WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS
Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
SISTEMATIKA PENYAJIAN
I. Penjelasan Umum
II. Dasar Hukum
III. Perencanaan
IV. Pengadaan
V. Pendayagunaan
VI. Hak dan Kewajiban Peserta
VII.Monev, Pencatatan dan Pelaporan
VIII.Pembinaan dan Pengawasan
IX. Ketentuan Peralihan
Ratio Dokter Spesialis Per 100.000 Penduduk
Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia 31 Desember 2016
Target Rasio 12,2 Realisasi 12,6
Target : 10,6 Realisasi : 13,6
PERTIMBANGAN PELAKSANAAN
1. Keberadaaan dan
ketersediaan dokter spesialis di rumah sakit kurang dari standar minimal yang
ditetapkan
2. Distribusi dokter spesialis tidak merata, keberadaan banyak di kota-kota besar 3. Pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan spesialistik
4. Meningkatkan akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh Indonesia PEMENUHAN DAN PEMERATAAN DOKTER SPESIALIS WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS (WKDS
)
DASAR HUKUM
1. UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, pada lembar lampiran pembagian urusan pemerintah bidang kesehatan pada urusan Nomor 2 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Pemerintah Pusat melakukan penetapan penempatan dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis bagi daerah yang tidak mampu dan tidak diminati.
2. UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 28 ayat (1) dalam keadaan tertentu pemerintah dapat memberlakukan
ketentuan wajib kerja kepada tenaga kesehatan yang memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai tenaga kesehatan di daerah khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis
4. Permenkes No 69 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Wajib Kerja Dokter Spesialis Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Pelayanan Spesialistik
KETENTUAN UMUM
1. Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) adalah penempatan dokter spesialis di rumah sakit milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Tujuan Pengaturan Wajib Kerja Dokter Spesialis :
a. Pemenuhan kebutuhan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan spesialistik
b. Pemerataan pelayanan spesialistik
c. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di daerah ; dan
d. Mendukung pelaksanaan pendekatan keluarga pada pelayanan kesehatan tingkat rujukan.
PERENCANAAN
1. Menteri menetapkan kebijakan dan menyusun
perencanaan kebutuhan dan distribusi dokter spesialis secara nasional
2. Perencanaan disusun secara berjenjang mulai dari
rumah sakit, pemerintah daerah kab/kota, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah pusat berdasarkan
ketersediaan dan kebutuhan dokter spesialis
3. Bupati/Walikota mengajukan usulan kebutuhan dokter spesialis kepada Gubenur melalui Dinas Kesehatan
Provinsi
4. Gubenur mengajukan usulan kebutuhan dokter spesialis kepada Menteri
PERENCANAAN
5. Menteri menetapkan alokasi penempatan dokter
spesialis setelah dilakukan verifikasi terhadap usulan 6. Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Organisasi
Profesi melakukan visitasi berdasarkan usulan
kebutuhan dokter spesialis untuk menilai kesesuaian dan kesiapan sarana prasarana, sumber daya
manusia, kelengkapan peralatan dan faktor-faktor lain yang terkait termasuk keamanan
7. Gubenur dan/atau Bupati/Walikota yang
mengusulkan kebutuhan dokter spesialis bertanggung jawan menyediakan sarana, prasarana dan peralatan spesialistik di rumah sakit
PENGADAAN
1. Pengadaan dokter spesialis dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pendayagunaan dokter spesialis
2. Setiap dokter spesialis lulusan pendidikan profesi program dokter spesialis dari perguruan tinggi negeri di dalam negeri dan perguruan tinggi di luar negeri wajib mengikuti Wajib Kerja Dokter Spesialis. 3. Wajib Kerja Dokter Spesialis bagi lulusan perguruan
tinggi di luar negeri dilakukan setelah menyelesaikan evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lanjutan....
