BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Resource Based Theory (RBT)
Teori sumber daya manusia atau dikenal pula dengan
resources based theory menggunakan pendekatan berbasis sumber daya
dalam analisis keunggulan bersaingnya. Teori ini mengemukakan
bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa
produktif yang tersedia juga berasal dari sumber daya perusahaan yang
memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Teori ini juga
menyatakan bahwa pengukuran kinerja tradisional yang biasa terdapat
pada laporan keuangan, tidak dapat mencerminkan secara penuh
intangible resources dalam perusahaan (Wahdikorin, 2010).
Resource Based Theory (RBT) adalah sumber daya perusahaan
bersifat heterogen dan jasa produktif yang berasal dari sumber daya
perusahaan memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan (Astuti
dan Sabeni, 2005). Sumber daya alam yang cukup, promosi yang
menarik, serta karyawan dan manajer yang dapat bekerja secara
profesional merupakan beberapa bentuk sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya
keunggulan yang kompetitif dan mampu untuk memiliki daya saing
terhadap para kompetitornya (Prasetya dan Mutmainah, 2011).
Rona (2013) resources based theory membahas bagaimana
perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif
apabila perusahaan dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki dengan baik. Teori ini memandang perusahaan sebagai
sekumpulan aset fisik dan aset tidak berwujud serta kemampuan
perusahaan memperoleh, mengelola, dan mempertahankan sumber daya
yang dimiliki. Dalam hal ini seluruh sumber daya yang dimiliki
perusahaan seperti, karyawan (human capital), aset fisik (physical
capital), maupun structural capital apabila dikelola dan dimaksimalkan
secara baik maka dapat menciptakan value added bagi perusahaan yang
dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Ulum (2008)
Intangible assets adalah Intellectual Capital (IC) yang telah menjadi
fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi
informasi, sosiologi, maupun akuntansi.
Perusahaan haruslah menyadari betapa pentingnya mengelola
intellectual capital yang dimiliki, apabila kinerja intellectual capital
dapat dilakukan secara maksimal maka perusahaan akan memiliki suatu
nilai tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik. Sehingga
dengan adanya karakteristik tersendiri yang dimiliki, perusahaan
mempunyai suatu keunggulan kompetitif yang hanya dimiliki oleh
perusahaan (Ulum, 2013).
2. Intellectual capital
a. Definisi Intellectual capital
Definisi intellectual capital sendiri telah diperdebatkan oleh
para ahli didalam literatur. Sebagai sebuah konsep, intellectual capital
merujuk pada modal-modal non fisik atau modal tidak berwujud
(intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan
pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan.
Pada PSAK No. 19 sebelum revisi, dinyatakan bahwa berdasarkan
eksistensinya aktiva tak berwujud dikelompokkan dalam 2 kategori: yaitu
aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan tertentu,
misalnya hak paten, hak cipta, hak sewa, franchise yang terbatas, lisensi,
dan aktiva tak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak
dapat dipastikan masa berakhirnya, seperti merek dagang, proses dan
formula rahasia, perpetual franchise dan goodwill (IAI, 2002).
Sedangkan edisi revisi IAI (2009), aset tidak berwujud adalah aset
non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik,
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang
atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya untuk tujuan administratif.
Perusahaan sering kali mengeluarkan sumber daya untuk mendapatkan,
implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual,
pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk
atau brand names).
Sawarjuwono dan Kadir (2003) intellectual capital merupakan
jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi
(human capital, structural capital, customer capital) yang berkaitan
dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih
bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi. Sementara itu,
mengungkapkan bahwa pengetahuan yang dimiliki organisasi terdapat
baik dalam tataran individual maupun organisasional. Pada tataran
individual, intellectual capital mencakup pengetahuan, keterampilan dan
bakat. Sebaliknya pada tataran organisasional, intellectual capital
meliputi database, teknologi, metode-metode, prosedur-prosedur, dan
budaya organisasional (Purnomosidhi, 2006).
