• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh GA dan NAA terhadap Pembungaan pada Mawar (Rosa hybrida Hort.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberian Zat Pengatur Tumbuh GA dan NAA terhadap Pembungaan pada Mawar (Rosa hybrida Hort.)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman: 29-34

© 2001 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh GA dan NAA terhadap Pembungaan

pada Mawar (

Rosa hybrida

Hort.)

WIDYA MUDYANTINI

Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

ABSTRACT

Rose (Rosa hybrida Hort) flowers are usually used as a decorating flower or as a source of a volatile oil. It is therefore important in order to increase the production of the flower to utilize substance of growth regulator for increasing flower size and shortening flowering time. In this research, GA and NAA of different concentrations (10, 20, 30 and 40 ppm) were applied for spraying the plant twice a week at the shoot until the shoot become a bud of flower. The treatment was repeated for 5 times, and the control was always included in each treatment. The research were conducted in Yogyakarta for 3 months between Mei and Juli. The results indicated that GA was effectively shortened the flowering time up to 16.4 days and increasing length and width of papilla epidermis. Although not as effective as GA, the increased of length and width of the epidermis were also demonstrated by the plants treated with NAA. GA at concentration of 30ppm was the most effective on increasing diameter, thickness, length and width of the flower, while NAA at 10ppm was the most effective on affecting those characters.

Key words: Rosa hybrida, flowering, GA, NAA

PENDAHULUAN

Mawar yang dikenal dengan sebutan “ratu bunga” merupakan bunga yang tidak hanya lekang dalam tatanan kehidupan sebagai simbol religius manusia saja, namun juga mempunyai potensi ekonomi dan sosial tinggi. Manfaat tanaman ini selain sebagai tanaman hias, juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama dan upacara kenegaraan, serta bermanfaat sebagai bahan makanan dan minuman, obat pewangi dan pengindah tata lingkungan (Rukmana, 1995).

Prospek pengembangan dan produksi serta budi daya tanaman ini amat cerah, sejalan dengan ragamnya pendayagunaan dan meningkatnya jumlah penduduk di dunia sebagai pengguna, sehingga tak heran jika mawar termasuk komoditas utama tanaman hias yang bernilai ekspor tinggi dan terus meningkat permintaannya baik di dalam maupun di luar negeri (Rukmana, 1995).

Mengingat berbagai hal tersebut diatas, maka perlu ada penelitian yang lebih serius tentang tanaman ini, terutama mengenai berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Giberelline (GA) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA) merupakan zat pengatur tumbuh tanaman

yang mampu mempercepat pembungaan dan memperbesar ukuran bunga beberapa tanaman. Untuk itu perlu diteliti pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh tanaman, GA dan NAA, terhadap pembungaan pada mawar, sehingga dapat mempercepat waktu pembungaan dan memperbesar ukuran bunga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh kedua perlakuan terhadap pembungaan pada mawar dibandingkan kontrol. Serta untuk menentukan jenis zat pengatur tumbuh dan konsentrasi yang tepat dalam pembungaan pada mawar. Pengamatan secara anatomis dimaksudkan untuk mengetahui perubahan ukuran papila epidermis petala mawar setelah perlakuan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan faktor jenis zat pengatur tumbuh dan konsentrasi GA dan NAA. Parameter yang diukur adalah: waktu pembungaan, diameter dan tebal bunga, panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar. Tanaman mawar yang berbunga pertama, semua bunganya dipotong kurang lebih 10 cm dari ujung atau tinggi tanaman dibuat 45 cm. Bagian ujung (bekas potongan)

(2)

cabang, disemprot dengan GA atau NAA, masing-masing dengan konsentrasi 10, 20, 30 dan 40 ppm. Setiap pot diberi label berisi besar konsentrasi, jenis zat tumbuh dan nomor ulangan, serta diletakkan secara acak. Setiap perlakuan dengan lima ulangan. Penyemprotan dilakukan seminggu dua kali (setiap hari Senin dan Kamis) pada pagi hari (jam 08.00). Pembuatan preparat anatomi dilakukan secara semi permanen dengan metode “free hand section”. Organ yang diukur adalah sel papila pada epidermis mawar, diambil dari petala terluar tiap bunga. Pengirisan tepat pada bagian tengah petala melalui berkas pengangkut.

Semua data yang diperoleh dari percobaan ini dianalisis dengan Analisis Varian (Anava) dan bila ada beda nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada tingkat kepercayaan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan terhadap kecepatan pembungaan sebelum dan sesudah perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kecepatan (hari) pembungaan mawar sesudah dan sebelum perlakuan dengan GA dan NAA pada saaat muncul bunga pertama.