4. Setiap
institusi
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan profesi program
dokter spesialis bertugas :
a. Menyiapkan
mahasiswa
program
dokter
spesialis yang akan menjadi peserta WKDS
b. Melakukan koordinasi dengan kolegium dan
oganisasi profesi mengenai jumlah lulusan
dokter spesialis
c. menyampaikan daftar nama mahasiswa yang
akan lulus pendidikan profesi program dokter
spesialis paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya masa pendidikan Menkes dan
Menristekdikti dengan membedakan lulusan
mandiri dan penerima beasiswa dan/atau
program bantuan biaya pendidikan
Lanjutan...
5. Mahasiswa program dokter spesialis terdiri atas :
a. Mahasiswa mandiri, merupakan mahasiswa program dokter spesialis, pada perguruan tinggi negeri di
dalam negeri yang tidak mendapat beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
b. Mahasiswa penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan, merupakan mahasiswa program dokter spesialis, pada perguruan tinggi didalam negeri maupun perguruan tinggi di luar
negeri, yang mendapat beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan baik dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
6. Setiap mahasiswa program dokter spesialis harus membuat surat pernyataan akan mengikuti WKDS
Lanjutan....
6. Surat pernyataan dibuat pada awal pendidikan
yang memuat :
a. kesediaan mengikuti WKDS sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan
b. Menyerahkan STR asli dan 2 (dua) buah salinan
kepada Menkes
c. Kesediaan ditempatkan di seluruh wilyah NKRI
d. Kesediaan dikenai sanksi apabila melanggar
1. Pendayagunaan dokter spesialis dilakukan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
2. Pendayagunaan terdiri atas pendayagunaan dokter spesialis lulusan dalam negeri dan luar negeri
3. Pendayagunaan dokter spesialis dilakukan dengan
memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan dan pengembangan
4. Peserta WKDS terdiri atas :
a. Peserta WKDS mandiri, merupakan mahasiswa mandiri yang telah lulus program dokter spesialis
b. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan, merupakan mahasiswa penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan yang telah lulus program dokter spesialis
5. Setiap calon peserta WKDS harus memenuhi persyaratan administatif kesehatan paling sedikit meliputi ijazah dan surat tanda registrasi
6. Penilaian kelengkapan administatif dan kesehatan dilakukan oleh Menteri melalui KPDS
7. Menteri menetapkan calon peserta WKDS yang telah lulus penilaian adminstatif dan kesehatan
9. Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis sebelum melaksanakan penempatan wajib mengikuti pembekalan. Pembekalan
dilakukan dalam 2 tahapan yaitu
a. pembekalan tahap pertama diberikan oleh institusi pendidikan
b. pembekalan tahap akhir diberikan oleh dinas kesehatan provinsi atau dinas kesehatan kabupaten/kota tujuan penempatan.
10. Pemberangkatan peserta WKDS dilakukan dari
perguruan tinggi asal ke rumah sakit tujuan
11. Peserta WKDS yang telah tiba di RS tujuan
wajib melapor kepada dinkes kabupaten/kota
12. Kepala dinkes kab/kota menertbitkan surat
ijin praktik (1 SIP di RS lokasi penempatan)
13. Menteri menentukan lokasi penempatan
peserta WKDS berdasarkan perencanaan dan
regionalisasi institusi pendidikan
14. Regionalisasi institusi pendidikan terdiri atas
3 (tiga) regional, yaitu: Indonesia barat;
Indonesia tengah; dan Indonesia timur.
15. Ketentuan regionalisasi dikecualikan apabila
telah ada kerja sama antara pemerintah
daerah dan institusi pendidikan
16. Dalam hal suatu daerah masih terdapat
kebutuhan setelah dilakukan penempatan.
Menteri dapat menempatkan peserta WKDS
di daerah tersebut setelah dilakuakan
verifikasi.