Secara luas intellectual capital merupakan pengetahuan yang
menjadi sumber daya di dalam suatu organisasi. ntellectual capital
merupakan sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan,
pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat
menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan.
intellectual capital menunjukkan semua sumber daya tak berwujud yang
dimiliki organisasi, yang memberikan keuntungan relatif, dan yang
Modal intelektual bisa juga disebut intellectual property,
intellectual asset, dan knowledge asset, tetapi dalam istilah tersebut
memiliki konsep yang berbeda modal intelektual yang dianggap sebagai
pengetahuan dengan nilai yang potensial ketika pengetahuan tersebut
telah ditegaskan dengan adanya kepemilikan, maka pengetahuan tersebut
menjadi intellectual property yang memiliki nilai yang dapat diukur
tergantung penggunaannya, pengetahuan memiliki nilai tertentu dan
penggunaan yang spesifik untuk tujuan tertentu menjadi aset intelektual
bagi pemiliknya. Modal intelektual menunjukkan pengetahuan yang
ditransformasikan menjadi sesuatu yang bernilai bagi perusahaan,
sedangkan aset intelektual atau knowledge asset merupakan pertukaran
bentuk bagi produk transformasi pengetahuan tersebut (Rona, 2013).
b. Komponen Intellectual capital
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: Human Capital
(HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC). Human
capital merupakan sumber inovasi dan perbaikan dalam suatu organisasi,
namun menjadi suatu unsur yang sulit untuk diukur. Human capital
meliputi pengetahuan dari masing-masing individu di suatu organisasi
yang ada pada pegawainya yang dapat bersifat unik untuk tiap-tiap
individu dan bersifat umum yang dihasilkan melalui sebuah kompetensi,
Human capital merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang
sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu perusahaan.
Human capital mencerminkan kemampuan kolektif untuk menghasilkan
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang
yang berada di perusahaan untuk menambah nilai pada perusahaan.
Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill),
kemampuan melakukan inovasi dalam penyelesaian tugas meliputi nilai
perusahaan, kultur dan filsafat (Bontis et al., 2000).
Structural capital merupakan pengetahuan yang tetap berada
dalam perusahaan yang memberi kemampuan perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung
usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal
serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Structural capital timbul dari
proses dan nilai organisasi yang mencerminkan fokus internal dan
eksternal perusahaan disertai pengembangan dan pembaharuan nilai
untuk masa depan. Structural capital adalah sarana dan prasarana yang
mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum,
meliputi kemampuan organisasi menjangkau pasar, hardware, software,
database, struktur organisasi, patent, trademark, dan segala kemampuan
organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan (Bontis et al.,
2000). Konsep adanya modal struktural memungkinkan terciptanya
intellectual capital dan menjadi penghubung / pemroses sumber daya
Customer capital adalah pengetahuan dari rangkaian pasar,
pelanggan, pemasok, pemerintah dan asosiasi industri. Modal relasi
dengan pelanggan dapat tercipta melalui pengetahuan karyawan yang
diproses dengan modal struktural yang memberikan hasil hubungan baik
dengan pihak luar. Interaksi ketiga komponen intellectual capital akan
menciptakan nilai perusahaan secara keseluruhan. Customer capital
merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai yang
nyata bagi perusahaan dengan menciptakan suatu hubungan atau relasi
yang harmonis dengan para mitranya atau bagian di luar lingkungan
perusahaan.
3. iB_VAICTM
(Islamic Banking Value Added Intellectual capital)
Metode iB_VAICTM
dikembangkan oleh Ulum (2013) dengan
memodifikasi model Pulic yang dikenal dengan istilah VAICTM
. Perbedaan
utama dari metode iB_VAICTM dengan VAICTM yaitu metode VAICTM
digunakan untuk mengukur Intellectual Capital (IC) pada perusahaan
konvensional (private sector, profit motive, non syariah) sedangkan metode
iB_VAICTM digunakan untuk mengukur Intellectual Capital (IC) pada
perbankan syariah di Indonesia. Dan perbedaan lain terletak pada akun-akun
yang digunakan untuk menghitung Value Added (VA). Akun-akun yang
digunakan untuk mengembangkan rumus VA dalam model Pulic
dikonstruksi dari total pendapatan, sementara pada iB_VAICTM VA
syariah, yaitu pendapatan bersih kegiatan syariah dan pendapatan
non-operasional syariah.
