• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1479188279BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2JM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1479188279BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2JM"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI

ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi ,peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

(2)

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2 JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpuL utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

iii.Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(3)

i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapatmenggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkanteknologi tinggi, f) berfungsi untuk mempertahankan tingkatproduksi pangan nasional

dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian danpengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

(4)

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologitinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitasnlingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional

h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.

b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa: i. Ekonomi

ii. Lingkungan Hidup iii. Sosial Budaya

iv.Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi v. Pertahanan dan Keamanan

(5)

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan; c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar; d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.3 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Kalimantan

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

(6)

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll. Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;

b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;

c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;

d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

Berdasarkan Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan, khususnya Kab.Penajam Paser Utara yang disebutkan pada beberapa pasal yakni :

- Pasal 20 ayat 2 huruf a, bahwa Pengembangan dan pemantapan

jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, dan jaringan jalan strategis nasional pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan, Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan, Jaringan Jalan Lintas Utara Pulau Kalimantan, dan jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan secara bertahap, untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional dan mendorong perekonomian di Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a no.2 meliputi:

a. jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan, yang menghubungkan:

Kuaro-Kademan-Penajam-Balikpapan-Loa Janan-Samarinda;

- Pasal 20 ayat 5 huruf b, bahwa Pengembangan jaringan jalan

(7)

a. Banjarmasin-Liang Anggang; b. Simpang Penajam-Balikpapan; c. Balikpapan-Samarinda;

d. Samarinda-Tenggarong; e. Sei Pinyuh-Pontianak; f. Pontianak-Tayan;

g. Liang Anggang-Pelaihari; h. Singkawang-Mempawah; i. Mempawah-Sei Pinyuh; j. Kuala Kapuas-Banjarmasin; k. Marabahan-Banjarmasin; l. Liang Anggang-Martapura; m. Pelaihari-Pagatan;

n. Pagatan …

n. Pagatan-Batulicin;

o. Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro); p. Tanah Grogot-Penajam;

q. Samarinda-Bontang; dan r. Bontang-Sangata.

- Pasal 23 ayat 2 huruf c, bahwa Pengembangan dan pemantapan

pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional sebagaiman dimaksud ayat (1) huruf a dilakukan di: Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan) sebagai pelabuhan utama untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Bontang-Samarinda-Tenggarong-Balikpapan-Penajam dan Sekitarnya (Bonsamtebajam) dan Kawasan Andalan Laut Bontang-Tarakan dan

- Pasal 28 ayat 2 huruf b, bahwa Pengembangan jaringan pipa

(8)

dalam mendukung sistem pasokan energi nasional di Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan di: jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai Timur – Penajam Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah Laut, jaringan distribusi Banjarmasin dan jaringan distribusi Balikpapan untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan -Tenggarong - Samarinda - Bontang, PKW Tanah Grogot, dan PKW Kotabaru;

- Pasal 29 ayat 2 huruf a dan ayat 4, bahwa Pengembangan

pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU, PLTG, PLTGU, PLTMG, dan PLTGB untuk memenuhi kebutuhan energi Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan pada: PLTU Tanah Grogot (Kabupaten Paser), PLTU Kota Bangun (Kabupaten Kutai Kartanegara), PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan (Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan), PLTU Kaltim Baru (Kota Balikpapan), PLTU Petung (Kabupaten Penajam Paser Utara), PLTU Melak (Kabupaten Kutai Barat), PLTU Nunukan (Kabupaten Nunukan), PLTU Berau (Kabupaten Berau), PLTU Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), PLTU Kaltim (Kota Balikpapan), PLTU Parit Baru (Kabupaten Pontianak), PLTU Pontianak (Kabupaten Pontianak), PLTU Pantai Kurakura Singkawang (Kota Singkawang), PLTU Asam-asam (Kabupaten Tanah Laut), PLTU Singkawang Baru (Kota Singkawang), PLTU I Kalteng (Kabupaten Pulang Pisau), PLTU Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur) dan PLTU Gambut (Kabupaten Mempawah); serta Pengembangan pembangkit listrik pada mulut tambang kawasan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada kawasan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang,

(9)

Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kabupaten Tapin.

- Pasal 43 ayat 3 huruf d dan pasal 7, bahwa Pemertahanan dan

rehabilitasi luasan suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan pada

Taman Hutan Raya Sultan Adam (Kabupaten Banjar dan Kabupaten

Tanah Laut) dan Taman Hutan Raya Bukit Suharto (Kabupaten Kutai

Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara); dan

Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untuk perlindungan pantai dan kelestarian biota laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan pada kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan

- Pasal 49 ayat 3, bahwa Strategi operasionalisasi perwujudan

kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a meliputi

Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industri

pengolahan dengan prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat

(10)

Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau.

Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan ini juga mengatur tentang pengembangan kemandirian dan lumbung energy nasional untuk ketenagalistrikkan, pusat pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas bumi dikalimantan. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan. Kawasan perbatasan Negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang Negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan Negara, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air. Kawasan ekowisata berbasis hutan hujan tropis basah dan wisata budaya Kalimantan. Jaringan tarnsportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.(sumber WWF Indonesia,posted by Oki Hadian,24 April 2012).

(11)

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait nkeciptakaryaan seperti, pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:

a. Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;

b. Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;

c. Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;

d. Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata RuangWilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

e. Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

f. Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo;

g. Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;

h. Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;

i. Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;

(12)

k.Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;

l. Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;

m.Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;

n. Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.

3.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Penajam Paser

Utara

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Penajam Paser Utara adalah Kawasan KAPET, Kawasan Pariwisata, Kawasan Pertambangan dan kawasan Kehutanan. Rencana pengembangan kawasan ekonomi di Kabupaten Penajam Paser Utara antara lain meliputi :

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Pasal 1

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang.

(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. (3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 2

(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran (Lampiran V) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

(13)

Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.4.1 Rencana Pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

(KAPET)

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang terdapat di Kabupaten Penajam Paser Utara berupa kawasan penangkaran rusa sambar atau rusa merah atau rusa api api yang terdapat di sekitar Desa Api Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara. Luas kawasan penangkaran rusa tersebut sekitar 50 Ha. Penangkaran rusa ini merupakan salah satu komoditi ekonomi yang sangat besar pengaruhnya bagi Kabupaten Penajam Paser Utara, hal ini disebabkan penangkaran rusa tersebut hanya satu-satunya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur.

3.4.2 Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata

Lokasi objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara letaknya cenderung menyebar, sehingga agar memudahkan wisatawan di dalam melaksanakan aktivitas wisata perlu adanya suatu arahan jalur wisata.

Jenis Obyek Wisata di Kabupaten Penajam Paser Utara

No Basis OW Jenis OW Nama OW Lokasi OW

1 Alam a) Wisata Bahari  Pulau Gusung  Pulau Balang  Pulau Kuangan  Pulang

Karang/Gulung

 Pantai Tanjung Jumlai  Pantai Nipah-Nipah

RTH (Hutan Kota)  Kecamatan Penajam, Kecamatan Babulu,

(14)

No Basis OW Jenis OW Nama OW Lokasi OW

Kelurahan Lawe-Lawe, Kelurahan Nenang

c) Geowisata Goa Kelelawar Kecamatan Sepaku 2 Budaya Budaya

Kehidupan Masyarakat

 Pesta Adat

- Pesta Adat Nondoi - Pesta Pantai

Sipakario

- Pesta Pantai Lango - Festival

Layang-Layang

 Kesenian Tradisional

- Seni Tari

- Seni Suara/Lagu

Daerah

 Kecamatan Penajam

3 Buatan/Minat Khusus

Wisata Agro Penangkaran Rusa Api-Api

Sentra Penggemukan dan

Pengembangbiakan Sapi Brahman

Hamparan Kelapa Sawit Sumber : RIPPDA Kabupaten Penajam Paser Utara

3.4.3 Rencana Pengembangan Kawasan Tambang

Secara umum, Kabupaten Penajam Paser Utara mempunyai sumber daya pertambangan dan penggalian yang cukup beragam, mulai bahan galian industri, bahan galian mineral logam dan energi, serta bahan non migas.

a. Potensi bahan Galian Industri.

b. Potensi bahan Galian Mineral Logam dan Energi c. Potensi bahan non migas :

