• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARASIT SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING LIAR DI LINGKUNGAN KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR ABD. HAKIM JABBIR MY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARASIT SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING LIAR DI LINGKUNGAN KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR ABD. HAKIM JABBIR MY"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PARASIT SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING LIAR DI

LINGKUNGAN KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ABD. HAKIM JABBIR MY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya berjudul Parasit Saluran Pencernaan pada Kucing Liar di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013 Abd. Hakim Jabbir MY NIM B04090002

(4)

ABSTRAK

ABD. HAKIM JABBIR MY Parasit Saluran Pencernaan pada Kucing Liar di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh YUSUF RIDWAN dan UMI CAHYANINGSIH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit saluran pencernaan pada kucing liar di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Sebanyak 30 sampel feses dikoleksi dari berbagai tempat di IPB. Empat sampel dikoleksi dari kucing liar di Asrama putra, 6 sampel dari Perumahan dosen, 4 sampel dari kantin Blue Corner (BC), 6 sampel dari kantin Yellow Corner (YC), 5 sampel dari kantin Red Corner (RC) dan 5 sampel dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH). Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi parasit saluran pencernaan adalah metode McMaster, sedimentasi dan sporulasi. Dari pemeriksaan 30 sampel feses yang dikoleksi, didapat 25 sampel positif terinfeksi parasit saluran pencernaan dengan prevalensi 82%. Parasit yang berhasil diidentifikasi adalah Hookworm, Toxocara spp., Toxascaris leonina dan Isospora felis. Hookworm memiliki prevalensi tertinggi (73%), diikuti oleh Toxocara spp. (53%), Toxascaris leonina (30%) dan Isospora felis (23%). Toxocara spp. memiliki jumlah rata-rata telur tiap gram tinja (TTGT) tertinggi (3573±4497), diikuti Hookworm (1417±1705), Toxascaris leonina (989±623) dan Isospora felis (471±339). Prevalensi Toxocara spp. lebih tinggi pada kucing liar muda dibandingkan dengan kucing liar dewasa (P<0.05). Jumlah rata-rata TTGT Toxocara spp. juga lebih tinggi pada kucing liar muda dibandingkan kucing liar dewasa (P<0.05). Parasit saluran pencernaan yang ditemukan pada penelitian ini yang memiliki potensi sebagai agen zoonosis adalah Toxocara spp. dan Hookworm.

Kata kunci: parasit saluran pencernaan, identifikasi, kucing liar, prevalensi, zoonosis

ABSTRACT

ABD. HAKIM JABBIR MY Gastrointestinal Parasites of Stray Cat Around the Vicinity of Bogor Agricultural University Campus. Supervised by YUSUF RIDWAN and UMI CAHYANINGSIH

The aim of this study was to identify gastrointestinal parasites of stray cat in Bogor Agricultural University. The total 30 fecal samples from stray cat were collected in various place in Bogor Agricultural University. Four samples were collected from stray cat in the male dormitory, 6 samples from lecturer residential, 4 samples from Blue Corner (BC) cafeteria, 6 samples from Yellow Corner (YC) cafeteria, 5 samples from Red Corner (RC) cafeteria and 5 samples from Veterinary Medicine Faculty. The presence of gastrointestinal parasite was observed using McMaster, sedimentation, and sporulation methods. The results showed that of the 30 samples, 25 samples were positive of gastrointestinal parasites with prevalence 83%. The identified parasites were Hookworm, Toxocara spp., Toxascaris leonina, and Isospora felis. Hookworm had the most

(5)

prevalent (73%), followed by Toxocara spp. (53%), Toxascaris leonina (30%), and Isospora felis (23%). Toxocara spp. had the highest egg per gram feces (EPG) (3573±4497), followed by Hookworm (1417±1705), Toxascaris leoniina (989±623) and Isospora felis (471±339). The prevalence of Toxocara spp. was higher in juvenile stray cats than adult stray cats (P<0.05). The average of egg per gram feces of Toxocara spp. was also higher in juvenile stray cats than adult stray cats (P<0.05). Gastrointestinal parasites that were found in this study which potentially as zoonotic agent were Toxocara spp. and Hookworm.

