A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
haruslah disadari benar, terutama oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada khususnya dan guru bidang studi lain pada umumnya. Dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari, guru bahasa Indonesia harus memahami
benar bahwa tuujuan akhir pembelajaran bahasa adalah agar siswa dapat
mempergunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi, agar siswa terampil
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Nababan (1984:38) menyatakan ada empat fungsi bahasa, yaitu fungsi
kebudayaan, kemasyarakatan, perorangan, dan pendidikan. Fungsi kebudayaan
meliputi tiga hal, pelestarian kebudayaan, pengembangan kebudayaan, dan
inventarisasi ciri-ciri kebudayaan. Fungsi kemasyarakatan meliputi ruang
lingkup dan bidang pemakaian. Fungsi perorangan meliputi fungsi
instrumental, kepribadian, pemecahan masalah, khayalan, dan informatif.
Fungsi pendidikan meliputi fungsi integratif, instrumental, kultural, dan
penalaran.
Anton Moeliono (1981: 38-39) menyatakan bahasa memiliki lima
fungsi pokok, yaitu (1) fungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan atau
kedaerahan, (2) fungsi sebagai bahasa perhubungan luas pada taraf
tujuan khusus, (4) fungsi sebagai bahasa dalam sistem pendidikan sebagai
pengantar dan objek studi, (5) fungsi sebagai bahasa kebudayaan di bidang
seni, ilmu, dan teknologi.
Zaman semakin berkembang, dunia pendidikanpun dituntut untuk
menambah kualitas pembelajaran. Kurikulum yang digunakan berubah-ubah
mengikuti perkembangan zaman. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari
kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum (htpp//:www.depdiknas.id.org).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar
Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang
pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan
mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan
KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam
UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan peserta didik untuk :
1. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Belajar untuk memahami dan menghayati,
3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Mulai tahun pelajaran 2006/2007, Depdiknas meluncurkan kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau disebut kurikulum 2006. KTSP
merupakan penyempurna dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. KTSP
memberi keleluasaan penuh kepada setiap sekolah untuk mengembangkan
kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah
sekitar.
Pembaruan dan penggantian kurikulum itu dipelukan agar pendidikan
kebutuhan masyarakat. Dari tahun ketahun ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang dengan pesat. Di pihak lain kebutuhan masyarakat kompleks dan
dinamis. Ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan masyarakat sangat
erat hubungannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dilapangan, guru kadang-kadang merasa bahwa pembaruan kurikulum
itu sebagai beban. Pertama-tama guru harus memahami kurikulum yang baru,
selanjutnya guru harus mengubah pola kerja yang biasa dilakukan guna
menyesuaikan dengan isi kurikulum. Namun demikian, perlu disadari bahwa
pembaruan diarahkan pada hal yang lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:2), dalam
kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai
keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang
sistem bahasa, tetapi berpikir bagaimana menggunakan bahasa secara tepat
sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara pragmatis bahasa lebih
merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi dari pada sebuah sistem ilmu.
Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah
lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dari pada
pembelajaran tentang sistem bahasa.
Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia,
penyajian uraian atau penjelasan saja belum cukup. Latihan mengerjakan soal
hal itu belum cukup. Siswa perlu dibawa kepengalaman untuk melakukan
kegiatan berbahasa yang sesungguhnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peran guru dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa sangatlah diperlakukan. Dalam keterampilan
berbahasa, siswa perlu dihadapkan pada berbagai jenis teks lisan dan tertulis.
Selanjutnya, agar dapat mempertajam keterampilan menggunakan bahasa,
siswa perlu diberi peluang untuk menyusun dan merangkaiakan kalimat dalam
berbagai keperluan komunikasi, baik lisan maupun tertulis.
Syarat minimal yang harus dipenuhi oleh guru bahasa adalah
penguasaan materi tentang keterampilan berbahasa dan dapat mengajarkannya
kepada siswa. Guru bahasa hendaknya jangan sampai tenggelam dalam
penyakit lama yaitu mengajar secara rutin, monoton tanpa bervariasi.
Disamping kuat dalam materi pelajaran, guru harus kaya pengalaman dengan
beraneka ragam metode pembelajaran dan teknik pembelajaran. Guru bahasa
yang mengetahui aneka ragam teknik pembelajaran keterampilan berbahasa
dan dapat mempraktikannya sangat membantu dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia.
Semua guru bahasa Indonesia sebaiknya berusaha melaksanakan
pembelajaran bahasa dengan pendekatan dan metode yang menarik. Siswa
belajar bahasa dengan tidak melulu dijejali dengan teori-teori kebahasaan yang
cenderung membosankan. Siswa belajar berkomunikasi di kelas bersama
teman-temannya tentang suatu tema tertentu dalam suasana santai dan wajar
diciptakan hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang
memberikan peluang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi.
SMA N 1 Purwokerto adalah salah satu sekolah yang terletak secara
geografis di Jawa Tengah bagian barat, Kabupaten Banyumas. Sekolah ini
merupakan sekolah favorit dan selalu menjadi tolak ukur di karesidenan
Banyumas. Hasil observasi peneliti, sekolah ini sudah menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana sekolah
tersebut menampilkan keunikan atau kreativitasnya dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia pada aspek membaca
berdasarkan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena KTSP pada
dasarnya adalah kurikulum yang diharapkan dapat memberikan ruang gerak
yang luasa bagi sekolah untuk mengembangkan kreativitas atau melakuakan
modifikasi dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan keadaan, potensi,
dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Kekreativitasan yang ada di SMA
N I Purwokerto diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah-sekolah yang
lain dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia
berdasarkan KTSP.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini perlu diadakan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa
Indonesia pada aspek membaca berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) untuk siswa SMA N I Purwokerto khususnya kelas XI
hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Alasan tersebut mendasari dilakukannya penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, selanjutnya dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Cara pandang guru terhadap pembelajaran keterampilan berbahasa
Indonesia pada aspek membaca berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SMA N I Purwokerto?
2. Komponen-komponen pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa
Indonesia pada aspek membaca berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SMA N I Purwokerto?
3. Pengaruh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terhadap
pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia SMA N I Purwokerto?
4. Tanggapan siswa SMA N I Purwokerto terhadap pembelajaran
ketrampilan berbahasa Indonesia pada aspek membaca berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
5. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia pada aspek membaca berdasarkan
C. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas, selanjutnya dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa
Indonesia pada aspek membaca nyaring (membaca berita) berdasarkan
Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan kelas XI SMA N I Purwokerto
ditinjau dari komponen-komponen pembelajaran?
2. Bagaimanakah hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia pada aspek
membaca nyaring (membaca berita) berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan kelas XI SMA N I Purwokerto dan cara mengatasinya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, selanjutnya penelitian ini
bertujuan:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa
Indonesia pada aspek membaca nyaring (membaca berita) berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas XI SMA N I Purwokerto
ditinjau dari koponen-komponen pembelajaran.
2. Mendeskripsikan dan memberikan solusi tentang hambatan-hambatan
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan
berbahasa Indonesia pada aspek membaca nyaring (membaca berita)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat,
baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai bahan kajian yang perlu dimiliki oleh guru Bahasa Indonesia di
SMA. Di samping itu, juga memberikan alternatif pemecahan masalah
bagi guru-guru bahasa Indonesia di SMA dalam pembelajaran pada aspek
membaca nyaring berdasarkan KTSP.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi pihak sekolah, guru, dan siswa. Bagi pihak sekolah, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi mengenai
kekurangan-kekurangan yang ada disekolah, khususnya mata pelajaran
bahasa Indonesia. Selanjutnya pada masa mendatang pihak sekolah dapat
memberikan perhatian yang lebih baik pada mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan menyediakan fasilitas penunjang yang selama ini dirasa
kurang, seperti alat peraga, media, dan buku-buku.
Bagi guru penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
melaksanakan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia pada aspek
membaca berdasarkan KTSP sebagaimana mestinya. Dengan demikian,
diharapkan guru bahasa Indonesia di SMA pada umumnya dan SMA N I
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya di dalam mengajarkan
keterampilan berbahasa Indonesia.
Bagi siswa, secara tidak langsung apabila cara mengajar guru sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dampak positifnya akan
dirasakan. Siswa yang semula pasif, kurang kreatif dalam pembelajaran
keterampilan berbicara, menulis, menyimak, dan khususnya membaca