Sesudah perlakuan Perlakuan Fitohormon Konsentrasi Rata-rata lama pembungaan (haria) Kontrol 0 ppm 38 ab NAA 10 ppm 28,6b NAA 20 ppm 37b NAA 30 ppm 61b* NAA 40 ppm 65,5b* GA 10 ppm 25,8a GA 20 ppm 25,6a GA 30 ppm 23,4a GA 40 ppm 21,6a

Keterangan: * = perlakuan dihentikan 1 minggu sesudah kontrol berbunga angka-angka yang diikuti dengan huruf tidak menunjukkan beda nyata.

Pembungaan merupakan fase generatif yang dipengaruhi berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam antara lain florigen, endogen, gen dan umur. Faktor dari luar antara lain cahaya, suhu, ketinggian tempat, iklim, unsur makro dan mikro serta pemberian hormon eksogen. Jika semua faktor tersebut terpengaruh, maka pembungaan dapat terjadi. Jika salah satu atau beberapa faktor diubah, maka pembungaan

dapat terganggu. Perubahan ini dapat kearah mempercepat atau memperlambat.

Pada beberapa tanaman, auksin menyebabkan pembentukan bunga. Pada Ananas comosus (L) Merr. pemberian NAA dan 2,4 D memacu pembungaan. Pada Lichi chinensis Sonn. permbungaan dipercepat ketika pertumbuhan vegetatif dihambat oleh zat kimia, suhu rendah atau pemotongan tunas cabang (Krishnamoorthy, 1981). Penelitian untuk merangsang pembungaan juga telah dilakukan pada tanaman kentang. Penelitian di kebun percobaan Balai Penelitian Hortikultura Lembang dengan pemberian GA3 konsentrasi 10,

40, 80 dan 120 ppm, menunjukkan bahwa GA3 120

ppm menghasilkan tinggi tanaman, panjang tangkai bunga dan jumlah primordia bunga pertanaman paling besar dibandingkan kontrol. Semua kentang yang disemprot GA3 mempunyai jumlah tunas

yang memproduksi primordia bunga (Sumiati,1983). Mawar sebagai tanaman yang dipanen bunganya, perlu diperpendek masa panennya dan ditingkatkan kualitas bunganya, antara lain dengan: penambahan besarnya bunga, mempercepat pembungaan, memperbanyak bunga.

GA dan NAA merupakan zat pengatur tumbuh yang secara fisiologis mampu mendorong dan memperbesar bunga. Untuk itu perlu dikaji pengaruh kedua zat ini pada pembungaan mawar. Dalam penelitian ini, pemberian GA dan NAA dengan konsentrasi 10, 20, 30, dan 40 ppm, seminggu dua kali melalui penyemprotan diperoleh hasil sebagai berikut: GA 40 ppm efektif untuk memperpendek masa berbunga, karena pembungaan dapat terjadi dalam 21,6 hari. Ini berarti GA 40 ppm mampu mempercepat 16,4 hari masa berbunga, karena pada kontrol pembungaan baru terjadi dalam 38 hari. Perlakuan dengan GA 10, 20 dan 30 ppm juga mampu mempercepat pembungaan, masing-masing mampu mempercepat 12,2 hari, 12,4 hari dan 14,6 hari. Pada NAA hanya konsentrasi 10 dan 20 ppm yang mampu mempercepat pembungaan. Perlakuan dengan NAA 10 ppm, pembungaan terjadi dalam 28,6 hari, jadi mempercepat 9 hari, sedangkan NAA 20 ppm pembungaan terjadi dalam 33,6 hari, mempercepat 1 hari. Dibandingkan dengan NAA, GA lebih efektif mempercepat pembungaan. NAA 30 dan 40 ppm tidak efektif mempercepat pembungaan, karena setelah cukup lama perlakuan dihentikan baru terjadi pembungaan. Berdasarkan perhitungan statistik, maka diketahui ada beda nyata antara perlakuan pemberian GA dan NAA terhadap kecepatan pembungaan, tetapi tidak beda nyata antara kontrol dengan perlakuan pemberian hormon.

Pemberian zat pengatur tumbuh pada tanaman secara eksogen dibagian tunas, mempercepat

(3)

pertumbuhan di daerah meristematik. Plasma membran terdiri dari protein, glikoprotein dan lipid, sehingga memungkinkan terjadi berbagai cara pengikatan antara plasma membran dan zat pengatur tumbuh. Ada kemungkinan zat tumbuh itu terikat pada suatu senyawa penyusun dinding sel dan menyebabkan reaksi-reaksi fisiologis dan biokimia. Selanjutnya zat pengatur tumbuh dapat terikat pada permukaan membran-membran yang ada didalam sel seperti tonoplas, membran ribosom, membran mikrotubul dan lain-lain. Zat tumbuh bereaksi dengan protein dari plasma membran, maka bentuk protein akan berubah yang selanjutnya akan merubah permeabilitas membran sel, ion-ion anorganik atau molekul organik akan keluar atau masuk sel dan ini merubah tekanan osmotik sel. Perubahan tekanan osmotik sel mempengaruhi proses biokimia sel dan serentetan reaksi sekunder yang akhirnya menghasilkan suatu respon yang dapat dilihat.

