• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN III INSTRUMEN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN III INSTRUMEN PENELITIAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN III

(2)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu INVENTORI KEMARAHAN REMAJA

Petunjuk Pengerjaan

Item dibawah ini menggambarkan situasi yang memprovokasi kemarahan. Untuk setiap item, silahkan kamu menilai diri sendiri berkaitan dengan reaksi atau respon kamu dalam menyikapi situasi tersebut. Coba bayangkan kejadian itu benar-benar terjadi pada kamu dan pilihlah reaksi yang kamu lakukan ketika berhadapan dengan situasi tersebut dengan melingkari salah satu pilihan yang ada pada Lembar Jawaban.

1. Guru mengoreksi kesalahanmu di depan teman-temanmu tetapi mengabaikan kesalahan teman-temanmu. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menjelaskan kepada guru mengenai kesalahan yang dilakukan oleh teman-temanmu

b. Merencanakan untuk memarahi temanmu yang berbuat kesalahan

c. Menarik nafas yang panjang sambil mengakatakan “tenang” di dalam hati 2. Misalkan kamu secara tidak sengaja menjatuhkan vas bunga yang ada di

rumah dan tiba-tiba kakakmu memarahimu dengan mengatakan „Bodoh, lain kali kamu harus hati-hati‟. Apa yang kamu lakukan ?

a. Diam dan menenangkan diri dengan berkata dihati “tenang”

b. Merasa kesal sambil mengatakan „Tidak Sengaja‟ dengan suara keras c. Langsung pergi ke dalam kamar sebelum orang tua atau kakamu selesai

berbicara

3. Ketika kamu harus segera pergi ke sekolah. Tiba-tiba mobil angkutan umum yang kamu tumpangi terjebak macet. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berpikir untuk turun dari angkot dan berkata dalam hati “Saya gak akan pernah naik angkot ini lagi”

b. Mencoba untuk menenangkan diri dan mengirim SMS ke teman bahwa kamu masuk telat

c. Tidak bisa duduk dengan tenang sambil mengeluh “Kapan sampainya kalau begini terus”

(3)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Kamu telah membuat janji dengan seseorang untuk pergi ke suatu tempat,

namun orang tersebut membatalkan janji tersebut di menit-menit terakhir dan membuat kamu menunggu sendirian. Apa yang kamu lakukan ?

a. Mengirim SMS atau menelponnya sambil marah dan memberitahu kepada dia bahwa kamu sudah lama menunggu

b. Mengatakan dalam hati “Lihat aja nanti saya juga akan melakukan hal yang sama pada dirinya”

c. Meminta klarifikasi kepada teman mengenai pembatalan janji sambil menjelaskan lebih baik tidak usah menepati janji jika memang banyak kesibukan

5. Kamu baru selesai membereskan buku-buku yang berserakan, tiba-tiba adikmu mengacak-ngacaknya lagi. Apa yang kamu lakukan ?

a. Mencoba untuk tenang dan memberikan penjelasan kepada adik bahwa apa yang telah dilakukannya itu adalah tidak baik

b. Mengomel kepada adik yang telah mengacak buku

c. Merasa kesal dan menghukum adik untuk membersihkan seluruh rumah 6. Ketika banyak tugas yang harus dibereskan, adikmu menyalakan musik

dengan sangat keras sampai terdengar ke kamarmu. Apa yang kamu lakukan? a. Tanpa banyak bicara langsung mematikan musiknya dan menyuruh

adikmu untuk main keluar rumah

b. Meminta adik untuk mengecilkan suara musiknya

c. Memarahinya karena tidak bersimpati kepadamu yang sedang banyak tugas

7. Kamu sedang berusaha untuk konsentrasi tetapi orang yang di sebelah kamu terus-menerus mengetukkan kakinya ke lantai. Apa yang kamu lakukan ? a. Meminta dia untuk berhenti mengetukkan kakinya ke lantai karena kamu

merasa terganggu

b. Berpikiran untuk menegurnya bahwa suara ketukan kakinya mengganggumu

c. Mengatakan pada diri sendiri “Tenang. Tidak apa-apa mungkin dia sedang merasa cemas.”

8. Kamu sedang mengerjakan LKS dan mengalami kesulitan kemudian meminta bantuan kepada temanmu mengenai cara mengerjakannya akan tetapi temanmu menghiraukanmu. Apa yang kamu lakukan ?

a. Kembali fokus pada diri sambil mengatakan “saya kerjakan sebisanya saja”

b. Mendorong kursi temanmu dan mengatakan dengan perlahan “Dasar pelit, tidak mau membantu orang yang sedang kesusahan”

(4)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Mengatakan pada diri “awas lho nanti setelah ujian beres, saya kasih

pelajaran” atau bergumam “Nanti kalau kamu butuh sesuatu, saya gak akan membantu”

9. Kamu memliki tugas rumah yang harus dibereskan dan kamu meminta bantuan temanmu untuk mengerjakannya akan tetapi temanmu tidak menanggapinya. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berkata dalam hati “Jika suatu saat dia butuh bantuan saya, pasti saya gak akan bantu”

b. Bersikap tenang sambil mengerjakan tugas sebisanya

c. Mengatakan kepada temanmu “Kalau punya ilmu itu harusnya bagi-bagi donk biar bermanfaat”

10. Saat kamu sedang antri tiba-tiba ada orang yang menyerobot, apa yang akan kamu lakukan ?

a. Berkata “dasar main serobot aja. Tidak tahu etika”

b. Berpikir untuk belas dendam jika bertemu dengan orang itu lagi c. Berkata dalam hati “Tenang aja” sambil mengelus dada

11. Orang tua kamu memaksa dan mengharuskan kamu untuk hadir di sebuah acara yang sangat tidak kamu sukai. Suasana acara itu pasti sangat tidak menyenangkan dan orang-orangnya sepertinya akan sangat membosankan. Apa yang akan kamu lakukan ?

a. Berusaha mencari sesuatu yang bisa sedikit menghiburmu misalkan berusaha menikmati makanan yang ada, menikmati musiknya atau apapun yang bisa membuat kamu merasa mendapat keuntungan hadir disana b. Menentang orang tuamu karena kamu merasa tidak bisa dipaksa

c. Mengikuti kemauan orang tuamu secara terpaksa dengan cara bermalas-malasan mandi, memasang tampang kesal.

