghasilkan mean empirik yang tinggi. Mean empirik aspek keterbukaan (26,48) > mean teoritik (22,5), mean empirik aspek empati (17,61) > mean teoritik (15), mean empirik aspek dukungan (14,38) > mean teoritik (12,5), mean empirik aspek kepositifan (14,46) > mean teoritik (12,5), dan mean empirik aspek kesamaan (22,93) > mean teoritik (20). Persepsi konsumen terhadap kompetensi SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dilihat dari aspek keterbukaan mayoritas adalah positif yaitu sebesar 93% dan yang mempunyai persepsi negatif 7%, aspek empati yang positif 97% dan negatif 3%, aspek dukungan yang positif 88% dan negatif 12%, aspek kepositifan yang positif 89% dan negatif 11%, serta aspek kesamaan yang positif 93% dan negatif 7%.

(8)

viii ABSTRACT

CONSUMER PERCEPTION TOWARD

INTERPRESONAL COMMUNICATION EFFICIENCY OF MARLBORO SALES PROMOTION GIRL IN AMBARUKMO PLAZA,

YOGYAKARTA

Guruh Himawan Pramudianto Faculty of Psychology

Sanata Dharma Yogyakarta University 2009

The objective of this research is to attain figure about consumer perception toward interpersonal communication efficiency of Marlboro Sales Promotion Girl in Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Perception is basic mental process which influence or shaping individual attitude and behavior. In this research, perception is one of psychologist factor which can influencing consumer attitude in buying such product, so many producer try to “coercing” consumer in order they having experience with offered product.

Research subject is determined by observation; subject is people who have interaction with SPG at least 10 minutes, so they can give perception toward SPG efficiency in interpersonal communication. Total subject is 100 people and instrument that used is Likert scale. Scale reliability test is done by using Cronbach Alpha formula with reliability coefficient result as 0.912 (high). Data analysis based on this research using descriptive statistic analytical method.

Based on data analysis, could be concluded that generally, subject in this research have positive perception toward SPG interpersonal communication efficiency. It representing in empirical mean (95,86) which greater than theoretical mean (82,5). Subjects that have positive perception is 94 subject (94%) and all subject that have negative perception consist of 6 subject (6%). Overall interpersonal communication aspect in research scale resulting high empirical mean. Openness aspect of mean empirical (26,48) > theoretical mean (22,5), empathy aspect empirical mean (17,61) > theoretical mean (15), support aspect empirical mean (14,38) > theoretical mean (12,5), positive aspect empirical mean (14,46) > theoretical mean (12,5) and similarity aspect empirical mean (22,93) > theoretical mean (20). Consumer perception toward competency of Marlboro cigarette SPG in Ambarukmo Plaza Yogyakarta seen from majority openness aspect is positive, that is 93% and have negative perception 7%, positive empathy aspect 97%, and 3% negative, positive support aspect 88% and 12% negative, positive of positive aspect 89%, and 11% negative, and positive similarity aspect 93% and 7% negative.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan anugerah yang telah dilimpahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES PROMOTION GIRL

MARLBORO DI AMBARUKMO PLAZA (Studi Deskriptif)” ini dengan baik. Banyak hal yang harus dilalui untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga akhirnya siap untuk diujikan, banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses tersebut. Oleh sebab itu, untuk menghargai semua pihak, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak P Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, pembimbing akademik, sekaligus Dekan yang telah bekerja keras membimbing dengan penuh kesabaran, membantu melalui tahap demi tahap, memberi petujuk dan saran yang sangat berguna demi selesainya penelitian ini.

2. Ibu Silvya CYMM.,S.Psi.,M.si, selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selalu memberi semangat dan mengingatkan untuk terus berjuang menyelesaikan perkuliahan ini, terima kasih banyak ya bu. 3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang sudah membimbingku.

4. Mas Gandung dan Bu Nanik selaku administrasif Fakultas Psikologi dan khususnya Pak Gie yang selalu memberi senyum dan siap membantu.

5. Mas Muji yang senantiasa memberi saran dan semangat buat ngejar skripsiku. 6. Erbe sentanu dengan bukunya “Quantum Ikhlas”, terima kasih karena mas nunu

(11)

xi

7. Papa dan mama yang selalu memberi aku kasih sayang yang berlimpah. Terima kasih atas cinta, perhatian, bimbingan, terlebih keringat yang selalu dicurahkan untukku. Aku bangga memiliki orang tua seperti Papa dan Mama, terlebih untuk Papa yang selalu berusaha mengajari aku untuk menjadi seorang “laki-laki” yang bertanggung jawab.

8. Kakakku, Mbak dewi, Mas Yunan dan Si kecil yordan. Akhirnya aku nyusul kamu mbak. Mas yang sabar ya mengahadapi kakakku hehe….Yordan om kangen ma kamu nak…

9. Dua orang yang sering kali memelukku dengan erat. Terima kasih untuk cinta dan kesabaranmu menghadapi keegoisan dan emosiku dan selalu berusaha bertahan untuk aku. Bersamamu kalian berdua aku menjadi sadar untuk menghargai waktu yang mungkin tidak akan kembali. Olive dan alif aku sayang kalian.

10.Adek ku bom2, yang selalu siap menghabis2kan semua makanan yang ada di rumah hehehe…ayo bom segera susul aku ya kasihan mama berjuang sendiri. Semangat!!!

11.Keluarga besarku. Keluarga Eyang Slamet di Semarang dan keluarga Eyang citro di magelang dan sekitarnya Makasi selalu mendukung baik moril maupun materiil dalam kehidupan ini. Terima kasih Budhe Is, Budhe Fat, Budhe anik untuk selalu nanya “dah selesai skripsinya Gur?” tiap kali ketemu sehingga aku selalu ingat kembali ke skripsi yang sering terabaikan ini.

12.Kakak sepupuku Angga yang selalu ngajak ngobrol ketika aku lagi suntuk.

13.Jakarta2 fried chicken babarsari dan nologaten beserta semua crew, sekarang udah ganti nama jadi Chicken And Shake yang menempa ku untuk mengenal kemandirian. Thanks buat ownernya Awan dan pelo yang selalu sabar menghadapi karyawan yang satu ini hehehehehe…thanks guys, I miss that moment…

(12)

xii

15.My friend angga, justo, roma, orry, selalu siap memberikan bimbingan pada penyusunan skripsiku ini, terima kasih untuk kalian semua…

16.Seseorang yang sudah menemaniku saat jatuh ku di perkuliahan. Makasi buat dukungan dan cintamu waktu itu, tanpa kamu berat aku jalani semua.