Keywords: gastrointestinal parasites, identification, prevalence, stray cat, zoonoses.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PARASIT SALURAN PENCERNAAN PADA KUCING LIAR DI

LINGKUNGAN KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(8)
(9)

Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM

Parasit Saluran Pencemaan pada Kucing Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor Abd. Hakim Jabbir MY

B04090002

Liar di

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr drh YusufRidwan, MSi Dr drh Umi Cahyaningsih, MS Pembimbing I Pembimbing II

e i ono MS Dekan FKH IPB

PhD APVet

(10)

Judul Skripsi : Parasit Saluran Pencernaan pada Kucing Liar di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor

Nama Mahasiswa : Abd. Hakim Jabbir MY

NIM : B04090002

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr drh Yusuf Ridwan, MSi Dr drh Umi Cahyaningsih, MS Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan FKH IPB

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan dari bulan November 2012 sampai dengan bulan Januari 2013 ini bertemakan Parasit Saluran Pencernaan pada Kucing Liar di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr drh Yusuf Ridwan MSi dan Dr drh Umi Cahyaningsih MS selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Rini Madyastuti SSi MSi Apt selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta Ayahanda Yusuf, Ibunda Muanastina, Kakak Nurfidianti Annafi MY dan Adik Hadyanti Utami MY atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada teman-teman semua yang terus memberikan semangat dan dukungan sampai dapat terselesaikannya skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013 Abd. Hakim Jabbir MY

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 1

Waktu dan Tempat 1

Lokasi Penelitian 2

Disain Penelitian 2

Pemeriksaan Feses 3

Metode McMaster 3

Metode sedimentasi 4

Sporulasi dan identifikasi kista protozoa 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil Penelitian 4

Pembahasan 6

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 9

(13)

DAFTAR TABEL

1 Prevalensi infeksi parasit saluran pencernaan pada kucing liar di

lingkungan kampus IPB 5

2 Prevalensi dan jumlah rata-rata TTGT parasit saluran pencernaan

kucing liar di lingkungan IPB 5

3 Perbandingan prevalensi parasit saluran pencernaan antara kucing liar

muda dan dewasa di lingkungan kampus IPB 6

4 Perbandingan jumlah rata-rata TTGT parasit saluran pencernaan antara kucing liar muda dan dewasa di lingkungan kampus IPB 6

DAFTAR GAMBAR

(14)

PENDAHULUAN

Dewasa ini kucing liar banyak hidup di sekitar manusia. Kucing liar bertahan hidup dengan cara memakan sisa-sisa makanan manusia di kantin, dapur dan tempat lainnya. Keberadaan kucing liar yang banyak ditemukan di lingkungan ini merupakan aspek yang perlu diperhatikan oleh dokter hewan, karena kucing liar merupakan sumber penularan parasit saluran pencernaan bagi hewan peliharaan. Selain itu parasit saluran pencernaan pada kucing liar juga dapat menular ke manusia atau yang disebut zoonosis. Menurut Blaszkowska et al. (2013) kucing liar merupakan sumber utama pencemaran telur parasit zoonotik pada lingkungan. Penularan parasit saluran pencernaan pada manusia umumnya karena adanya kontak dengan feses kucing liar yang terinfeksi parasit atau melalui benda lain yang terkontaminasi seperti tanah dan pasir.

Menurut Mircean et al. (2010) parasit saluran pencernaan pada kucing yang berpotensi tinggi menimbulkan zoonosis antara lain Toxoplasma gondii, Cryptosporidium spp., Sarcocystis spp., Echinococcus multilocularis, Ancylostoma spp., Hookworms spp. dan Toxocara spp., Giardia duodenalis. Infeksi Toxoplasma gondii pada manusia selama masa kehamilan dapat menyebabkan keguguran pada janin (Elmore et al. 2010). Viscerals larva migran yang disebabkan oleh Toxocara cati dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia seperti demam intermiten, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri otot dan sendi, nyeri abdominal, dermatitis, batuk terus menerus dan gangguan saraf (Soeharsono 2007).

Penelitian mengenai parasit saluran pencernaan pada kucing liar jarang dilakukan di Indonesia. Laporan mengenai prevalensi dan penyebaran parasit saluran pencernaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan tindakan penanggulangan dan pengendalian penyakit parasitik. Penelitian sebelumnya yang telah melaporkan antara lain, Kusnoto (2005) kejadian toxocariasis pada anjing dan kucing liar di Surabaya dan Margono et al. (1979) cacing tambang pada anjing dan kucing di Jakarta.