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara termasuk Pulau Nias dan Aceh termasuk Simeuleu
2 Universitas Syiah Kuala Aceh
3 Universitas Andalas Sumatera Barat, Jambi dan Riau
4 Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung
5 Universitas Indonesia DKI Jakarta termasuk Kepulauan Seribu, banten dan Kepri termasuk Natuna
6 Universitas Padjajaran Jawa Barat dan Kalimantan Barat
Regional Indonesia Barat
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak, Bedah dan Ilmu Penyakit Dalam dari perguruan tinggi dalam negeri
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara termasuk pulau nias, Aceh termasuk pulau
Simeuleu, Riau dan Sumatera Barat 2 Universitas Indonesia DKI Jakarta termasuk kepulauan
Seribu, Banten dan Kepulauan Riau termasuk Natuna
3 Universitas Padjajaran Jawa Barat dan Kalimantan Barat
Regional Indonesia Barat
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif dari perguruan tinggi dalam negeri
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas Diponegoro Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
2 Universitas Gadjah Mada 3 Universitas Sebelas Maret
Regional Indonesia Tengah
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Ilmu Penyakit Anak, bedah, Ilmu Penyakit Dalam dan Anestesiologi dan Terapi Intensif dari perguruan tinggi dalam negeri
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
Regional Indonesia Timur
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Ilmu Penyakit Anak, bedah, Ilmu Penyakit Dalam dan Anestesiologi dan Terapi Intensif dari perguruan tinggi dalam negeri
NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas SAM Ratulangi Sulawesi Utara termasuk Sangir Talaud, Gorontalo dan Maluku Utara
2 Universitas Hassanuddin Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi barat, Sulawesi Tengah dan Maluku
3 Universitas Airlangga Jawa Timur, Maluku dan Papua Barat 4 Universitas Brawijaya Jawa Timur, Papua dan Nusa Tenggara
Timur
5 Universitas Udayana Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
17. Lokasi Penempatan
a. Rumah Sakit daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan
b. Rumah Sakit rujukan regional c. Rumah Sakit rujukan provinsi
Yang ada di seluruh Wilayah Indonesia
Bila telah terpenuhi, peserta WKDS ditempatkan di RS Pemerintah Pusat dan RS Pemerintah Daerah
18. Setiap peserta WKDS ditempatkan di rumah sakit paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terbit surat tanda registrasi
19. Untuk tahap awal penempatan peserta WKDS diprioritaskan bagi lulusan pendidikan profesi dokter spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis anak, spesialis anak, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, dan spesialis anestesi dan terapi intensif.
20. Dalam hal jumlah peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis pada 1 (satu) regional institusi pendidikan tidak mampu memenuhi kebutuhan pelayanan spesialistik di daerah yang diampu institusi pendidikan tersebut, maka kebutuhan dapat dipenuhi dari regional pendidikan lainnya. Pemenuhan kebutuhan pelayanan spesialistik ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan rekomendasi Komite Penempatan Dokter Spesialis.
21. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dari Menteri atas usulan Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten/kota atau instansi pemerintah lain wajib ditempatkan di rumah sakit milik unit kerja pengusul.
22. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah Pusat ditempatkan oleh Menteri.
23. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan diberikan oleh Pemda Provinsi atau Pemda kabupaten/kota penempatan dilakukan pada rumah sakit milik Pemda provinsi atau Pemda kabupaten/kota pemberi beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan
24. Dalam rangka WKDS Pemerintah Daerah
provinsi
dan
Pemenrintah
Daerah
kabupaten/kota
wajib
menerima
kembali
peserta WKDS yang merupakan penerima
beasiswa dan/atau program bantuan biaya
pendidikan yang diusulkan untuk mengikuti
tubel
25. Wajib Kerja Dokter Spesialis bagi peserta Wajib
Kerja Dokter Spesialis mandiri dilaksanakan
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
26. Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis mandiri
hanya dapat menjalankan praktik di Rumah Sakit
tujuan penempatan.