17.Teman2 seperjuangan di semester 4, nyaris banget ya kita…

18.Motor GL-Pro dan Jupiter merah ku yang selalu mengantarkanku kemanapun, saying kalian udah gak ada sekarang…

19.Buat saudara perempuan yang aku temukan di kampus, Ria Ika, Niken, terima kasih atas semangat yang senantiasa kalian berikan ke aku..,aku menyusul kalian sekarang he..he..he…

20.Mas doni, Mas Ableh, Mas wawe, Mas cip2, Mas thyna, Mas pipit yang selalu menghibur dangan canda tawa, thanks juga atas nama baru(brutus) yang kalian beri ke aku, kalian orang-orang yang hebat..

21.Temen-temen KKN ku. Jaja, Conrad, Lina, Moniq, Ika. Makasi mau berbagi kasih bersamaku selama 3 bulan. Bersama kalian aku belajar banyak hal tentang hidup.

22.Kucing ku Hippy yang sekarang ada di Purwokerto. Sekarang kamu digantikan oleh molly hehehehe tetep kucing juga…

23.Laptop ku yang item dan CD digital prayer yang selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi…

24.Temen-temen angkatan 2001 terlebih temen-temen yang berjuang bersamaku di akhir waktu ini, Orry, Lasro, Justinus, Angga, Jelly, Roma, Jaja, Rini, Aris, Vemby, karena ada kalian aku jadi merasa ‘tenang’ hehehe. . . Chayo !!!

(13)

xiii

26.Semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang sudah mendukungku selalu hingga selesainya skripsi ini. Aku akan selalu mengingat kalian karena tanpa kalian semua aku tidak akan sampai disini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan kontribusi untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Yogyakarta, 29 Oktober 2009

Penulis

(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... ………..…..……… i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ...…...………... ii

Halaman Pengesahan... ………... iii

Halaman Motto... ………... iv

Halaman Persembahan... …….……….……….... v

Pernyataan Keaslian Karya... vi

Abstrak...……….……… vii

Abstract...………... viii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya………... ix

Kata Pengantar... ...………... x

Daftar Isi...……….………... xiv

Daftar Tabel... ……….……… xvii

Daftar Gambar... ………...……... xviii

Daftar Lampiran...…….………...………... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian ………... 7

D. Manfaat Penelitian ……….……….... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi ………...……….……...……….. 9

(15)

xv

2. Faktor-faktor Persepsi……..………...……….……….. 11

3. Aspek yang membentuk persepsi………...…...13

B. Komunikasi Interpersonal……...………..….…… 15

1. Pengertian Komunikasi………...15

2. Komunikasi Interpersonal ………..19

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal ...21

4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal ...27

C. Sales Promotion Girl………...………..…. 28

D. Persepsi Konsumen terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl………..………30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel penelitian……….. 32

B. Lokasi penelitian ……… 32

C. Definisi Operasional ... ……….. 33

D. Subyek Penelitian ………. 33

E. Metode Pengumpulan Data ……….. 33

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..……… 35

1. Uji Validitas ………. 35

2. Seleksi Item... ……….. 36

3. Uji Reliabilitas ………. 38

(16)

xvi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian... 41

1. Orientasi Kancah ………. 41

2. Persiapan Penelitian... ……….. 41

B. Pelaksanaan Penelitian………... 42

C. Hasil Penelitian…….………. 43

1. Uji Normalitas ... 44

2. Deskripsi Data Penelitian ... 45

D. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

1. Bagi SPG Rokok Marlboro... ... 57

2. Bagi Peneliti Lain... 57

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai / Skor Berdasarkan Kategori Jawaban...35

Tabel 2. Blueprint Skala Persepsi Sebelum Uji Coba...35

Tabel 3. Blueprint Skala Persepsi Setelah Uji Coba……….……...38

Tabel 4. Norma Kategori Jenjang...40

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….…43

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia...43

Table 7. Uji Normalitas…………...44

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian...45

Tabel 9. Distribusi frekuensi skor persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro……….47

Tabel 10 Uji normalitas untuk masing-masing aspek ……….47

Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Per Aspek...48

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Penjelasan Persepsi Konsumen Terhadap Komunikasi

(19)
(20)

xx

Total...………...………...…. 78

Descriptive Statistic………...………...…. 79

Frequencies Aspek 4 Statistic Total………...79

Total……….79

Descriptive Statistic……….80

Frequencies Aspek 5 Statistic Total………..80

Total………81

Descriptive Statistic………81

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test..…………...…. 82

Descriptive Statistic...…………...…...82

Uji-T One Sample Test (Mean Topik)...…………...…....84

One Sample Statistic...…………...…..84

One Sample Test (Mean Total)...…………...…….84

Skala Uji Coba………...85

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, manufaktur dapat menghasilkan lebih banyak dan semakin efisien memproduksi barang serta jasa dibandingkan sebelumnya. Hal ini menyebabkan persaingan dibidang bisnis menjadi sangat ketat. Adanya persaingan yang sangat ketat dalam bisnis saat ini membuat suatu perusahaan berusaha untuk memberikan kepuasan kepada konsumennya agar dapat berkembang, atau paling tidak mampu bertahan ditengah persaingan. Kini, pemasaran tidak dapat lagi mengabaikan fenomena-fenomena psikologis dan sosial yang ikut mengkondisikan perilaku konsumen. Falsafah dasar sukses pemasaran sebenarnya tetap sederhana, yaitu sangat penting untuk menciptakan kepuasan konsumen. Implementasinya memang tidak mudah, namun tetap harus dilaksanakan, karena konsumen merupakan value-maximizer (Sulaksana, 2005 : 3). Dewasa ini tenaga pemasaran dituntut untuk memahami istilah-istilah seperti benefit, persepsi, dan sikap konsumen, serta bagaimana mereka turut menentukan kesuksesan strategi pemasaran.

(22)

mempengaruhi sikap. Tidak disangsikan lagi bahwa individu telah menunjukkan suatu sikap positif atau negatif terhadap suatu produk-produk tertentu. Sikap itu dilakukan berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lainnya (Kotler, 1987).