Mengingat potensi dari parasit saluran pencernaan sebagai agen zoonotik, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keberadaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit saluran pencernaan pada kucing liar di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Informasi yang diperoleh mengenai parasit zoonotik nantinya dapat memberikan awareness kepada masyarakat di lingkungan kampus IPB akan bahayanya parasit zoonotik.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dari bulan November 2012 sampai Januari 2013. Pengambilan sampel dilakukan di dalam lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Protozoologi dan Helminthologi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu

(15)

2

Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Lokasi Penelitian

Lokasi dilakukannya penelitian ini bertempat di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga. Kawasan kampus IPB Darmaga memiliki luas 297 Ha. Letak geografis antara 6⁰ 30’−6⁰ 45’ LS, dan 106⁰ 30’−106⁰ 45’ BT. Ketinggian tempat antara 145-400 m dpl (tergolong dataran rendah). Suhu rata-rata/tahun 25°−33° C, kelembaban nisbi rata-rata 80 - 86% dan lama penyinaran matahari sekitar 58.9%. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson lingkungan IPB termasuk ke dalam kawasan beriklim tropis basah dengan curah hujan yang tinggi (Yusmur 2003).

Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel feses yang diambil dari kucing liar yang berada di dalam lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Sampel diambil secara acak di beberapa titik yang dianggap sebagai tempat yang memiliki populasi kucing terbanyak. Titik-titik tersebut yaitu Asrama putra, Perumahan Dosen, kantin Yellow Corner (YC), kantin Blue Corner (BC), kantin Red Corner (RC), dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH).

Kucing ditangkap dan dikandangkan sampai melakukan defekasi. Lama waktu kucing ditangkap sampai melakukan defekasi kurang lebih 2 hari. Sampel feses dikoleksi dan disimpan dalam kantong plastik, kemudian diberi keterangan menggunakan kertas label. Sampel feses dibawa ke laboratorium dengan menggunkan cool box. Sebelum dilepas kucing ditimbang berat badannya untuk menentukan usianya. Kucing liar muda memiliki berat badan <1.5 kg, sedangkan kucing liar dewasa ≥ 1.5 kg (Mohd Zain et al. 2013). Kucing yang telah defekasi dilepas dan diberi tanda pada bagian kepalanya menggunakan pewarna rambut untuk menghindari pengambilan sampel berulang.

(16)

3

Gambar 1 Peta pengambilan sampel di lingkungan kampus IPB Pemeriksaan Feses

Metode McMaster

Metode ini dilakukan untuk menghitung jumlah telur dan ookista tiap gram tinja (TTGT). Sampel feses ditimbang seberat 2 gram menggunakan alat timbang digital dan dimasukkan kedalam gelas plastik. Sampel feses yang telah ditimbang ditambahkan larutan gula jenuh sebanyak 58 ml, kemudian diaduk dan disaring menggunakan saringan teh. Larutan yang telah disaring dimasukkan ke dalam kamar hitung McMaster dan dibiarkan sampai telur dan ookista mengapung selama 5 menit. Kemudian diamati dan dihitung menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

Sampel feses yang dinyatakan negatif pada metode ini dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan tidak ada telur dan ookista. Sampel feses yang telah ditambahkan larutan gula jenuh pada metode McMaster dituang kedalam tabung reaksi sampai penuh dan terbentuk miniskus pada puncaknya. Cover glass diletakkan pada ujung tabung reaksi dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian cover glass diambil dan diletakkan pada gelas objek. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

(17)

4

Jumlah TTGT dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

n : Jumlah telur cacing dalam kamar hitung Vh : Volume Kamar hitung (ml)

Vt : Volume total sampel (ml) bt : Berat tinja (gram)

Metode sedimentasi

Sampel feses ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam gelas plastik. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 58 ml dan diaduk sampai tercampur. Selanjutnya larutan disaring dengan menggunakan saringan teh. Penyaringan dilanjutkan lagi dengan saringan bertingkat yang memiliki lubang berukuran 400 μm, 100 μm, dan 40 μm. Filtrat dari saringan ketiga (40 μm) dituang ke dalam cawan petri lalu ditambah aquades. Pengamatan dan penghitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