12. Kamu sudah menabung berbulan-bulan untuk membeli barang kesukaanmu, kemudian tiba-tiba orangtuamu meminta tolong kepadamu karena ada masalah keuangan. Kamu diminta untuk memberikan hasil tabunganmu tetapi mereka tidak menjelaskan secara detail apa masalahnya. Apa yang akan kamu lakukan ?

a. Menolak untuk memberikan uang karena kamu ingin membeli barang kesukaanmu

b. Memberikan uangnya kepada orang tuamu akan tetapi meminta penjelasan untuk keperluan apa

(5)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Memberikan uang itu secara terpaksa sambil mengatakan “Pokoknya ibu

dan bapak harus balikin uang saya lebih dari yang saya pinjamkan saat ini”

13. Kamu sedang makan di sebuah rumah makan, kemudian pelayan membawakan makanan yang tidak kamu pesan. Ketika kamu menjelaskan bahwa itu bukan pesananmu, pelayan itu malah ngotot bahwa itulah pesanan yang ia dengar. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menerima pesanan yang salah itu sambil ngomel dan melontarkan kata-kata sindiran

b. Tanpa banyak bicara segera keluar dari restoran itu tanpa membayar c. Berkata dalam hati untuk tetap tenang

14. Kamu sedang mengerjakan tugas yang belum beres kamu selesaikan, saat itu ada temanmu yang bertanya mengenai cara bagaimana mengerjakan tugas sambil memaksa. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menarik nafas sambil berkata “sebentar ya. Saya juga belum beres. Nanti kalau sudah saya akan bantu kamu”

b. Berkata “Kamu bisa sabar gak ?. saya juga belum beres nih” c. Berpikir untuk memaki-maki temanmu

15. Kamu sedang belajar di kelas, kemudian tiba-tiba ada temanmu yang membuat keributan sehingga kamu menjadi tidak konsentrasi. Apa yang kamu lakukan ?

a. Diam dan menunjukkan muka tidak suka sambil berkata di hati “dasar orang-orang yang tidak tahu tempat. Bisanya mengganggu saja”

b. Menarik nafas sambil meminta teman-teman supaya lebih tenang

c. Menggebrak meja sambil berkata “Bisa diam tidak. Saya tidak bisa konsentrasi”

16. Orang tua kamu meminta kamu untuk membeli sesuatu padahal kamu baru saja nyampe di rumah setelah hampir seharian belajar di sekolah. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menolak perintah orang tua sambil ngomel “saya masih capek”

b. Menjalankan perintah orang tua secara terpaksa sambil bergumam di hati “Dasar orang tua yang tidak berperasaan. Saya masih capek masih aja disuruh-suruh”

c. Meminta waktu untuk beristirahat sebentar, setelah itu baru menjalankan perintah orang tua

(6)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 17. Temanmu membeberkan rahasia yang telah kamu ceritakan kepadanya

padahal kamu sudah percaya kepadanya agar menjaga rahasia itu. Apa yang kamu lakukan ?

a. Meminta klarifikasi dan menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukannya tidak baik

b. Menyampaikan seluruh unek-unek yang kamu rasakan sambil berkata dengan keras kepadanya “kamu benar-benar tidak bisa dipercaya”

c. Merasa kesal dan berkata di dalam hati “Nanti saya juga akan beberkan rahasia orang itu”

18. Suatu saat kamu menjemput temanmu ke rumahnya untuk berangkat bersama ke sekolah. Kamu sudah menunggu lama sampai setengah jam akan tetapi temanmu malah berleha-leha sampai akhirnya kamu dan temanmu telat ke sekolah. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menunjukkan muka tidak suka kepadanya akan tetapi tidak banyak bicara b. Berkata “supaya lain kali tidak terlalu lama karena bisa telat ke sekolah” c. Mengungkapkan kekesalan itu kepada temanmu

19. Misalkan kamu pergi dengan pacarmu, kemudian kamu ingin sekali makan nasi goreng, sementara di saat yang sama pacarmu ingin sekali makan bakso. Apakah yang akan kamu lakukan ?

a. Meminta dia untuk tetap makan nasi goreng sambil berkata “Pokoknya makan nasi goreng”

b. Diam saja dan menuruti keinginannya makan baso akan tetapi memperlihatkan wajah tidak senang dan makan dengan malas-malasan c. Melakukan kesepakatan dengan pacarmu, jika hari ini makan bakso, maka

berikutnya kamu harus menuruti keinginannya begitu juga sebaliknya. 20. Temanmu membuat lelucon tentang dirimu yang membuat kamu merasa

kesal. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menarik nafas yang dalam ketika muncul rasa kesal sambil mengatakan “Tenang” dan menghiraukan leluconnya

b. Merasa terganggu dan menanyakan apa alasan dia membuat lelucon itu c. Diam dan menunjukkan wajah tidak suka kepadanya sambil berkata di

dalam diri “Brengsek, beraninya menghina orang. Lihat saja nanti, saya balas kamu”

21. Dalam suatu rapat di kelas, kamu mengungkapkan pendapatmu tentang rencana kelas untuk pergi rekreasi ke suatu tempat akan tetapi teman-temanmu tidak terlalu menghiraukan pendapatmu. Apa yang kamu lakukan ? a. Diam saja dan mulai menarik diri dari rapat

(7)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Berpikir positif bahwa teman-teman sedang memikirkan yang lain.

Setelah itu menjelaskan kembali pendapatmu

c. Menggebrak meja sambil berkata “tolong, dengarkan pendapat saya” 22. Suatu saat kamu berbicara kepada temanmu akan tetapi tiba-tiba temanmu

ngomong dengan kasar dan keras. Setelah itu, diketahui ternyata temanmu sedang ada masalah. Apa yang akan kamu lakukan ?

a. Membalasnya dengan berkata “Kenapa kamu marah-marah sama saya” b. Merasa kesal dan berkata dalam hati “kenapa dia marah sama saya. Awas

aja nanti kalau butuh bantuan, saya gak akan bantu”

c. Mengatakan pada diri “sabar, mungkin dia sedang butuh waktu karena sedang ada masalah”

23. Temanmu membuat suatu kesalahan dan kemudian menyalahkan kamu atas kesalahan tersebut. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menahan diri dengan menarik nafas sampai tenang dan menanyakan kepada dia tentang maksud pembicaraan dia

b. Merasa kesal dan melawannya dengan berkata “Mengapa kamu menyalahkan saya. Kan kamu sendiri yang berbuat itu”

c. Diam dan menghindari temannya sambil berkata dalam hati “Sialan, saya disalahin. Awas, aja nanti saya balas kamu”

24. Kamu menelepon temanmu akan tetapi ia tidak segera menjawab dan ketika akhirnya ia menjawab, telepon genggammu mati karena baterainya habis. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berpikir untuk memaki-maki dia jika bertemu

b. Berusaha tenang sambil berkata “Ya, sudah saatnya baterainya habis” c. Menggerutu “Tuh kan dia gak cepat-cepat ngangkat telpon sih. Jadi

baterainya habis”

25. Kamu sedang berdiskusi dengan teman kemudian ada teman yang lain terus berusaha untuk menyela dengan mengangkat suatu topik yang bahkan ia sendiri tidak terlalu mengerti. Apa yang kamu lakukan ?

a. Memotong obrolan dia sambil mengatakan “Kamu mengganggu kami yang sedang berdiskusi”

b. Bergumam dalam hati “Dasar pengganggu padahal kami sedang asyik-asyiknya diskusi”

c. Mengontrol diri untuk lebih bersabar sambil mengatakan dalam hati “sabar, dia sedang butuh perhatian orang”