Terbentuknya sikap individu dipengaruhi oleh pandangan atau persepsi dari individu itu sendiri, karena seperti yang kita ketahui bahwa persepsi merupakan suatu proses mental dasar yang mempengaruhi atau membentuk sikap dan perilaku individu. Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Apabila ditinjau dari segi definisinya persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).

(23)

3

(SPG) yang menarik. Hal ini dimaksudkan untuk semakin menarik konsumen untuk memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan.

Adanya pengalaman terhadap produk yang ditawarkan memungkinkan konsumsen untuk memberikan tanggapan. Tanggapan awal dengan adanya pengalaman pertama terhadap produk adalah pada aspek kognitif. Menurut Peter dan Olson (1999), aspek kognitif mengacu pada tanggapan mental atau pemikiran. Aspek kognitif akan membantu seseorang dalam menginterpretasi, memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang sehingga terbentuk persepsi. Dengan aspek kognitif ini konsumen dapat melakukan penilaian, yaitu menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Setelah aspek kognitif terpenuhi, tahap selanjutnya adalah aspek afektif, yang mengacu pada tanggapan perasaan. Menurut Peter dan Olson (1991) Jika seseorang memiliki perasaan yang positif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang negatif.

Kunci dalam membina hubungan dengan pelanggan adalah relationship marketing. Untuk suksesnya relationship marketing adalah dengan menjalin

(24)

komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication).

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah perilaku konsumen. De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi interpersonal : Cognitive Effects yang berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi, Affective Effect yang berhubungan dengan emosi, sikap/nilai, dan Behavioral Effects yang menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi interpersonal sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik proses komunikasi interpersonal, di mana komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan atau respons komunikan yang berupa arus balik atau umpan balik (feedback) tersalurkan langsung kepada komunikator. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.

(25)

5

kemudian komunikan bisa menyampaikan umpan balik (feedback) berupa kata-kata, gerak tubuh, atau mimik tertentu.

Dalam sebuah perusahaan, komunikasi interpersonal biasanya dilakukan melalui SPG (Sales Promotion Girl). Dengan komunikasi interpersonal SPG yang persuasif diharapkan mampu meningkatkan penjualan langsung, secara kualitas maupun kuantitas. Dalam komunikasi interpersonal antara SPG dengan calon konsumen, SPG bertindak sebagai komunikator yang memberikan informasi-informasi tentang produk kepada konsumen yang bertindak sebagai komunikan. Suksesnya komunikasi ini adalah jika konsumen bisa menerima informasi yang diberikan SPG. Untuk itu harus ada persepsi yang positif dari konsumen, maka SPG dituntut untuk bisa menyampaikan informasi secara baik dan jelas, sehingga konsumen bisa mempunyai persepsi positif seperti yang diinginkan SPG. Setelah konsumen mengetahui informasi tentang produk secara lengkap, diharapkan ada tindakan berupa sikap positif terhadap produk tersebut dan dilanjutkan dengan perilaku berupa pembelian produk (menggunakan produk).

(26)

SPG dapat melakukan persuasi kepada calon konsumen melalui komunikasi interpersonal. Adanya komunikasi dua arah dalam komunikasi interpersonal antara SPG dan calon konsumen lebih bisa memungkinkan terjadinya persuasi, dibandingkan melalui media massa yang sifatnya kebanyakan hanya komunikasi satu arah. Hal ini disebabkan melalui komunikasi interpersonal SPG bisa langsung mengetahui feedback (umpan balik) calon konsumen, tidak seperti komunikasi melalui media massa di mana komunikator tidak dapat secara langsung mengetahui feedback komunikan.

Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas dan lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal. Bila SPG menawarkan produk kepada calon konsumen secara tatap muka, SPG akan memperhatikan bukan saja ucapan calon konsumen, tetapi juga kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan tidak terhitung lambang-lambang nonverbal lainnya. Semuanya menjadi umpan balik yang diterima SPG lewat seluruh indera SPG. Menurut Rakhmat (2005 : 192) tidak demikian pada komunikasi massa; umpan balik sebagai respons boleh dikatakan hanyalah zero feedback.

(27)

7

konsumen bisa melakukan pembelian ulang dan dalam jangka panjang bisa menjadi konsumen yang loyal terhadap produk tersebut.

Penelitian ini akan mengkaji persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena latar belakang fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat terkait dengan image SPG yang negatif, seperti : berpenampilan seksi, “bispak” (bisa dipakai), gampangan, dekat dengan kehidupan malam, dan lain sebagainya. Image negatif yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya ini bisa menghambat tugas SPG dalam melakukan persuasi dan penjualan produk, padahal agar persuasi yang dilakukan SPG bisa berhasil harus ditimbulkan persepsi positif dari calon konsumen terlebih dahulu. Jika ada persepsi positif dari konsumen terhadap SPG maka akan lebih mendukung berlangsungya proses komunikasi interpersonal antara SPG dan konsumen, sehingga SPG bisa melakukan persuasi agar konsumen membeli produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil SPG sebagai objek persepsi dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

(28)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu psikologi industri, serta menjadi referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan rokok Marlboro dalam menyusun kebijakan-kebijakan promosi, khususnya promosi yang dilakukan dengan cara penjualan langsung (direct selling).

b. Bagi SPG

(29)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976 dalam Rakhmat 2005 : 51).

Menurut Thoha (1983: 138), persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap selalu berhadapan dengan suatu obyek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi melibatkan aktivitas manusia terhadap obyek tertentu, maka persepsi selalu menggambarkan pengalaman manusia tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang obyek tersebut. Oleh karena itu persepsi hanyalah penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya pencatatan yang pasti atau faktual tentang situasi tersebut.

(30)

penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, proses kognitif akan menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data tersebut (Thoha, 1983: 139).

Pengertian persepsi menurut Gibson (1994) adalah proses kognitif yang membantu seseorang untuk menyeleksi, mengolah dan menginterpretasikan stimuli tersebut menjadi gambaran yang bermakna dan koheren. Setiap orang mengartikan sendiri stimuli yang diperolehnya, maka ada perbedaan dari masing-masing individu dalam memandang sesuatu.

Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff dalam Walgito, 1999). Persepsi adalah proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan. Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan akan sangat berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktor yang dipandang sebagai motivasional yang kuat (Siagian, 1989).

Persepsi adalah suatu pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

(31)

11

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang obyek tersebut, sehingga individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan keadaan diri individu yang bersangkutan

2. Aspek-aspek yang Membentuk Persepsi

Krech dan Crutchfield (dalam Rakhmat, 2005) merumuskan tiga dalil persepsi. Pertama, persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Kedua, medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Individu mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Ketiga, sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan.

