• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput dari proses penyebaran ajaran Islam oleh para ulama’ dan pemuka agama Islam di pulau Jawa (Sunanto, 2005). Sejarah penyebarannya juga tidak terlepas dari tulisan, terutama tulisan Arab Pegon1 yang merupakan sarana untuk mentransfer ilmu agama dengan perantara dunia tulis menulis (Ulum, 2013). Aksara Pegon di Jawa terutama dipergunakan oleh kalangan umat muslim, khususnya para santri di pesantren. Awalnya hanya ditulis untuk memberi komentar atau keterangan pada Al-Qur’an, tetapi seiring perkembangannya banyak pula naskah-naskah yang secara keseluruhan ditulis dengan aksara Pegon, misalnya naskah-naskah Sěrat Yusuf yang tersimpan di beberapa tempat di pulau Jawa2.

Naskah Sěrat Yusuf (selanjutnya disingkat SY) dan naskah-naskah yang bercerita tentang kisah perjalanan Nabi Yusuf tersimpan di beberapa perpustakaan di Indonesia, diantaranya di Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman, Perpustakaan Sonobudoyo, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Radyapustaka, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, dan beberapa koleksi

1

Pegon adalah kata-kata berbahasa Jawa atau Indonesia yang ditulis dengan menggunakan huruf-huruf Arab (Bahauddin, 2011).

(2)

pribadi. Cerita Nabi Yusuf juga tercantum dalam Al-Qur’an surat Yusuf, kitab-kitab tafsir Al-Qur’an, dan disebut di beberapa Sěrat Ambiya. Hasil dari penelusuran katalog Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman, terdapat satu naskah berjudul Sěrat Yusuf dengan kode koleksi 003/PP/73 menggunakan aksara Arab Pegon berbahasa Jawa dengan kode proyek st.83. Di perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman pengelompokan naskah sastra diberi kode ‘st’.

Naskah SY dalam penulisannya tidak mencantumkan nama penulisnya. Sěrat Yusuf secara garis besar terbagi atas kata Sěrat dan Yusuf. Kata Sěrat memiliki arti ‘layang’ (Poerwadarminta, 1939:559), ‘surat’ (Prawiroatmodjo, 1981:190), atau ‘sesuatu yang ditulis’ dan ‘tulisan’. Kata Yusuf yang dimaksudkan dalam naskah tersebut adalah Nabi Yusuf As. Secara bebas dapat diartikan Sěrat

Yusuf adalah ‘tulisan yang menceritakan Nabi Yusuf As.’. Alasan pemilihan

naskah SY koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman sebagai objek penelitian didasarkan pada isi cerita Nabi Yusuf yang mempunyai banyak versi, naskah SY ditulis dengan aksara pegon, selain dua alasan tersebut, terdapat beberapa ejaan yang khas yang dipakai sesuai dengan karakter sang penulis naskah SY koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman.

Pada bagian awal teks tertulis tentang puji-pujian kepada Tuhan dan Rasul-Nya yang dilanjutkan dengan memuji para keluarga dan sahabat Nabi. Kemudian menceritakan tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf dari sebelum menjadi nabi sampai menjadi nabi (Saktimulya, 2005:218). Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk mengkaji lebih lanjut teks SY sehingga pembaca dapat mengetahui

(3)

tentang cerita kehidupan Nabi Yusuf yang masih tertulis dengan aksara Pegon dan berbahasa Jawa.

1.2Rumusan Masalah

Adapun masalah yang muncul saat menetapkan naskah ini menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :

a. Teks Sěrat Yusuf ditulis dengan aksara yang tidak umum yaitu aksara Pegon yang dimungkinkan tidak dimengerti oleh pembaca

b. Teks Sěrat Yusuf menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Jawa dan sedikit istilah bahasa Arab

1.3Tujuan Penelitian

1. Menyuntingan teks dengan benar dan sesuai EYD bahasa Jawa untuk memudahkan pembaca membaca teks SY dengan aksara yang umum dimengerti yaitu aksara Latin.

2. Menerjemahkan teks Sěrat Yusuf dari bahasa sumber (bahasa Jawa) ke bahasa sasaran (bahasa Indonesia) sehingga dapat dimengerti oleh pembaca dan tersampaikan maksud dari isi teks Sěrat Yusuf.

1.4Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi pada naskah Sěrat Yusuf st.83 0030/PP/73 pupuh I sampai IV halaman 1 sampai 15 koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman, pembatasan penelitian ini didasari atas pemenggalan episode oleh

(4)

peneiti. Adapun analisis dibatasi pada gambaran umum naskah dan teks, suntingan teks dengan perbaikan bacaan dan aparat kritik untuk memberikan keterangan tentang teks SY kepada pembaca, dan menerjemahkan teks tersebut ke bahasa Indonesia serta memeberikan catatan terjemahan jika diperlukan sebagai keterangan tambahan.

1.5Tinjauan Pustaka

Sejauh pengetahuan peneliti, berdasarkan koleksi SY transliterasi Perpustakaan Sonobudoyo ada cerita Nabi Yusuf yang sudah ditransliterasikan dan hanya sebatas alih aksara yaitu beraksara Jawa pada tahun 2009 oleh Sumarsih3 dan tim. Ada juga sebuah tesis yang berjudul Surat Yusuf

Mangunpawira: Telaah Filologi dan Analisis Resepsi (Muslim, 2009), naskah

yang diteliti adalah koleksi pribadi dari Drs. Sartono dari Sidoarjo. Selain hasil transliterasi dan tesis, penelitian tentang cerita Nabi Yusuf dalam sebuah kitab pembelajaran dalam pesantren di Sunda juga ditulis dalam sebuah buku berjudul Kisah Nabi Yusuf dalam Syarah Teks Raudhatul-‘Irfan Ma’arifatil-Qur’an dan

Tafsir Al-Quran Basa Sunda : Analisis Resepsi tahun 2005 yang ditulis oleh Fadlil

Munawar Manshur4.

Hasil dari tinjauan pustaka di atas bahwa yang peneliti ketahui Sěrat Yusuf koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman belum ada yang meneliti, sehingga penelitian SY Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman perlu dilakukan.

3

Salah satu dosen dari Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Nusantara

4

(5)

1.6Landasan Teori

Menurut Baried (1985) filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti ‘cinta’ dan kata logos yang berarti ‘kata’. Arti ini kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, ‘senang ilmu’, dan ‘senang kesusastraan’ atau ‘senang kebudayaan’. Filologi juga dapat diartikan ilmu yang menyelidiki kekhasan suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya (Tim Penyusun, 1997:27). Selain itu untuk dapat mengetahui gambaran umum suatu naskah diadakan penelitian kodikologi, kodikologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk naskah, antara lain bahan, tempat penulisan, perkiraan tahun penulisan dan lain-lain (Baried, 1985: 55). Selain itu Dain (via Mulyadi, 1994: 2) menambahi kodikologi adalah ilmu yang mengenai naskah-naskah bukan isi yang tertulis dalam naskah tersebut.

Disesuaikan dengan tugas filolog, secara harfiah filologi dapat dikatakan sebagai pecinta kata-kata (Robson, 1994:12). Secara garis besar tugas seorang filolog adalah menyajikan sebuah teks dan menafsirkannya agar memudahkan pembaca untuk mengetahui isi teks yang dimungkinkan tidak mengetahui aksara dan bahasa dalam teks tersebut.

Menyajikan teks dalam aktivitas filolog meliputi transliterasi. Menurut Robson (1994: 24) trasliterasi adalah pemindahan suatu tulisan ke tulisan yang lain. Selain itu transliterasi juga dapat dimaknai sebagai pergantian jenis tulisan, huruf demi huruf, dan abjad satu ke abjad yang lain. Selain itu cara untuk memperkenalkan teks-teks lama berbahasa daerah sangat penting adanya transliterasi, hal ini dikarenakan banyak orang yang sudah tidak mengenal atau

(6)

tidak akrab dengan tulisan daerah. Dalam hal ini disertakan pula dengan pedoman yang berhubungan dengan pembagian kata, ejaan, dan pungtuasi (Baried, 1985:65). Dalam aktivitas ini teks beraksara Pegon ditransliterasikan ke dalam aksara Latin.

Penyuntingan dalam penelitian ini menggunakan terbitan teks dengan perbaikan bacaan. Terbitan teks dengan perbaikan bacaan adalah penyuntingan teks dengan melibatkan campur tangan peneliti sebagai pembaca sedemikian rupa sehingga teks dapat dipahami oleh peneliti (Wiryamartana, 1990: 32). Menurut Robsob (1994: 12) filologi mencakup jauh lebih banyak dari sekedar “kritik teks”, dan di satu pihak juga berbeda walaupun berkaitan dengan teori sastra dan di lain pihak linguistik. Dapat dilihat bahwa untuk menjembatani kesenjangan komunikasi antara penulis dan pembaca modern, berbagai proses perlu dilibatkan. Dan semua tugas filolog ini dapat diringkas dalam frase “membuat teks terbaca atau dimengerti”. Agar karya sastra klasik “terbaca atau dimengerti”, pada dasarnya ada dua hal yang harus dilakukan yaitu menyajikan dan menafsirkan (Robson, 1994:12). Sebagai penanda aparat kritik digunakan catatan kaki (footnote) dengan nomor urut (1, 2, 3, dst).

Tugas filolog selanjutnya yaitu menafsirkan, hal ini dilakukan dengan menerjemahkan teks tersebut. Menurut Wiryamartana (1990), terjemahan dibuat berdasarkan teks yang bacaannya sudah diperbaiki. Sedapat mungkin diusahakan terjemahan kata demi kata. Namun demikian mengingat konteks kalimat, kelancaran bahasa Indonesia, dan kejelasan pengertian, tidak selalu menerjemahkan kata bahasa Jawa (bahasa sumber) secara konsisten dengan kata

(7)

yang sama dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran) hal ini disiasati dengan memberi catatan yang menunjukkan variasi bahasa sasaran dalam teks bahasa sumber. Selanjutnya pemberian catatan tentang terjemahan agar dapat menjelaskan beberapa aspek cara teks itu diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (Robson, 1994: 55-56).

1.7Metode Penelitian

Langkah-langkah penelitian filologi harus dilakukan secara urut dan runut untuk mencapai tujuan dari penelitian ini (Djamaris, 2002: 9). Adapun urutan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1) Sesuai dengan hal tersebut yang pertama dilakukan adalah studi pustaka atau membaca katalog perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. 2) Pendeskripsian naskah atau penggambaran umum dari naskah SY dilihat

secara fisik dan isi.

3) Menyunting teks SY dengan mengalihaksarakan teks SY dari aksara Pegon ke aksara Latin.

4) Kritik teks yaitu merekonstruksi teks SY yang berbentuk macapat dengan metode perbaikan bacaan dan pemberian aparat kritik sehingga teks dapat terbaca dan dipahami.

5) Menerjemahkan teks dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia sehingga maksud dari cerita tersebut dapat tersampaikan.

(8)

1.8Sistematika Penyajian

Sistem penyajian dalam penelitian ini sebagai berikut :

BAB I pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masakah, tujuan penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II Gambaran umum Sěrat Yusuf berisi tentang pengantar, deskripsi fisik, dan deskripsi teks.

BAB III Suntingan dan aparat kritik yang berisi tentang pengantar suntingan teks, pedoman suntingan yang berisi sistem suntingan, sistem ejaan, dan tanda-tanda yang digunakan, suntingan teks, pengantar dan pedoman terjemahan, dan terjemahan.

BAB IV Kesimpulan berisi rangkuman dari keseluruhan uraian pada bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara prasangka terhadap etnis Cina dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Jawa. Semakin tinggi

Penawaran adalah jumlah barang yang bersedia ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga dalam periode tertentu. Jumlah penawaran adalah sejumlah barang ditawarkan

Struktur batin dalam pantun manyerakan marapulai dan anak daro ini merupakan makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat kita hayati. Struktur

According to the questionnaire result, the research found that the students had positive attitude toward the use of worksheet, it showed that students of the SMK

Hubungan kerjasama antara kepala sekolah dengan orang tua siswa yang tergabung dalam komite sekolah pada gilirannya diharapkan dapat memenuhi tingkat kepuasan dalam bekerja dan

Berdasarkan temuan bahwa mahasiswa STKIP PGRI Tulungagung mempunyai tingkat bekerja keras, giat berusaha tinggi keinginan untuk meningkatkan produktivitasnya juga

Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami gangguan fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan tingkat ketajaman atau visus sentralis di atas 20/200 dan secara

Di sini peneliti lebih memusatkan perhatian pada pakaian bekas karena pakaian bekas suatu hal yang tidak lumrah diminati oleh masyarakat padahal terdapat banyak pusat