(8)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 26. Kamu meminjam penghapus ke teman karena salah menulis sementara

temanmu meminjamkannya dengan muka yang cemberut sambil sedikit ngomel. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menahan diri untuk tidak menanggapi sesaat kemudian berkata dalam hati “Mungkin dia sedang ada masalah”

b. Kamu berkata kepada dia “sepertinya kamu gak ikhlas ya. Saya gak jadi minjamnya”

c. Merasa kesal tetapi tidak menunjukkan ekspresi tidak senang sambil bergumam dalam hati “Kalau gak mau ngasih mah gak apa-apa. Tidak usah menunjukkan muka seperti itu”

27. Barang yang kamu pinjamkan ke temanmu tiba-tiba hilang padahal barang itu sangat berharga sekali untukmu. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menunjukkan ekspresi tidak suka dan tidak banyak bicara akan tetapi berkata dalam hati “Orang ini benar-benar tidak bisa dipercaya”

b. Mengendalikan diri dengan cara menghindar dulu sesaat kemudian setelah tenang menjelaskan kepada teman seharusnya lebih hati-hati

c. Memarahinya karena telah menghilangkan barang itu

28. Kamu sudah belajar semalaman dan mengerjakan banyak soal karena persiapan akan ujian. Tetapi tiba-iba gurunya memberitahu bahwa ujiannya diundur ke minggu depan. Apa yang kamu lakukan ?

a. Mengomel sambil berkata “Sia-sia aja semalaman saya belajar tapi malah gak jadi”

b. Kesal sambil berkata dalam hati “lain kali saya gak akan menghafal semalaman. Suka gak benar gurunya”

c. Menarik nafas yang panjang dan kamu berkata kepada diri sendiri “Tidak apa-apa semuanya juga pasti ada manfaatnya”

29. Kamu sedang terburu-buru pergi ke sekolah, tetapi mobil angkot yang kamu tumpangi banyak berhenti dan jalannya pelan padahal berada di daerah yang lengang. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berusaha tenang sambil berkata dalam diri “semoga saja bisa datang tepat waktu”

b. Mengomel dan berkata “Pak, berhenti terus kapan saya sampainya nanti saya telat ke sekolah. Cepetan donk”

c. Berpikir untuk turun dari angkot dan berkata dalam hati “Saya gak akan pernah naik angkot ini lagi”

(9)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 30. Kamu membutuhkan buku temanmu untuk menulis catatan yang belum

sempat tercatat, tetapi temanmu tidak memberikan pinjaman. Apa yang kamu lakukan ?

a. Memiliki rencana untuk membalasnya sambil berkata “awas nanti kalau butuh, saya gak akan bantu kamu”

b. Menahan diri untuk tidak menanggapi sesaat kemudian berkata dalam hati “Ya sudah, saya cari saja teman lain yang bisa meminjamkan buku” c. Kamu berkata kepada dia “Kamu gak mau membantu teman yang sedang

kesulitan ya”

31. Kamu memiliki kesepakatan dengan temanmu mengenai suatu hal, tetapi temanmu melanggar kesepakatan yang telah disepakati bersama. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menyerangnya dengan berkata “dasar munafik, katanya sepakat tapi malah dilanggar ?”

d. Berpikir untuk membalasnya dengan membeberkan keburukan dia

b. Memiliki pemikiran “mungkin lain waktu kita harus lebih hati-hati dalam melakukan kesepakatan”

32. Orang tuamu membanding-bandingkan kamu dengan anak temannya yang pintar dan cerdas. Hal itu terus mereka lakukan sampai kamu merasa tidak nyaman dengan ucapan orang tua tersebut. Apa yang kamu lakukan ?

a. Memiliki pemikiran “Mungkin orang tua berharap banyak agar saya bisa menjadi lebih baik”

b. Menunjukkan ekspresi muka tidak menyenangkan kemudian langsung pergi sambil dalam hati menggerutu “Mereka benar-benar membuat saya kesal. Saya gak suka dibanding-bandingkan seperti itu”

c. Tanpa banyak bicara langsung pergi ke kamar sambil menutup pintu dengan keras

33. Hari kemarin kamu tidak sekolah karena sakit. Untuk itu, kamu menanyakan mengenai pelajaran yang kemarin dan tugas-tugasnya tetapi temanmu malah tidak menanggapinya. Apa yang kamu lakukan ?

a. Memiliki rencana untuk membalasnya sambil berkata “awas nanti kalau butuh, saya gak akan bantu kamu”

b. Menahan diri untuk tidak menanggapi sesaat kemudian berkata dalam hati “Ya sudah, saya cari saja teman lain yang bisa meminjamkan buku” c. Kamu berkata kepada dia “Kamu gak mau membantu teman yang sedang

(10)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 34. Ketika kamu sedang tergesa-gesa untuk mengerjakan ujian, tiba-tiba bolpoin

yang kamu gunakan habis tintanya dan tidak bisa dipakai lagi. Kamu mencoba untuk meminjam ke temanmu akan tetapi temanmu tidak terlalu menanggapi permintaanmu. Apa yang kamu lakukan ?

a. Kamu berkata kepada dia “sepertinya kamu gak mau membantu teman yang sedang kesulitan ya”

d. Memiliki rencana untuk membalasnya sambil berkata “awas nanti kalau butuh, saya gak akan bantu kamu”

b. Menahan diri untuk tidak menanggapi sesaat kemudian berkata dalam hati “Dia sedang sibuk, saya harus lebih bersabar”

35. Kamu sudah membereskan rumahmu dan mengepelnya dengan bersih. Tiba-tiba adikmu lari-lari di lantai yang baru saja kamu bersihkan. Apa yang kamu lakukan ?

a. Mencoba untuk tenang dan memberikan penjelasan kepada adik bahwa apa yang telah dilakukannya itu adalah tidak baik

b. Mengomel kepada adik yang telah mengotori lantai c. Menghukum adik untuk membersihkan seluruh rumah

36. Kamu sedang berjalan dipinggir jalan, tiba-tiba ada mobil yang menyerobot dari belakang dan membuat celana yang kamu pakai terkena air kotor. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berkata dalam hati “Duh, jadi kotor lagi bajunya. Awas nanti kalau lihat mobil itu saya lempar batu”

b. Menarik nafas panjang sambil berkata “tenang”

c. Berkata dengan keras “Dasar sialan, lihat-lihat kalau mengendarai mobil” 37. Kamu sudah mengerjakan tugas sebaik mungkin akan tetapi guru malah

mengatakan bahwa tugas yang kamu kerjakan jelek. Apa yang kamu lakukan ?

a. Mengatakan kepada guru bahwa kamu sudah mengerjakan semaksimal b. Mengatakan dalam hati “sialan, guru yang tidak bisa menghargai hasil

kerjaannya. Udah capek, masih dikritik”

c. Berusaha menenangkan diri dengan cara menarik nafas yang panjang sambil mengakatakan “tenang” di dalam hati