Menurut Peter dan Olson (1999), aspek-aspek persepsi terdiri dari: a. Kognitif

(32)

seseorang. Penilaian, menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau prilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Perencanaan, menetapkan bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau tujuan. Penetapan, membandingkan alternatif pemecahan suatu masalah dari sudut pandang sifat yang relevan dan mencari alternatif yang terbaik. Berpikir, yaitu aktivitas kognitif yang muncul di sepanjang proses di atas.

b. Afektif

Afektif mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan merupakan salah satu unsur persepsi. Hal ini dikarenakan perasaan yang ada dalam diri seseorang akan menentukan persepsi yang terbentuk. Jika seseorang memiliki perasaan yang positif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan yang negatif terhadap suatu obyek maka kemungkinan dia akan memiliki persepsi yang negatif. Ada empat jenis tanggapan afektif, yaitu: pertama adalah tanggapan emosi, misalnya; cinta, marah, gembira. Kedua adalah tanggapan perasaan tertentu, misalnya; kehangatan, perhargaan, kepuasan. Tanggapan afektif yang ketiga adalah suasana hati, misalnya; santai, tenang, bosan, sedih. Tanggapan keempat adalah evaluasi, misalnya; suka, tidak suka, menikmati, dan jelek.

c. Konatif (behavioral)

(33)

13

Melalui uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa ada tiga aspek yang membentuk persepsi, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan konatif. Aspek kognitif berfungsi menginterpretasi, memberi makna dan memahami aspek utama pengalaman pribadi seseorang sehingga terbentuk persepsi, aspek afektif mengacu pada tanggapan perasaan, dan aspek konatif menunjukkan pada perilaku.

3. Faktor-Faktor Persepsi

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977 : 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut faktor-faktor personal (Rakhmat, 2005: 55). Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu (Rakhmat, 2005: 58).

Menurut Muhammad (2001: 207), secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor personal yang terdapat dalam diri si pengirim dan si penerima pesan dan faktor di luar diri mereka yang dinamakan faktor organisasi.

Menurut Walgito (1991) dan Sasanti (2003) faktor yang berpengaruh dalam persepsi adalah:

(34)

b. Objek persepsi, dapat menimbulkan persepsi yang berasal dari dalam individu, yaitu langsung mengenai syaraf penerima, dan dapat berasal dari luar yang langsung mengenai alat indera.

c. Harapan, apabila seseorang memiliki harapan yang baik terhadap objek atau situasi tertentu, maka ia akan mempunyai persepsi yang baik. Sebaliknya bila harapan terhadap suatu objek buruk, maka individu akan mempunyai persepsi yang buruk.

d. Sistem nilai, merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan manusia untuk bersikap dan berperilaku. Biasanya seorang individu menggunakan sistem nilai yang dimiliki untuk mempersepsi objek.

Menurut Siagian (1989: 101-105), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

Pertama, diri orang yang bersangkutan (subyek yang melakukan persepsi). Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis stimuli melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli. Apabila seorang melihat sesuatu ia akan memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individualnya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.

(35)

15

Ketiga, faktor situasi. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang. Sebagai contoh, kehadiran seseorang dengan pakaian renang di pantai tidak akan mengherankan karena orang berpersepsi bahwa orang berada di pantai untuk berenang. Akan tetapi jika ia mengenakan pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan olah raga renang, tentu akan menarik perhatian karena kehadirannya itu bukanlah hal yang lumrah.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor persepsi berdasarkan hubungan individu dengan sasarannya ada tiga, yaitu faktor pribadi atau karakteristik orang yang melakukan persepsi, faktor sasaran persepsi, dan faktor situasi.

B. Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi

Hovland (dalam Muhammad, 2002 : 4), mendefinisikan komunikasi sebagai: “proses dengan mana seorang individu (komunikator) mengoperkan stimuli (biasanya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang lain”. Dari definisi tersebut, komunikasi bukan sekedar penyampaian pesan, melainkan mempunyai tujuan mengubah tingkah laku orang lain.

(36)

menerima. Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan

informasi secara bersama, dan pertalian antara peserta dalam proses komunikasi.

Menurut Citrobroto (1982: 2) komunikasi adalah penyampaian pengertian dari seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang. Sedangkan Wursanto (1982: 31), mendefinisikan komunikasi sebagai proses kegiatan pengoperan atau penyampaian informasi/berita/pesan yang mengandung arti dari satu pihak ke pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Selanjutnya menurut Hartini (1999: 30), komunikasi adalah penggunaan bahasa dan lambang-lambang, penyampaian informasi dan sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku.

Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”.

Dari rumursan Lasswell tersebut terlihat bahwa dalam proses komunikasi dikenal ada lima unsur atau komponen, yaitu:

a) Sumber (source) b) Komunikator (encoder)

c) Pernyataan/media pesan (message) d) Komunikan (decoder)

e) Tujuan (destination) (Susanto, 1988: 31).

Fungsi komunikasi menurut Susanto (1988: 42), secara umum dapat dikelompokkan atas empat yaitu:

(37)

17

b) pendidikan c) mempengaruhi

d) mengisi waktu senggang (menghibur)

Apa yang diungkapkan Susanto di atas menunjukkan bahwa komunikator sangat berperan dalam komunikasi. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena suatu komunikasi dapat berjalan lancar dan serasi bila ada kepentingan bersama antara komunikator dengan komunikan. Suatu komunikasi tidak akan efektif apabila kepentingan bersama tidak ada. Akhirnya orang melihat bahwa antara komunikator dan komunikan terdapat suatu hubungan sosial dan dalam hubungan inilah proses komunikasi berlangsung.

Agar pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat ditanggapi oleh komunikan sebagaimana yang dikehendaki oleh komunikator, maka pesan yang disampaikan tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan (Effendy, 1986:39), yaitu:

a) Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

(38)

d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Apapun pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator akan ditanggapi oleh komunikan sesuai dengan situasi dan kondisinya, atau apa yang dipersepsikannya mengenai pesan tersebut. Hal ini karena seorang komunikan biasanya menyadari bahwa apapun keputusan yang akan diambilnya akan disesuaikan dengan tujuannya dan bersangkutan dengan kepentingan pribadinya. Tubbs (1996:210), menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang punya kecenderungan memilih komunikasi yang akan menegaskan pendapat, sikap, dan nilai-nilainya sendiri. Setiap orang akan cenderung menyukai dan mencari orang-orang kepercayaan, yang sikap dan nilai-nilainya serupa dengan yang dianutnya dan menghindari orang-orang yang dipandang berbeda dengannya dalam hal-hal tersebut. Setiap orang akan mempunyai pilihan sendiri atas majalah atau surat kabar yang akan dibaca, acara radio yang akan didengar, acara TV yang mau ditonton dan sebagainya.

