• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengguna sepeda motor di Yogyakarta salah satunya adalah kelompok pelajar sekolah menengah atas (SMA). Sepeda motor diperbolehkan digunakan oleh pelajar SMA karena batas usia kepemilikan SIM C adalah 16 tahun. Usia tersebut merupakan usia rata-rata pelajar SMA. Oleh karena itu, sepeda motor menjadi salah satu pilihan moda transportasi mereka untuk keperluan sekolah. Meskipun demikian, pada masa sekarang masih dijumpai pelajar SMA yang masih menggunakan sepeda untuk keperluan sekolah di Yogyakarta.

Meskipun demikian, sepeda dapat dipilih sebagai moda transportasi bagi pelajar untuk sekolah. Sepeda merupakan moda transportasi tanpa mesin yang ramah lingkungan, murah, mudah dalam penggunaannya serta menyehatkan penggunanya. Bersepeda merupakan salah satu perilaku bertransportasi aktif yang dapat dilakukan oleh pelajar sekolah. Bertransportasi aktif merujuk pada solusi transportasi multimoda yang berkelanjutan yang menghubungkan manusia dari satu tempat ke tempat lain menggunakan moda trasportasi aktif. Moda tersebut antara lain kendaraan umum, sepeda maupun dengan berjalan kaki (Insall, 2013). Pelajar sekolah didorong untuk melakukan transportasi aktif sebagai upaya peningkatan kualitas kesehatan pribadi mereka serta pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor (Mader dan Zick,2014).

Saat ini kondisi pusat kota (urban) yang penuh dengan aktifitas kendaraan bermotor, menjadikan sepeda sebagai moda transportasi yang marjinal dalam kelas moda transportasi di jalan. Sepeda harus berbagi ruang dengan kendaraan lain. Seperti yang diungkapkan oleh Mader dan Zick (2014) bahwa pengendara tidak bermotor merupakan segmen yang paling rentan dalam transportasi publik. Pengendara tidak bermotor memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan lalu lintas. Pernyataan ini dibenarkan oleh McCarthy (2009) bahwa

(2)

2 pengguna sepeda menjadi pihak yang tidak semestinya berada di jalan raya. Hal tersebut berbeda dengan kondisi wilayah sub urban. Wilayah yang tidak memiliki kepadatan lalu lintas dan fasilitas sepeda seperti di wilayah kota.

Berdasarkan data World Health Organization (2002), ditemukan bahwa

penyebab utama kematian pada pemuda di seluruh dunia yang berusia 15-19 tahun adalah kecelakaan lalu lintas. Usia 15-19 tahun tergolong usia remaja dan di Indonesia termasuk ke dalam kelompok umur pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan berkendara pada usia remaja masih rendah. Padahal keselamatan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Hal tersebut dikemukakan oleh Maslow melalui segitiga kebutuhan Maslow. Dalam segitiga tersebut digambarkan bahwa keselamatan merupakan kebutuhan manusia yang berada di atas kebutuhan dasar manusia. Hidayat (2012) juga menyatakan bahwa hal yang terpenting dibutuhkan oleh pengguna sepeda adalah keselamatan. Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian menyediakan jalur khusus sepeda, jalan khusus sepeda, tempat parkir khusus sepeda bahkan ruang tunggu sepeda di lampu merah. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya melindungi mereka dari kendaraan bermotor di jalan dan mendorong masyarakat lain untuk menggunakan sepeda. Pada kenyataannya, ruang yang sudah dibagi tersebut masih dikuasai oleh

pengguna kendaraan bermotor. Jalur khusus sepeda di gunakan sebagai parkir on

street, ruang tunggu sepeda di lampu merah dipakai kendaraan lain dan lain sebegainya.

Kondisi ini menyebabkan pelajar pengguna sepeda harus memikirkan

keselamatan mereka dalam bersepeda. Keselamatan (safety) merupakan salah satu

aspek yang dipertimbangkan pemilihan moda transportasi. Padahal pemilihan sepeda sebagai moda transportasi yang digunakan pelajar untuk sekolah juga merupakan hasil keputusan yang didasari beragam pertimbangan, terutama dari

orang tua. Keselamatan pelajar berusia remaja yang disebutkan oleh World Health

Organization (2012) dikatakan masih rendah. Sementara kondisi nyata di Kabupaten Bantul tidak memiliki fasilitas sepeda dan tidak ada peraturan

(3)