38. Kamu sedang asyik menonton televisi, tiba-tiba adikmu mengganti siara TV yang sedang kamu tonton. Apa yang kamu lakukan ?

a. Mengadakan kesepakatan untuk memindahkan siaran TV ketika iklan b. Memindahkan kembali pada siaran TV yang sedang kamu tonton

(11)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Tanpa banyak bicara mematikan Televisi dan menyuruh adik untuk

belajar

39. Temanmu membicarakan keburukanmu dibelakang. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berpikiran untuk mengajaknya berkelahi

b. Memiliki pemikiran “semoga dosa saya terhapus dengan dibicarakannya keburukan saya”

c. Menyerangnya dengan berkata “Kamu gak ada kerjaan ya ngomongin orang dibelakang”

40. Kamu sedang mencoba memisahkan temanmu yang sedang bertengkar, akan tetapi secara tidak sengaja wajahmu ditampar oleh salah satu temanmu. Apa yang kamu lakukan ?

a. Menyerang dia dengan berkata “kamu malah mukul saya padahal saya ingin memisahkan kalian”

b. Menampar kembali teman yang memukulmu

c. Menghindar dari pertikaian dan menenangkan diri sambil berkata “tenang”

41. Kamu sedang berada di tengah-tengah perselisihan, dan orang lain menyebut kamu sebagai "brengsek bodoh.". Apa yang kamu lakukan ?

a. Berkata dalam hati “tenang” sambil menjelaskan kepada dia bahwa kamu tidak suka disebut seperti itu

b. Menyerangnya kembali dengan berkata “kamu yang brengsek”

c. Kamu keluar dari ruangan tersebut dengan menunjukkan ekspresi tidak suka

42. Kamu membongkar sebuah alat yang baru saja kamu membelinya, dan ketika mencoba menggunakannya ternyata alat itu tidak bekerja. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berencana untuk menghancurkan alat tersebut

b. Berpikir untuk meminta bantuan kepada orang lain untuk mengecek alat tersebut

c. Membuangnya sambil berkata “sialan saya tertipu”

43. Kamu sedang membawa makanan yang kamu sukai yang akan kamu simpan di meja, tiba-tiba adik kamu menabrak kamu sehingga makanan itu jatuh ke lantai. Apa yang kamu lakukan ?

a. Memarahi adik yang telah menjatuhkan makanan kesukaanmu b. Menghukum adik dengan memukul atau menjewernya

(12)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Mencoba untuk tenang dan memberikan penjelasan kepada adik bahwa

tindakannya membuat makanan menjadi tidak layak dimakan

44. Kamu mencoba berbicara kepada temanmu mengenai masalah yang sedang kamu hadapi tetapi temanmu tidak menanggapinya dengan serius. Apa yang kamu lakukan ?

a. Memiliki pikiran „mungkin bukan waktu yang tepat jika saat ini berbicara masalah ini kepada temanmu‟

b. Berkata kepadanya “Kamu benar-benar tidak empati. Saya sudah ngobrol panjang lebar tidak didengar”

c. Diam dan langsung pergi sambil berkata dalam hati “awas aja nanti kalau butuh, saya tidak akan bantu”

45. Kamu diminta ibu untuk mencuci dan cangkir favorit kamu tidak sengaja jatuh dan hancur. Apa yang kamu lakukan ?

a. Berpikir untuk menjatuhkan atau menghancurkan piring atau cangkir yang lain

b. Berkata dalam hati “Ya, sudah tidak apa-apa nanti saya beli lagi”

c. Membuangnya sambil berkata “Gara-gara ibu nih cangkir kesayangan saya rusak”

(13)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN IV

PROSEDUR KONSELING EGO STATE DALAM

MENGELOLA KEMARAHAN

(14)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PROSEDUR KONSELING EGO STATE UNTUK MENGELOLA

(15)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Oleh

GIAN SUGIANA SUGARA NIM 1201308

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

PROSEDUR KONSELING EGO STATE DALAM MENGELOLA KEMARAHAN

A. Rasional

Emosi adalah bagian terpenting dari manusia serta merupakan aspek perkembangan yang terdapat pada setiap manusia. Karena emosi, individu mampu untuk merasakan keadaan dirinya. Secara umum terdapat dua macam emosi pada manusia yaitu emosi positif dan emosi negatif (Faupel, Herrick & Sharp, 2011: 3). Senang dan bahagia merupakan salah satu bentuk dari emosi positif, sedangkan

(16)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu marah (anger) dan sedih merupakan contoh dari emosi negatif (Shaffer, 2009: 285). Emosi pada manusia diperlukan untuk melakukan adaptasi dengan lebih mudah. Ketika individu mampu untuk mengelola emosinya secara positif, maka individu akan mampu dalam mengendalikan dirinya. Untuk itu, sesuai dengan yang dijelaskan Bhave dan Saini (2009: 3) yang mengatakan bahwa manusia perlu mempelajari bagaimana cara mereka mengendalikan emosinya agar dapat beradaptasi dengan baik.

Marah merupakan bagian dari emosi yang mengandung muatan emosi yang negatif. Walaupun termasuk sebagai emosi negatif, akan tetapi kemunculan marah tidak selalu menjadi tanda dari adanya ketidakstabilan emosi, melainkan merupakan emosi alami yang dialami oleh setiap orang baik itu anak-anak, remaja, dan orang dewasa (Golden, 2003: 15). Hal ini sesuai dengan pendapat Perritano (2011:23) yang menjelaskan bahwa perubahan kondisi mental kita yang terjadi pada diri kita akan menimbulkan emosi tertentu. Marah memiliki dua sisi yakni sisi positif dan negatif. Memiliki makna positif jika marah diekspresikan dengan cara yang pantas sehingga dapat membantu individu dalam mengekspresikan berbagai perasaan dengan cara yang dapat diterima lingkungan, membantu menyelesaikan masalah, dan juga mampu memotivasi dalam mencapai tujuan yang positif (Bhave & Saini, 2009: 11). Memiliki makna negatif, jika marah diekspresikan dalam cara yang tidak pantas seperti merusak benda, bertindak agresif baik verbal maupun fisik yang dapat mengganggu hubungan interpersonal.

Terdapat berbagai macam hal yang dapat menyebabkan munculnya rasa kemarahan pada seseorang. Hal yang paling sering dapat menyebabkan munculnya rasa kemarahan adalah ketika seseorang menghadapi suatu situasi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dalam hal ini kemarahan muncul sebagai reaksi dari perasaan frustrasi ataupun kecewa ketika memiliki keinginan yang tidak terpenuhi (Bhave & Saini, 2009: 5). Akibatnya, seringkali

(17)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa tidak mampu mengendalikan dirinya dimana ketika tidak mampu mengelola kemarahan menyebabkan perilaku agresif baik secara verbal maupun fisik (Nindita, 2012).