Sporulasi dan identifikasi kista protozoa

Sampel feses yang dinyatakan positif pada metode McMaster diambil sekitar 3 gram dan dimasukkan ke dalam cawan. Kemudian kalium bikromat (K2Cr2O7) 2% dituang ke dalam cawan yang berisi sampel feses. Sampel feses dibiarkan sampai ookista mengalami sporulasi kurang lebih 24 jam. Ookista yang bersporulasi dikoleksi menggunakan larutan pengapung. Pengamatan dan pengukuran dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dimasukkan ke dalam program microsoft excel. Analisis data dilakukan secara deskriptif dari hasil identifikasi. Analisis statistik untuk mengetahui hubungan antara umur kucing liar dengan prevalensi dilakukan menggunakan uji chi-square, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara umur kucing liar dengan derajat infeksi menggunakan uji T. Pengujian statistik tersebut menggunakan software SPSS 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Sampel feses yang berhasil dikoleksi dari kucing liar di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor berjumlah 30. Empat sampel berasal dari kucing liar di Asrama putra, 6 sampel dari Perumdos, 4 sampel dari kantin BC, 6 sampel dari kantin YC, 5 sampel dari kantin RC dan 5 sampel dari FKH. Sebanyak 8 sampel

(18)

5 dikoleksi dari kucing liar muda dan 22 sampel dari kucing liar dewasa. Dari pemeriksaan 30 sampel feses yang dikoleksi didapat jumlah kucing yang terinfeksi minimal oleh satu jenis parasit adalah 25 sampel dengan prevalensi 83%. Kucing yang terinfeksi oleh dua jenis parasit memiliki prevalensi tertinggi yaitu 33%, diikuti oleh satu jenis parasit 23%, tiga jenis parasit 17% dan empat jenis parasit 10% (Tabel 1).

Tabel 1 Prevalensi infeksi parasit saluran pencernaan pada kucing liar di lingkungan kampus IPB

Infeksi parasit Jumlah sampel Jumlah terinfeksi Prevalensi (%)

1 jenis parasit 30 7 23

2 jenis parasit 30 10 33

3 jenis parasit 30 5 17

4 jenis parasit 30 3 10

minimal 1 jenis parasit 30 25 83

Parasit saluran pencernaan yang berhasil diidentifikasi adalah Hookworm, Toxocara spp., Toxascaris leonina dan Isospora felis. Hookworm memiliki prevalensi tertinggi yaitu 73%, diikuti oleh Toxocara spp. 53%, Toxascaris leonina 30% dan Isospora felis 23%. Berdasarkan penghitungan jumlah telur dan ookista per gram tinja, Toxocara spp. memiliki nilai rata-rata TTGT tertinggi yaitu 3573±4497, diikuti Hookworm 1417±1705, Toxascaris leonina 989±623 dan Isospora felis 471±339 (Tabel 2).

Tabel 2 Prevalensi dan jumlah rata-rata TTGT parasit saluran pencernaan kucing liar di lingkungan IPB

Parasit Jumlah sampel Jumlah terinfeksi Prevalensi % TTGT Hookworm 30 22 73 1417±1705 Toxocara spp. 30 16 53 3573±4497 Toxascaris leonina 30 9 30 989±623 Isospora felis 30 7 23 471±339

Prevalensi Hookworm dan Isospora felis yang didapat pada penelitian ini lebih tinggi pada kucing liar dewasa dibandingkan dengan kucing liar muda. Toxocara spp. dan Toxascaris leonina menunjukkan hal yang berbeda yaitu prevalensi lebih tinggi pada kucing liar muda dibandingkan dengan kucing liar dewasa. Hasil pengujian statistik yang dilakukan hanya Toxocara spp. yang menunjukkan adanya perbedaan nyata (P=0.024) (Tabel 3).

(19)

6

Tabel 3 Perbandingan prevalensi parasit saluran pencernaan antara kucing liar muda dan dewasa di lingkungan kampus IPB

Parasit Kucing muda Kucing dewasa P value

Hookworm 62% 77% 0.418

Toxocara spp. 88% 41% 0.024*

Toxascaris leonina 38% 27% 0.719

Isospora felis 25% 32% 0.896

*= Signifikan P < 0.05

Derajat infeksi dari Hookworm, Toxocara spp. dan Toxascaris Leonina, yang didapat lebih tinggi pada kucing liar muda dibandingkan kucing liar dewasa. Isospora felis menunjukkan hal yang berbeda yaitu derajat infeksi kucing liar dewasa lebih tinggi dibandingkan kucing liar muda. Hasil pengujian statistik hanya Toxocara spp. yang menunjukkan adanya perbedaaan nyata (P=0.042) (Tabel 4).