27. Jangka waktu dan tempat praktik Wajib Kerja Dokter Spesialis bagi peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 28. Peserta WKDS yang berhalangan melaksanakan tugas wajib
mendapatkan ijin dari pimpinan rumah sakit tujuan
penempatan. Peserta WKDS yang berhalangan menjalankan tugas wajib mengganti waktu pelaksanaan WKDS sesuai
waktu yang ditinggalkan.
29. Waktu pelaksanaan WKDS berakhir apabila : a. Telah selesai melaksanakan tuags
b. Diberhentikan c. Tewas atau d. wafat
27. Pemberhentian dilakukan apabila peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis berhalangan melaksanakan tugas
dikarenakan alasan medis dan/atau kecacatan yang mengakibatkan tidak dapat memberikan pelayanan sesuai dengan keprofesiannya. Pemberhentian
ditetapkan oleh Menteri berdasarkan usulan gubernur dan/atau bupati/walikota.
28. Dalam hal peserta WKDS yang mengalami kecacatan masih dapat bekerja, Menteri memindahkan lokasi penempatan ke daerah lain dengan
mempertimbangkan kondisi fisik dan kesehatan peserta WKDS yang bersangkutan
29.Peserta WKDS yang telah menyelesaikan WKDS
diberikan surat keterangan selesai WKDS oleh
Menteri.
30.Surat keterangan dipergunakan sebagai syarat
untuk mendapatkan surat tanda registarsi dan
salinan surat tanda registrasi
31.Masa penempatan dalam rangka WKDS
diperhitungkan sebagai masa kerja
32.Dalam rangka menjamin efektifitas dan efisiensi
penyelenggaran WKDS dapat dibentuk komite
yang bersifat ahoc dan bertanggung jawab
kepada Menteri
A. HAK
1. Mendapatkan Surat Ijin Praktik (SIP) yang dikeluarkan oleh Pemda kabupaten/kota 2. Mendapatkan tunjangan
3. Mendapatkan fasilitas tempat tinggal atau
rumah dinas yang diberikan oleh Pemda dan hak lain sesuai ketentuan peraturan
B. Kewajiban
1. Melaksanakan WKDS sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
2. Menyerahkan Surat Tanda Registarsi dan salinan Surat Tanda Registarsi dokter spesialis kepada Menteri
Lanjutan....
1. Surat ijin praktik diberikan kepada peserta WKDS mandiri sebanyak 1 (satu) buah untuk RS tujuan penempatan
2. Pemberian surat ijin praktik bagi peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
3. Tunjangan diberikan oleh Menteri kepada : a. Peserta WKDS mandiri
b. Peserta WKDS penerima penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah Pusat yang ditempatkan oleh Menteri.
Lanjutan....
4. Dalam hal peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan ditempatkan oleh Menteri di Rumah Sakit milik instansi pemerintah pengusul, diberikan tunjangan oleh instansi pemerintah pengusul.
5. Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang ditempatkan di Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota pemberi beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan, diberikan tunjangan oleh Pemerintah Daerah.
Lanjutan....
6. Bagi peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya pendidikan dengan status PNS, selain memperoleh hak pada pasal 20 (perpres) /pasal 36 (Permenkes) berhak mendapatkan gaji sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7. Bagi peserta WKDS mandiri selaih mendapat hak sesuai pasal 20 (perpres) /pasal 36 (Permenkes) dapat menerima insentif dari Pemda yang bersumber dari APBD.
8. Besaran tunjangan yang dibayarkan dibedakan berdasarkan kriteria lokasi penempatan
1. Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi,
kepala dinas kesehatan kab/kota melakukan
monitoring
dan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan WKDS
2. Dalam melakukan monev Menteri, kepala
dinas kesehatan provinsi, kepala dinas
kesehatan kab/kota dapat mengikutsertakan
organisasi profesi dan asosiasi institusi
pendidikan
3. Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara
berjenjang dari pimpinan RS, dinkes kab/kota,
dinkes provinsi dan kepala pusat
1. Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, kepala
dinas kesehatan kab/kota melakukan pembinan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan WKDS
2. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
dapat mengikutsertakan Komite Penempatan
Dokter Spesialis, organisasi profesi dan asosiasi
institusi pendidikan kedokteran.