Di Giusepe dan Tafrate (2007) menjelaskan bahwa individu yang mengalami kemarahan perlu mendapatkan layanan konseling agar mampu mengendalikan dirinya. Jika kemarahan tidak terkendali, maka akan mengakibatkan perilaku agresif bahkan dapat mengalami depresi. Mengelola kemarahan (anger management) merupakan hal yang penting dilakukan dalam kehidupan manusia. Karena mengelola kemarahan, manusia dituntut untuk mampu mengekspresikan kemarahan yang mereka miliki dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan, dan tidak menyakiti diri sendiri ataupun orang lain (Burt, 2012). Remaja yang tidak mampu mengelola kemarahan cenderung mengekspresikan emosi mereka dengan menangis atau berteriak. Dengan sedikit atau tanpa provokasi sama sekali, remaja dapat menjadi sangat marah kepada orangtuanya atau memproyeksikan perasaan-perasaan mereka yang tidak menyenangkan kepada orang lain (Santrock, 2007). Santrock memaparkan bahwa banyak remaja yang belum mampu mengelola emosi secara efektif. Sebagai akibatnya, remaja rentan mengalami depresi dan kemarahan yang akan memicu berbagai masalah, seperti penyalahgunaan obat, kenakalan atau gangguan makan. Kegagalan dalam mengelola kemarahan ternyata berdampak pada aspek kehidupan siswa. Penelitian Law, Wong, & Song pada tahun 2004 menyatakan individu yang tidak mampu mengelola emosi akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan seseorang (Hudgson & Wertheim, 2007). Penelitian Mustamsikin (2011) menemukan bahwa kemampuan pengelolaan emosi memberi pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif siswa. Caruso & Salovey (2005) menyebutkan bahwa ketidakmampuan seseorang dalam mengelola emosi akan berdampak pada berbagai perilaku yang maladaptif, seperti terjerumus kepada narkotika dan minuman keras, bersikap agresif, serta prokrastinasi

(18)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan pengumpulan data awal terhadap siswa kelas XI SMK Profita Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 diperoleh gambaran umum sebanyak 19,60 % siswa mmiliki profil kemarahan pada kategori tinggi, sebanyak 61,31% siswa memiliki profil kemarahan pada kategori sedang, dan sebanyak 19,10% siswa memiliki profil kemarahan pada kategori rendah. Kecenderungan kemarahan yang dialami adalah dominan yang pertama kemarahan terkelola, kemudian kemarahan reaktif dan terakhir kemarahan instrumental. Data di atas, menunjukan bahwa diperlukan sebuah penanganan untuk membantu siswa dalam mengelola kemarahan agar siswa memiliki kemampuan mengelola kemarahan yang sehat.

Untuk itu, dikembangkan intervensi pengelolaan kemarahan melalui penggunaan konseling ego state. Intervensi yang dikembangkan dalam setting individual. Emmerson (2010) menjelaskan bahwa konseling ego state dapat digunakan untuk meningkatkan pengelolaan kemarahan. Dalam pandangan ego state, konseli yang mengalamai kemarahan karena konseli belum mampu menerima perasaan marah yang terjadi pada dirinya. Emmerson (2010: 136) berpendapat bahwa konseli yang tidak mampu mengelola rasa marah karena tidak dilepaskan rasa marah tersebut atau bingung tentang bagaimana cara melepaskan marah secara tepat. Menekan rasa marah ini akan menyebabkan konseli mengalami distress secara internal dan ketika mengekspresikan secara tidak tepat akan menyebabkan masalah sosial. Ketidakmampuan mengelola ini dapat menyebabkan kecemasan yang berujung pada depresi (Emmerson, 2010: 137). Untuk itu, konseling ego state dipandang tepat digunakan sebagai intervensi bagi konseli dengan masalah pengelolaan rasa marah.

B. Tujuan Intervensi

Secara umum tujuan intervensi expressive writing adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengatur respon terhadap situasi

(19)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu emosional, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Secara khusus tujuan intervensi adalah :

1. Mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola

2. Menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat

3. Mengalokasikan dimana adanya kesakitan, trauma, kemarahan atau frustrasi dalam ego state dan memfasilitasi ekspresi, melepaskan emosi negatif, memberikan rasa nyaman serta memberdayakan diri

4. Memfasilitasi fungsi komunikasi di antara ego state yang negatif sehingga dapat berubah menjadi positif

5. Menolong klien mengenal ego state mereka sehingga klien dapat mengelola kemarahan

6. Mengatasi konflik diri atau konflik ego state yang menyebabkan kemarahan

C. Asumsi Dasar

Asumsi pelaksanaan intervensi ini adalah :

1. Kemarahan adalah emosi negatif yang merupakan hasil dari pengalaman subjektif seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu situasi yang dipersepsikan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan (Novaco, 2003).

2. Siswa yang tidak mampu mengelola kemarahan membutuhkan layanan konseling untuk mengelola kemarahan agar mampu mengendalikan dirinya (DiGiusefe dan Tafrate, 2007)

3. Konseling ego state dapat digunakan untuk mengelola kemarahan siswa (Emmerson, 2010)

D. Sasaran Intervensi

Intervensi dilakukan terhadap 6 orang siswa dimana 4 orang siswa berada dalam kategori tinggi terdiri dari 2 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa perempuan. Selain itu, 2 orang siswa dalam kategori sedang yang terdiri dari 1 orang laki dan 1 orang perempuan. Adapun keenam subjek intervensi adalah :

(20)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Ia Tita memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan

yang dominan adalah kemarahan instrumental

2. Hafidz memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan instrumental

3. Vira Yuniar memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan reaktif.

4. Yohanes memiliki skor kemarahan pada kategori tinggi. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan reaktif.

5. Jonathan memiliki skor pada kategori sedang. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan yang terkelola.

6. Rossy memiliki skor pada kategori sedang. Bentuk ekspresi kemarahan yang dominan adalah kemarahan yang terkelola.

E. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur konseling ego state dalam mengelola kemarahan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Joining and rapport-building atau membangun hubungan yang positif dengan konseli agar konseli terlibat dalam sesi intervensi. Konselor menjelaskan maksud dan tujuan dari konseling yang akan diikuti konseli.

2. Accesing Ego State yakni tahapan dimana konselor mengakses Ego State yang mengalami kemarahan dan memberi nama ego state tersebut

3. Bridging to orign problem yakni tahapan selanjutnya melakukan regresi untuk mengetahui kejadian pertama kali munculnya ego state kemarahan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui akar masalah yang terjadi pada diri konseli.

4. Expression Phase adalah melakukan proses ekspresi terhadap ego state yang negatif (introject) yang memunculkan pengalaman kemarahan. Setelah akar masalah yang menjadi pengalaman kemarahan bagi konseli diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan proses ekspresi terhadap ego state negatif (introject). Dalam tahapan ini, konseli harus mengekspresikan dan mengungkapkan permasalahan atau emosi yang

(21)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu terpendam. Secara khusus ego state yang mengekpresikan emosi tersebut harus ego state yang terluka.