Tabel 4 Perbandingan jumlah rata-rata TTGT parasit saluran pencernaan antara kucing liar muda dan dewasa di lingkungan kampus IPB

Parasit Kucing muda Kucing dewasa P value

Hookworm 2200±2298 1853±1597 0.702 Toxocara spp. 6600±5299 750±791 0.042* Toxascaris leonina 1200±424 929±685 0.621 Isospora felis 300±283 540±378 0.463 *= Signifikan P < 0.05 Pembahasan

Kucing liar memiliki pola hidup yang sangat berbeda dengan kucing peliharaan. Pola hidup yang bebas dan tidak terkontrol membuat kucing liar memiliki peluang yang sangat tinggi untuk terinfeksi oleh parasit saluran pencernaan. Prevalensi kucing liar terinfeksi oleh minimal satu parasit saluran pencernaan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan di Qatar (Abu-Madi et al. 2007), Bangkok (Jittapalapong et al. 2007) dan Australia (Adams et al. 2008). Tingginya prevalensi parasit saluran pencernaan di lingkungan IPB ini bisa disebabkan karena kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan parasit. Wilayah Bogor khususnya IPB merupakan daerah yang memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Menurut Paquet-Durand et al. (2007) prevalensi parasit saluran pencernaan pada daerah yang memiliki iklim hujan tropis lebih tinggi dibandingkan daerah iklim kering tropis. Selain itu cara hidup kucing liar yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya penularan parasit baik secara langsung maupun silang terhadap kucing liar lainnya.

Hookworm atau cacing tambang merupakan parasit saluran pencernaan yang biasa ditemukan pada kucing. Menurut Bowman et al. (2003), jenis Hookworm yang menyerang saluran pencernaan kucing adalah Ancylostoma tubaeforme, A. braziliense dan Uncinaria stenocephala. Prevalensi Hookworm yang didapat pada

(20)

7 penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan parasit saluran pencernaan lainnya, hal ini sama dengan penelitian di Brazil (Labarthe et al. 2004) dan Bangkok (Jittapalapong et al. 2007). Tingginya prevalensi dari Hookworm ini bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangannya. Menurut Bowman et al. (2002), suhu optimal bagi perkembangan larva Hookworm adalah 20° C. Selain itu Hookworm memiliki kestabilan untuk aktif menginfeksi kucing liar diberbagai usia, berbeda dengan Toxocara spp. yang umumnya lebih banyak menyerang kucing muda (Caparia et al. 2012). Rute utama penularan dari Hookworm adalah melalui penetrasi ke kulit secara langsung oleh larva ke-3 (Bowman et al. 2002).

Toxocara spp. merupakan parasit saluran pencernaan yang paling umum ditemukan pada kucing. Telur Toxocara spp. memiliki lapisan seperti cangkang yang sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim (Bowman et al. 2002). Kondisi ini menjadi penyebab tingginya prevalensi dari Toxocara spp. di berbagai wilayah. Prevalensi Toxocara spp. yang ditemukan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian di Bangkok (Jittapalapong et al. 2007). Derajat infeksi dari Toxocara spp. yang didapat lebih tinggi dibandingkan dengan parasit saluran pencernaan lainnya. Hal ini bisa disebabkan karena satu betina dewasa Toxocara spp. dapat menghasilkan 200.000 telur setiap harinya (Subronto 2006). Prevalensi Toxocara spp. yang didapat lebih tinggi pada kucing liar muda dibandingkan kucing liar dewasa. Jumlah rata-rata TTGT juga menunjukkan hal sama, dimana derajat infeksi Toxocara spp. pada kucing liar muda lebih tinggi dibandingkan kucing liar dewasa. Hal ini terjadi karena rute utama penularan dari Toxocara spp. adalah melalui transmammary (Swerczek et al. 1971).

Toxascaris leonina merupakan parasit saluran pencernaan yang dapat menyerang kucing dan anjing. Telur dari Toxascaris leonina mampu menetas di berbagai temperatur lingkungan dan menjadi infektif dengan cepat setelah 4 hari keluar bersama feses (Bowman et al. 2002). Hal ini memungkinkan Toxascaris leonina selalu tinggi menginfeksi kucing. Prevalensi Toxascaris leoniana yang didapat pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan di Brazil (Labarthe et al. 2004). Tingginya prevalensi ini dikarenakan kondisi lingkungan di IPB yang ideal bagi pekembangan Toxascaris leonina. Menurut Okoshi dan Usui (1968) telur Toxascaris leonina sangat tahan terhadap suhu yang dingin dan akan berhenti berkembang apabila berada pada suhu diatas 40° C.