`Penelitian yang dilakukan Ulum (2013) diperoleh cara
perhitungan Intellectual capital dengan metode iB_VAICTM
diukur dengan
value added yang terbentuk dari penjumlahan Value Added Capital
Employed (iB_VACA), Value Added Human Capital (iB_VAHU), dan
Structural Capital Value Added (iB_STVA). Pengukuran Intellectual
capital yang di presentasikan dengan iB_VA yaitu: iB_VA = Out – In
1. OUT (Output) merupakan total pendapatan, diperoleh dari:
a. Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama
kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak pihak ketiga atas
bagi hasil dan syirkah temporer, dan pendapatan non operasional.
1) Pendapatan Penyalur Dana
a) Penndapatan dari jual beli (pendapatan murabahah)
b) Pendapatan bersih salam paralel
c) Pendapatan bersih istishna paralel
d) Pendapatan bagi hasil musyarakah
e) Penndapatan bagi hasil mudharabah
f) Pendapatan dari penyertaan
2) Dari Bank Indonesia
a) Bonus SBIS
3) Dari Bank-Bank lain di Indonesia
a) Bonus dari Bank syariah lain
b) Pendapatan bagi hasil mudharabah
c) Tabungan mudharabah
d) Deposito mudharabah
e) Sertifikat investasi mudharabah antar bank
b. Pendapatan operasi lainya
1) Jasa investasi terikat (mudhrabah muqqayyadah)
2) Jasa layanan
3) Pendapatan dari transaksi valuta asing
4) Koreksi PPAP
5) Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rekening administrasi
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer
1) Pihak ketiga bukan bank
a) Tabungan mudharabah
b) Deposito mudharabah
2) Bank Indonesia
a) FPJP syariah
b) Lainnya
3) Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia
a) Tabungan mudharabah
5) Pendapatan non-operasional
2. IN (input) adalah Beban usaha/operasional dan beban non
operasional kecuali beban kepegawaian/karyawan
a. Beban usaha/operasional kecuali beban kepegawaian terdiri
dari:
1) Beban penyisihan kerugian asset produktif-bersih
2) Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
3) Beban operasi lainnya
4. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam rangka mencapai
tujuannya. Perusahaan dapat dikatakan efektivitas apabila manajemen
memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang
tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi
dapat diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara input dan output, yaitu
dengan input tertentu akan memperoleh output yang optimal. Ketika kinerja
keuangan mengalami penurunan, salah satu cara untuk memperbaiki hal
tersebut adalah mengukur kinerja keuangan dengan menganalisa laporan
keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap
pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola
perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan
landasan dalam pemberian reward and punishment terhadap manajer dan
waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah
dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat
untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai
perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder (Laksana, 2013)
Kinerja keuangan mengukur kinerja perusahaan dalam
memperoleh laba dan nilai pasar. Ukuran kinerja perusahan biasanya
diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang saham
(Sunarsih dan Mendra, 2012). Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta merupakan bagian
dalam proses penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek
perusahaan di masa depan.
Darsono dan Ashari (2005) terdapat beberapa cara menganalisis
kinerja keuangan dalam laporan keuangan, salah satunya adalah analisis
rasio profitabilitas. Menurut Harmono (2009) analisis profitabilitas
menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat
efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba dan
sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan
mewakili kinerja manajemen. Kinerja keuangan dalam penelitian ini
diproksikan dengan return on equity (ROE). Rasio ini melihat sejauh mana
B.Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Hasil
1 Prasetya dan
Mutmainah (2011)
Analisis Pengaruh Intellcual Capital Terhadap Islamic Financial
Perormance Index Bank Syariah di Indonesia Independen : VAIC (VACA, VAHU, STVA, dan RIGIC), Dependen : PSR, ZPR, EDR dan Islamic Income vs Non-Islamic Income
Bahwa Intellectual capital yang diukur dengan VAIC
berpengaruh terhadap Islamic Financial Performance Index
2 Ningrum dan
Shiddiq (2012)
Pengaruh Intellectual capital dan good corporate dgovernance terhadap financial performance (Studi empiris pada perusahaan Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-211) Independen : VAIC (VACA, VAHU, dan STVA), Kepemilikan Manajerial, Institusional Komisaris independen. Dependen : Kinerja Keuagan, (ROA)
Bahwa Intellectual capital berpengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas (ROA), Sedangkan untuk variabel kepemilikan Institusional dan Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap (ROA)dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap (ROA)
3 Sunarsih dan
Mendra (2012)
Pengaruh Intellectual capital terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel Dependen: Nilai Pasar Perusahaan Variabel Intervening: Kinerja Keuangan Perusahaan (ROE) Variabel Independen: Intellectual Capital (VAIC)
Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4 Saryanti (2013)
Pengaruh Intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2009
Independen : HCE, SCE, CEE
Dependen : ROA
BahwaHCEATAU
Human Capital Efficiency berpengaruh negative signifikan terhadap ROA, SCE atau Structural Capital Efficiency berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap ROA,
CEE atau Capital Emplooyed Efficiency berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
5 Maisaroh
(2015), Intellctual capital dan Islamic Perfprmance Index terhadap profitability perbankan syariah periode 2010-2013 Independen : Intellectual capital danIslamic performance Index Dependen : Profitability.