5. Removal Phase adalah tahapan dimana konselor melakukan removal atau pelepasan. Setelah proses mengekspresikan perasaan selesai, dilakukan proses removal atau pelepasan rasa kesal. Konselor harus membantu ego state yang terluka untuk melakukan pelepasan dari ego state negatif yang masih melekat.

6. Relief Phase adalah tahapan melakukan proses relief atau penenangan. Setelah melakukan proses pelepasan ego state negatif, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penenangan (relief) yaitu dengan memanggil ego state yang lebih dewasa (mature) dan mau mengasuh (nurturing) ego state yang terluka tadi. Bila ego state yang dewasa dan mau mengasuh tidak muncul sama sekali, maka konselor dapat memanggil ego state introject yang lebih dewasa dan mau mengasuh ego state yang terluka tersebut. Caranya adalah konselor dapat meminta konseli untuk memanggil bagian dari konseli yang lebih dewasa dan matang kemudian beri nama ego state tersebut.

F. Sesi Intervensi

Pelaksanaan intervensi ini dilakukan selama empat sesi. Penentuan jumlah sesi ini merujuk pada prinsip konseling ego state yang singkat serta acuan dari pendapat Gordon Emmerson. Setiap sesi dilakukan selama 50 menit. Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. Adapun gambaran mengenai sesi konseling ego state dalam mengelola kemarahan adalah sebagai berikut

Sesi ke-1

Sesi pertama ini merupakan pembuka dan pengenalan dari konseling ego state. Tujuan dari sesi ini adalah membangun hubungan yang positif dengan konseli, serta mengenalkan intervensi kepada konseli dan kemampuan apa yang akan konseli peroleh. Konselor melakukan wawancara kepada konseli untuk

(22)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengeksplorasi pengalaman kemarahan konseli. Selanjutnya konselor mengenalkan konseli mengenai peran ego state ketika konseli mengalami kemarahan. Target dalam sesi ini adalah konseli terlibat aktif dalam sesi konseling ego state dan mengetahui peranan ego state dalam mengelola kemarahan. Diakhir sesi, klien diminta untuk menuliskan perasaannya dalam lembar “Homework”

Sesi ke-2

Sesi kedua bertujuan untuk mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola. Pada sesi ini konselor melakukan terlebih dahulu evaluasi terhadap perasaan marah selama seminggu dan berdiskusi mengenai “Homework” yang dikerjakan oleh konseli. Kemudian pada sesi ini, konselor mengakses ego state marah kemudian melakukan regresi untuk mengetahui pertama kali munculnya ego state marah dan melakukan proses ekspresi dan pelepasan terhadap emosi negatif yang dirasakan. Setelah itu, dilakukan proses penanganan dengan mencari ego state yang lebih dewasa dan dapat membantu ego state marah menjadi lebih tenang. Target pada sesi ini adalah siswa mampu mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola.

Sesi ke-3

Sesi ketiga dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap perasaan marah yang dirasakan dan „homework‟ yang dikerjakan konseli dalam satu minggu. Sesi ketiga bertujuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat. Pada sesi ini, konselor melakukan proses konseling ego state menggunakan teknik kursi kosong (empty chair). Pertama konselor mengakses ego state asertif yang pernah dialami oleh konseli di masa lalu setelah itu memberi ego state tersebut dan menyediakan kursi kosong yang mewakili ego state asertif. Setelah itu melakukan negosiai dengan ego state asertif bahwa ego state asertif akan muncul dan membantu konseli ketika konseli memiliki perasaan negatif

(23)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sehingga dapat membantu konseli untuk melepaskan perasaan negatif secara tepat. Setelah itu, konselor membantu konseli untuk mendatangkan ego state marah dan menyediakan satu kursi kosong yang mewakili sebagai ego state marah. Setelah itu, konselor memfasilitasi ego state asertif dan ego state marah untuk berkomunikasi sehingga menemukan kesepakatan bahwa ego state marah memberikan izin kepada ego asertif untuk membantu ego state marah ketika mengalami masalah. Selanjutnya, konselor membantu konseli untuk mendatangkan ego state bijak yang bisa bekerjasama dengan ego state asertif dalam membantu ego state marah. Target pada sesi ini adalah konseli memiliki kemampuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat.

Sesi ke-4

Sesi keempat merupakan sesi terakhir. Sesi ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauhamana perubahan yang dirasakan. Dalam sesi ini, konselor dengan konseli terlibat aktif untuk diskusi mengenai proses konseling yang telah dilakukan dan „homework‟ yang telah dikerjakan.

G. Indikator Keberhasilan

Evaluasi keberhasilan intervensi untuk mengelola kemarahan siswa dilakukan pada setiap sesi intervensi. Konseli yang berhasil mengikuti kegiatan intervensi adalah konseli yang mampu mengubah ego state yang negatif menjadi ego state yang positif dan memberdayakan. Selain itu, konseli juga mengetahui fungsi ego state dalam hidupnya dan mampu memanfaatkannya dalam memberdayakan dirinya.

Lembar evaluasi diberikan setelah siswa mengikuti setiap sesi konseling. Lembar evaluasi ini yang digunakan dalam mengukur sejauh mana keefektifan proses konseling. Salah satu sumber evaluasi ini adalah analisis terhadap

(24)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu homework berupa „Anger Meter‟ dimana konseli melakukan identifikasi perasaan marahnya dengan „Anger Meter‟ setiap mengalami situasi atau kejadian yang memprovokasi munculnya kemarahan.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan konseling ego state dalam mengelola kemarahan siswa, maka setiap sesi konseling dilakukan post-test yang bertujuan untuk melihat perubahan konseli dari setiap sesi konseling yang telah dijalani. Adapun instrumen atau alat ukur yang digunakannya adalah dengan menggunakan instrumen kemarahan yang dikembangkan oleh peneliti. Evaluasi keberhasilan secara keseluruhan dilihat dengan menurunnya profil kemarahan yang dialami oleh partisipan penelitian yang dapat dilihat dari grafik penelitian.