Isospora felis adalah satu-satunya protozoa yang ditemukan pada penelitian ini. Menurut Bowman et al. (2002) Isospora felis merupakan koksidia yang paling sering ditemukan pada kucing. Prevalensi Isospora felis yang ditemukan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan di Qatar (Abu-Madi et al. 2007) dan Australia (Palmer et al. 2007). Kondisi lingkungan yang sesuai merupakan faktor penyebab tingginya prevalensi Isospora felis di IPB. Ookista Isospora felis dapat bersporulasi selama 40 jam pada suhu 20° C, 24 jam pada 25° C, 12 jam pada 30° C dan 8 jam pada 38° C (Shah 1970).

Cacing parasitik dari kelas Cestoda dan Trematoda tidak ditemukan dalam penelitian ini. Cestoda membutuhkan inang antara seperti ikan, pinjal, tikus, reptil, dan burung dalam siklus hidupnya. Infeksi Cestoda pada kucing umumnya karena memakan inang antara yang mengandung larva infektif. Begitu juga dengan Trematoda yang membutuhkan siput sebagai inang antara, dan kucing terinfeksi

(21)

8

karena memakan siput yang mengandung larva infektif (Bowman et al. 2002). Di lingkungan IPB kucing liar lebih sering memakan sisa makanan dari manusia dibanding memakan siput atau ikan mentah, sehingga peluang terjadinya infeksi Cestoda dan Trematoda sangat kecil atau tidak ada sama sekali.

Jenis parasit yang ditemukan pada penelitian ini yang memiliki potensi sebagai agen zoonosis adalah Toxocara spp. dan Hookworm, sedangkan Toxascaris leonina dan Isospora felis tidak berpotensi menimbulkan zoonosis (Bowman et al. 2002). Hookworm pada kucing yang berpotensi menimbulkan zoonosis adalah Ancylostoma braziliense (Bowman et al. 2002). Cacing tambang Ancylostoma braziliense merupakan penyebab utama kejadian cutaneus larva migran (CLM) pada manusia (Soeharsono 2007). Heukelbach dan Feldmeier (2008) dalam penelitiannya menyatakan cacing tambang ini juga dapat menyebabkan myositis pada manusia. Kejadian cutaneus larva migran pada manusia lebih banyak menyerang anak-anak karena kebiasaannya bermain di tanah atau pasir. CDC (2012) melaporkan pada musim hujan 14% anak-anak dibawah lima tahun dan 0.7% orang dewasa terkena cutaneus larva migran di Brazil. Menurut Mani dan Maguire (2009) transmisi utama cacing tambang pada manusia umumnya melalui kulit oleh larva ke-3. Oleh karena itu pencegahan penularan CLM dapat dilakukan dengan cara memakai sepatu atau alat pelindung lainnya untuk mencegah kontak langsung antara kulit dengan tanah dan pasir.

Toxocara spp. merupakan penyebab visceral larva migran (VLM) pada manusia (Soeharsono 2007). Larva Toxocara spp. dapat mencapai otak dan menimbulkan gangguan yang sangat berat pada anak-anak maupun orang dewasa. Menurut Estuningsih (2005) Toxocara spp. juga dapat menyerang mata (occular larva migran) yang apabila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Toxocariasis lebih banyak menyerang anak-anak karena kebiasaannya bermain di tanah dan pasir. Penelitian yang dilakukan pada sekolah dasar di Iran didapat 25% siswa positif mengandung antibodi Toxocara spp. (Sharif et al. 2010). Penularan pada anak-anak umumnya karena memakan telur infektif dari Toxocara spp. secara tidak sengaja setelah bermain di tanah dan pasir yang terkontaminasi. Penelitian di Spanyol oleh Dado et al. (2011) menyatakan 16.4% tanah di taman kota positif mengandung telur Toxocara spp.. Di Indonesia juga pernah dilakukan penelitian terhadap 178 sampel tanah di sekitar rumah potong hewan dan peternakan sapi perah di Surabaya, didapatkan hasil 23.6% sampel positif mengandung telur Toxocara spp. (Kusnoto et al. 2002).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Lingkungan kampus IPB merupakan daerah yang ideal bagi perkembangan parasit saluran pencernaan. Parasit saluran pencernaan yang berhasil diidentifikasi pada kucing liar di lingkungan kampus IPB adalah Hookworm, Toxocara spp., Toxascaris leonina dan Isospora felis. Hookworm memiliki prevalensi tertinggi diikuti Toxocara spp., Toxascaris leonina dan Isospora felis. Parasit saluran

(22)

9 pencernaan yang ditemukan yang memiliki potensi sebagai agen zoonosis adalah Toxocara spp. dan Hookworm.

