• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 78 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR BIAYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 78 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR BIAYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PM. 78 TAHUN 2014_______________

TENTANG STANDAR BIAYA

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Peraturan

Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga, penyusunan rencana kerja dan

anggaran kementerian negara/lembaga menggunakan instrumen indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 71/PMK.02/2013 tentang Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur Biaya, Dan Indeksasi

Dalam Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga, dalam rangka penyusunan RKA-K/L, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat menggunakan satuan biaya masukan lainnya yang antara lain didasarkan pada satuan harga yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/instansi teknis yang berwenang;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di Lingkungan

Kementerian Perhubungan, dalam penyusunan

Rencana Anggaran Biaya/RAB perhitungan harga satuan, volume dan jumlah harga masing-masing komponen (Analisa Harga Satuan) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Masukan dan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar Biaya;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut

huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar Biaya Kementerian Perhubungan;

(2)

2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

sebagaimana beberapa kali telah diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24);

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana beberapa kali telah diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25);

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan, sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013);

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.02/2013

tentang Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur Biaya, dan Indeksasi Dalam Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 51/PMK.02/2014;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di Lingkungan Kementerian Perhubungan.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

STANDAR BIAYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

(3)

3

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :

1. Kementerian adalah Kementerian Perhubungan;

2. Menteri adalah Menteri Perhubungan;

3. Pejabat Eselon I adalah Sekretaris Jenderal, Inspektur

Jenderal, Direktur Jenderal dan Kepala Badan di lingkungan Kementerian Perhubungan;

4. Pejabat Eselon II Kantor Pusat Kementerian Perhubungan

adalah Kepala Biro, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur,

Sekretaris Badan, Kepala Pusat di lingkungan

Kementerian Perhubungan dan Ketua Mahkamah

Pelayaran serta Kepala Sekretariat Komite Nasional Keselamatan Transportasi;

5. Standar Biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan oleh

Menteri baik berupa standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran, sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran dalam penyusunan RKA-K/L;

6. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga,

yang selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan yang berisi dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian Perhubungan yang disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga;

7. SPTJM adalah Surat Pernyataan dan Tanggung Jawab

Mutlak yang menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh;

8. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA

adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk

menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD;

9. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh

suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan;

10. Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu program;

11. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu

kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur.

(4)

4

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Maksud ditetapkannya standar biaya di lingkungan

Kementerian Perhubungan ini adalah sebagai panduan bagi seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya pada Rencana Kerja dan Anggaran.

(2) Tujuan ditetapkannya standar biaya di lingkungan

Kementerian Perhubungan ini adalah dalam rangka tersusunnya dokumen Rencana Kerja dan Anggaran yang tertib, efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel.

BAB III STANDAR BIAYA

Pasal 3

(1) Standar Biaya Kementerian Perhubungan digunakan sebagai

acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di lingkungan Kementerian Perhubungan, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Standar biaya dipergunakan untuk komponen kegiatan

yang dibelanjakan di dalam negeri dengan sumber pembiayaan melalui dana Rupiah Murni yang nilai kontraknya dinyatakan dalam Rupiah;

b. Standar biaya dititikberatkan pada analisa biaya dari

spesifikasi teknis masing-masing kegiatan;

c. Standar biaya telah termasuk pajak-pajak yang berlaku;

d. Harga satuan dalam standar biaya tersebut merupakan

estimasi harga tertinggi, dan berbeda pada masing-masing propinsi/kabupaten/kota dengan dilakukan penyesuaian melalui faktor pengali koefisien kemahalan yang diolah berdasarkan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik sebagaimana terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri ini;

e. Pada lokasi kegiatan yang jauh dari ibukota

provinsi/kabupaten/kota dan merupakan daerah

terpencil/terisolir, dapat diusulkan tambahan biaya pengiriman yang terdiri antara lain bongkar/muat, transportasi, sewa gudang/area penyimpanan, sesuai ketentuan yang berlaku dan/atau menggunakan standar biaya yang ditetapkan Pemerintah Daerah setempat dengan menyertakan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

(5)

5

(2) Standar Biaya Kementerian Perhubungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB IV

PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Pasal 4

(1) Harga satuan dalam Standar Biaya Kementerian

Perhubungan tidak dapat dijadikan acuan dalam

penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

(2) Analisa Harga Satuan Pekerjaan dalam Standar Biaya

Kementerian Perhubungan, dapat dijadikan acuan dalam penyusunan HPS.

(3) Dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS),

memperhatikan ketentuan sebagai berikut :

a. dalam hal terjadi perbedaan analisa harga dengan yang

ditetapkan instansi pemerintah / asosiasi / institusi lainnya, maka yang dipergunakan sebagai acuan adalah analisa harga satuan pekerjaan yang menguntungkan Negara dan/atau dapat dipertanggungjawabkan;

b. penyusunan HPS dikalkulasikan secara keahlian

berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan meliputi :

1) harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di

lokasi barang/jasa di produksi/diserahkan/

dilaksanakan menjelang dilaksanakannya

pengadaan barang/jasa;

2) informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara

resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS);

3) informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara

resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

4) daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan

oleh pabrikan/distributor tunggal;

5) biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang

berjalan dengan mempertimbangkan faktor

perubahan biaya;

6) inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan

(6)

6

7) hasil perbandingan dengan kontrak sejenis baik

yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain;

8) perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh

konsultan perencana (engineer estimate);

9) norma indeks; dan/atau

10) informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. dalam penyusunan HPS tetap mengacu kepada

Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan/atau peraturan lain yang berlaku.

BAB V

PRINSIP-PRINSIP STANDAR BIAYA Pasal 5

Dalam penyusunan standar biaya Kementerian Perhubungan, memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(a) Ekonomis, yaitu suatu ukuran keberhasilan yang didapat

dengan input yang minim pada perencanaan;

(b) Efisiensi, yaitu suatu ukuran keberhasilan yang dinilai

dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan;

(c) Efektifitas, yaitu suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 6

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 75 Tahun 2013 tentang Standar Biaya Tahun 2014 Di Lingkungan Kementerian Perhubungan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Rencana Kerja Anggaran yang telah disusun sebelum

berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap dipergunakan sampai dengan terbitnya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2015.

(7)

7

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 7

Peraturan Menteri Perhubungan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 11 Desember 2014 MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA, ttd

IGNASIUS JONAN Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 24 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1968 Salinan ini sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan KSLN ttd.

DR. UMAR ARIS, SH, MM, MH Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19630220 198903 1 001

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011-2015, selanjutnya disingkat dengan Renstra Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu 2011- 2015,

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum/skripsi ini yang berjudul:

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan analisis persediaan pulsa dengan sistem stok untuk menentukan jumlah order stok pulsa yang tepat sehingga laba

beberapa ahli, fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan. fungsi planning, organizing, staffing, coordinating,

Segala puji bagi Allah SWT atas selesainya karya akhir kami yang berjudul “Nilai Diagnostik Adenosine Deaminase (ADA) Cairan Pleura pada Penderita Efusi Pleura

11) Surat keterangan dari Kepala Sekolah bagi pendaftar tingkat SMA/Sederajat yang menyatakan bahwa pendaftar memiliki perilaku yang baik di lingkungan sekolah, aktif dalam

Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa (1) Penalaran matematis siswa pada pembelajaran geometri dengan menggunakan model Probem Based Learning dan pendekatan Scientific

Di dalam sel, peroksisom berbentuk bulat telur dengan diameter kurang lebih antara 0,5 - 0,7 mikrometer, hanya dibungkus oleh selapis membran. Jumlah peroksisom untuk tiap