Bahwa Intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitability
Sumber : Penelitian – penelitian sebelumnya
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris pengaruh
Intellectual capital terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan model
Islamic Banking Value Added Capital Coefficient (iB_VAICTM ).
Berdasarkan Rresource based theory apabila kinerja Intellectual capital
dapat dikelola secara maksimal, maka perusahaan akan memilki suatu nilai
tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik (Prasetya dan
Berdasarkan konsep resource based theory, jika perusahaan
mampu mengelola sumber daya secara efektif maka akan dapat menciptakan
keunggulan kompetitif dibanding para pesaingnya. Sumber daya manusia
yang memiliki keterampilan dan kompetensi tinggi merupakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan dan
mengelola potensi yang dimiliki karyawan dengan baik, maka hal ini akan
dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Jika produktivitas karyawan
meningkat, maka kinerja perusahaan pun akan meningkat (Wahdikorin,
2010).
Dengan menggunakan iB_VAICTM yang diformulasikan oleh
Ulum (2013) sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan (corporate
intellectual ability) untuk perbankan syariah. Hubungan intellectual capital
yang diproksikan dengan human capital menggambarkan sumber daya
manusia dengan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang unggul,
kemampuan dan keahlian karyawan untuk melakukan aktivitas pelayanan
yang baik. Perusahaan yang mengelola sumber daya pengetahuan yang
dimilikinya secara efektif dan efisien, maka akan membuat kinerja
keuangan meningkat. Ketika kinerja keuangan meningkat, pasar akan
memberikan respon positif yang menyebabkan nilai perusahaan pun ikut
Hubungan intellectual capital yang diproksikan dengan structural
capital yang menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan untuk
memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang
optimal, serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Structural capital adalah
sarana dan prasarana yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja
yang optimum, meliputi kemampuan organisasi menjangkau pasar,
hardware, software, database, struktur organisasi, patent, trademark, dan
segala kemampuan organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan.
Sedangkan customer capital adalah komponen intellectual capital
yang memberikan nilai nyata bagi perusahaan dengan cara menciptakan
hubungan harmonis dengan para mitranya atau diluar lingkungan
perusahaan. iB_VAICTM
merupakan metode pengukuran intellectual capital
yang menggabungkan ketiga komponen dari intellectual capital yang
Gambar 2.1 Model Penelitian
H1(+)
H2(+)
H3 (+)
Keterangan :
ROE = Return On Equity
iB_VACA = Islamic Banking Value Added Capital Employed
iB_VAHU = Islamic Banking Value Added Human Capital
iB_STVA = Islamic Banking Value Added Structur Capital
iB_VACA
iB_VAHU
iB_STVA
ROE
D. Hipotesis
Atas dasar kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh iB_VACA terhadap Return On Equity (ROE)
Kartika dan Hartane, (2013) dalam resource based theory
pemanfaatan efisien capital employed yang digunakan dapat
meningkatkan profibilitas, karena modal yang digunakan merupakan
nilai asset yang berkontribusi pada kemampuan perbankan dalam
menghasilkan pendapatan.. Perusahaan yang mampu mengelola
intellectual capital yang dimilikinya dengan efektif dan efisien, maka
kinerja keuangannya akan meningkat (Laksana, 2013).