Saran

Perlu dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap parasit saluran pencernaan pada kucing liar guna mencegah terjadinya penularan terhadap manusia. Jumlah kucing liar yang banyak berkeliaran di lingkungan kampus IPB perlu dikendalikan dengan cara melakukan sterilisasi. Selain itu perlu juga dilakukan penyuluhan pendidikan kepada masyarakat di lingkungan kampus IPB akan pentingnya parasit zoonotik.

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Madi MA, Al-Ahbabi DA, Al-Mashhadani MM, Al-Ibrahim RR, Pal P, Lewis JW. 2007. Patterns of parasitic infection in faecal samples from stray cat population in Qatar. J of Helmint. 81:281-286.doi:10.1017/S0022149 X07818505.

Adams PJ, Elliot AD, Algar D, Brazell RI. 2008. Gastrointestinal parasites of feral cats from Christmas Island. Aust Vet J. 86:60–63.doi:10.1111/j.1751-0813.2007.00246.x.

Blaszkowska J, Wojcik A, Kurnatowski P, Szwabe K. 2013. Geohelminth egg contamination of children’s play areas in the city of Lodz (Poland). Vet parasitol. 192:228– 233.doi:10.1016/j.vetpar.2012.09.033

Bowman DD, Hendrix CM, Lindsay DS, Barr SC. 2002. Feline Clinical Parasitology. Iowa (US): Iowa State University Pr.

Bowman DD, Barr SC, Hendrix CM, Lindsay DS. 2003. Gastro-intestinal parasites of cat. Comp and Exotic Anim Parasitol.

Caparia B, Hamelc D, Visserc M, Winterc R, Pfisterb K, Rehbeinc S. 2012. Parasitic infections of domestic cats, Felis catus, in western Hungary. Vet parasitol. 192:33– 42.doi:10.1016/j.vetpar.2012.11.011.

[CDC] Center Disease Control. 2012. Parasites zoonotic Hookworm [internet]. [diacu 2013 Juni 11]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/parasites/ zoonoticHookworm/epi.html.

Dado D, Izquierdo F, Vera O, Montoya A, Mateo M, Fenoy S, Galvan AL, Garcia S, Garcia A, Aranguez E, Lopez L, del Aguila C, Miro G. 2011. Detection of zoonotic intestinal parasites in public parks of Spain. Potential epidemiological role of microsporidia. Zoonoses and Public Health. 59:23–28.doi: 10.1111/j.1863-2378.2011.01411.x.

Elmore SA, Jones JL, Conrad PA, Patton S, Lindsay DS, Dubey JP. 2010. Toxoplasma gondii: epidemiology, feline clinical aspects, and prevention. Vet parasitol. 30(10).doi:10.1016/j.pt.2010.01.009.

Estuningsih SE. 2005. Toxocariasis pada hewan dan bahayanya pada manusia. Wartazoa. 15(3).

(23)

10

Heukelbach J, Feldmeier H. 2008. Epidemiological and clinical characteristics of Hookworm-related cutaneous larval migrans. Lancet Infect Dis. 8:302-309. Jittapalapong S, Inparnkaew T, Pinyopanuwat N, Kengradomkij C, Sangvaranond

A, Wongnakphet S. 2007. Gastrointestinal parasites of stray cats in Bangkok metropolitan areas, Thailand. Kasetsart J. 41:69-73.

Kusnoto, Koesdarto S, Sri Mumpuni S. 2002. Kontaminasi tanah di sekitar peternakan sapi perah dan rumah potong hewan dengan telur Toxocara spp.di Surabaya [Laporan Penelitian Dosen Muda]. Surabaya (ID): Unair

Kusnoto. 2005. Prevalensi toxocariasis pada kucing liar di Surabaya melalui bedah saluran pencernaan. Media Kedokteran Hewan. 21(1):7-11.

