• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Sei Putih (Hair Sheep)

Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat popular dikalangan petani di Indonesia. Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah dikembangbiakan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal yang relatif sedikit dibanding ternak yang lebih besar (Setiadi dan Inounu, 1991).

Secara rinci ternak domba yang digunakan adalah domba sei putih yang merupakan genotip baru yang diperkenalkan oleh Pusat Penelitian dan Peternakan Sei putih. Genotip tersebut mempunyai performans yang lebih baik dibandingkan dengan domba lokal Sumatera 50%, domba St.Croix (Virginia Island) 25%, dan domba Barbados Blackbelly 25%. Beberapa keuntungan atau kelebihan yang diperoleh dari domba Sei putih antara lain yaitu produktivitasnya lebih tinggi daripada domba lokal Sumatera (40% lebih tinggi), yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang tinggi, adaptasi yang baik terhadap lingkungan dan wolnya lebih sedikit dari pada domba lokal Sumatera (Gatenby and Batubara, 1994).

Menurut Tomaszewska et al. (1993) secara umum ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, antara lain:

1. Cepat berkembang biak dengan dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali setahun.

(2)

3. Pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa tajam sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan.

4. Dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk membeli keperluan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak.

Penampilan domba Sei putih dan domba lokal Sumatera dapat dilihat dari tabel 1. dibawah ini :

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sungei Putih dan Lokal Sumatera (kg).

No. Karakteristik Sei putih Sumatera 1) Bobot Lahir

A. Jantan 2,52 1,71 B. Betina 2,35 1,64 2) Bobot Sapih : Umur 90 Hari (kg)

A. Jantan 12,62 9,25 B. Betina 11,50 8,14 3) Bobot Umur 6 Bulan (kg)

A. Jantan 19,06 18,45 B. Betina 19,71 15,16 4) Bobot Umur 12 Bulan (kg)

A. Jantan 35,10 24,50 B. Betina 27,20 18,90 Sumber : Doloksaribu et al., 1996 ; Subandriyo et al., 1996.

(3)

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput disebabkan oleh beda kualitas, daya cerna dan spesies tanaman (Devendra and Burns, 1970). Sedangkan pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan berat badannya (Tillman et al., 1984).

Ternak yang masih muda membutuhkan lebih sedikit makanan dibanding ternak yang lebih tua untuk setiap unit pertambahan bobot badan. Sebab pertambahan bobot badan hewan muda sebagian disebabkan karena pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ vital, sedangkan untuk ternak yang lebih tua pertambahan bobot badan tersebut disebabkan karena perletakan lemak (Parakkasi, 1995).

Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen atau pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa laja pertambahan robot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.

Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan menjadi dewasa. Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu. Sedangkan pertumbuhan murni

(4)

mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya, dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti. Pola seperti ini menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (berbentuk S). tahap puncak pertumbuhan terjadi saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Tillman et al., 1984).

Kurva pertumbuhan sigmoid Bobot badan (kg) 70 60 50 40 30 20 10 0 10 20 30 40 50 60 70 Umur (minggu) Gambar 1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan pada Domba

Konsumsi Pakan Ternak Domba

Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Dalam mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, aktivitas ternak, berat badan,

(5)

kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Dalam dunia peternakan tingkat konsumsi mungkin dapat pula disamakan dengan palatabilitas (Parakkasi, 1995).

Palatabilitas merupakan sifat performans bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang dapat menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin / pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan phosphor (P) lebih tinggi (Departemen Pertanian, 2002)

Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa jumlah konsumsi pakan adalah merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi. Namun kualitas pakan juga berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.

Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan yang hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun. Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini disebut kebutuhan produksi (Tillman et al., 1984).

(6)

Kebutuhan zat gizi dalam makanan domba dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba.

BB BK ENERGI PROTEIN Ca P ME TDN (kg) (kg) %BB (Mcal) (kg) TOTAL (g) DD (g) (g) 5 0,14 2,80 0,60 0,61 51 41 1,90 1,40 10 0,25 2,50 1,01 0,28 85 68 2,30 1,60 15 0,36 2,40 1,37 0,38 115 92 2,80 1,90 20 0,51 2,60 1,80 0,50 150 120 3,40 2,30 25 0,62 2,50 1,91 0,53 160 128 4,10 2,80 30 0,81 2,70 2,44 0,67 204 163 4,80 3,30 Sumber : NRC (1995).

Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan makna palatabilitas. Dimana total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi konsentrat dan konsumsi rumput. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Dan makanan yang berkualitas baik konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relative sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau jumlah telur yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis

(7)

yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti akan semakin baik (Anggorodi, 1979).

Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya. Pada ternak yang kekurangan protein dan energi di dalam pakan, selain pertumbuhannya terhambat juga akan mempunyai efisiensi pakan yang jelek. Sementara itu nilai kecernaan pakan yang rendah menyebabkan konversi pakan tidak efisien (Martawidjaja et al., 1999).

Tebu (Saccharum officinarum)

Luas tanaman tebu yang telah ditanam di Indonesia sampai tahun 2005 seluas 407.502 Ha dan 17.765,50 Ha (4,40%) berada di Sumatera Utara dengan produksi tebu rata-rata 40 ton/Ha akan dihasilkan tebu sebesar 710.620 ton dengan limbah tetes sebesar 3,50% dari tebu.

Persepsi kita tanaman tebu hanya sebagai bahan baku pembuatan gula. Ternyata hampir semua bagian tebu dapat digunakan terutama sebagai sumber hijauan pakan ternak atau campuran bahan pakan dengan bahan lain. Contohnya limbah pertanian berupa pucuk tebu dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Hasil ikutan dan hasil olahan tanaman tebu dapat digunakan jika sulit mendapatkan pakan ternak dimusim kemarau. Mudah diperoleh, boleh dalam bentuk tunggal maupun bahan pelengkap pada pembuatan pakan lengkap untuk ternak ruminansia (sapi, kambing, domba).

(8)

Kandungan ampas tebu 24 – 36% dari bobot tebu segar. Kandungan nilai nutrisi dari tebu atau tetes adalah 77% BK; 8,0% abu; 0,2% LK; 7,7% SK; 57,1% BETN; 4,2% PK dan 1,48 Mkal/kg ME.

Jagung (Zea mays sp)

Batang jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai makanan ternak telah dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba. Limbah pertanian banyak digunakan sebagai makanan ternak seperti batang jagung. Batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Reksohadiprodjo, 1979).

Ternak domba dan kambing menyukai batang jagung yang dipotong-potong pada batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi, tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Jamarun, 1991). Komposisi nutrisi jerami jagung dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung.

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan Kering 63,21a

Protein Kasar 8,12a TDN 59b Serat Kasar 25,87a Lemak Kasar 2,78a Energi Metabolis (Mcal) 4,00b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot utilissima, Pohl) merupakan tanaman tahunan yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae. Tanaman ubi kayu dianggap penting karena

(9)

menghasilkan umbi yang banyak mengandung karbohidrat, hampir tidak memilih tanah dapat tumbuh ditempat yang kering dan mudah dalam pemeliharaannya. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropik dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi dan toleran terhadap hama penyakit (Sosrosoedirdjo, 1982).

.Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, diantaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jendral, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jendral (jawa) dan ubi perancis (padang).

Disamping daun, kulit ubi kayu dan onggok juga dapat dipakai sebagai tambahan dalam ransum ternak. Kulit ubi kayu merupakan limbah dari rantai proses pembuatan tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadan kering (dijemur) atau ditumbuk dijadikan tepung.

Hasil penelitian di balai penelitian ternak (Balitnak) menunjukkan bahwa :

1. Pemberian daun ubi kayu sebanyak 2000 g/hari pada ternak domba dapat menaikkan berat badan harian 67 g

2. Pemberian daun ubi kayu 1000 g/hari ada ternak kambing dapat menaikkan berat badan harian 2,14 g

3. Pemberian kulit ubi kayu sebanyak 60 % dalam ransum ternak domba berumur 18 bulan selama 100 hari dapat menaikkan berat badan harian 91 g/ekor, dan tidak mengakibatkan keracunan.

Kandungan HCN ubi kayu dibedakan atas :

1. Tidak beracun, bila kadar HCN kurang dari 50 mg/kg ubi segar 2. Agak beracun, bila kadar HCN 50-80 mg/kg ubi segar

(10)

4. Sangat beracun, bila kadar HCN besar dari 100 mg/kg ubi segar (Sosrosoedirdjo, 1982).

Meskipun HCN terdapat dalam ubi kayu tetapi ternak monogastrik (unggas) diketahui kurang bermasalah dengan HCN ini dibandingkan dengan ternak ruminansia karena suasana dalam pencernaannya dapat menonaktifkan enzim linamarine dengan demikian menghambat produksi HCN (Wanasuria, 1990).

Limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan ternak yang mempunyai energi (total digestible nutrients = TDN) tinggi, dan kandungan nutrisi tersedia dalam jumlah memadai, seperti yang disajikan pada tabel 4:

Tabel 4. Kandungan energi (TDN), nutrisi dan limbah ubi kayu (dalam %).

Bahan BK Protein TDN SK Lemak Ca P

Daun Kulit Onggok 23,53 17,45 85,50 21,45 8,11 1,51 61,00 74,73 82,76 25,71 15,20 0,25 9,72 1,29 0,03 0,72 0,63 0,47 0,59 0,22 0,01 Sumber : Sudaryanto (1988) Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga bagian yang masing masing berbeda kandungan zatnya. Ketiga bagian tersebut adalah:

• Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral.

• Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.

(11)

Berhubung dedak merupakan campuran dari ketiga bagian tersebut di atas maka nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut. Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

• Dedak Kasar adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah. Analisa kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein, 32.4% bahan ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% abu serta nilai Martabat Pati 19 sebenarnya dedak kasar ini sudah tidak termasuk sebagai bahan makanan penguat (konsentrat) sebab kandungan serat kasarnya relatif terlalu tinggi (35.3%)

• Dedak halus biasa merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar di bawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53.

• Dedak Lunteh merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep atau polishing beras). Dari semua macam dedak, dedak inilah yang banyak mengandung protein dan vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput perak dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa tempat dedak ini disebut juga dedak murni. Analisa nutrisi: 15.9% air, 15.3%

(12)

protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% abu serta nilai MP adalah 67.

• Bekatul merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahan-pecahan kecil lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan manusia sehingga agak sukar didapat. Analisa nutrisi: 15% air, 14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70.

Dalam perdagangan harus cukup teliti dan waspada karena dedak sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (dedak kasar) yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan Kering 89,10

Protein Kasar 13,80

TDN 64,30

Serat Kasar 8,00

Lemak Kasar 0,38

Sumber :Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departeman Peternakan Fakultas Pertanian USU (2009)

Starbio

Berbagai teknologi diperlukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan, meningkatkan kualitas pakan dan mengoptimalkan fungsi kerja rumen sehingga produksi temak di Indonesia dapat ditingkatkan. Teknologi dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk makanan manusia sudah dikenal sejak lama dan di dalam pakan ternak sudah mulai diperkenalkan di Indonesia . Bentuknya dapat berupa 'probiotik' (bakteri, jamur, khamir

(13)

atau campurannya), 'produk fermentasi' atau 'produk ekstrak dari suatu proses fermentasi' (biasanya "enzim")

Beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan atau dicampur ke dalam pakan ternak ruminansia berasal atau diisolasi dari makanan manusia seperti ragi (Saccharomyces cerevisiae), Aspergilhis oryzae. Lactobacillus sp., dari tanah atau saluran pencernaan ternak seperti Starbio, probiotik "Tumbuh", Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya Starbio merupakan campuran mikroorganisme dan telah banyak dicoba oleh peternak atau peneliti sejak tahun 90-an dan akhir-akhir ini hasil penelitian mengenai Starbio pada ternak ruminansia hanya sedikit yang dapat dikumpulkan . Starbio yang ditambahkan ke pakan digunakan terutama untuk mengurangi bau amonia yang dikeluarkan bersama feses . penambahan mikroorganisme campuran seperti Probion atau Starbio yang berbentuk serbuk lebih banyak dari penambahan mikroorganisme tunggal, yaitu sekitar 0,5 sampai 1,0% dari konsentrat (Yusriadi, 1999, Haryanto et al., 2002).

Pada umumnya, probiotik diberikan pada ternak yang mengkonsumsi serat tinggi dan hanya satu laporan yang memberikan Starbio pada ternak yang mengkonsumsi konsentrat tinggi (Ngadiyono dan Baliarti, 2001) . Hal ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik untuk ternak ruminansia lebih ditujukan agar rumen dapat mencerna lebih baik pakan yang berserat tinggi

Daya simpan dan efektivitas mikrooganisme tersebut perlu diuji karena mikroorganisme sangat labil terhadap suhu, cahaya atau oksigen Limbah pertanian yang begitu beragam jenisnya tersedia di Indonesia dan karena nilai gizinya yang rendah. Perlakuan biologis menjadi teknologi yang banyak diminati saat ini karena banyak jenis

(14)

mikrooganisme yang mampu mengurangi kadar lignin, senyawa anti nutrisi dan mampu meningkatkan nilai kecernaan serat dari limbah pertanian tersebut.

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai gizi bungkil kelapa antara lain, BK ; 84,40% PK ; 21,00% TDN ; 81,00% SK ; 15,00% LK ; 1,80%.

Ampas Tahu

Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna bagi manusia maupun hewan peliharaan. Memang kandungan gizinya sudah amat tipis sekali karena sudah diperas habis-habisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat basi dan berbau kurang sedap bila tidak segera dihabiskan, haruslah dijemur hingga kering. Ampas yang telah kering dapat disimpan dalam waktu lama Kandungan nilai gizi ampas tahu antara lain, BK ; 89,26 PK ; 19,03 TDN ; 79,00 SK ; 20,44 LK ; 5,64.

Bahan Pakan Pelengkap Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa juga digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya (Hassan dan

(15)

Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases.

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan Kering 67,50

Protein Kasar 3,50

TDN 81,00

Serat Kasar 0,38

Lemak Kasar 0,08

Sumber : Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)

Urea

Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan (Anggorodi, 1979).

Urea adalah zat kimia yang sengaja dibuat manusia dalam bentuk kristal putih yang mudah larut dalam air. Penggunaan urea untuk mensubsitusi sebagian sumber protein juga dapat menolong dalam penanggulangan biaya produksi yang tinggi (Parakkasi, 1995).

Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna. Penggunaan urea dalam ransum ternak domba sebanyak 4,5% dari pemberian konsentrat belum menunjukkan gejala keracunan. Namun apabila urea diberikan terlalu banyak atau berlebihan akan menyebabkan kenaikan pH dan serum darah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembang biakan mikroorganisme terhambat (Utomo, 1991).

(16)

Garam

Garam mempunyai rumus umum NaCl. Garam merangsang sekresi saliva. Teralalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya, hal ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam (Anggorodi, 1979).

Garam dapur dapat ditambahkan sebanyak 5% untuk menurunkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25-1,75 kg/ekor/hari. Semula pengaruhnya terlihat meningakatkan konsumsi, kemudian menurun sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995).

Gambar

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sungei     Putih dan Lokal Sumatera (kg)
Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung.
Tabel 4.  Kandungan energi (TDN), nutrisi dan limbah ubi kayu (dalam %).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Guru ( review ) materi bersama siswa membuat kesimpulan serta melakukan refleksi. Refleksi hasilnya: siswa kelihatan merasa senang dan gembira saat menggunakan jari

Pancasila bisa dikatakan sebagai identitas bangsa Indonesia dan apabila setiap generasi memahami tidak hanya sekedar mengetahui kelima sila tersebut maka

Diagram alir dalam proses simulasi reservoar dimulai dari parameter yang diperlukan hasil modeling geologi reservoir (3D property), pengolahan data

1, Juni 2019 Dalam pertimbangan Mahkamah Konstitusi, Pasal ambang batas ( presidential treshold ) bukanlah pasal diskriminatif, bahwa menambahkan syarat ambang batas

Iklan Baris Iklan Baris Serba Serbi PERLNGKPN MOBIL PRIVAT LES JAKARTA BARAT Rumah Dijual BODETABEK JAKARTA PUSAT.. DIJUAL RMH / TOKO

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup.. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kredit Penelitian dilakukan pada 48 bengkel motor Castrol Bike Point (CBP) yang ada di Pekanbaru dengan tujuan untuk