BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan
yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan
bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik
beratkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud (agar perusahaan terus bertahan,
perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor- based business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Thabib, 2013). Tujuan jangka panjang perusahaan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Sehingga apabila suatu perusahaan dianggap memiliki nilai maka perusahaan itu berharga atau dalam artian memiliki prospek masa depan.
Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai mealalui fungsi manajemen keuangan, dimana suatu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan
Nilai perusahaan merupakan harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahan yang tinggi dapat
meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan meginvestasikan modalnya kepada perusahaan
tersebut. Nilai prusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah kinerja keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan analisis terhadap laporan keuangan yang dipublikasikan
(Mahendra ,2012).
Dalam analisis fundamental, nilai perusahaan lazim dikondisikan
dengan PVB (price book value). PVB merupakan rasio pasar yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Nilai yang tercantum dalam laporan keunagan disebut sebagai nilai buku.
Nilai buku dapat diukur dengan membagi jumlah ekuitas saham terhadap jumlah saham beredar. PVB menunjukan seberapa juah sebuah perusahan
mampu menciptakan nilai perusahaan dengan jumalah modal yang diinvestasikan pleh perusahaan (Thaib, 2013).
PVB (Price Book Value) yang tinggi akan membuat pasar percaya atas
prospek perusahaan kedepan. Hal itu juga menjadi keinginan para pemegang saham perusahaan, seban nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Semakin tinggi PVB mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar
Di Indonesia kata intellectual capital masih belum banyak terdengar, akan tetapi dengan perubahan pada pola kerja perusahaan dan bnayaknya
penelitian mengenai intellectual capital, maka kata intellectual mulai menjadi perhatian banyak pihak, khususnya bagi akademisi dan pihak perusahaan
dikarenakan intellectual capital dianggap sebagai salah satu hal yang menjadi faktor keberhasilan suatu perusahaan (Astari dan Isnurhadi, 2015).
Intellectual capital meruapakn bagian dari aset tidak berwujud berupa kompetensi staf, hubungan dengan pelanggan, model-model simulasi, dan sistem administrasi terkomputerisasi yang luput dari metode akuntansi
tradisional. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan perusahaan tidak sepenuhnya mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya karena value
added yang diciptakan melalui intellectual capital tidak menjadi bagian dari laporan keuangan . (Astari dan Isnurhadi, 2015).
Modal intelektual menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia
bisnis modern hal ini menimbulkan tantangan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapnnya dalam laporan keuangan. Meningkatnya kebutuhan mengenai pengungkapan intellectual capital sebagai penggerak nilai perusahaan tidak dikuti dengan kemudahan dalam mengukur intellectual capital ini. Sulitnya mengukur intellectual capital secara langsung telah mendorong publik telah menggunakan pengukuran intellectual capital secara tidak langsung dengan menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari
Internasioanal Federation of Accountant (IFAC) mendefinisikan modal intellectual capital sebagai intellectual property, intellectual asset yang
dapat diartikan sebagai saham atau modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Modal intektual meruapakan sumber daya berupa
pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan di masa depan bagi perusahaan, dimana pengetahuan tersebut akan menjadi modal intelektual bila diciptakan,
dipelihara dan ditransformasi serta diatur dengan baik (Sudibya dan Restuti, 2014).
Firer dan Williams dalam Ullum (2016) mendefinisikan intellectual capital sebagai kekayaan perusahaan yang merupakan kekuatan dibalik penciptaan nilai perusahaan. Intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu,
Human Capital Efficiency (HCE), Capital Empoled Efficiency (CEE) dan Srtuctural Capital Efficiency (SCE) . dalam sebuah forum Organisation For Economic Co-Operation and Depelopment (OECD) pada bulan juni 1999 (ullum, 2016) menepakati bahwa intellectual capital adalah aset yang sangat penting bagi perusahan dalam menciptakan nilai (value) perusahaan dan
menenangkan persaingan. Sedangkan menurut Bontis (1998) modal intellectual adalah seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan
kompetisi) yang menggerakan kinerja organisasi dan penciptaan nilai.
bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan dan Capital Employed Efficiency (HCE) atau Costumer Capita l(modal pelanggan) merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis atau association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan
merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.
Structural Capital Efficiency (SCE) atau Organizational Capital (modal organisasi) merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan (Nugroho, 2012).
Pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu area yang
menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai perusahaan.. Meskipun demikian, pengungkapan modal intelektual ini belum dilakukan oleh semua perusahaan, hal itu dikarenakan modal intelektual lebih banyak memiliki kandungan aktiva
modal intelektual dalam laporan keuangan sebagai cara untuk mengungkapkan bahwa laporan tersebut menggambarkan aktifitas perusahaan yang kredibel,
terpadun(kohesif) serta “true and fair”. (Ullum, 2016).
Pengungkapan informasi atau Intellectual Capital Disclosure (ICD) dalam laporan tahunan perusahaan merupakan sinyal kepada (calon) investor tentang aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Secara khusus, ICD bisa menjadi sarana yang sangat efektif bagi perusahaan untuk memberikan
sinyak keunggulan kualitas secara pentingnya IC untuk menciptakan kekeyaan masa depan terutama bagi perusahaan dengan basic IC yang kuat,
ICD bisa membedakan mereka dari perusahaan berkualitas rendah lainya (Ulum dkk, 2016).
Adanya pengungkapan informasi mengenai intellectual capital juga
dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan mengukur kemampuas perusahaan dalam memperoleh laba selama periode
tertentu. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan (ROE). ROE memiliki rasio profitabilitas, diamana digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan
menggunakan total aset setelah bunga dan pajak. Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset berwujud maupun aset tidak berwujud
(dalam hal ini intellectual capital) akan meningkatkan laba perusahaan.semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan maka
Dalam penelitian ini, kinerja keuangan berperan sebagai variabel intervening, untuk mengetahui seberapa besar kinerja keuangan memediasi antara pengaruh variabel intellectual capital dengan nilai perusahaan. Dengan kata lain, variabel dependen tidak langsung di pengaruhi oleh variabel
independen karena terdapat variabel intervening. Nilai perusahaan sebagai variabel dependen tidak langsung berubah dengan adanya intellectual capital yang dimiliki, tetapi pengaruh atau perubahan ini tersebut dicapai melalui
kinerja keuangan sebagai variabel intervening (Muna dan Prastiwi, 2014). Dalam menunjukan kinerja keuangan , perbankan diwajibkan
menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perbankan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No. 1, 2013
dalam Martani, 2015). Karena laporan keuangan akan menunjukan tingkat kesehatan bank untuk menilai kinerja dari perbankan sendiri.
Kinerja suatu perusahaan dapat diukur melalui penilaian kinerja
keuangan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja keuangan dapat dinilai dari laporan
pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang
standar yang umumnya tersedia di laporan keuangan perusahaan (Satiti dan Asyik, 2015).
Meningkatkan kinerja keuangan merupakan salah satu strategi
perusahaan dalam mencapai tujuan meningkat nilai perusahaan. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan dapat membuat saham
perusahaan menarik bagi investor. Jika kinerja keuangan menunjukan prospek yang biak, maka saham akan diminati oleh investor dan berpengaruh pada harga jual saham tersebut. Biasanya investor melakukan peninjauan dengan
melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi. Pemanfaatan seluruh aset (Intellectual capital) perusahaan akan meningkatkan nilai tambah
perusahaan. Adanya rasio ini akan mempererat hubungan antara kinerja keuangandengan nilai perusahaan (Thabib, 2013).
Penelitian Kristanto (2012) tentang pengaruh VAIC terhadap harga
saham melalui ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Penelitian yang dilakukan oleh Kristanto
(2012) menghubungkan antara Intellectual Capital dengan harga saham. Hal ini merupakan sebuah penelitian baru sebagai pengembangan dari pengaruh
independennya adalah VAIC, variabel dependennya adalah harga saham, dan ROA sebagai variabel intervening.
Penelitian Kristanto (2012) menyatakan SCVA mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham baik secara langsung maupun melalui ROA.
Sedangkan VAHU tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham secara langsung maupun tidak langsung. Adanya perbedaan hasil-hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan telah
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan ini. Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena peneliti ini
menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Hal ini disebabkan karena temuan peneliti terdahulu yang tidak konsisten terhadap pengaruh dari pengungkapan intellectual capital dan kinerja keuangan serta nilai pasar perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola sumber daya intelektual yang dimilikinya dengan efektif dan efisien, maka kinerja
keuangannya akan meningkat. Meningkatnya kinerja keuangan akan direspon positif oleh pasar sehingga nilai perusahaan akan meningkat (Sunarsih, 2012).
Diwaf dkk (2012) meneliti tentang hubungan intellectual capital terhadap market value perusahaan. Variabel independen terdiri dari Value Added Emlpyed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU, Structural Capital Value Added (STVA). Variabel depanden adalah market value yang diproksikan menggunakan M/B. Hasi penelitian menunjukan bahwa VACA
dan tidak signifikan terhadap market value. analisis dalam penelitian ini menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dengan anaisis regresi. Data
dalam penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan sector telekomunikasi tang telah go public dan terdaftar di BEI sealam periode krisis global 20016-2012.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang pernah dilakukan (Yuskar dan Novita 2014) mengenai analisis pengatuh intellectual capital terhadap
nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening pada perusahaan perbankan di indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah alat pengujiannya. Penelitian terdahulu menggunakan alat ukur kinerja keuangan yaitu sebagai vavariabel intervening Earning Per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE). Penelitian tersebut penyimpulkan bahwa intellectual berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang di proksiskan dengan ROE dan EPS, kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE dan EPS
berpenagruh positif terhadap nilai perusahaan.Intellectual capital berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan ROE dan EPS, dengan kemampuan ROE dan EPS memediasi intellectual
capital dengan niali perusahaan dapat disimpulkan bahwa pasar akan mmberikan penilaian yang lebih tinggi kepada perusahaan yang memiliki
kinerja keuangan ynag meningkat (Yuskar dan Novita, 2014).
Salah satu jenis industri yang paling intensif penggunaan modal
pertumbuhan ekonomi di suatu Negara. Hal ini mengakibatkan sengitnya persaingan dalam industri pebankan itu sendiri didalam menyediakan layanan
yang terdepan bagi konsumen. Dalam persaingan yang begitu ketat, tidaklah jarang menacing tenaga-tenaga intelek suatu perusahaan untuk berpindah pada
perusahaan saingan dalam mempertahankan keunggulan bersaing atas perusahaan sejenis lainnya. Konsep intellectual telah mendapatkan perhatian besar dari berbagai kalangan terutama para akunntan dan para akademisi.
Fenomena ini menurut mereka untuk mencari informasi yang lebih rincih mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intellectual. Mulai dari pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapan IC dalam laporan keuangan perusahaan (Ullum, 2016).
Berdasarkan uraian serta permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Intellctual Capital (HCE,CEE,SCE) dan Intellctual Capital
Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia”Penelitian ini menguji pengaruh masing-masing variabel antara
intellectual capital dan intellectual capital disclosure terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan. Variabel independen intellectual capital,
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah agar permasalahan yang diteliti tidak meluas dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Perusahaan yang diteliti merupakan perbankan yang ada di indoesia pada
tahun 2012-2016.
2. selama periode pengamatan perusahaan memiliki data lengkap untuk
digunakan dalam penelitian yang mencakup intellectual capital, nilai perusahaan, dan kinerja keuangan (ROE).
3. Data yang digunakan menggunakan data sekunder yang telah tersusun
dalam arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif dan signifikan tehadap kinerja keuangan ?
2. Apakah Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif dan signifikan tehadap kinerja keuangan ?
3. Apakahn Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan ?
4. Apakah Intellectual Capital Disclosure (ICD) berpengaruh positif dan
5. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh posiitf dan signifikan terhadap nilai perusahaan ?
6. Apakah Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif dan signifikan tehadap nilai perusahaan ?
7. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ?
8. Apakah ICD (Intellectual Capital Disclosure) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ?
9. Apakah kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan ?
10. Apakah kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara Capital Em ployed Efficiency (CEE) terhadap nilai perusahaan ?
11. Apakah kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara Human Capital Efficiency (HCE) terhadap nilai perusahaan ?
12. Apakah kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap nilai perusahaan ?
13. Apakah kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara ICD
(Intellectual Capital Disclosure) terhadap nilai perusahaan ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah
a. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap kinerja keuangan (ROE).
b. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap kinerja keuangan.
c. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh Structural Capital Efficeincy (SCE) terhadap kinerja keuangan.
d. Menjelaskan dan menganalisis Intellectual Capital Disclousure
( ICD) terhadap kinerja keuangan.
e. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency
(CEE) terhadap nilai perusahaan.
f. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap nilai perusahaan.
g. Menjelaskan dan menagnalisis pengaruh Structural Capital Efficeincy
(SCE) terhadap nilai perusahaan.
h. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh Intellectual Capital Disclosure (ICD) terhadap nilai perusahaan.
i. Menjelaskna dan menganlisis pengaruh kinerja keuangan terhadap
nilai perusahaan.
j. Menjelaskna dan menganlisis kinerja keuangan dalam memediasi
hubungan Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap nilai perusahaan.
k. Menjelaskan dan menganalisis kinerja keuangan dalam memediasi
l. Menjelaskan dan menganalisis kinerja keuangan dalam memediasi
hubungan hubungan Structural Capital Efficeincy (SCE) terhadap nilai perusahaan.
m. Menjelaskan dan menganalisis kinerja keuangan dalam memediasi
hubungan ICD (Intellectual Capital Disclosure) terhadap nilai perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian yang sudah dijelaskan diatas dan diharapkan penelitian ini akan bermanfaat untuk pihak-pihak yang
terkait yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang pentingnya
model pengukuran dan pengungkapan intellectual capital, terutama untuk meningkatkan kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
b. Bagi Akademis
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi kalangan akademisi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
intellectual capital dan dampaknya terhadap nilai perusahaan, yang dikhususkan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang berbasis jasa. c. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan ke dalam