Kartika dan Hatane (2013) melakukan penelitian tentang
pengaruh intellectual capital pada profitabilitas perusahaan perbankan
yang terdaftar di bursa efek indonesia pada tahun 2007-2011. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa Value Added Capital Employed
(VACA) berpengaruh signifikan dan memiliki arah pengaruh positif
terhadap profitabilitas.
Semakin efisien perusahaan mengelola sumber daya intellectual
yang dimiliki akan meningkatkan kinerja keuangan, maka pasar akan
memberikan penilaian yang lebih tinggi kepada perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang meningkat. Penelitian dari Maisaroh
terhadap Return On Equity (ROE). Berpengaruhnya intellectual capital
terhadap Return On Equity (ROE) dapat disebabkan karena modal yang
diperoleh oleh investor lebih banyak digunakan untuk mendanai kegiatan
operasional perusahaan (Wijaya, 2012). Dari uraian di atas maka
hipotesis pertama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H1 : iB_VACA berpengaruh positif terhadap Return On Equity
2. Pengaruh iB_VAHU terhadap Return On Equity (ROE)
Dalam Resource Based Theory (RBT) terdapat asumsi dimana
perusahaan dapat bersaing secara kompetitif apabila perusahaan tersebut
dapat mengelola dan menggunakan sumber daya yang sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Ketika sumber daya dikelola secara efektif
dan efisien maka dapat mendorong peningkatan kinerja bagi perusahaan
(Hadiwijaya dan Rohman, 2013).
Islamic Banking Value Added Human Capital (iB_VAHU)
menggambarkan sumber daya manusia dengan pengetahuan,
ketrampilan, dengan kompetensi yang unggul, dengan kompetensi yang
ungul maka dapat meningkatan kinerja keuangan. Ketika kinerja
keuangan meningkat, pasar akan memberikan respon positif yang
menyebabkan nilai perusahaan pun ikut naik (Sunarsih dan Mendra,
Pasar yang mengetahui bahwa sumber daya manusia dalam sebuah
perusahaan dikelola dengan baik, maka penilaian pasar terhadap
perusahaan akan meningkat. Bagi perusahaan, sumber daya
manusia-karyawan merupakan sumber daya kunci perusahaan (Pramelasari, 2010).
Penelitian Astari (2015) menyatakan VAHU berpengaruh terhadap
kinerja keuangan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013.
Modal yang didapat dari investor jika dimaksimalkan oleh
perusahaan dengan optimal untuk mencapai kegiatan operasional untuk
pengetahuan dan pelatihan karyawan akan meningkatkan kinerja
keuangan return on equity (ROE), sejalan dengan penelitian Wijaya
(2012) perusahaan yang lebih memaksimalkan pemanfaatan asetnya
untuk mendorong kualitas karyawan yang dimiliki akan meningkatkan
meningkatkan laba yang dihasilkan. Dari uraian di atas maka hipotesis
kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3. Pengaruh iB_STVA terhadap Return On Equity (ROE)
Berdasarkan pendekatan resource based theory apabila kinerja
intellectual capital dapat dimaksimalkan oleh perusahaan akan memiliki
suatu nilai tambah yang dapat memberikan suatu karakteristik. Dimana
manajemen yang mampu mengelola structural capital dengan baik akan
membantu meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat
meningkatkan profibilitas perusahaan (Prasetya dan Mutmainah, 2011)
Pangestu dan Wijaya (2014) menguji pengaruh intellectual capital
terhadap market value dan kinerja keuangan yang diproksikan dengan
Return On Equity (ROE), hasil penelitian menyatakan bahwa structur
Capital Value Added (STVA) membawa dampak yang baik pada kinerja
perusahaan terwakili oleh Return On Equity (ROE). Penelitian lain
Apriliani (2011) dan Ciptaningsih, (2013) menyatakan bahwa hanya
komponen SCE yang memiliki pengaruh positif secara signifikan
terhadap ROE.
Dari uraian di atas maka hipotesis keempat yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :