• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Membaca Pemahaman a. Pengertian Membaca - SITI FATIMAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Membaca Pemahaman a. Pengertian Membaca - SITI FATIMAH BAB II"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca

Tujuan di dalam pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah keempat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan komunikasi lisan, sedangkan membaca dan menulis terdapat dalam komunikasi tulisan. Keterampilan membaca merupakan salah satu dalam komunikasi tulisan, sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan ini bersifat reseptif. Dalam kegiatan membaca akan memperoleh informasi dan pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan membaca merupakan hal penting untuk menunjang hidup seseorang agar menjadi pribadi yang peka dan kritis dengan lingkungan.

(2)

Demikian pula disebut sangat berperan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca.

Dalam keterampilan membaca, terdapat aneka ragam batasan tentang menbaca. Hal tersebut terjadi karena para ahli bahasa melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Membaca merupakan gerbang segala kemajuan bagi kehidupan manusia sepanjang waktu. Membaca dalam arti luas mencakup berbagai macam keterampilan. Baik keterampilan membaca pesan-pesan yang terkandung dalam bahan bacaan, keterampilan memahami yang tersirat dalam yang tersurat, maupun keterampilan dalam komunikasi lewat bahasa tulis (Sukirno, 2015:3). Membaca juga dapat diartikan penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari wacana tulis yang dibaca.

Menurut (Iskandarwassid dan Sunendar, 2009:146) mengartikan membaca sebagai kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya.

(3)

melakukan kegiatannya di luar kelas. Aktivitas membaca di luar kelas bisa melalui majalah, buku, atau surat kabar. Dengan cara tersebut, siswa akan memperoleh kosakata dan bentuk-bentuk bahasa dalam jumlah yang banyak. Sehingga akan bermanfaat dalam interaksi komunikatif.

Ahli lain, mengartikan membaca adalah satu dari empat kemampuan pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf (Tampubolon, 2008:5).

Di samping itu, membaca diartikan suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif (Rahim, 2008:2).

(4)

Berdasarkan pengertian membaca yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa membaca merupakan keterampilan kognitif untuk memahami bahasa tulisan untuk memperoleh informasi. Informasi yang ada dalam teks bisa berupa dalam bentuk tersirat maupun secara tersurat. Dengan demikian, pemahaman yang menjadi ukuran seseorang berhasil dalam aktivitas membaca.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Keberhasilan aktivitas membaca yang bertujuan untuk menyerap informasi dipengaruhi banyak faktor, baik itu faktor dari dalam diri pembaca, maupun faktor dari luar. Beberapa faktor yang memprngaruhi kemampuan membaca adalah faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan, dan faktor psikologis menurut Lamp dan Arnold dalam (Rahim, 2008:16).

Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik (gangguan alat bicara, alat pendengaran, kondisi fisik dalam keadaan santai atau lelah), pertimbangan neurologis (berbagai cacat otak dan syaraf untuk membaca), dan jenis kelamin (lelaki dan wanita memiliki karakteristik yang berbeda). Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya, mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara. Gangguan pendengaran dapat mengganggu siswa dalam membedakan bunyi-bunyi yang homorgan (b, p, dan d).

(5)

yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Intelegensi juga merupakan kemampuan global individu yang bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat sacara efektif terhadap lingkungan.

Faktor lingkungan berkaitan dengan latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan sosial ekonomi keluarga siswa. Kondisi rumah sangat mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi ini pada gilirannya akan dapat membantu atau menghalangi anak dalam belajar membaca. Anak-anak yang tinggal dalam keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, serta orang tua senang dengan aktivitas membaca, akan sangat membantu keterampilan membaca. Faktor sosial ekonomi juga sangat mempengaruhi keterampilan membaca. Anak-anak yang mendapatkan fasilitas bahan bacaan seperti buku, majalah, surat kabar yang memadai akan lebih cepat terampil membaca. Anak-anak yang di rumahnya banyak memiliki kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi Crawley & Mountain dalam (Rahim, 2008:19).

(6)

untuk mewujudkan dan menyediakan bahan bacaan untuk kepentingan membacanya. Kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri diperlukan dalam membaca. Oleh karena dengan ketiganya, anak tidak akan mudah putus asa, dapat mengatur ritma membaca, dan dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan dirinya. Apabila menghadapi suatu masalah, anak ini akan berusaha memecahkan masalah sesuai kemampuannya atau berusaha bertanya pada orang dewasa yang mengetahui.

c. Ragam Keterampilan Membaca

Ragam keterampilan membaca sangat erat kaitannya dengan tujuan membaca. Berdasarkan tujuan membaca yang bermacam-macam itulah, maka ada bermacam-macam membaca yang biasa dilakukan orang. Menurut (Sukirno, 2015:12) Secara garis besar jenis membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan (berdasarkan tingkat pendidikan). Membaca permulaan diperoleh saat pendidikan taman kanak-kanak sampai duduk dibangku sekolah dasar kelas 2. Sedangkan membaca lanjutan didapat mulai duduk kelas 3 sekolah dasar sampai peserta didik belajar di perguruan tinggi.

Masih menurut (Sukirno, 2015:14) ditinjau dari terdengar atau tidaknya waktu membaca, ragam membaca dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu membaca dalam hati dan membaca bersuara. Membaca dalam hati meliputi:

(7)

sekecil-kecilnya.

2. Membaca kritis, yaitu membaca untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan, kemudian memberi penilaian kepada fakta-fakta itu. Membaca kritis merupakan tingkatan membaca yang paling tinggi karena tidak hanya sekadar mengetahui isi bacaan, tetapi mengetahui mengapa penulis membuat tulisan atau karangan itu.

3. Membaca cepat, yaitu kegiatan membaca secara cepat untuk memahami gagasan utama dalam bacaan secara cepat pula.

4. Membaca telaah bahasa, yaitu keterampilan membaca untuk menelaah bahasa. Penekanannya terletak pada latihan penelaahan hukum dan kaidah bahasa, seperti: pemakaian huruf kapital, pungtuasi, tanda baca, afiksasi, homonim, idiom, pola kalimat, peribahasa, derivasi kata, dan gaya bahasa. 5. Membaca di perpustakaan, yaitu kegiatan membaca di ruang perpustakaan dengan memanfaatkan buku-buku di perpustakaan. Jenis membaca ini dibutuhkan pemahaman pembaca terhadap kartu katalog perpustakaan, dan klasifikasi buku perpustakaan.

6. Membaca bebas, yaitu keterampilan membaca yang penekanannya terletak pada latihan kebiasaan mengisi waktu terluang dengan kegiatan membaca.

(8)

8. Membaca untuk keperluan praktis, yaitu membaca yang digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari sesuai dengan tugas kita masing-masing. Sedangkan membaca bersuara meliputi:

1. Membaca teknik, yaitu keterampilan membaca lisan atau membaca bersuara atau membaca keras yang penekanannya terletak pada kemampuan membaca dengan pengucapan atau pelafalan intonasi, jeda, dan pelaguan yang tepat sesuai dengan isi dan situasi bacaan. Misalnya membaca naskah Pancasila, UUD 1945, ikrar/sumpah, pengumuman dsb. 2. Membaca indah, yaitu keterampilan membaca nyaring yang sering disebut

juga dengan istilah membaca sastra, membaca estetis, membaca ekspresif. Penekanan membaca jenis ini adalah terletak pada kemampuan pengucapan, intonasi, jeda, penggambaran, penghayatan, keindahan, dan keharuan yang terdapat dalam isi bacaan. Contoh naskah yang baik untuk dibaca indah misalnya puisi, , cerpen, dongeng, naskah drama dsb.

Menurut (Tarigan, 2008:7) membaca adalah sutu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna-makna secara individual akan dapat diketahui.

d. Kemampuan Membaca Pemahaman

(9)

pesan yang disampaikan penulis. Sedangkan pemahaman berasal dari kata paham ditambahkan imbuhan (pe-an) yang artinya mengerti benar atau tahu benar atau ada gambaran yang dimengerti secara lengkap (Sukirno, 2015:60). Menurut Burns dkk. dalam (Rahim, 2008:12) Secara umum komponen membaca terdiri atas dua komponen, yaitu proses membaca dan produk membaca. Proses membaca terdiri atas tiga komponen dasar yaitu recording, decoding, dan meaning yang dapat diurai menjadi sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan. Ke sembilan aspek ini saling berhubungan untuk mendukung proses membaca yang baik.

(10)

yang memiliki pengalaman yang terbatas. Membaca merupakan proses berpikir. Pembaca terlebih dahulu memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan eksperimen, kemudian membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam bacaan. Untuk itulah pembaca harus berpikir sistematis, logis, dan kreatif.

Pembelajaran dalam membaca merupakan keniscayaan. Guru dapat membimbing siswa-siswanya dalam pembelajaran membaca. Melalui pembelajaran membaca sejak usia dini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak-anak menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna, tanpa kedua kemampuan asosiasi ini, siswa tidak akan dapat memahami teks. Aspek sikap berkaitan dengan perhatian, kegemaran, maupun motivasi. Ha-hal tersebut diperlukan dalam membaca karena akan meningkatkan kemampuan membaca siswa. Aspek terakhir adalah gagasan, penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda walaupun membaca teks yang sama.

(11)

pemahaman merupakan proses pemerolehan makna secara aktif dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan isi bacaan. Tiga hal penting yang sebaiknya diperhatikan dalam membaca pemahaman, adalah (1) pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki, (2) menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dengan teks yang akan dibaca, dan (3) proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.

Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan (Tampubolon, 2008:7). Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efisien dan efektif. Kemampuan membaca juga ditentukan oleh faktor kognitif. Oleh karena itu kemampuan membaca erat kaitannya dengan membaca pemahaman. Pemahaman membaca merupakan komponen penting dalam suatu aktivitas membaca, sebab pada hakekatnya pemahaman atas bacaan dapat meningkatkan keterampilan atau kepentingan membaca itu sendiri maupun tujuan-tujuan hendak dicapai. Untuk dapat memahami isi bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman yang baik pula.

(12)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, membaca pemahaman dapat diartikan sebagai kegiatan membaca yang dilakukan dalam hati dengan hati-hati dan teliti sekali, serta bersungguh-sungguh, sehingga mengerti benar maksud/isi yang ada dalam bacaan. Pembaca memahami informasi yang disajikan sampai hal yang paling detail atau rinci.

e. Tujuan Keterampilan Membaca Pemahaman

Kegiatan membaca pemahaman hendaknya memiliki tujuan yang jelas. Setiap orang membaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Seseorang yang melakukan aktivitas membaca dengan tujuan yang jelas akan lebih mudah memahami bacaan dibandingkan orang yang membaca tanpa tujuan.

Tujuan membaca secara umum yaitu mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara lancar atau bersuara beberapa kalimat sederhana. Sedangkan menurut kurikulum 1994 (Depdiknas: 1994: 18) tujuan membaca yaitu:

1. Mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau tidak langsung.

2. Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri.

3. Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-gagasan utama

(13)

1. Standar-standar atau norma-norma kesastraan, artinya bahwa ada sesuatu yang mengandung kebenaran dan keindahan, sesuatu yang memenuhi kebutuhan pembaca yang berkesinambungan;

2. Resensi kritis, artinya membaca tulisan-tulisan singkat;

3. Drama tulis, maksudnya agar pembaca dapat mengembangkan suatu sikap kritis yang logis terhadap drama; dan

4. Pola-pola fiksi

Masih menurut , (Tarigan, 2008:9) menjelaskan tujuan membaca yaitu: 1. Menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh para tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reding for details or facts).

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

(14)

membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for sequence or organization).

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading of inference).

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

6. Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate). 7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,

(15)

Dalam pembelajaran membaca, guru harus mempunyai tujuan membaca dengan menentukan tujuan khusus yang sesuai dengan kepentingan membaca atau membantu siswa menyusun tujuan membacanya sendiri. Blanton dkk. dalam (Rahim, 2008: 11) menjelaskan tujuan membaca yaitu: (1) membaca untuk kesenangan atau hiburan, (2) untuk menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbarui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, tujuan membaca pemahaman adalah mempelajari atau memahami masalah yang dibaca sampai hal-hal yang sangat detail atau rinci terhadap teks yang dibaca.

Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas VIII dengan materi teks cerita fabel yaitu bertujuan untuk:

1. Melalui membaca teks cerita moral/ fabel, siswa dapat menentukan struktur teks cerita moral/ fabel.

2. Melalui membaca teks cerita moral/ fabel, siswa dapat menentukan ciri-ciri atau unsur teks cerita moral/ fabel.

(16)

4. Melalui membaca teks cerita moral/fabel, siswa dapat menangkap makna teks cerita moral/fabel

2. Metode Pembelajaraan Kooperatif

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2008) . Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.

Dalam dunia pendidikan, metode diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik atau guru untuk menyampaikan materi, diharapkan dengan metode yang digunakan akan memudahkan siswa untuk memahami materi yang disajikan. Selaras dengan yang disampaikan oleh J.R. David dalam Teaching Strategis for College Class Room (1976) menyebutkan bahwa method is away in achieving something (cara untuk mencapai sesuatu). Artinya metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah di tetapkan (Majid, 2013:193)

(17)

Berdasarkan definisi pembelajaran di atas, dapat kita ketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan komponen sebagai berikut.

1. Peserta didik: bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru: sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan: pernyataan tentang perubahan (kognitif, afektif, dan psikomorik)

yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Materi Pelajaran: segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode: cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media: bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

7. Evaluasi: cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan haslnya.

(18)

berlangsung interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk penentuan cara penilaian yang akan digunakan. Metode pembelajaran dianggap sebagai prosedur/proses yang teratur atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Pengertian seluruh perencanaan dikaitkan dengan dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan , persiapan pembelajaran, kegiatan pembalajaran (pembuka, inti, penutup), media pembelajaran, sumber belajar, sampai penilaian (Suyono, 2014:19).

Menurut Slavin (2008: 4) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

(19)

teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran koopertif adalah pembelajaran yang mengedepankan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota dalam kelompok tersebut. Seperti pendapat (Daryanto dkk, 2012:228) pembelajaran kooperatif diyakini dapat memberi peluang peserta didik untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Jadi meskipun dilakukan secara bersama-sama, siswa tetap memiliki tanggung jawab secara individu untuk dapat mengembangkan diri dengan dibantu oleh teman-teman dalam satu kelompok.

Cooperatif Learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong (Fathurahman, 2015:44). Artinya pembelajaran kooperatif merupakan proses belajar yang dilakukan siswa untuk memahami materi sesuai dengan konteks pengalaman yang telah dimiliki siswa.

(20)

1. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim, dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.

2. Para siswa tergabung dalam suatu kelompok dan harus merasa bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya kelompok itu menjadi tanggungjawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.

3. Untuk mencampai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi.

(21)

Pembelajaran kooperatif secara khusus dirancang untuk mendorong siswa bekerja bersama dan saling membantu untuk mempelajari tujuan-tujuan umumnya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok dan interaksi antarsiswa. Pembelajaran ini juga dapat mengurangi persaingan yang ada dalam kelas, yang cenderung menimbulkan pihak yang menang dan kalah.

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan sifat dasar manusia yang membutuhkan keberadaan orang lain saling tergantung, memiliki tujuan dan tanggung jawab bersama, berbagi pekerjaan, serta merasa senasib. Dengan belajar secara berkelompok, siswa dilatih untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Seperti pendapat Ngalimun, (2016:230) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi onsep, menyelesaikan masalah, atau menemukan sendiri.

(22)

konvensional menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain (Fathurrohman,2015:48).

Sedangkan menurut (Majid, 2013:175) tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Sehingga dapat membantu memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Siswa belajar untuk menerima teman-temannya dengan latar belakang yang berbeda-beda.

3. Mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memotivasi teman untuk bertanya, bersedia menjelaskan ide atau pendapat dan bekerja dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar;

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tingi, sedang, rendah (heterogen);

3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda;

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu (Ibrahim dkk. dalam Majid, 2013:176)

(23)

saling membantu untuk memahami persoalan yang sedang dihadapi, sehingga semua anggota dalam kelompok tersebut menguasai persoalan yang sedang didiskusikan.

a. Metode Pembelajaraan Kooperatif Tipe CIRC

1) Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif CIRC

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan program pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada siswa kelas dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Slavin, 2008:16). Selain itu, metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam pelajaran membaca pada kelas 2-8 (Slavin, 2008: 11).

Cooperative Integrated Reading and Composition sebuah program komprehensif untuk mengajari pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar (Slavin, 2008:200). Pengembangan CIRC difokuskan pada metode-metode pengajaran, merupakan sebuah usaha untuk menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai sarana memperkenalkan teknik terbaru dalam pengajaran praktis pembelajaran membaca dan menulis. Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab dari tiap individu.

(24)

berbahasa. Masalah-masalah utama yang ditujukan dalam proses pengembangan dijelaskan oleh Steven dkk. dalam (Slavin, 2008:200).

Tindak lanjut. Sebuah fitur yang bersifat hampir selalu universal dari pengajaran membaca adalah penggunaan kelompok membaca yang terdiri atas para siswa dengan tingkat kinerja yang sama. Penggunaan kelompok dengan kemampuan homogen ini adalah bahwa siswa perlu memiliki materi-materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.

Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosakata, pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota tim (Slavin, 2008:201).

(25)

Tujuan dari program CIRC adalah meningkatkan kesempatan pada siswa untuk membaca dengan keras dan mendapat umpan balik dari kegiatan membaca mereka dengan membuat para siswa membaca untuk teman satu timnya dan dengan melatih mereka mengenai bagaimana saling merespons kegiatan membaca mereka.

Kemampuan memahami bacaan. Beberapa kajian deskriptif mengenai pengajaran membaca di sekolah dasar telah mencatat adanya sebuah penekanan yang berlebihan pada kemampuan memahami bacaan secara harfiah daripada kemampuan memahami secara interpretatif dan logis.

Beberapa kajian eksperimental juga telah menunjukkan bahwa pengajaran eksplisit dalam strategi memahami bacaan dan proses-proses pemonitoran metakognitif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Sebagai contoh, Palinscar dan Brown (1984) dalam (Slavin, 2008:203) menemukan bahwa pemahaman dapat dikembangkan dengan mengajari siswa kemampuan-kemampuan merangkum, mempertanyakan, menjelaskan, dan memprediksi.

(26)

akhir.

Menulis dan seni berbahasa. Penelitian terhadap pengajaran menulis dan seni berbahasa di sekolah dasar telah mengindikasikan bahwa yang dialokasikan untuk pelajaran ini difokuskan terutama pada kemampuan mekanika bahasa yang terpisah, dengan hanya sedikit waktu yang dialokasikan pada pelajaran menulis yang sebenarnya.

Tujuan utama dari CIRC terhadap pelajaran menulis dan seni berbahasa adalah untuk merancang, mengiplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas. Dalam program CIRC para siswa merencanakan, merevisi, dan menyunting karangan mereka dengan kolaborasi yang erat dengan teman satu tim mereka. Pengajaran mekanika berbahasa terintegrasi dangan menulis, dan pelajaran menulis juga terintegrasi dengan pengajaran memahami bacaan.

2) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif CIRC

(27)

cerita, pemeriksaan oleh pasangan, dan tes (Slavin, 2008:204-208). Pembahasan mengenai unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

Kelompok membaca. Jika menggunakan kelompok membaca, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, yang dapat ditentukan oleh guru. Jika tidak, diberikan pengajaran kepada seluruh kelas.

Tim. Siswa dibagi ke dalam pasangan (atau trio) dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi kedalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca atau tingkat. Misalnya, sebuah tim terdiri dari dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok membaca tingkat rendah. Anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja indivudal mereka pada semua kuis, karangan, dan buku laporan, dan poin-poin inilah yang membentuk skor tim.

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Siswa menggunakan bahan bacaan dasar atau bisa juga novel. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan oleh guru. Tahap-tahap kegiatannya meliputi: membaca berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita, mengucapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali cerita, dan ejaan.

(28)

mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan/atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut.

Tes. Pada akhir periode kelas, siswa diberikan tes pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosakata, dan diminta membacakan daftar kata-kata dengan keras kepada guru. Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan saling membantu. Hasil tes dan evaluasi dari menulis cerita yang bersangkutan adalah unsur utama dari skor tim mingguan siswa.

Sedangkan Sintaks atau cara kerja pembelajaran kooperatif tipe CIRC menurut (Warsono, 2013:2002) adalah sebagai berikut:

1. Awal pembelajaran guru melaksanakan presentasi dengan Direct Instruction/ instruksi langsung.

2. Guru mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok pembaca (reading grup) terdiri dari dua orang (dyad) atau tiga orang (triad), dan kemudian pasangan atau triad ini ditugasi membentuk pasangan dari dua kelompok pembaca yang levelnya berbeda. Misalnya suatu tim dapat terdiri dari dua siswa dari kelompok pembaca tingkat mahir (high reading grup) dan dua kelompok pembaca tingkat pemula (low reading grup).

(29)

4. Anggota tim akan menerima nilai berlandaskan kinerja individual masing-masing dalam setiap kuis, tugas terkait komposisi, dan kemampuan membuat laporan buku (book reports) nilai individual ini menentukan skor tim.

5. Tim-tim yang mencapai kriteria rata-rata 90% dari seluruh kegiatan akan diberi predikat Superteams, dan akan menerima sertifikat yang menarik, yang mencapai kriteria rata-rata 80% diberi predikat Greateams.

CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulissecara kooperatif. Sintaks CIRC menurut (Ngalimun, 2016:240) adalah membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, dan refleksi.

Berdasarkan uraian di atas mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat disimpulkan bahwa sintaks CIRC menurut peneliti adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan materi pada siswa.

2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 siswa secara heterogen. 3. Guru memberikan wacana sesuai topik pembelajaran.

(30)

kertas.

5. Siswa mempresetasikan hasil kerja kelompok.

6. Guru sebagai narasumber dan fasilitator memberikan penguatan. 7. Siswa bersama dengan guru membuat simpulan.

8. Evaluasi individu.

3) Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman Materi Teks

Fabel dengan Menggunakan CIRC

Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) adalah sebuah model pembelajaran yang tidak hanya memberikan kesempatan pada siswa belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, namun juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah).

Sintaks pembelajaran membaca pemahaman teks fabel dengan mennggunakan metode CIRC adalah sebagai berikut:

1. Guru melakukan presentasi awal, dengan menjelaskan materi teks fabel.

2. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota.

3. Guru memberikan pemodelan teks fabel dan membahas bersama siswa.

(31)

5. Siswa melaksanakan diskusi/kerja kelompok berdasarkan teks fabel yang diberikan oleh guru. Dalam setiap melakukan serangkaian kegiatan berupa:

a) Salah satu anggota membaca atau tiap anggota saling bergantian membacakan teks fabel.

b) Menafsirkan isi teks fabel, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang akan ditanyakan jika ada yang belum bisa dipahami.

c) Merencanakan penyelesaian soal.

d) Menuliskan penyelesaian soal secara urut.

e) Saling merevisi/mengedit pekerjaan atau hasil kerja kelompok. 6. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

7. Guru memberikan penguatan, jika dirasa diperlukan.

8. Guru memberikan evaluasi individu, dengan memberikan teks fabel disertai dengan soal-soal yang harus diselesaikan siswa secara individu.

b. Metode Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievment Division)

1) Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif STAD

(32)

Student Teams Achievment Division. Selanjutnya, dikembangkan oleh Franzt (1979) dalam penelitiannya yang berjudul The Effect of The Student Teams Achievment Approach ang Reading on Peer Attitudes.

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling banyak dipakai oleh guru di dunia maju, dan telah digunakan mulai dari kelas dua sampai kelas sebelas (Slavin, 2008:143 ). STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis/pertanyaan, skor kemajuan individu, rekognisi tim/kelompok.

Pertama, presentasi kelas. Dalam presentasi kelas ini secara mendasar adalah memberi informasi akademik baru kepada peserta didik menggunakan presentasi verbal atau teks. Hal ini digunakan untuk memperkenalkan materi yang akan dibahas dalam pertemuan pembelajaran. Kegiatan ini merupakan pembelajaran langsung yang dipimpin oleh guru, tetapi dapat juga melalui presentasi menggunakan audiovisual. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar-benar fokus pada unit STAD. Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena akan membantu mereka mengerjakn kuis-kuis dan skor kuis untuk menentukan skor tim.

Kedua, tim atau kelompok. Tim terdiri atas empat sampai lima

(33)

akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari kelompok

ini adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar

belajar, dan yang paling penting adalah mempersiapkan semua anggota

kelompok agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru

menjelaskan materi, kelompok berkumpul untuk membahas kegiatan atau

materi pelajaran. Para anggota kelompok melakukan pembahasan materi

bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi setiap kesalahan

pemahaman apabila anggota tim ada yang melakukan kesalahan.

Kelompok adalah ciri yang paling penting dalam STAD. Pada setiap

kegiatan, yang ditekankan adalah membuat anggota kelompok

melakukan yang terbaik untuk kelompok. Demikian pula sebaliknya,

kelompok pun juga harus melakukan yang terbaik untuk

anggota-anggotanya.

Ketiga, tes/kuis. Salah satu tujuan kuis diberikan, untuk

mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang

sedang dibahas. Kuis diberikan setelah siswa bekerja sama dalam

kelompok, kuis diberikan secara individual. Para siswa tidak boleh saling

membantu dalam mengerjakan kuis individu. Siswa bertanggungjawab

secara pribadi, setelah sebelumnya bekerja sama secara kelompok,

karena pemahaman materi yang sebelumnya sudah dilakukan dalam

(34)

Keempat, skor. Skor kemajuan individu adalah tolak ukur

kemampuan pribadi. Gagasan dibalik skor individu adalah untuk

memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai

apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih

baik daripada sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi

nilai yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor ini. Skor ini

akan dibandingkan sebelum dan sesudah diskusi kelompok ini dilakukan.

Kelima, penghargaan tim. Penghargaan didasarkan nilai rata-rata

tim. Pengharagaan bisa berupa piagam atau sertifikat, atau dalam bentuk

penghargaan yang lain.

2) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif STAD

Inti pembelajaran kooperatif STAD dimulai dengan presentasi pelajaran. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran, kegiatan tim dan kuis mencakup latihan dan penilaian yang independen secara berturut-turut, diadaptasi dari Good, Grouws, dan Ebmeir (1983) dalam (Slavin, 2008:153)

Adapun tahap penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Presentasi a) Pembukaan

(35)

dengan memberikan contoh dalam kehidupan nyata.

(2) Membimbing siswa untuk bekerja sama dalam tim, agar dapat menemukan konsep-konsep atau membangkitkan minta mereka terhadap pelajaran.

(3) Menjelaskan ulang persyaratan atau informasi secara singkat. b) Pengembangan

(1) Tetap fokus pada hal-hal yang akan diipelajari siswa. (2) Fokus pada pemaknaan, bukan hafalan.

(3) Mendemonstrasikan secara aktif konsep-konsep dengan menggunakan alat bantu visual, cara-cara cerdik, dan contoh yang banyak.

(4) Menilai siswa secara berulang-ulang dengan memberi banyak pertanyaan.

(5) Menjelaskan pada siswa mengapa sebuah jawaban bisa salah atau benar, kecuali jika memang sudah sangat jelas.

(6) Beralih pada konsep selanjutnya, setelah siswa dapat memahami materi atau dapat menemukan gagasan utamanya. (7) Menjaga pembelajaran agar tetap berjalan dengan seimbang,

jangan terlalu banyak interupsi atau berpindah pelajaran terlalu cepat.

c) Pedoman pelaksanaan

(36)

(2) Saat memberi pertanyaan, memanggil siswa secara acak agar mereka selalu siap.

(3) Memberikan tugas yang tidak memerlukan waktu lama untuk mengerjakan. Setelah itu berikan umpan balik.

2. Belajar Tim

Saat belajar dalam tim, tugas anggota tim adalah menguasai materi yang dijelaskan guru pada saat tahap presentasi kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi yang sedang dibahas. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang digunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk penilaian diri dan teman sekelasnya. Tiap tim hanya mendapat dua kopian lembar kegiatan dan lembar jawaban, hal ini diharapkan dapat mendorong teman satu tim untuk bekerja sama.

Aturan yang sebaiknya diikuti oleh anggota tim saat belajar tim adalah sebagai berikut:

(1) Para siswa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim mereka telah mempelajari materi.

(2) Tak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua anggota dalam tim menguasai materi yang sedang dipelajari.

(3) Jika ada anggota tim yang belum paham, usahakan bertanya pada teman dalam tim sebelum ditanyakan pada guru.

(37)

Proses atau tahap kegiatan kelompok diawali dengan membagikan lembar kegiatan kegiatan dan lembar jawaban kepada setiap kelompok (dua lembar) sebagai bahan yang akan dipelajari oleh siswa. Selain materi pelajaran, isi dari LKS tersebut juga digunakan juga digunakan untuk melatih siswa untuk bekerja sama. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep, dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki kesalahan memahami konsep. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan baik serta saling membantu untuk menyelesaikan masalah atau memahami materi.

3. Tes atau Kuis

Siswa mengerjakan kuis secara mandiri sesuai dengan waktu yang telah disediakan. Siswa tidak boleh bekerja sama saat mengerjakan kuis. Hal tersebut untuk menunjukkan hal yang telah dipelajari siswa selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

4. Rekognisi Tim

a) Menghitung skor kemajuan individual

(38)

bagi kelompok mereka, berapapun tingkat kinerja mereka sebelumnya.

b) Merekognisi prestasi tim

Untuk menghitung skor tim, catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir, bulatkan semua pecahan. Skor tim lebih tergantung pada skor kemajuan daripada skor kuis awal.

Sedangkan Menurut Arifin (1991:33) dalam (Majid, 2013:186) tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD diawali dengan kegiatan guru mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari murid. Kemudian membentuk tim yang heterogen sejumlah 4-6 siswa. Heterogenitas bisa dilihat dari kemampuan akademik, jenis kelamin, latar belakang sosial, maupun sifat atau karakter. Secara garis besar berikut merupakan tahapan STAD :

1. Persiapan materi

Sebelum menyajikan materi, guru mempersiapkan lembar kerja siswa dan lembar jawab yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kelompok tersebut ditetapkan secara heterogen.

2. Penyajian materi pelajaran a) Pendahuluan

(39)

guru presentasi, siswa memperhatikan dengan seksama. b) Pengembangan

Dilakukan pengembangan materi yang dipelajari siswa dalam kelompok. Siswa belajar memahami makna, bukan menghafal. Oleh karena itu, guru harus memberi penjelasan yang lebih rinci atau mendetail berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. c) Praktik terkendali

Penyajian materi melalui aktivitas siswa dengan mengerjakan soal-soal atau memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyan. Pemanggilan secara acak ini dilakukan, agar siswa selalu siap.

3. Kegiatan kelompok

Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari. Selain untuk mempelajari materi, isi LKS juga berfungsi untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan pada siswa atau kelompok yang belum paham atau masih membutuhkan penjelasan ulang. Tim diharapkan bekerjasama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. 4. Evaluasi

(40)

5. Penghargaan kelompok

Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat, dan super. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok dalam satu periode penilaian (3-4 pekan) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

Menurut (Fathurrohman, 2015:53) inti pembelajaran STAD (Student Teams Achievment Division) adalah guru menyampaikan materi, siswa tergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, siswa diberi tes secara individual. Skor individual digunakan untuk menentukan skor kelompok.

Adapun langkah-langkah penerapan materi pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang dicapai.

2. Guru memberikan tes pada siswa secara individu sehingga diperoleh skor awal.

(41)

4. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.

5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6. Guru memberikan tes kepada setiap siswa secara individual.

7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok

2. Pembagian LKS dan Lembar jawab 3. Penyajian materi oleh guru

4. Diskusi tim

5. Evaluasi dalam kelompok 6. Evaluasi individu

7. Guru melakukan evaluasi dan refleksi 8. Penghargaan kelompok dan individu

3) Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman Materi Teks Fabel dengan Menggunakan STAD

(42)

sebagai berikut.

1. Pembentukan kelompok

Awal proses belajar diawali dengan pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok ini dilakukan oleh guru, dan didesain heterogen. Penentuan anggota kelompok dilatarbelakangi kemampuan yang berbeda, ras, suku, etnis, maupun gender. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

2.Pembagian LKS dan lembar jawab

Setelah pembentukan kelompok, guru membagikan teori atau konsep-konsep mengenai materi teks fabel. Sebelum guru presentasi, siswa membaca LKS yang telah dibagikan pada tiap kelompok. Tujuannya agar saat guru menjelaskan, siswa sudah memiliki sedikit gambaran. 3.Penyajian Materi

Guru menjelaskan konsep teks fabel, jenis teks fabel, struktur teks fabel, unsur kebahasaan teks fabel ( kalimat tunggal/kalimat kompleks, kata kerja, kata sifat, dan konjungsi), dan keterangan tempat serta keterangan waktu. Disela-sela presentasi, guru memberikan pertanyaan pada siswa yang diberikan secara acak.

4.Diskusi tim

(43)

anggota lain dalam satu tim. Guru menjelaskan ulang, jika ada individu atau kelompok yang memerlukan penjelasan ulang.

5.Evaluasi dalam kelompok

Setelah bersama-sama dengan kelompok mempelajari materi teks fabel, dipastikan semua anggota dalam tim sudah memahami materi yang dipelajari. Kemudian siswa mengerjakan tugas secara berkelompok. 6.Evaluasi individu

Sebelum akhir pembelajaran, diadakan evaluasi individu. Evaluasi individu ini dilaksanakan setelah siswa melakukan kerja tim. Sebelumnya siswa telah membahas soal-soal secara bersama. Saat evaluasi individu siswa dipastikan mengerjakan sendiri-sendiri, tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

7.Evaluasi dan refleksi

Guru melakukan penilaian terhadap proses belajar serta hasil belajar. 8.Penghargaan kelompok dan indvidu

Nilai hasil evaluasi dijadikan acuan untuk memberikan penghargaan pada tim.

3. Teks Fabel

a. Pengertian Teks Fabel

(44)

Menurut (Fang, 1991:6) fabel adalah salah satu bentuk sastra rakyat yang sangat terkenal. Tiap-tiap bangsa di dunia ini mempunyai cerita binatang. Misalnya saja bangsa Melayu yang memiliki cerita hampir sama, yaitu cerita kancil. Tidak hanya terdapat di tanah Melayu, tetapi juga di Jawa, India, dan Eropa. Hanya saja yang membedakan adalah tokoh binatangnya.

Cerita binatang atau fabel adalah salah satu bentuk cerita tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, lengkap dengan permasalahan hidup layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain sebagaimana manusia dengan bahasa manusia. Cerita binatang seolah-olah tidak berbeda halnya dengan cerita yang lain, artinya cerita dengan tokoh manusia juga menampilkan binatang sebagai tokoh lainnya (Nurgiyantoro, 2005: 190).

(45)

Jadi fabel merupakan cerita binatang yang menampilkan binatang sebagai tokoh dalam cerita. Binatang-binatang tersebut dapat bertingkah laku layaknya manusia lengkap dengan permasalahan yang dihadapi layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berbicara, memiliki perasaan layaknya manusia. Fabel bertujuan untuk memberikan pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

b. Kompetensi Dasar Materi Teks Fabel

Kompetensi Dasar diturunkan dari Standar Kompetensi. Kompetensi dasar ini secara minimal sudah dinyatakan oleh BSNP, akan tetapi guru dapat menambah kompetensi dasar sendiri ketika standar minimal dalam kompetensi dasar yang dinyatakan oleh BSNP dapat dicapai dengan mudah oleh siswa. Kompetensi dasar merupakan rujukan untuk pengembangan tujuan pembelajaran.

(46)

Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah kemampuan terendah yang harus dikuasai oleh siswa dalam perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang diberikan dalam suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan kemampuan yang dijabarkan secara langsung dari standar kompetensi dan digunakan sebagai acuan untuk kegiatan penilaian. Kemampuan dasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas VIII SMP/MTs, misalnya adalah Membaca Teks Fabel.

c. Indikator Pencapaian Kemampuan Membaca Pemahaman Teks

Fabel

Pada Silabus Bahasa Indonesia kelas VIII Kurikulum 2013 di tingkat satuan pendidikan dasar SMP/MTs terdapat lima teks yang harus dipelajari. Kelima teks tersebut adalah teks fabel, teks biografi, teks prosedur, teks ulasan, dan teks diskusi. Kemampuan membaca pemahaman pada teks fabel merupakan salah satu kompetensi yang ahrus dikuasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Membaca pemahaman merupakan aktivitas membaca untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh baik yang tersirat maupun yang tersurat. Artinya, pembaca harus dapat menangkap informasi, pesan, ataupun ide yang disajikan pada teks yang dibaca. Oleh karena itu, membaca pemahaman memiliki indikator-indikator yang harus dikuasai oleh siswa, sehingga mereka dapat dikatakan berkompeten dalam membaca pemahaman.