1. Batu gamping 2. Lempung 3. Pasir Kuarsa 4. Batu Bara

(15)

Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Timur yang mempunyai kawasan hutan yang cukup besar. Luas lahan kawasan hutan di Kaupaten sangat besar sekitar 191.233,15 Ha atau 57,33 % dari luas wilayah Kaupaten Penajam Paser Utara. Sumber daya hutan yang ada cukup beragam mulai dari hutan Cagar alam, hutan produksi konservasi, hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas serta kawasan hutan mangrove

1. Hutan Produksi Tetap 2. Hutan Produksi Terbatas 3. Hutan Produksi

Luas Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010

3.4.5 Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan

Dengan mempertimbangkan aspek disribusi dan peluang pasar yang besar untuk minabisnis perikanan, maka sasaran pokok atau target yang ingin dicapai untuk menjadikan Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai sentra pengembangan kawasan minapolitan komoditas perikanan adalah :

a. Pembangunan Project Management Unit (PMU) di Desa Babulu Laut, Kelurahan Api Api dan Kelurahan Waru sebagai institusi yang bertanggungjawab akan keberhasilan pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Penajam Paser Utara yang berkelanjutan. PMU nantinya mengkoordinasikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam hal konsultasi manajemen, teknis budaya dan pengolahan, permodalan,

I KBK 180.866,64

a. IUPHHK - Hutan Alam 73.296,60 b. IUPHHK - Hutan Tanaman 82.434,46

c. Hutan Konservasi (Tahura) 6.754,18 - Sesuai SK no. 577/2009

d. Cagar Alam 4.728,40

e. Hutan Mangrove 13.653,00 - 5.685,819 Ha (KBK) - 7.967,171 Ha (KBNK)

II KBNK 145.282,26

Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Penajam Paser Utara

Keterangan Luas (Ha)

(16)

kepastian berusaha dan kepastian pemasaran, termasuk upaya ekspor dalam segar maupun olahan, seperti daging fillet.

b. Pengembangan atau pembangunan infrastruktur di kawasan pengembangan minapolitan, terutama di desa prioritas, yaitu Desa Babulu Laut Kecamatan Babulu dan Desa Waru Kecamatan Waru. Sedangkan lokasi kecamatan kawasan pendukung adalah Kecamatan Penajam. c. Pembentukan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan

perikanan, yang meliputi KUB yang sudah ada , Kelompok Usaha Bersama Minabisnis (KUBM), Koperasi Pembudidaya /KUD, perusahaan/swasta, Penyuluhan Perikanan.

d. Perbaikan dan peningkatan fasilitas penanganan pasca panen ikan dan sistem pemasaran tradisional.

3.4.6 Rencana Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup

3.4.6.1 Kawasan Hutan Mangrove

Kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat tumbuhnya tanaman mangrove di wilayah pesisir/laut yang berfungsi untuk melindungi habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan mencegah terjadinya pencemaran pantai. Kawasan pantai berhutan bakau memiliki kriteria sebagai berikut :

 Tingkat salinitas 2,5 - 4,0 %

 Fluktuasi pasang - surut air laut < 1 meter  Kedalaman laut < 0,5 meter

Kawasan Hutan mangrove di Kabupaten Penajam Paser Utara cukup luas sekitar 13.653,00 Ha yang terletak disepanjang tepi pantai. Kawasan hutan mangrove yang ada terletak disekitar Desa Nipah – Nipah, Desa Gunung Steleng, Desa Penajam dan beberapa Desa yang terdapat di pesisir pantai. Kawasan hutan mangrove membujur dari barat sampai selatan Kabupaten Penajam Paser Utara.

3.4.6.2 Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Sungai

(17)

primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

3.4.6.3 Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

3.4.6.4 Kawasan Perlindungan Hutan Cagar Alam (TAHURA)

Kawasan perlindungan cagar alam (TAHURA) merupakan kawasan pelestarian yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya pariwisata dan rekreasi.

Berkaitan dengan Kawasan Lindung Sungai Wain, pendeliniasian kawasan lindung yang tegas dan peruntukan lahan serta meningkatkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan dan pengaturan.

3.5 Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(18)

negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan.

b. pertumbuhan ekonomi.

c. sosial dan budaya.