(39)

19

tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya. Selain itu proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Komunikasi Interpersonal

Dalam proses komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) terdapat peserta-peserta yang berinteraksi. Komunikator

meng-encode suatu pesan kepada komunikan. Komunikan meng-decode pesan yang diterimanya itu, untuk kemudian memberikan tanggapan. Jika tanggapan itu ia lakukan secara terbuka (overty), maka pada gilirannya ia menjadi komunikator, sebab ia meng-encode tanggapannya itu dan menyampaikannya kepada komunikator semula (yang pada gilirannya menjadi komunikan) (Effendy, 1981 : 33).

Komunikator/encoder A menyampaikan pesan kepada komunikan/ decoder B. setelah B men-decode pesan yang ia terima dari A itu, pada

gilirannya B meng-encode tanggapannya kepada A. tanggapan B kepada A itu dinamakan feedback atau arus balik/umpan balik.

(40)

setuju, menggeleng kepala tanda tidak mau, mengerutkan kening tanda tidak mengerti, mencibirkan bibir tanda mengejek, dan sebagainya.

Komunikasi interpersonal dapat pula disebut sebagai komunikasi tatap muka, karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan dan saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung.

Glueck (dalam Widjaja, 2000) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara langsung atau bertatap muka dan feedback bisa langsung terjadi pada saat itu juga, sehingga yang tadinya berperan sebagai komunikan berubah menjadi komunikator, dan seterusnya.

Kemampuan dalam menjalin komunikasi interpersonal menurut De Vito (1996) sebagai berikut:

a) Confidence, yaitu keyakinan yang dimiliki komunikator untuk dapat mengontrol kecemasan atau hambatan atau rasa malu selama menjalin komunikasi.

(41)

21

c) Interaction management, yaitu adanya aturan main dalam menjalin komunikasi interpersonal seperti gerakan mata, tubuh dan wajah, ekspresi vocal serta mempertahankan kelancaran komunikasi.

d) Expressiveness, yaitu kemampuan yang menunjukkan keterlibatan penuh pada lawan bicara selama menjalin komunikasi interpersonal. e) Other orientation, yaitu individu lebih berorientasi pada orang lain

bukan pada dirinya sendiri. Di sini individu menyampaikan orientasinya pada orang lain baik secara verbal maupun non-verbal.

3. Faktor, Sifat, Motif, dan Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam komunikasi interpersonal, antara lain (Lunandi, 1989):

a) Citra diri

Citra diri secara sederhana dapat dimengerti sebagai cara seseorang melihat dirinya.

b) Citra pihak lain

Citra pihak lain berarti bagaimana seseorang memandang orang lain yang diajak berkomunikasi.

c) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah situasi di sekitar yang berupa benda-benda bukan manusia.

d) Lingkungan sosial

(42)

e) Kondisi

Kondisi berarti keadaan diri seseorang yang sedang melakukan proses komunikasi.

f) Bahasa badan

Sikap badan berarti posisi fisik seseorang terhadap orang lain yang diajak berkomunikasi.

Sementara itu Rakhmat (2005) mengungkapkan beberapa faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal:

a) Percaya (trust)

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah “percaya” didefinisikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dihendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko” (Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005: 130).

b) Menerima

(43)

23

c) Empati

Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921 dalam Rakhmat, 2005: 132).

d) Kejujuran

Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Kejujuran menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga (predictable). Ini mendorong orang lain untuk percaya.

e) Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal; karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

f) Sikap terbuka

Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efisien.

De Vito (1986:14-25) menjelaskan tiga macam efek komunikasi interpersonal:

(44)

dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

b) Affective Effect, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh komunikan. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap / nilai.

c) Behavioral Effects, menunjukkan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Liliweri (1991) menyebutkan 7 sifat komunikasi interpersonal, yaitu:

a) Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non-verbal. b) Melibatkan perilaku spontan, tepat dan rasional.

c) Komunikasi interpersonal tidaklah statis melainkan dinamis.

d) Melibatkan umpan balik pribadi yakni hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang sebelumnya).

e) komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

(45)

25

Rubin, Perse, dan Barbato (dalam Hybels dan Weaver, 2004) mengungkapkan beberapa motif yang mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pleasure adalah kesenangan yang didapat saat berkomunikasi dengan orang lain.

2) Affection adalah perasaan kehangatan yang diperoleh saat seseorang mengalami kebersamaan dengan orang-orang yang disukai. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang dapat merasakan kehangatan hubungan atau keakraban dengan orang lain.

3) Inclusion merupakan perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu. Dengan bercakap-cakap bersama teman-temannya, dalam diri seseorang akan muncul perasaan bahwa individu tersebut adalah bagian dari suatu kelompok sosial tertentu.

4) Escape atau ‘melarikan diri’ terjadi saat seseorang memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan dan berkeinginan untuk ‘meninggalkannya’ sejenak. Seseorang ‘melarikan diri’ berarti menghindar atau meninggalkan sejenak tugas-tugasnya untuk bertemu orang lain.

5) Relaxation dapat diartikan beristirahat sejenak dari berbagai kesibukan yang ada. Dengan bertemu orang lain, seseorang dapat mencoba melepaskan beberapa kepenatan untuk mendapatkan kesegaran baru. 6) Control berarti mengendalikan atau mengatur. Saat komunikasi,

(46)

temannya atas perilaku tertentu sehingga tidak akan mengulangi kesalahannya.