(47)

kemampuan membaca pemahaman meliputi, (1) informasi berupa fakta, definisi, atau konsep, (2) makna kata istilah dan ungkapan, (3) hubungan dalam wacana meliputi hubungan antar hal, hubungan sebab akibat, persamaan dan perbedaan antar hal, (4) organisasi wacana tentang ide pokok, ide penjelas, kalimat pokok, dan kalimat penjelas, (5) tema atau topik dan judul wacana, (6) menarik kesimpulan tentang hal, konsep, masalah, atau pendapat.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian relevan terkait dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan STAD (Student Teams Achievement Division) sudah dilakukan beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan Prabawati dkk. yang berjudul “Pengaruh Metode CIRC Berbantuan Media Gambar Berseri terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas V SD Gugus

IV Kecamatan Rendang” Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh t hitung =

4.2 dan t tabel (pada taraf signifikansi 5%) = 2.01. Hal ini berarti t hitung > t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan membaca pemahaman antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan CIRC berbantuan media gambar berseri dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.

(48)

disimpulkan bahwa keterampilan membaca kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CIRC lebih baik daripada yang belajar dengan model Jigsaw. Hasil penelitian tersebut juga menunjukan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan jenis model pembelajaran kooperatif dan kemampuan logika berbahasa dalam mempengaruhi keterampilan membaca. Interaksi tersebut berupa: siswa yang memiliki kemampuan logika tinggi model CIRC lebih efektif digunakan dibandingkan Jigsaw.

Penelitian oleh Suryani dkk. tentang Pengaruh “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Ditinjau

dari Minat Belajar Siswa di Kelas V SD Tunas Harapan Jaya Denpasar”

hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan membaca pemahaman yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional. Selain itu, terdapat kontribusi minat belajar siswa secara keseluruhan yang signifikan sebesar 27.7% terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.

C. Kerangka Berpikir

(49)

pada tingkat pemahaman pada teks yang dibaca.

Metode sebagai suatu keseluruhan perencanaan untuk mempresentasikan pembelajaran secara sistematik harus didasarkan pada pendekatan yang dipilih. Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh guru untuk mengelola pembelajaran seperti yang diinginkan. Penerapan metode Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC dan STAD dalam pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada teks fabel dilakukan kepada siswa MTs kelas VIII.

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih memudahkan siswa dalam dalam mempelajari materi kemampuan membaca pemahaman karena metode ini mengintegrasikan keterampilan membaca dan menulis, sementara metode STAD tidak ada pengintegrasian. Diketahui secara umum bahwa dalam berbahasa, keterampilan membaca dan menulis adalah dua hal yang saling berkaitan. Keduanya merupakan jenis keterampilan yang bersifat aktif. Keterampilan membaca bersifat aktif reseptif dari sumber tertulis, sedangkan keterampilan menulis bersifat aktif produktif. Keduanya memang tak terlepas dari tulisan (Tarigan, 2008:6).

(50)

Alur berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini. Dalam kerangka pikir pada bagan 2.1

D. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

4. Terdapat pengaruh metode CIRC terhadap kemampuan membaca pemahaman pada materi teks fabel kelas VIII MTs Negeri Sumbang.

5. Terdapat pengaruh metode STAD terhadap kemampuaan membaca pemahaman pada materi teks fabel kelas VIII MTs Negeri Sumbang.

Penerapan CIRC dalam Membaca Pemahaman Teks Fabel

Penerapan STAD dalam Membaca Pemahaman Teks Fabel

POSTEST Membaca Pemahaman Teks Fabel

POSTEST Membaca Pemahaman Teks Fabel

Memahami teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui lisan maupun tulisan

PRETEST Membaca Pemahaman Teks Fabel

(51)

Referensi

Dokumen terkait

Bernadheta Vera Setyawati, 041414060 , Skripsi, Hubungan Antara Konsep Diri dan Kecemasan Menghadapi Pembelajaran Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika Kelas X

Konsep teras perangkat kritik terdiri daTi susunan elemen bakar sili-sida dalam sebuah reaktor yang diisi dengan bahan moderator

Ini beberapa hal yang ingin saya ungkapkan tentu saja di bidang-bidang lain aplikasi isotop dan radiasi mempunyai land mark nya, sebagai contoh kita bertekad tahun 2004 agar

Program ini dilaksanakan oleh mahasiswa KKN Reguler Fakultas Teknologi Industri. Program ini bertujuan mengenalkan tentang komponen elektronika dan bagaimana cara

ini metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian,

[4] Penelitian ini Menganalisa faktor-faktor keberhasilan terhadap Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) Di Gramedia Kediri. Variabelnya: Pelatihan, Manusia, Perangkat

Metode: Pada 40 Mahasiswa FK-UKM Baridung yang berumur 19 - 27 tahun dilakukan pengukuran kebugaran dengan eara tes ergometer sepeda Astrand dan tes bangku Harvard.. Pada tes

Sistem periodik unsur-unsur merupakan suatu sistem yang sangat baik untuk mempelajari kecenderungan sifat unsur dan beberapa sifat lainya..