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi.

e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.6 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut :

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga.

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga.

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yangmenghubungkan wilayah sekitarnya.

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

(19)

3.7 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut :

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.8 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang

(20)

evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra produksi di masing-masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 dipaparkan pada Tabel 4.1.

Tabel 3.5 Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

NO KORIDOR KPI

(1) (2) (3)

1 KORIDOR EKONOMI (KE) SUMATRA

Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi

Dumai

Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim – Pendopo Palembang

Prabumulih

Bangka Barat, Babel Batam

(21)

JAWA DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan 3 KORIDOR EKONOMI

(KE)BALI-NUSA TENGGARA

Badung Buleleng

Lombok Tengah Kupang

Sumbawa Barat Aegela

Nusa Penida Sumbawa 4 KORIDOR EKONOMI (KE)

KALIMANTAN

Kutai Kertanegara Kutai Timur

Rapak dan Ganal Kotabaru

Ketapang

Kotawaringin Barat Kapuas

Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau

Penajam Paser Utara

5 KORIDOR EKONOMI (KE) SULAWESI

(22)

Kendari Kolaka

Konawe Utara Morowali Parigi Moutang Banggai

Bitung 6 KORIDOR EKONOMI (KE)

PAPUA-KEP.MALUKU

Merauke (Mifee) Timika

Halmahera Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari

3.9 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

(23)

b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. Mempunyai batas yang jelas. Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 4.2.

Tabel 3.6 Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

(1) (2) (3)

1 Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke

2 Kabupaten Pandeglang, Banten

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

3 Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

Kawasan Ekonomi Khusus Maloy

4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung

(24)

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

(25)

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai dengan akhir tahun 2013 diidentifikasi sebanyak 94 (sembilan puluh empat) kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A, yang dipaparkan pada Tabel 5.1.

Tabel 3.10 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

(26)

1

Kota Tasikmalaya √ √ √

(27)
(28)

4

Kota Banjarmasin √ √ √

(29)
(30)

8

Kota Bengkulu* √ √

8

(31)

3.11 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah kabupaten/kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2013, diidentifikasi sebanyak 82 (delapan puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B yang dipaparkan pada Tabel 5.2.

Tabel 3.11 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

(32)
(33)

3

Tangerang Selatan √ √

(34)

8

Maluku Tenggra √ √

6 4

(35)

6

Halmahera Tengah √ √ √

6 9

Pulau Morotai √ √ √

7 0

Halmahera Selatan √ √ √

7

Pegunungan Bintang √ √

(36)

1 8 2

Raja Ampat √ √

3.12 Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Klaster C merupakan kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanganan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Cipta Karya, yaitu kabupaten/kota di luar Klaster A dan Klaster B. Pemilihan prioritas kabupaten/kota dalam pemenuhan SPM ditentukan berdasarkan karakteristik masing-masing daerah, antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin. Selain memenuhi karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya Dan memiliki program yang responsif.

3.13 Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)

Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan.Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan

kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

3.14 Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program dan

Inovasi yang Kreatif

(37)

Gambar

Tabel 3.5 Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI)Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
Tabel 3.6 Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Tabel 3.10 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A
Tabel 3.11 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pe- ngunjung TWA Punti Kayu memperli- hatkan bahwa faktor promosi, harga, pro- duk, dan

Dari hasil analisis regresi faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, penggunaan pupuk

(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar Kabupaten /Kota dalam satu Provinsi dan antar Provinsi dalam wilayah Negara

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam

IoT adalah teknologi yang memungkinkan sebuah perangkat terhubung ke jaringan internet untuk dimonitor atau dikendalikan dari jarak jauh oleh pengguna. Teknologi ini

Dengan demikian, penelitian ini bukan merupakan pengulangan kata dari penelitian sebelumnya dan menjadi alasan untuk diteliti dengan judul “Analisis Hukum Pidana Islam

a) Pendidikan agama Islam merupakan rumpun pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itulah pendidikan agama

Tabel 4.9 Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Snack Bar Tepung Mocaf dan Tepung Kacang Merah dengan Flavour Alami Pisang Raja Terpilih dan Soyjoy Banana