Labarthe N, Serrão ML, Ferreira AMR, Almeida NKO, Guerrero J. 2004. A survey of gastrointestinal helminths in cats of the metropolitan region of Rio de Janeiro, Brazil. Vet parasitol. 123:133–139.doi:10.1016/j.vetpar.2004.06.002. Mani I, Maguire JH. 2009. Small animal zoonoses and immuncompromised pet

owners. J Topics in Comp Anim Med. 24(4).doi:10.1053/j.tcam.2009.07.002. Margono SS, Koesharjono C, Kosin E.1979. Hookworm in dogs and cats in the

area of Jakarta.Trop Geogr Med. 31(2):257-61.

Mircean V, Titilincu A, Vasile C. 2010. Prevalence of endoparasites in household cat (Felis catus) populations from Transylvania (Romania) and association with risk factors. Vet parasitol. 117:163-166.doi:10.1016/j.vetpar.2010.03.005. Mohd Zain SN, Sahimina N, Palb P, Lewis JW. 2013. Macroparasite communities

in stray cat populations from uban cities in Peninsular Malaysia. Vet parasitol. doi:10.1016/j.vetpar.2013.03.030.

Okoshi S, Usui M. 1968. Experimental studies on Toxascaris leonina, IV. Development of eggs of three ascarids, T. leonina, Toxocara canis and Toxocara cati, in dogs and cats. Jap J Vet Sci. 30:29–38.

Palmer CS, Thompson RCA, Traub RJ, Rees R, Robertson ID. 2007. National study of the gastrointestinal parasites of dogs and cats in Australia. Vet parasitol. 151:181-190.doi:10.1016/j.vetpar.2007.10.015.

Paquet-Durand I, Hernandez J, Dolz G, Romero Zuniga JJ, Schnieder T, Epeb C. 2007. Prevalence of Toxocara spp., Toxascaris leonina and ancylostomidae in public parks and beaches in different climate zones of Costa Rica. Acta Tropica. 104:30–37.doi:10.1016/j.actatropica.2007.06.011

Shah HL. 1970. Sporogony of the oocysts of Isospora felis Wenyon, 1923 from the cat. J Protozool. 17:609–614.

Sharif M. Daryani A. Barzegar M. Nasrolahei M. Khalilian A. 2010. Seroprevalence of toxocariasis in schoolchildren in Northern Iran. Pak J Biol Sci. 13(4): 180-184.

Soeharsono. 2007. Penyakit Zoonotic pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Yogyakarja (ID): Gadjah Mada University Pr.

Swerczek TW, Nielsen SW, Helmboldt CF. 1971. Transmammary passage of Toxocara cati in the cat. Am J Vet Res. 32:89-92.

Yusmur A. 2003. Basis data spasial agroklimatologi, studi kasus Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

(24)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 11 September 1991 dari ayah Yusuf dan ibu Muanastina. Penulis adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SD N 61 Kota Bima. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 1 Kota Bima. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMP N 1 Kota Bima. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Kota Bima. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA N 1 Kota Bima. Pada tahun yang sama juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi anggota Himpunan Minat dan Profesi Satwa Liar FKH IPB pada tahun 2011-2013 dan anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Forum Komunikasi Mahasiswa Bima Bogor (OMDA FKMBB) tahun 2009-2013.

Gambar

Gambar 1 Peta pengambilan sampel di lingkungan kampus IPB
Tabel 1  Prevalensi  infeksi parasit  saluran pencernaan pada kucing liar  di  lingkungan kampus IPB

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan asas itikad baik sebagai salah satu alasan pembatalan merek berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 2001 dapat dilaksanakan apabila pelaku usaha yang telah

Perancangan interior andry bakery menjadi hal yang substansional ketika dapat menjadi sebuah bangunan multifungsi yang bergerak pada usaha industry rumahan yang mampu

yang dihasilkan oleh perusahaan dari tiap penjualan tidak dapat menutupi biaya0biaya operasional perusahaan dan tingginya tarif pajak yang dikenakan. Alasan tidak

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat reseach gap pada penelitian yang mengindikasikan bahwa perlu melakukan penelitian lebih lanjut, maka

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN TIM KERJA PERINGATAN HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL KE – 11 TAHUN

Menurut Winkel (dalam Bete, 2018: 20) menegaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri peserta didik untuk mencapai taraf prestasi

Misalkan adalah suatu sampel acak berukuran n dari distribusi binomial negatif dengan parameter dan , dengan nilai dari sampel acak tersebut adalah Penaksir

Akan tetapi tidak semua areal dekat sungai akan dijadikan areal persawahan dan perkampungan, faktor kelokan sungai juga akan menjadi pertimbangan, karena kelokan sungai