3. Dalam rangka pengawasan Menteri, kepala dinas
kesehatan provinsi, kepala dinas kesehatan
kab/kota dapat memberikan sanksi administartif
terhadap peserta WKDS yang melanggar
ketentuan Peratauran Menteri sesuai tugas dan
kewenangannya
4. Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi,
kepala dinas kesehatan kab/kota melakukan
pembinan
dan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan WKDS
5. Sanksi administratif dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghentian pembayaran tunjangan;
dan/atau
d. pencabutan surat izin praktik.
KETENTUAN PERALIHAN
Pada saat Perpres ini mulai berlaku (12 Januari
2017) :
a. Setiap mahasiswa yang sedang dalam masa
pendidikan sebelum diundangkannya Perpres
wajib mengikuti WKDS dengan :
1) Membuat surat pernyataan akan mengikuti
WKDS pada akhir masa pendidikan
2) Melaksanakan WKDS sesuai jangka waktu
yang ditetapkan
3) Menyerahkan STR dan salinan STR dokter
spesialis kepada Menkes
KETENTUAN PERALIHAN
b. Setiap mahasiswa yang sedang menunggu
kelulisan sebelum diundangkannya Perpres
ini wajib mengikuti WKDS dengan :
1) Membuat surat pernyataan akan
mengikuti WKDS pada saat pengambilan
setifikat profesi dokter spesialis
2) Melaksanakan WKDS sesuai jangka waktu
yang ditetapkan
3) Menyerahkan STR dan salinan STR dokter
spesialis kepada Menkes
Catatan : DO Kelulusan
telah memiliki sertifikat profesi, belum wisuda,
sudah memiliki sertifikat profesi (ijazah)
KETENTUAN PERALIHAN
c. Setiap dokter spesialis yang telah lulus
program dokter spesialis di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah RI sebelum diundangkannya
Perpres dapat mengikuti WKDS secara
sukarela.
SUSUNAN KEANGGOTAAN KPDS MASA BAKTI 2016 - 2019
NO NAMA INSTITUSI
1 Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Wakil dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2 Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan Wakil dari Kementerian Kesehatan 3 Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Wakil dari Kementerian Kesehatan 4 Kepala Biro Kepegawaian Wakil dari Kementerian Kesehatan 5 Kepala Pusat Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatah
Wakil dari Kementerian Kesehatan 6 Kepala Sub Direktorat Wilayah IV, Direktorat
Fasilitasi Kelembagaan dan Kepegawaian Perangkat Daerah
Wakil dari Kemendagri
7 Prof. Dr. dr. Ova Emilia, M.M.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D
Wakil dari Institusi Pendidikan
8 Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, Sp.P(K), Ph.D Wakil dari Konsil Kedokteran Indonesia 9 DR, dr. Poedjo Hartono, Sp.OG (K) Wakil dari PB IDI
10 dr. Nurdadi Saleh, Sp.OG Wakil dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
11 Prof. DR. dr. Soegiharto Soebijanto,Sp.OG (K) Wakil dari Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Lanjutan...
NO NAMA INSTITUSI
12 Prof.DR.dr.Idrus Alwi,
SpPD.K-KV,FINASIM,FACC,FESC,FAPSIC,FACP
Wakil Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
13 dr. Sumariyono, Sp.PD, K-R Wakil dari Kolegium Penyakit Dalam
14 DR.dr. Aman Bhakti Pulungan , Sp.A (K) Wakil dari Ikatan Dokter Anak Indonesia 15 DR.dr.Aryono Hendarto, Sp.A(K) Wakil dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak
16 dr..R.Suhartono,Sp.B.KV Wakil dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia
17 DR.dr.Kiki Lukman, M(Med)Sc,FCSI Wakil Kolegium Ilmu Bedah Indonesia 18 Dr. Andi Wahyuningsih
Attas,Sp.An,KIC,MARS
Wakil Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia 19 Prof. DR.dr. Eddy Rahardjo,
Sp.An.KIC,KAO
Wakil dari Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
20 dr. Kuntjoro Adi Purjanto, MKes Wakil Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
21 Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M.Kes
PERBEDAAN PESERTA MANDIRI DAN BEASIWA/BANTUAN PENDIDIKAN
NO RINCIAN MANDIRI PENERIMA BEASISWA /BANTUAN PENDIDIKAN PEMERINTAH PUSAT (LPDP, KEMHAN, dll) KEMENKES ATAS USULAN DAERAH DAERAH 1 Peserta √ √ √ √ 2 Lokasi Penempat an Penetapan Menteri 1. (Regionalisasi sesuai sentra Pendidikan) 2. Kerjasama daerah dengan intitusi pendidikan 3. Bila tidak dapat
dipenuhi oleh sentra pendidikan sesuai ketetapan maka dapat dipenuhi oleh sentra yang lain
• Penetapan Menteri (Regionalisasi sesuai sentra Pendidikan) LPDP, RS pendidikan • Kembali ke instansi asal Kemhan, RS pendidikan Kembali Ke daerah/RS yang mengusulkan Kembali Ke daerah/RS yang mengusulkan
PERBEDAAN PESERTA MANDIRI DAN BEASIWA/BANTUAN PENDIDIKAN
NO RINCIAN MANDIRI PENERIMA BEASISWA /BANTUAN PENDIDIKAN PEMERINTAH PUSAT KEMENKES
ATAS USULAN DAERAH
DAERAH
3 Lama Penugasan 1 tahun 1. Penetapan Menteri (sesuai sentra pendidikan 1 tahun 2. Kembali ke instansi asal sesuai perjanjian Sesuai perjanjian Sesuai perjanjian 4 Praktik 1 tempat (lokasi penugasan) 1. Penetapan Menteri sesuai sentra pendidikan ( 1 tempat praktik) 2. Kembali ke instansi asal (3 tempat) 3 tempat 3 tempat
5 Tunjangan Khusus Kemenkes 1. Kemenkes 2. Instansi asal
MEKANISME PENETAPAN LOKASI DAN PESERTA WKDS
Daerah Mengusulkan kepada Kemenkes
Analisa Usulan
Visitasi RS oleh Tim (Pusat, Dinkes Provinsi dan OP Cabang) Rekomendasi Hasil Visitasi Penetapan Lokasi Rumah Sakit Institusi Pendidikan melaporkan jumlah kelulusan beserta sumber pendanaan Kolegium mengirimkan calon peserta WKDS Penetapan Peserta Penempatan Peserta WKDS
PELAKSANAAN VISITASI I TAHUN 2016
Usulan Daerah 144 RS 113 Kab/Kota 29 Provinsi Target Visitasi 124 RS 113 Kab/Kota 29 Provinsi Realisasi Visitasi 121 RS 110 Kab/Kota 29 Provinsi Rekomendasi Hasil Visitasi 90 RS 85 Kab/Kota 27 Provinsi4 kab/kota 4 RS 1 kab/kota, 1 RS 8 kab/kota, 8 RS 1 kab/kota, 1 RS 8 kab/kota, 9 RS 1 kab/kota, 1 RS 2 kab/kota, 2 RS 5 kab/kota, 5 RS 4 kab/kota, 4 RS 2 kab/kota, 2 RS 1 kab/kota, 1 RS 1 kab/kota, 1 RS 1 kab/kota, 1 RS 4 kab/kota, 4 RS 1 kab/kota, 1 RS 9 kab/kota, 9 RS 1 kab/kota, 1 RS 3 kab/kota, 3 RS 1 kab/kota, 1 RS 1 kab/kota, 1 RS 5 kab/kota, 6 RS 3 kab/kota, 3 RS 8 kab/kota, 9 RS 1 kab/kota, 1 RS 1 kab/kota, 1 RS 1 kab/kota, 1 RS 9 kab/kota, 9 RS 7 kab/kota, 9 RS