Maksud dan tujuan orang untuk melakukan komunikasi interpersonal berbeda-beda. Menurut Carr (dalam Sisca, 1996) komunikasi interpersonal bertujuan untuk:

a) Menyelidiki suatu realita yakni adanya masukan orang lain membuat seseorang dapat menguji atau membandingkan realita yang dilihatnya dengan realita yang dilihat orang lain.

b) Mengetahui identitas diri yakni seseorang akan mengenali dirinya sendiri melalui respon yang diberikan orang lain ketika berkomunikasi.

c) Meningkatkan harga diri melalui apa yang dikomunikasikan orang lain.

d) Mengontrol lingkungan sosial yakni dengan berkomunikasi seseorang dapat mengontrol lingkungan sosial dengan bernegosiasi.

e) Berbagi informasi yakni dalam kehidupan sehari-hari setiap orang saling membutuhkan untuk memperoleh informasi yang diperlukan. f) Mengalami kesenangan yakni jika seseorang mendapat pengalaman

yang menyenangkan ketika berkomunikasi dengan orang lain ia akan cenderung mengulanginya.

De Vito (1986:14-16) membedakan maksud dan tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut:

a) Self discovery; memahami diri sendiri.

(47)

27

c) Estabilishing and maintain meaning sure relationship; komunikasi guna membangun dan memantapkan suatu hubungan.

d) Changing attitude and behaviour; merubah sikap dan tingkah laku. e) Playing and entertains; bermain dan menghibur.

f) Help; komunikasi untuk saling membentu, memecahkan masalah dan sebagainya.

Komunikasi antar pribadi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan suatu efek perubahan tingkah laku dari komunikan atau mengubah perilaku konsumen. Mengapa demikian, karena kita sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback). Dengan saling melihat, komunikator bisa mengetahui pada saat

berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti apa yang dikomunikasikan, Apakah jika umpan baliknya positif, komunikator akan mempertahankan cara berkomunikasi yang digunakan dan memeliharanya supaya umpan balik tersebut tetap menyenangkan, bila sebaliknya, komunikator harus mengubah tehnik berkomunikasi sehingga maksud dan tujuannya berhasil. Dalam proses komunikasi imterpersonal, yang terpenting adalah kemampuan menafsirkan feed back yang diterima. Hal ini untuk menjaga agar tujuan komunikasi dapat menghasilkan efek yang diharapkan.

4. Aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal

(48)

a) Keterbukaan, yaitu keinginan terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Keinginan untuk terbuka ini dimaksudkan agar diri masing-masing tidak menutup diri di dalam menerima informasi dari orang lain dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang.

b) Empati, yaitu merasakan seperti yang dirasakan orang lain. Suatu perasaan bersama orang lain yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain tanpa kehilangan identitas diri. c) Dukungan, yaitu ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan

pada orang lain. Bentuk-bentuk dukungan yang tidak terucapkan berupa menganggukkan kepala, mengedipkan mata dan dukungan yang lain yaitu kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang berbeda.

d) Kepositifan, yaitu sikap positif dalam komunikasi interpersonal menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif.

e) Kesamaan, yaitu komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan karena masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati.

C. Sales Promotion Girl (SPG)

(49)

29

produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik yang menarik sebagai usaha untuk menarik perhatian konsumen.

Menurut Carter (1999:37), kebutuhan perusahaan terhadap tenaga sales promotion girl disesuaikan dengan karakteristik suatu produk yang akan di

pasarkan. Promosi produk untuk kebutuhan sehari-hari biasanya menggunakan tenaga sales promotion girl dengan kriteria yang dimungkinkan lebih rendah dibandingkan dengan sales promotion girl untuk semisal produk lux seperti halnya otomotif. Dengan demikian, pemilihan penggunaan tenaga sales promotion girl dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan produk yang akan

dipromosikan. Kesesuaian antara produk yang akan dipromosikan dengan kualifikasi sales promotion girl memungkinkan akan meningkatkan daya tarik konsumen pada produk yang dipromosikan.

Menurut Darmono (1998:35), seorang sales promotion girl dituntut untuk mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, terutama terhadap pengetahuan produk yang akan dipromosikan maupun yang dipasarkan dan juga mempunyai penampilan fisik yang mendukung terhadap karakter produk. Pengertian sales promotion girl ditinjau dari sistem pemasaran, Nitisemito (2001:53) berpendapat

bahwa sebagai salah satu pendukung pemasaran suatu produk maka diperlukan tenaga promosi suatu produk sehingga mampu menarik konsumen. Selanjutnya, dengan kemampuan berpromosi yang dimiliki seorang sales promotion girl akan mampu memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk.

(50)

memiliki pengetahuan yang baik mengenai produk, dan berprofesi dalam bidang pemasaran atau promosi suatu produk.

D. Persepsi Konsumen Terhadap Efisiensi Komunikasi Interpersonal Sales

Promotion Girl

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan (Rakhmat, 2005 : 118). Jika komunikasi yang berlangsung dilakukan secara efektif maka akan proses komunikasi yang berlangsung tersebut bisa efisien, di mana tujuan yang dikehendaki oleh komunikator maupun komunikan dalam proses komunikasi tersebut bisa tercapai. Kompetensi komunikasi interpersonal SPG dapat dilihat dari efisiensinya dalam melakukan komunikasi interpersonal.

Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan. Lynn dan Nixon (1985: 86) menyatakan “competencies may range from recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to

teaching behaviors and professional values”. Artinya, kompetensi atau

kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap.

(51)

31

Komunikasi yang efisien ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Untuk penerimaan informasi/pesan dalam komunikasi interpersonal tahap awal adalah persepsi, karena persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi seseorang bisa berupa persepsi positif maupun persepsi negatif.

Dari beberapa pengertian di atas, SPG dianggap mempunyai kompetensi jika menguasai aspek-aspek dalam efisiensi komunikasi interpersonal. Penguasaan SPG terhadap aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal tersebut dapat diukur melalui persepsi seseorang yang melakukan komunikasi interpersonal dengan SPG. Jika SPG menguasai keterampilan komunikasi interpersonal, maka orang (konsumen) yang diajak berkomunikasi akan memberikan persepsi yang positif.

Skema Penelitian

SPG

Aspek Efisiensi Komunikasi Interpersonal

Keterbukaan Kepositifan Empati Kesamaan

Dukungan

(52)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu: persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Ambarumo Plaza Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan komunikasi dengan SPG rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Subjek diminta untuk memberikan persepsinya terhadap efisiensi komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro. Alat yang digunakan untuk mengukur persepsi subjek adalah skala Likert dari item-item yang berkaitan dengan persepsi dan aspek-aspek efisiensi komunikasi interpersonal. Agar pengukuran bisa fokus ke permasalahan, maka diberikan batasan-batasan pengertian tentang persepsi dan efisiensi komunikasi interpersonal SPG rokok Marlboro.

(53)

33

empati, yaitu merasakan seperti yang dirasakan orang lain; (c) dukungan, yaitu ada banyak cara untuk mengungkapkan dukungan pada orang lain; (d) kepositifan, yaitu sikap positif dalam komunikasi interpersonal menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif; dan (e) kesamaan, yaitu komunikasi interpersonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan karena masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati.

Persepsi subjek diukur dengan skor total untuk melihat mean empiriknya. Jika mean empirik mean teoritik maka persepsi subjek dianggap positif, sedangkan jika mean empirik < mean teoritik maka persepsi subjek dianggap negatif.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ambarukma Plaza Yogyakarta. Subjek adalah konsumen yang melakukan komunikasi interpersonal dengan SPG rokok Marlboro di Ambarukma Plaza Yogyakarta, yang akan diambil sebanyak 100 subjek. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan pengamatan, subjek yang dipilih adalah yang telah berinteraksi dengan SPG minimal 10 menit, sehingga bisa memberikan persepsi terhadap komunikasi interpersonal SPG.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

(54)

Modifikasi skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat yang memasukkan kategori jawaban netral, karena jawaban netral mempunyai arti ganda. Di satu sisi, dapat diartikan bahwa subyek benar-benar memilih jawaban netral. Di sisi lain, ada kemungkinan subyek memiliki keraguan dalam memberikan jawaban sehingga subyek lebih memilih jawaban netral (Hadi, 1991:20). Item-item dalam skala terbagi atas dua kelompok yaitu: (1) item favorabel, yaitu item yang mendukung gagasan, (2) item unfavorabel, yaitu item yang tidak mendukung gagasan (Hadi, 1991:37).

Skala Likert digunakan untuk memberi penilaian terhadap jawaban-jawaban subjek atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti. Cara pengukuranya adalah dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada subjek untuk diminta jawabannya dengan memberikan empat pilihan jawaban. Keempat kategori jawaban tersebut kemudian diberi nilai 1 – 4 menurut tingkat penolakan dan dukungannya. Kategori jawaban untuk pilihan subjek dalam skala ini adalah sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(55)

35

Tabel 1

Alternatif Jawaban dan Pembobotannya

Alternatif Jawaban Skor (Bobot) Untuk Item Favorabel Unfavorabel

Berikut ini skala persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta:

Tabel 2

Blueprint persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta

(sebelum uji coba) Aspek

Komunikasi Interpersonal

Persepsi

Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah

Keterbukaan 1, 3, 14, 31,41 5 9,12, 20, 36, 42 5

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

(56)

suatu alat ukur dianggap baik dan jitu dalam mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan tujuan penelitian jika alat tes tersebut memiliki validitas yang tinggi.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah pengukuran validitas yang didasarkan pada kesesuaian isi tes, yaitu item-item skala dan tabel spesifikasi dengan tujuan penelitian. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement, yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya (Azwar, 2003), dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

2. Seleksi Item

(57)

37

tercapai. Teknik korelasi item yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula koefisien korelasi produk moment Pearson. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 13.

Skala persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta

terdiri dari 42 item yang dibagi menjadi 22 item favorable dan 20 item unfavorable. Korelasi berkisar antara 0,016 sampai dengan 0,569. Dari hasil

analisis terdapat 9 item yang nilai rix < 0,30, sehingga ke-9 item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor 9, 15, 19, 22, 25, 26, 29, 30, dan 39. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan tersebut dihilangkan. Kemudian proses analisis dilakukan sekali lagi terhadap 33 butir yang dinyatakan telah sahih. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua butir pernyataan yang dianalisis ulang sudah sahih karena semua item, nilai Corrected Item – Total Correlation-nya sudah lebih besar dari 0,30.

(58)

Tabel 3

Blueprint persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta

(telah diuji kesahihannya) Efisiensi

Komunikasi Interpersonal

Persepsi

Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah

Keterbukaan 1, 3, 13, 23, 32 5 11, 17, 28, 33 4

Setelah semua item pernyataan dinyatakan valid, maka dilakukan uji realibitas. Reabilitas berhubungan dengan ketepatan hasil pengukuran. Untuk menguji reliabilitas instrumen, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha dari Cronbach, karena skornya merupakan rentangan antara berapa nilai.

Adapun hasil uji reliabilitas instrumen berdasarkan perhitungan komputer (SPSS) diperoleh koefisien sebesar 0.912 (tinggi). Dengan demikian instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat dipakai.

G. Metode Analisis Data

(59)

39

nilainya 4, Setuju (S) nilainya 3, Tidak Setuju (TS) nilainya 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) nilainya 1. Untuk pertanyaan yang unfavorabel penilaiannya adalah sebaliknya. Setelah diperoleh data berupa data kuantitatif, maka akan disistematiskan dengan tabel, yang akhirnya dapat diinterpretasikan secara kualitatif untuk menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ditentukan penggolongan yang akan dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta dikategorikan positif jika mean empirik lebih besar atau sama dengan mean teoritik, dan dikategorikan negatif jika mean empirik lebih kecil dari mean

teoritik.

Table 4

Norma kategori jenjang

Norma Kategori Mean empirik ≥ Mean teoritik Positif

Mean empirik < Mean teoritik Negatif

Untuk mengetahui data teoritik maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

(60)

5. Mean teoritik : 132 + 33 = 82,5 2

Data Teoritik di atas dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Skor maksimum : Skor paling tinggi yang mungkin didapat subjek pada skala, yaitu 4.

2. Skor minimun : Skor paling rendah yang mungkin didapat subjek pada skala, yaitu 1.

3. Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimum dan nilai minimum.

4. Standar deviasi (σ) : Luas jarak sebaran yang dibagi kedalam enam satuan deviasi standar.

(61)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan, yaitu subjek yang telah berinteraksi dengan SPG lebih dari 10 menit dipilih sebagai sampel penelitian.

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk pengambilan data adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan skala untuk mengukur persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta.

b. Menentukan subjek untuk penelitian tersebut. Subjek ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang melakukan interaksi dengan SPG rokok Marlboro.

2) Usia subjek telah dewasa (17 tahun ke atas).

(62)

karena konsumen belum mengetahui komunikasi interpersonal SPG secara lengkap.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 – 14 Juni 2009, di mana peneliti menyebarkan skala sebanyak 100 eksemplar kepada para calon pembeli rokok Marlboro melalui SPG di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Penyebaran skala dilakukan dengan cara mendatangi subjek yang dijumpai di Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Pembagian skala sehari berkisar antara 5 – 10 skala, dan pengisian skala dilakukan langsung di tempat ditunggui peneliti sehingga 100 skala bisa terisi seluruhnya.

1. Karakteristik Subjek

Jumlah skala yang disebar sebanyak 100 skala, keseluruhannya memenuhi syarat sehingga seluruh data dapat dianalisis secara utuh. Total subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan tingkat respon rate sebesar 100%. Uraian berikut ini merupakan penjelasan karakteristik subjek tersebut.

2. Jenis Kelamin

(63)

43

Tabel 5

Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 95 95%

Perempuan 5 15%

Total 100 100% Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 95 subjek atau sekitar 95%.

3. Usia Subjek

Konsumsi seseorang terhadap rokok dibatasi usia. Di Indonesia rokok tidak boleh diperjualbelikan kepada seseorang yang masih dalam usia anak-anak Berikut distribusi subjek berdasarkan tingkatan usianya:

Tabel 6

Distribusi Subjek Berdasarkan Tingkat Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

> 45 tahun 14 14%

> 35 – 45 tahun 16 16%

> 25 – 35 tahun 51 51%

17 – 25 tahun 19 19%

Total 100 100% Berdasarkan tabel di atas sebagian besar subjek berusia lebih dari 25 sampai dengan 35 tahun dengan jumlah sebesar 51 subjek atau sekitar 51%.

C. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

(64)

menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Normalitas berarti bentuk distribusi variabel dalam populasi berbentuk distribusi normal atau kurve normal (Hadi, 2000). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal, dengan mengetahui apakah sebaran skor memenuhi asumsi distribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kolmogorov– Smirnov Test, bantuan SPSS for windows versi 13.0.

Tabel 7 Uji Normalitas

Total

N 100

Kolmogorov-Smirnov Z 1.580

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,014

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Uji normalitas menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran skornya tidak normal.

Hasil analisis data dalam penelitian dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov pada SPSS versi 13, diperoleh signifikansi sebesar

(65)

45

kondisi ketidaknormalan ini (disebut memiliki sifat robust), misalnya F-test dan t-test, sehingga analisis data tetap dapat dilanjutkan.

2. Deskriptif Data Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga perlu penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoritis, mean empiris dan standar deviasi. Berikut tabel yang berisi

data penilaian berdasarkan penghitungan komputerisasi dengan menggunakan SPSS versi 13.

Tabel 8

Deskripsi Data Penelitian

N 100

Skor Minimum Teoritik 33

Skor Minimum Empirik 73

Skor Maksimum Teoritik 132

Skor Maksimum Empirik 110

Mean Teoritik 82,5

Mean Empirik 95,86

Median 97 Modus 96 Standar Deviasi Teoritik 16,5

Standar Deviasi Empirik 6,99

Varian 48,95

Standar Deviasi (SD) teoritik yang diperoleh dari penghitungan rentang antara nilai maksimum teoritik dan nilai minimal teoritik dibagi 6

( 6

min − maks

(66)

(SD) empirik (6,99) lebih kecil daripada SD teoritik (16,5), yang artinya bahwa tingkat variasi jawaban pada kelompok data lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban teoritik. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata subjek penelitian kelompok data lebih rendah dari nilai rata-rata-rata-rata teoritik, yang berarti bahwa subjek penelitian secara umum adalah kelompok yang homogen.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mean empirik 95,86 lebih besar daripada mean teoritik 82,5. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta adalah positif.

Sebagai analisis tambahan untuk membuktikan bahwa mean empirik secara signifikan lebih besar dari mean teoritik maka diuji lagi dengan uji statistik one sample test dengan bantuan SPSS for windows versi 13. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai t adalah sebesar 19.095 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,01 (p – 0,000 < 0,01) yang berarti secara signifikan ada perbedaan antara mean empirik dan mean teoritik. Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik sehingga dapat dinyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro di Ambarukmo Plaza Yogyakarta adalah

positif.

(67)

47

Tabel 9

Distribusi frekuensi skor persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl rokok Marlboro

Skor Kategori Jumlah Persentase

Skor ≥ Mean teoritik (82,5) Positif 94 94% Skor < Mean teoritik (82,5) Negatif 6 6%

Total 100 100%

Dari data pada tabel di atas terlihat bahwa mayoritas Subjek mempunyai persepsi positif, yaitu sebanyak 94 subjek (94%). Subjek yang mempunyai persepsi negatif hanya 6%.

Berdasarkan masing-masing aspek komunikasi interpersonal, secara deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10

Uji normalitas untuk masing-masing aspek

Aspek Signifikansi Distribusi

Keterbukaan 0,001<0,05 Tidak normal

Empati 0,064>0,05 Normal

Dukungan 0,000<0,05 Tidak normal

Kepositifan 0,001<0,05 Tidak normal

Gambar

Gambar 1.  Penjelasan Persepsi Konsumen Terhadap Komunikasi
Blueprint Tabel 2 persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal Sales
Tabel 3 persepsi konsumen terhadap efisiensi komunikasi interpersonal
Table 4 Norma kategori jenjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Pintrich, 2003, Santrock, 2007, Brophy 2004). mahasiswa yang memiliki

Berikut ini merupakan terjemahan lirik lagu Die Zauberlföte dalam tiga.. bahasa, Jerman, Inggris dan

Apakah terdapat perbedaan pengaruh prudence dan tax avoidance sebelum dan setelah penerapan IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur kelompok

Faktor-faktor yang mempengaruhi penataan permukiman nelayan Gudang Lelang berdasarkan hasil analisis faktor adalah (1) faktor prasarana jalan, sarana ruang terbuka,

JUDUL : INFORMASI TENTANG KESEHATAN HOAX MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 12

Tesis yang berjudul: “KEBIJAKAN PEMERINTAH TIMOR LESTE TERHADAP HAK KEPEMILIKAN ATAS TANAH DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN TERCAPAINYA KEADILAN” dengan rumusan masalah

depending on how much the forecaster desires to “smooth” the demand data, the longer the moving average period, the smoother it will be... • The formula for computing moving

 Tinggi yang dapat diraih pusat gaya berat saat pelompat masih memegang galah (H 2 ).  Tinggi yang dapat diraih pusat gaya berat saat pelompat melepaskan galah (H