3 pemerintah daerah mengenai himbauan bersepeda. Sehingga pelajar yang bersepeda pun harus lebih berhati-hati dengan lalu lintas jalan demi menjaga keselamatan diri mereka sendiri.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan karakteristik dan keselamatan pelajar yang bersepeda di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kondisi wilayah amatan yang berbeda diharapkan mampu menghasilkan temuan berupa kebutuhan pelajar bersepeda. Sehingga berdasarkan hasil tersebut, dapat diperoleh kebutuhan untuk keselamatan pengguna sepeda di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pemenuhan standar tersebut dilihat menurut standar pemenuhan fasilitas kebutuhan sepeda di kota-kota yang sudah menerapkan penggunaan sepeda lebih dahulu dan sudah berhasil. Kota-kota di luar negeri yang menjadi standar adalah Kota Copenhagen dan Amsterdam. 1.2Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertayaan mengenai karakteristik dan keselamatan pelajar pengguna sepeda di Kota Yogyakarta (urban) dan Kabupaten Bantul (suburban).

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan karakteristik dari pelajar yang bersepeda di wilayah urban yaitu Kota Yogyakarta dan sub urban di wilayah Kabupaten Bantul untuk menentukan kebutuhan yang tepat dalam pemenuhan fasilitas bagi pengguna sepeda berdasarkan variable-variabel yang diperoleh dari Kota Copenhagen dan Amsterdam.

1.4 Batasan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kondisi dan keselamatan pelajar pengguna sepeda di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Wilayah amatan berlokasi di SMA yang berlokasi di wilayah administratif Kota Yogyakarta (urban) dan Kabupaten Bantul (sub urban).

(4)

4 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat antara lain:

1. Bagi pemerintah

Sebagai usulan pada perancanaan fasilitas dan kebijakan bagi pengendara sepeda di wilayah urban dan sub urban. Selain itu sebagai usulan bagi sekolah, untuk menambahkan pengetahuan dan informasi mengenai cara berkendara yang aman bagi pelajar sekolah.

2. Bagi kalangan akademik

Sebagai pengetahuan baru di bidang transportasi terutama keselamatan transportasi bagi pelajar sekolah.

1.6 Keaslian penelitian

Penelitian mengenai keselamatan berkendara sepeda lebih banyak ditemukan pada penelitian di luar negeri. Salah satu penelitian tersebut adalah Traffic safety culture among bicyclists – Results from a Norwegian study (Nævestad dkk, 2014). Penelitian ini berfokus pada budya aman berlalu lintas atau traffic safety culture (TSC) di antara pengguna sepeda (responden berjumlah 231) di kota Oslo, Norwegia. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari keterkaitan antara budaya aman berlalu lintas (TSC) responden dalam bersepeda dengan budaya aman berlalu lintas (TSC) rekan bersepedanya. Serta pengaruh budaya aman berlalu lintas (TSC) responden terhadap resiko kecelakaan sepeda yang mereka alami. Hasil dari penelitian ini adalah budaya aman berlalu lintas responden berhubungan dengan budaya aman berlalu lintas pengguna sepeda lain. Sementara itu, budaya aman berlalu lintas pengguna sepeda juga menentukan resiko kecelakaan yang akan mereka alami. Peneliti tersebut juga menyarankan bahwa sudut pandang budaya aman berlalu lintas (TSC) dapat digunakan pada pengguna jalan secara umum, tidak hanya pengguna sepeda saja.

(5)

5

Penelitian selanjutnya berjudul ‘I’m a Normal Person’: An Examination of

How Utilitarian Cyclists in Charleston South Carolina Use an Insider/Outsider Framework to Make Sense of Risks (Mc Carthy, 2009). Penelitian ini dilakukan dengan wawancara kualitatif terhadap 41 peseeda di Charleston, Carolina Selatan untuk menggali pemahaman pesepeda terhadap resiko bersepeda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pesepeda dalam usahanya memahami resiko bersepeda di jalan raya, merasa bahwa kebiasaan anti-sepeda didasari oleh kondisi para pengemudi atau pengendara kendaraan bermotor adalah pemilik jalan. Para pengemudi tersebut mengancam keberadaan pesepeda sebegai pihak yang tidak layak berada di jalan.

Penelitian berikutnya mengenai perilaku pesepeda berjudul A Study of

Cyclist Behaviour and Perceptions on Shared Space (Singh, 2012). Penelitian ini berfokus pada cara pesepeda berbagi ruang dan yang mereka rasakan terhadap perbedaan dengan pengguna jalan yang lain. Untuk membantu menjelaskan

perilaku pesepeda, Singh menggunakan video yang di pasang di exhibition road.

Selain menggunakan video, penelitian ini juga dilakukan langsung di lapangan

serta survey on line untuk menemukan persepsi pesepeda terhadap keamanan

untuk di tambahkan ke dalam desain rencana baru exhibition road. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pesepeda menurunkan kecepatan bersepedanya sebagai cara berbagi ruang dengan kendaraan lain di jalan. Selain itu hasil dari persepsi pesepeda terhadap keamanan meberikan hasil yang bervariasi. Keamanan yang dirasakan tergantung pada kecepatan pesepeda.

Sementara penelitian mengenai pelajar yang bersepeda juga sempat

dilakukan oleh Kamargianni dan Polydoropoulou (2011) dengan judul “Exploring

Teenagers’ Travel Behavior For School And After-School Activities: Implications On Safety”. Penelitian ini menyoroti tentang pola dan perilaku berkendara remaja ketika berangkat sekolah dan pulang sekolah, serta memginvestigasi faktor yang menyebabkan pemilihan moda transportasi yang digunakan. Objek penelitian adalah pelajar sekolah menengah di Pulau Chios, Yunani. Hasil dari penelitian ini adalah pelajar sekolah menengah lebih memilih menggunakan kendaraan

(6)

6

bermotor (non-active transportation), baik mengendarai atau hanya menumpang.

Dibutuhkan adanya peningkatan kesadaran keselamatan pada pelajar sekolah dan orang tuanya.

Penelitian yang dilakukan di Indoensia yaitu di Yogyakarta mengenai sepeda, pernah dilakukan oleh Suwardo (2004) dengan judul Kajian Karakteristik Pergerakan Sepeda pada Lalu Lintas Tercampur di Yogykarta. Hasil dari penelitian ini adalah kelandaian jalan di Yogyakarta meninggi dari arah selatan ke utara sebesar 0,0625-1,7%. Kecepatan sepeda arta-rata 17 km/jam dengan arus sepeda 172 sepeda/jam.

Penelitian lain yang dilakukan diYogyakarta mengenai fasilitas sepeda juga pernah dilakukan oleh Winahyu (2008) dengan judul Efektivitas Lajur Sepeda di Ruas Jalan di Kota Yogyakarta yaitu jalan Boulevard UGM, Jalan Cik Di Tiro, Jalan Colombo serta Jalan Affandi. Hasil penelitian ini, lajur-lajur tersebut hanya efektif pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB. Selain itu, ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan lajur sepeda antara lain lebar lajur, kondisi jalan, alih fungsi lajur sepeda, keinginan pesepeda untuk melaju cepat serta kondisi keramaian jalan.

Penelitian selanjutnya yang masih mengenai fasilitas sepeda oleh Hidayat (2011) dengan judul Pengaruh fasilitas sepeda terhadap minta bersepeda ke sekolah atau ke kantor. Penelitian ini menunjukkan hanya terdapat empat fasilitas sepeda yang efektif dibandingkan dua yang lain. Fasilitas tersebut adalah jalur khusus sepeda, lajur sepeda, perawatan jalan sepeda, serta integrasi sepeda dengan Trans Jogja. Sedangkan fasilitas yang tidak memberikan pengaruh terhadap minat bersepeda adalah parkir serta rute sepeda.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada, maka penelitian mengenai karakteristik dan keselamatan pelajar yang bersepeda di wilayah urban Kota Yogyakarta dan wilayah suburban Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: 1 terdapat pergeseran akhlak komunikasi antara santri generasi digital immigrant dengan santri digital native dalam berkomunikasi kepada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja Badan Pertanahan Nasional Dalam Menyelesaikan Sertifikat Ganda Di Kota Batam Sudah Baik, dilihat dari 5 (lima)

Pola kalimat dalam MT varian dua didominasi dengan penyebutan keterangan yang didahulukan menunjukkan bahwa yang diutamakan dalam teks MT varian dua adalah sasaran

Penduduk menyerahkan Kartu Keluarga kepada bagian administrasi , kemudian bagian administrasi melakukan pembuatan Surat Keterangan Berkelakuan Baik sesuai dengan

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.. Selaput

Setelah pelaksanaan siklus I selesai, peneliti bersama observer melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus I. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi