• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada Agustus 2016 Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,73 setelah sebelumnya Juli 2016 mengalami inflasi yang lebih tinggi sebesar 1,16 persen dengan IHK 128,54.

 Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di enam kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 1,94 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,48 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,42 persen; kelompok sandang sebesar 0,03 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 2,78 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,22 persen. Sementara kelompok kesehatan deflasi sebesar 0,02 persen.

 Tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2016 adalah inflasi sebesar 4,82 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) sebesar 6,03 persen.

 Sumbangan masing-masing komponen terhadap inflasi pada bulan ini adalah komponen yang harganya diatur oleh pemerintah 0,18 persen; komponen bergejolak sebesar 0,45 persen; sedangkan komponen inti sebesar 0,30 persen.

 Tingkat inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Agustus 2016 adalah sebesar 0,38 persen dengan IHK 130,74.

 Berdasarkan pantauan harga selama Agustus 2016, pada 82 kota IHK di Indonesia menunjukkan bahwa 33 kota mengalami inflasi dan 49 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari sebesar 1,27 persen dengan IHK 121,60 dan terrendah di Kota Kendari sebesar 0,01 persen dengan IHK 121,66.

No. 57/09/19/Th.XIV, 1 September 2016

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

K

OTA

P

ANGKALPINANG

(2)

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan hasil pemantauan BPS di pasar tradisional maupun modern pada Agustus 2016, di Kota Pangkalpinang terjadi inflasi sebesar 0,93 persen, atau terjadi peningkatan IHK dari 128,54 pada Juli 2016 menjadi 129,73 pada Agustus 2016. Tingkat inflasi tahun kalender bulan ini adalah sebesar 4,82 persen dan dengan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) adalah sebesar 6,03 persen.

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di enam kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 1,94 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,48 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,42 persen; kelompok sandang sebesar 0,03 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 2,78 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,22 persen. Sementara kelompok kesehatan deflasi sebesar 0,02 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada Agustus 2016 adalah ikan selar, angkutan udara, sawi hijau, bawang merah, tempe, tarif sekolah dasar, ikan dencis, tarif sekolah menengah pertama, tarif listrik, dan tahu mentah. Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga adalah ikan tenggiri, tariff pulsa ponsel, kacang panjang, wortel, kerisi, daun singkong, ikan bulat, beras, daging ayam ras, dan daging babi.

Tabel 1

IHK dan Tingkat Inflasi Kota Pangkalpinang Agustus 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Kelompok Pengeluaran IHK Juli 2016 Agustus IHK 2016 Inflasi Agustus 20161) Laju Inflasi Tahun Kalender 20162) Inflasi Tahun ke Tahun 3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) U m u m (Headline) 128,54 129,73 0,93 4,82 6,03 1 Bahan Makanan 132,92 135,50 1,94 9,21 8,94 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 132,14 132,78 0,48 2,52 4,51 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 124,72 125,24 0,42 1,24 2,35

4 Sandang 125,40 125,44 0,03 7,64 9,17

5 Kesehatan 123,49 123,47 -0,02 1,54 4,40 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 127,44 130,98 2,78 3,80 7,91 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 125,98 126,26 0,22 6,65 7,73

1)

Persentase perubahan IHK Agustus 2016 terhadap IHK bulan sebelumnya

2)

Persentase perubahan IHK Agustus 2016 terhadap IHK Desember 2015

(3)

Enam kelompok pengeluaran memberikan andil/sumbangan inflasi pada Agustus 2016, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,52 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,09 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,10 persen; kelompok sandang sebesar 0,002 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,18 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,04 persen. Kelompok kesehatan memberikan andil/sumbangan deflasi sebesar 0,001 persen

Tabel 2

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang (2012=100) Agustus 2016

Kelompok Pengeluaran Sumbangan Inflasi

(%)

(1) (2)

U M U M 0,93

1. Bahan Makanan 0,52

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok,dan Tembakau 0,09 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas,dan Bahan Bakar 0,10

4. Sandang 0,002

5. Kesehatan -0,001

6. Pendidikan, Rekreasi,dan Olahraga 0,18 7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,04

Gambar 1

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang Agustus 2016

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

A n d il ( % )

Kelompok Pengeluaran

Umum

1. Bahan Makanan

2. Makanan Jadi

3. Perumahan

4. Sandang

5. Kesehatan

6. Pendidikan

7. Transpor

(4)

Tabel 3

Sumbangan Komoditi Terbesar Terhadap Inflasi/Deflasi Kota Pangkalpinang Agustus 2016 Komoditi Persentase Perubahan Harga Sumbangan Inflasi (%) Komoditi Persentase Perubahan Harga Sumbangan Deflasi (%) (1) (2) (3) (1) (2) (3)

1. Ikan Selar 38,0342 0,2469 1. Ikan Tenggiri -26,0405 -0,1449 2. Angkutan Udara 4,8444 0,1208 2. Tarif Pulsa Ponsel -4,0403 -0,0792 3. Sawi Hijau 23,4889 0,0918 3. Kacang Panjang -26,4044 -0,0552 4. Bawang Merah 7,6594 0,0871 4. Wortel -25,6942 -0,0467 5. Tempe 28,8300 0,0855 5. Ikan Kerisi -2,5000 -0,0253 6. Tarif Sekolah Dasar 11,2799 0,0855 6. Daun Singkong -12,5013 -0,0208 7. Ikan Dencis 30,6845 0,0736 7. Ikan Bulat -13,0305 -0,0208 8. Tarif SMP 12,1901 0,0705 8. Beras -0,4168 -0,0187 9. Tarif Listrik 1,4591 0,0578 9. Daging Ayam Ras -0,9886 -0,0175 10. Tahu Mentah 28,8350 0,0548 10. Daging Babi -4,1649 -0,0172 11. Batu Bata 16,6561 0,0538 11. Apel -2,9055 -0,0157 12. Ikan Tongkol 21,9034 0,0508 12. Pir -6,8384 -0,0152 13. Sotong 19,2132 0,0482 13. Kepiting/Rajungan -20,9088 -0,0148 14. Kerupuk Ikan 9,0898 0,0457 14. Pepaya -10,2222 -0,0136 15. Ikan Pari 63,3297 0,0379 15. Anggur -4,2486 -0,0127

(5)

URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada Agustus 2016 mengalami inflasi 1,94 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 132,92 pada Juli 2016 menjadi 135,50 pada Agustus 2016.

Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan pada bulan ini, 7 subkelompok mengalami inflasi dan 4 subkelompok mengalami deflasi. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah subkelompok kacang-kacangan sebesar 26,50 persen dan terrendah di subkelompok buah-buahan sebesar 0,14 persen. Sedangkan subkelompok yang mengalami deflasi adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya 0,38 persen; subkelompok lemak dan minyak 0,61 persen; subkelompok ikan diawetkan 0,71 persen;serta subkelompok daging dan hasilnya sebesar 0,73 persen.

Kelompok ini pada Agustus 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,52 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain ikan segar (ikan selar, ikan dencis, ikan tongkol, sotong, dan ikan pari),sawi hijau, bawang merah, tempe, dan tahu mentah.

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok ini pada Agustus 2016 mengalami inflasi 0,48 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 132,14 pada Juli 2016 menjadi 132,78 pada Agustus 2016.

Ketiga subkelompok di kelompok ini mengalami inflasi yakni Subkelompok makanan jadi sebesar 0,60 persen; subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,64 persen; dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,17 persen.

Kelompok ini pada Agustus 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,09 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah kerupuk ikan, roti manis, minuman ringan, dan gula pasir. 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok ini pada Agustus 2016 mengalami inflasi sebesar 0,42 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 124,72 pada Juli 2016 menjadi 125,24 pada Agustus 2016.

Subkelompok mengalami inflasi yakni; subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,29 persen; subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 1,00 persen; dan subkelompok perlengkapan rumah tangga 0,13 persen. Sementara subkelompok penyelenggaraan rumah tangga deflasi sebesar 0,10 persen.

Pada Agustus 2016 kelompok ini secara umum memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah komoditas tarif listrik, batu bata, tissue, piring, dan pompa air listrik.

4. S a n d a n g

Kelompok sandang pada Agustus 2016 mengalami inflasi 0,03 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 125,40 pada Juli 2016 menjadi 125,44 pada Agustus 2016.

Subkelompok sandang wanita inflasi sebesar 0,27 persen dan subkelompok sandang laki-laki deflasi sebesar 0,08 persen. Sementara subkelompok sandang anak-anak dan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya stabil.

Kelompok ini pada Agustus 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan/andil inflasi sebesar 0,002 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah baju kaos berkerah, pembalut wanita, celana panjang katun, dan daster.

(6)

5. K e s e h a t a n

Kelompok kesehatan pada Agustus 2016 mengalami bulan ini mengalami deflasi sebesar 0,02 persen atau terjadi penurunan indeks dari 123,49 Juli 2016 menjadi 123,47 di Agustus 2016.

Subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika deflasi sebesar 0,16 persen dan subkelompok obat-obatan inflasi sebesar 0,28 persen. Sementara subkelompok jasa kesehatan dan subkelompok perawatan jasmani stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Agustus 2016 memberikan sumbangan deflasi 0,001 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil deflasi yaitu pasta gigi, bedak bayi dan parfum.

6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada bulan ini mengalami inflasi sebesar 2,78 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 127,44 baik pada Juli 2016 menjadi 130,98 pada Agustus 2016.

Hanya satu subkelompok yang mengalami inflasi yakni subkelompok pendidikan sebesar 3,76 persen; subkelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar 2,42 persen; subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,62 persen; dan subkelompok rekreasi sebesar 0,27 persen. Sedangkan subkelompok olahraga stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Agustus 2016 memberikan sumbangan inflasi 0,18 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu tarif sekolah ( SD, SMP, dan SMA).

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan pada Agustus 2016 mengalami inflasi 0,22 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 125,98 pada Juli 2016 menjadi 126,26 pada Agustus 2016.

Subkelompok transpor inflasi sebesar 1,03 persen, dan subkelompok komunikasi dan pengiriman deflasi sebesar 2,62 persen. Sedangkan subkelompok sarana dan penunjang transpor dan pengiriman; serta subkelompok jasa keuangan stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Agustus 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,04 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu komoditas angkutan udara.

(7)

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

Tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2016 maupun tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) pada empat kota pantauan IHK menunjukkan arah yang sejalan. Inflasi tahun kalender Pangkalpinang adalah sebesar 4,82 persen; Tanjung Pandan sebesar 3,64 persen; serta Palembang dan DKI Jakarta masing-masing sebesar 2,24 persen dan 1,42 persen. Sementara untuk inflasi tahun ke tahun Kota Pangkalpinang sebesar 6,03 persen; sementara Tanjung Pandan sebesar 3,46 persen; Palembang dengan 3,90 persen; dan DKI Jakarta 2,23 persen. (Lihat Tabel 4).

Tabel 4

Inflasi Agustus 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjung Pandan, Palembang, dan DKI Jakarta

Inflasi Pangkalpinang Tanjung Pandan Palembang DKI Jakarta

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Agustus 2016 0,93 -0,58 -0,26 0,01

2. Tahun Kalender 2016 4,82 3,64 2,24 1,42 3. Agustus 2016 terhadap Agustus 2015

(year on year) 6,03 3,46 3,90 2,23

Gambar 2

Inflasi Agustus 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjung Pandan, Palembang, dan DKI Jakarta

-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

INFLASI AGUSTUS 2016 INFLASI TAHUN KALENDER

AGUSTUS 2016

INFLASI YEAR ON YEAR AGUSTUS 2016 TERHADAP

AGUSTUS 2015

(8)

PERBANDINGAN ANTARKOTA

Pada Agustus 2016 di 82 kota pantauan IHK tercatat 33 kota mengalami inflasi dan 49 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwarin1,27 persen dengan IHK 121,60 dan terrendah di Kendari dengan inflasi 0,01 persen dan IHK 121,66.

Inflasi/Deflasi sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi dan ketersediaan berbagai kebutuhan rumahtangga yang tentu saja berimbas langsung terhadap tingkat harga, serta kebijakan pemerintah akan sektor strategis, seperti bahan bakar minyak, tarif listrik dan bahan bakar rumahtangga. Tingkat permintaan dari konsumen yang dipengaruhi faktor musiman seperti hari keagamaan dan tahun ajaran baru memberikan dampak yang cukup signifikan pula. Pada bulan Agustus 2016, momentum memasuki tahun ajaran baru menjadi faktor utama yang menyebabkan peningkatan harga di beberapa kelompok pengeluaran.

Perbandingan Antarkota di Pulau Sumatera

Kota-kota IHK di wilayah Pulau Sumatera yang berjumlah 23 kota, pada Agustus 2016 tercatat hampir seluruh kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi di Pangkalpinang 0,93 persen dengan IHK 129. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sbesar 0,58 persen dengan IHK 132,60. (Lihat Tabel 5).

Tabel 5

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Agustus 2016 Kota-Kota di Pulau Sumatera, (2012=100)

K O T A Agustus 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Meulaboh 123,82 0,52 2. Banda Aceh 118,02 -0,35 3. Lhokseumawe 119,79 0,49 4. Sibolga 126,78 0,61 5. Pematang Siantar 129,14 0,66 6. Medan 128,59 0,82 7. Padang Sidempuan 122,73 -0,41 8. Padang 130,40 0,84 9. Bukit Tinggi 123,83 0,40 10. Tembilahan 129,31 0,26 11. Pekanbaru 123,95 0,13 12. Dumai 125,11 0,05 13. Bungo 123,10 -0,19 14. Jambi 124,86 0,13 15. Palembang 123,23 -0,26 16. Lubuklinggau 121,76 -0,38 17. Bengkulu 133,95 0,52 18. Bandar Lampung 124,78 -0,11 19. Metro 132,86 0,64 20. Tanjung Pandan 132,60 -0,58 21. Pangkalpinang 129,73 0,93 22. Batam 124,90 -0,34 23. Tanjung Pinang 124,88 0,06 BANGKA BELITUNG 130,74 0,38

(9)

Perbandingan Antarkota di Pulau Jawa

Pada Agustus 2016 dari kota-kota IHK di wilayah Pulau Jawa yang berjumlah 26 kota, tercatat hampir seluruh kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,57 persen dengan IHK 121,32 dan deflasi terrendah terjadi di Cilegon sebesar 0,01 persen dengan IHK 129,21. Inflasi hanya terjadi di empat kota dan tertinggi di kota Bogor yakni sebesar 0,23 persen dengan IHK 124,26. (Lihat Tabel 6).

Tabel 6

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Agustus 2016 Kota-Kota di Pulau Jawa, (2012=100)

K O T A Agustus 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. DKI Jakarta 125,10 0,01 2. Bogor 124,26 0,23 3. Sukabumi 123,87 -0,24 4. Bandung 123,50 -0,49 5. Cirebon 120,27 -0,10 6. Bekasi 121,54 0,08 7. Depok 123,18 -0,24 8. Tasikmalaya 123,29 -0,32 9. Cilacap 126,90 -0,18 10. Purwokerto 121,79 -0,51 11. Kudus 129,65 -0,48 12. Surakarta 121,36 -0,25 13. Semarang 123,44 -0,21 14. Tegal 121,83 -0,45 15. Yogyakarta 122,52 -0,04 16. Jember 121,10 -0,30 17. Banyuwangi 121,82 -0,14 18. Sumenep 121,73 -0,43 19. Kediri 121,32 -0,57 20. Malang 125,10 -0,03 21. Probolinggo 122,48 -0,20 22. Madiun 121,46 -0,52 23. Surabaya 124,65 0,10 24. Tangerang 131,37 -0,08 25. Cilegon 129,21 -0,01 26. Serang 131,54 -0,08 BANGKA BELITUNG 130,74 0,38

(10)

Perbandingan Antarkota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

Pada Agustus 2016 dari kota-kota IHK di wilayah luar Pulau Jawa dan Sumatera yang berjumlah 33 kota, tercatat 14 kota mengalami inflasi dan 19 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 1,27 persen dengan IHK 121,60 dan terrendah di Kendari 0,01 persen dengan IHK 121,66. Deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,87 persen dengan IHK 125,87 dan terendah di Bulukumba 0,05 persen dengan IHK 128,25.

Tabel 7

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Agustus 2016 Kota-Kota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

(2012=100) K O T A Agustus 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Singaraja 133,54 0,80 2. Denpasar 121,83 0,45 3. Mataram 123,46 -0,44 4. Bima 129,71 0,08 5. Maumere 117,01 -0,34 6. Kupang 125,87 -0,87 7. Pontianak 135,37 0,41 8. Singkawang 125,89 0,78 9. Sampit 125,90 0,56 10. Palangkaraya 121,84 0,12 11. Tanjung 125,81 -0,53 12. Banjarmasin 125,30 0,07 13. Balikpapan 129,61 -0,18 14. Samarinda 127,74 0,39 15. Tarakan 135,70 -0,43 16. Manado 124,87 -0,38 17. Palu 125,50 -0,41 18. Bulukumba 128,25 -0,05 19. Watampone 119,72 -0,08 20. Makassar 124,99 -0,45 21. Pare-Pare 121,13 -0,80 22. Palopo 122,96 -0,42 23. Kendari 121,66 0,01 24. Bau-Bau 129,23 -0,72 25. Gorontalo 121,47 -0,21 26. Mamuju 123,55 -0,79 27. Ambon 124,07 0,43 28. Tual 138,13 -0,27 29. Ternate 129,66 -0,10 30. Manokwari 121,60 1,27 31. Sorong 127,38 1,27 32. Merauke 130,41 0,69 33. Jayapura 126,15 -0,18 BANGKA BELITUNG 130,74 0,38

(11)

INFLASI KOMPONEN INTI, HARGA DIATUR PEMERINTAH, DAN BERGEJOLAK

Komponen yang harganya diatur pemerintah pada bulan ini memberikan andil inflasi sebesar 0,18 persen dan sejalan dengan bulan sebelumnya yang memberikan andil inflasi juga sebesar 0,80 persen. Komoditas rokok, tarif angkutan udara dan tarif listrik memberikan andil inflasi di komponen ini.

Sementara komponen bergejolak memberikan andil inflasi sebesar 0,45 persen yang sejalan dengan Juli 2016 dengan andil inflasi sebesar 0,15 persen. Andil inflasi di bulan ini dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas diantaranya tepung terigu, daging sapi, ikan segar (ikan bawal, ikan dencis, ikan selar, dan ikan tongkol); sayur-sayuran (bayam, buncis, kangkung, kentang, ketimun, sawi hijau, dan terong panjang); kacang-kacangan (tahu mentah dan tempe); serta bumbu-bumbuan ( bawang merah, bawang putih, dan cabe rawit).

Komponen inti pada Agustus 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,30 persen dan sejalan dengan Juli 2016 yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen. Andil inflasi ini dipicu oleh naiknya harga di beberapa komoditas diantaranya ikan segar (ikan mayung, kerang, ikan pari, dan sotong) serta komoditas lain seperti bahan agar-agar, kerupuk ikan, roti manis, minuman kesegaran, dan minuman ringan. (Lihat Tabel 8).

Tabel 8

Dekomposisi Laju dan Andil Inflasi/Deflasi Juli-Agustus 2016 Menurut Kelompok Komponen, (2012=100)

Komponen

Juli 2016 Agustus 2016

IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Umum 128,54 1,16 1,16 129,73 0,93 0,93

Harga Diatur Pemerintah 146,19 4,35 0,80 147,58 0,95 0,18 Bergejolak 135,52 0,70 0,15 138,31 2,06 0,45

(12)

IHK DAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan angka inflasi dua Kota yakni Pangkalpinang dan Tanjung Pandan (Belitung) yang pada Agustus ini pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,93 persen sedangkan Tanjung Pandan mengalami deflasi sebesar 0,58 persen, maka didapatkan angka inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,38 persen dengan IHK 130,74.

Inflasi pada bulan ini terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks

di 4 kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,89 persen; kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,37 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan

bakar sebesar 0,33 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 2,55 persen.

Sementara kelompok kesehatan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami

deflasi masing-masing 0,02 persen dan 1,36 persen. Kelompok sandang adalah satu-satunya kelompok

pengeluaran yang stabil.

Tabel 9

IHK, Laju dan Andil Inflasi/Deflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Juli dan Agustus 2016 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Komponen

Juli 2016 Agustus 2016

IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

U m u m (Headline) 130,24 1,58 1,58 130,74 0,38 0,38 Bahan Makanan 135,66 1,88 0,52 136,87 0,89 0,24 Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

dan Tembakau

133,45 0,82 0,16 133,94 0,37 0,07 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan

Bahan bakar 125,21 0,29 0,07 125,62 0,33 0,08 Sandang 124,75 0,84 0,04 124,75 0,00 0,00 Kesehatan 124,89 -0,18 -0,01 124,87 -0,02 -0,001 Pendidikan, Rekreasi, dan

Olahraga 129,95 0,13 0,01 133,26 2,55 0,16 Transpor, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan

(13)

BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Informasi lebih lanjut hubungi:

Darwis Sitorus, S.Si., M.Si

Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian hipotesis ketujuh (H7) menunjukkan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian ulang dengan menggunakan loyalitas merek

Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan

a) Penelitian yang dilakukan oleh Elis Darnita (2013) terdapat persamaan penggunaan variabel independen (X) yaitu ROA dan EPS, serta variabel dependen (Y) yaitu Harga

Istilah management berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata manajemen sendiri

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ISLAMIC

Gillin dan Gillin (1982: 263) menjelaskan lebih lanjut mengenai perubah-an sosial yang dikutip oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Lab Dalam Kepingan (LDK) Berbasis Kertas Untuk Penentuan Kadar Asam Urat, Protein, dan pH

Suhu pengeringan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap organoleptik warna dan indeks pencoklatan, serta memberikan pengaruh berbeda tidak nyata