Sesi 1

Tujuan Konseli terlibat aktif dalam sesi konseling ego state dan mengetahui peranan ego state dalam mengelola kemarahan

Waktu 60 Menit

Alat / Bahan Papan tulis, Spidol, Kertas Metaplan Deskripsi Kegiatan

(25)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Konselor membuka pertemuan dengan memberi salam kepada peserta b. Konselor menjelaskan secara singkat tentang maksud dan tujuan

konseling, bentuk kegiatan dan waktu yang akan ditempuh

c. Konselor memberikan kesempatan bertanya kepada konseli mengenai sesi konseling yang akan dilaksanakan.

d. Konselor menjelaskan tentang asas kerahasiaan dalam konseling kelompok

e. Konselor menjelaskan ulang tentang proses pelaksanaan kegiatan. Akhir dari tahapan ini adalah kontrak kesepakatan konseling yang diadakan selama satu minggu sekali

Tahapan Mengakses Ego State (Accesing Ego State)

a. Konselor meminta konseli untuk mengingat kembali situasi yang membuat dia marah sambil menutup mata

b. Konselor menanyakan kepada konseli apa yang dirasakan ketika perasaan marah muncul

c. Konselor mendengarkan apa yang dialami oleh konseli mengenai kemarahan yang sering muncul dan dirasakannya

d. Konselor menanyakan kepada konseli ketika mengingat situasi yang membuat dia marah apa yang dirasakan dan apakah berpengaruh pada tubuh dan dibagian tubuh mana dirasakannya

e. Konselor menjelaskan bahwa menjelaskan bagian diri (ego state) yang sering muncul ketika mengingat situasi yang memprovokasi kemarahan

f. Konselor meminta konseli untuk memberi nama ego state yang marah Tahapan Negosiasi Ego State (Negotiation Phase)

a. Konselor menuliskan nama ego state dalam sebuah kertas dan menempelnya di salah satu kursi yang kosong

b. Konselor meminta konseli bergerak ke arah kursi kosong dan menjadi ego state yang marah ketika duduk di kursi yang kosong

c. Konselor menanyakan kepada konseli ‟apa fungsi dan peranan ego state marah‟ untuk konseli dan reaksi apa yang biasa dilakukan

d. Konselor meminta konseli untuk kembali duduk di kursi yang sebelumnya dan meminta untuk membayangkan situasi atau pengalaman yang membuat dia tenang

e. Konselor menanyakan dibagian tubuh mana rasa tenang itu muncul dan menjelaskan bahwa ini adalah ego state yang positif

f. Konselor menulis nama ego state ‟si tenang‟ dalam kertas dan g. menempelnya di kursi yang kosong

h. Konselor meminta konseli bergerak ke arah kursi kosong dan menjadi ego state yang tenang ketika duduk di kursi yang kosong

i. Konselor menanyakan kepada konseli ‟apa fungsi dan peranan ego state tenang‟ untuk konseli dan reaksi apa yang biasa dilakukan

(26)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tahapan Penutup

a. Konselor berdiskusi dengan konseli tentang pengalaman yang dialami oleh konseli ketika mengakses ego state yang positif dan negatif

b. Konselor menjelaskan bahwa Ego State adalah bagian diri kita yang berpengaruh dalam kehidupan kita

c. Konselor meminta konseli untuk mengisi lembar homework ‟Anger Meter‟ selama seminggu dan dibawa pada sesi selanjutnya

Evaluasi Sesi ini berhasil jika konseli terlibat aktif dalam sesi konseling dan memiliki pemahaman mengenai fungsi dan peranan ego state dalam mengelola diri

(27)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sesi 2

Tujuan Konseli mampu mengubah perasaan marah menjadi lebih tenang dan terkelola

Waktu 60 Menit

Alat / Bahan Papan tulis, Spidol, Kertas Metaplan Deskripsi Kegiatan

Tahapan Membangun Hubungan yang positif

a. Konselor membuka pertemuan dengan memberi salam kepada konseli dan menanyakan kabar

b. Konselor melakukan evaluasi terhadap lembar kerja ”Anger Meter” yang diisi oleh konseli selama seminggu

c. Konselor memotivasi konseli bahwa konseli dapat berubah menjadi lebih baik dengan sesi konseling

Tahapan Mengakses Ego State (Accesing Ego State)

a. Konselor meminta konseli untuk mengingat kembali situasi yang membuat dia marah sambil menutup mata

b. Konselor menanyakan kepada konseli apa yang dirasakan ketika perasaan marah muncul

c. Konselor mendengarkan apa yang dialami oleh konseli mengenai kemarahan yang sering muncul dan dirasakannya

d. Konselor menanyakan kepada konseli ketika mengingat situasi yang membuat dia marah apa yang dirasakan dan apakah berpengaruh pada tubuh dan dibagian tubuh mana dirasakannya

e. Konselor menjelaskan bahwa menjelaskan bagian diri (ego state) yang sering muncul ketika mengingat situasi yang memprovokasi kemarahan

f. Konselor meminta konseli untuk memberi nama ego state yang marah Tahapan Kembali ke Inti Masalah (Bridging to Orign Problem)

a. Konselor meminta konseli untuk menutup mata dan fokus pada bagian tubuh yang dirasakan ketika mengalami marah

b. Konselor memperbesar rasa marah yang dirasakan ditubuh

c. Konselor menanyakan apakah rasa marah yang dialami oleh konseli “Usianya tua atau muda ?”, “Kapan pertama kali munculnya ?”, “Jelaskan kepada saya bagaimana pertama kali muncul ?”, “Siang atau malam?”, “ada siapa saja disana ?”, “apa yang dirasakan ketika itu”

(28)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Konselor mendengarkan setiap informasi yang disampaikan oleh konseli

Tahapan Ekspresi (Expression Phase)

a. Konselor mengetahui emosi negatif yang memicu pertama kali ego state marah muncul dari tahapan sebelumnya

b. Konselor membantu konseli mengekspresikan emosi yang terpendam terhadap ego state introject yang memicu kemarahan

c. Konselor memfasilitasi proses ekspresi ego state introject yang negatif dengan konseli sampai konseli merasa lega

Tahapan Pelepasan (Removal Phase)

a. Konselor meminta konseli untuk membayangkan ego state introject yang negatif untuk menjadi kecil

b. Konselor membantu konseli untuk menghilangkan ego state introject tersebut dengan cara mengusirnya atau meniupnya sampai hilang dari bayangan pikiran konseli

Tahapan Penenangan (Relief Phase)

a. Konselor menanyakan kepada konseli, ego state yang dapat membantu ego state marah agar menjadi lebih positif

b. Konselor meminta konseli untuk membayangkan kembali dalam situasi dimana merasakan ketenangan

c. Konselor memanggil ego state ‟tenang‟ dan melakuka negosiasi agar membantu ego state ‟marah‟

d. Konselor mengganti nama ego state ‟marah‟ menjadi ego state yang berdaya Tahapan Mengecek perubahan (Future Pacing)

a. Konselor mebimbing konseli untuk membayangkan situasi yang membuat marah dan menanyakan perasaannya ketika dalam kondisi tersebut

b. Konselor meminta konseli untuk mengisi lembar homework ‟Anger Meter‟ dan dibawa pada sesi selanjutnya

Evaluasi Sesi ini berhasil jika konseli mampu untuk memanggil ego state ‟marah‟ dan melakukan ekspresi, pelepasan emosi negatif terhadap ego state marah serta menemukan ego state yang lebih dewasa agar membantu ego state ‟marah‟ menjadi lebih positif

(29)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sesi 3

Tujuan Konseli memiliki kemampuan untuk menghentikan perilaku agresif dan melepaskan kemarahan secara tepat.

Waktu 60 Menit

Alat / Bahan Papan tulis, Spidol, Kertas Metaplan, Kursi Kosong Deskripsi Kegiatan

Tahapan Membangun Hubungan yang positif

a. Konselor membuka pertemuan dengan memberi salam kepada konseli dan menanyakan kabar

b. Konselor melakukan evaluasi terhadap lembar kerja ”Anger Meter” yang diisi oleh konseli selama seminggu

c. Konselor memotivasi konseli bahwa konseli dapat berubah menjadi lebih baik dengan sesi konseling

Tahapan Mengakses Ego State (Accesing Ego State) Mengakses Ego State yang berdaya

a. Konselor meminta konseli untuk mengingat kembali situasi yang membuat dia asertif

b. Konselor membimbing konseli untuk menjelaskan situasi ketika konseli mengalam „Asertif‟ di masa lalu

c. Konselor mendengarkan apa yang dialami oleh konseli mengenai sikap „asertif‟ yang dirasakannya

d. Konselor menanyakan kepada konseli ketika mengingat situasi yang membuat dia „asertif‟ apa yang dirasakan dan apakah berpengaruh pada tubuh dan dibagian tubuh mana dirasakannya

e. Konselor meminta konseli untuk memberi nama ego state yang „asertif‟ dan menulis dalam sebuah kertas serta menempelkannya di kursi yang kosong f. Konselor meminta konseli untuk duduk di kursi kosong dan menjadi diri yang

asertif

g. Konselor menanyakan fungsi dan peranan asertif untuk konseli dan mengadakan kesepakatan untuk mengobrol lagi ketika konselor meminta h. Konselor meminta konseli untuk duduk lagi di kursi yang sebelumnya Mengakse Ego State yang Vaded

g. Konselor meminta konseli untuk mengingat kembali situasi yang membuat dia marah dan berperilaku agresif

a. Konselor menanyakan kepada konseli apa yang dirasakan ketika perasaan marah muncul

b. Konselor mendengarkan apa yang dialami oleh konseli mengenai kemarahan yang sering muncul dan dirasakannya

(30)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Konselor menanyakan kepada konseli ketika mengingat situasi yang membuat

dia marah apa yang dirasakan dan apakah berpengaruh pada tubuh dan reaksi apa yang dilakukan

d. Konselor meminta konseli untuk memberi nama ego state yang „agresif‟ dan menulis dalam sebuah kertas serta menempelkannya di kursi yang kosong e. Konselor meminta konseli untuk duduk di kursi kosong dan menjadi diri yang

asertif

f. Konselor menanyakan fungsi dan peranan asertif untuk konseli dan mengadakan kesepakatan untuk mengobrol lagi ketika konselor meminta

Tahapan Negosiasi (Negotiation Phase)

a. Konselor meminta konseli untuk duduk di kursi ego state “Asertif”

b. Konselor membantu untuk meyakinkan ego state asertif agar dapat membantu ego state “Agresif”

c. Konselor meminta konseli untuk duduk di kursi ego state “Agresif” dan memfasilitasi “Agresif” agar mau dibantu oleh “Asertif”

d. Konselor melakukan negosiasi dengan ego state pemarah dengan meminta izin untuk diganti perannya oleh ego state asertif

Tahapan Penenangan (Reliefe Phase)

a. Konselor melakukan memanggil dengan ego state yang bijaksana dan dewasa agar dapat mengasuh ego state yang “Agresif‟

b. Konselor mendengarkan kesepakatan ego state dan pastikan setiap ego state menyepakatinya

c. Apabila setiap ego state ada permintaan, maka konselor perlu untuk mendengarkannya karena persyaratan ini akan membantu siswa agar cepat berubah.

d. Konselor menuliskan apa saja yang diminta oleh setiap ego state dan menyampaikannya kepada siswa pada akhir sesi.

Tahapan Mengecek perubahan (Future Pacing)

a. Konselor mebimbing konseli untuk membayangkan situasi yang membuat marah dan menanyakan perasaannya ketika dalam kondisi tersebut

b. Konselor meminta konseli untuk mengisi lembar homework ‟Anger Meter‟ dan dibawa pada sesi selanjutnya

Evaluasi Sesi ini berhasil jika terjadinya kesepakatan antar ego state yang agresif untuk berganti menjadi ego state yang lebih positif dan berdaya

(31)

Gian Sugiana Sugara, 2014

Penggunaan konseling ego state untuk mengelola kemarahan (penelitian single subject pada siswa kelas xi smk profita bandung tahun ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sesi 4

Tujuan Mengevaluasi perubahan kemarahan yang dirasakan oleh konseli

Waktu 45 Menit

Alat / Bahan Papan tulis, Spidol, Kertas Metaplan Deskripsi Kegiatan

Tahapan Pembuka

a. Konselor membuka pertemuan dengan memberi salam kepada konseli dan menanyakan kabar

b. Konselor melakukan evaluasi terhadap lembar kerja ”Anger Meter” yang diisi oleh konseli selama seminggu

c. Konselor memotivasi konseli bahwa konseli dapat berubah menjadi lebih baik dengan sesi konseling

Tahapan Inti

a. Konselor menanyakan kepada konseli perubahan apa yang dirasakan setelah sesi konseling

b. Konselor berdikusi dengan konseli mengenai pengelolaan ego state dalam mengelola kemarahan

c. Konselor menanyakan kepada konseli apa yang akan dilakukan ketika mengalami situasi yang memicu marah

d. Konselor bertanya kepada konseli tentang pengalaman yang didapatkan selama sesi konseling

Tahapan Penutup

a. Konselor menutup sesi konseling dengan menyimpulkan semua proses konseling yang telah dilewati

b. Konselor memotivasi konseli untuk senantiasa mengelola ego state yang positif

Evaluasi Sesi ini berhasil jika konseli mampu untuk mengungkapkan pembelajaran yang dia dapatkan selama sesi konseling dan aplikasinya dalam situasi yang memicu kemarahan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultanefektivitas komite audit,ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan kompleksitas operasi perusahaan k mempunyai pengaruh

Interpretasi Terhadap Pemberitaan Media Massa Mengenai Kasus Penyerbuan Tahanan Di lp Cebongan (Sebuah Analisis Framing). Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jadi, tolak HO dan terima HA yang berarti konsumen salon Vanya Jakasampurna Bekasi merasa puas terhadap pelayanannya dan wilayah tersebut mempunyai potensial cukup besar

audit berpengaruh negatif terhadap financial reporting lead time yang merupakan proksi dari ketepatan waktu pelaporan.. Abbott

Tidak ada didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan

Dilihat dari segi Dimensi Kualitas Jasa yang dihitung dengan perhitungan Chisquare, Dimensi Reliability dengan nilai 80.7, Dimensi Responsiveness dengan nilai 121.9, Dimensi

09.30 hrs Overview of Mexico and Indonesia: two blooming economies, by Mr. Nick Gandolfo, Head of leading intemational business, HSBC.. 09'50 hrs Presentation of

yang lebih besar bagi para importir dan pemasok barang dalam memilih yang terbaik perusahaan inspeksi dan penguji yang ada di negara asal5. yang memiliki laboratorium