RINCIAN LOKASI PENEMPATAN WKDS DAN KEBUTUHAN SPESIALIS TAHUN 2017 SESUAI REKOMENDASI VISITASI TAHUN 2016
PROVINSI
RUJUKAN USULAN KEBUTUHAN DOKTER SPESILAIS HASIL REKOMENDASI VISITASI
JUM KAB/KOT JUM RS REGIONAL KELAS C PROV PERBATAS AN SP. ANAK SP BEDAH SO. OBGYN SP. DALAM SP. AN SP. ANAK SP BEDAH SP. OBGYN SP. DALAM SP. AN ACEH 4 4 4 3 5 4 4 4 3 2 1 2 BENGKULU 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 DI YOGYAKARTA 1 1 1 0 2 1 0 1 0 2 1 0 GORONTALO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 JAWA BARAT 8 9 2 7 10 15 11 12 4 9 14 11 11 4 JAWA TENGAH 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 JAWA TIMUR 7 9 9 9 9 7 8 2 6 6 5 5 1 KALIMANTAN BARAT 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 KALIMANTAN SELATAN 9 9 4 5 10 5 5 5 6 8 4 3 4 5 KALIMANTAN TIMUR 3 3 1 2 1 3 0 1 1 1 3 1 1 KALIMANTAN UTARA 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
KEP. BANGKA BELITUNG 4 4 1 3 4 3 3 3 3 1 1 2 3
KEP. RIAU 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1
LAMPUNG 1 1 1 3 3 3 3 2 3
MALUKU 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 1 1 3 2
MALUKU UTARA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
NUSA TENGGARA BARAT 5 6 6 11 8 6 11 5 10 4 1 6 3
NUSA TENGGARA TIMUR 3 3 3 4 2 2 3 2 4 2 2 2 1
PAPUA BARAT 1 1 1 2 0 1 0 1 2 1 1 RIAU 2 2 1 1 0 1 0 3 1 1 0 3 0 SULAWESI SELATAN 4 4 2 2 5 3 3 3 1 5 2 3 2 SULAWESI TENGAH 5 5 3 1 1 4 4 2 3 5 2 1 1 4 SULAWESI TENGGARA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 SULAWESI UTARA 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 SUMATERA BARAT 8 9 1 8 10 4 6 5 7 8 3 6 3 6 SUMATERA SELATAN 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 SUMATERA UTARA 8 8 3 5 7 11 8 7 8 6 6 4 1 7 TOTAL 85 90 25 62 2 1 101 95 78 88 66 77 60 47 52 48
PELAKSANAAN WKDS TAHUN 2017
1. Target penugasan 1.000 – 1.250 dokter Spesialis Anak, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Spesialis
Bedah dan Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif.
2. 90 (sembilan puluh) rumah sakit telah siap menjadi lokasi
penempatan WKDS dan secara simultan akan dilakukan visitasi bagi rumah sakit yang baru mengusulkan
3. Penugasan ke lokasi penempatan dilakukan secara bertahap sesuai dengan jumlah lulusan dari pendidikan profesi program dokter spesialis sehingga tidak ada waktu tunggu bagi lulusan yang akan melaksanakan WKDS
4. Berdasarkan data dari Kolegium, sebanyak ± 100 orang lulusan dari spesialis anak, spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah dan spesialis anestesiologi dan terapi intensif telah siap untuk ditugaskan untuk tahap