Hormon pembungaan sering disebut florigen. Komplek florigen menurut Chailakhian dalam Kusumo (1990), ada dua golongan yaitu GA untuk pembentangan dan pertumbuhan batang serta antesin untuk pembentukan bunga. Tanaman hari panjang, tidak dapat berbunga dalam keadaan hari pendek, tetapi dapat terangsang bunganya dengan pemberian GA. Tanaman hari pendek yang tumbuh pada hari panjang membentuk zat semacam GA,

bila diberi GA eksogen tanaman tidak berbunga, hanya panjang batangnya bertambah.

Tanaman pada saat tertentu tidak dapat berbunga karena ada zat penghambat pertumbuhan, yang akan menghambat GA untuk pembungaan. Jika diperoleh perimbangan GA cukup antara lain dengan pemberian asam giberelat, pembungaan terjadi. Struktur kimia antara zat penghambat pertumbuhan dan GA berbeda, tetapi mereka saling berkompetisi.

Dari hasil bunga yang terbentuk ada beberapa bunga yang putiknya mengalami perubahan bentuk. Hal ini karena GA mempengaruhi jumlah kelamin, dimana jumlah kelamin jantan meningkat, sedang pada betina berkurang. Hasil pengukuran diameter dan tebal bunga sebelum dan sesudah perlakuan disajikan pada Tabel 2 dan 3.

Hasil analisis statistik menunjukkan NAA berpengaruh nyata terhadap diameter dan tebal bunga. Pengaruh nyata tersebut adalah ukuran bunga yang lebih kecil, sehingga kadar NAA tidak efektif untuk memperbesar diameter dan tebal bunga. Pada perlakuan dengan GA secara statistik terjadi beda nyata pada diameter dan tebal bunga. GA paling efektif meningkatkan diameter dan tebal bunga mawar. Konsentrasi GA 30 ppm paling efektif meningkatkan diameter dan tebal bunga, sedangkan pada NAA yang paling efektif adalah konsentrasi 10 ppm.

Tabel 2. Diameter (cm) bunga sebelum dan sesudah perlakuan dengan hormon NAA pada saat bunga mekar penuh. Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Perlakuan Diameter Bunga (cm) Tebal Bunga (cm) Perlakuan Diameter Bunga (cm) Tebal Bunga (cm) Kontrol 0 ppm 6,16a 3,52a Kontrol 0 ppm 5,70b 3,00b NAA 10 ppm 6,64a 3,00a NAA 10 ppm 7,00c 4,00c 20 ppm 6,90a 4,00a 20 ppm 4,00a 2,60b 30 ppm 6,72a 3,60a 30 ppm 4,28a 0,77a 40 ppm 6,60a 3,46a 40 ppm 4,21a 0,69a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata.

Tabel 3. Diameter (cm) bunga sebelum dan sesudah perlakuan dengan hormon GA pada saat bunga mekar penuh. Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Perlakuan Diameter Bunga (cm) Tebal Bunga (cm) Perlakuan Diameter Bunga (cm) Tebal Bunga (cm) Kontrol 0 ppm 6,16a 3,52a Kontrol 0 ppm 5,70b 3,00ab GA 10 ppm 6,86a 3,62a GA 10 ppm 7,50b 4,24bc 20 ppm 6,94a 3,14a 20 ppm 7,50b 3,50ab 30 ppm 6,12a 3,50a 30 ppm 7,80b 4,60c 40 ppm 6,94a 3,86a 40 ppm 7,20b 4,10bc

(4)

Pengukuran terhadap panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar menunjukkan hasil seperti tercantum dalam Tabel 4 dan 5.

Pengikatan zat pengatur tumbuh oleh protein dapat menyebabkan perubahan sifat fisik protein, sehingga protein dapat mengembang atau mengkerut, atau mempengaruhi aktifitas enzim. Hasil pengikatan dan pengaktifan enzim tersebut dan mengubah substrat menjadi satu atau beberapa produk baru.

Pemberian GA akan memacu pembelahan dan pembentangan sel, sehingga batang jadi panjang dan ini akan mendorong terbentuknya bunga. GA akan mengaktifkan gen tertentu sehingga terbentuk molekul RNA khusus yang akan memacu pembentukan satu atau lebih enzim. Mawar sebagai tanaman hari panjang, perlu pencahayaan minimal untuk menuju fase generatif, biasanya perlu periode kritis yang panjang pada periode tertentu. Pemberian GA akan mengganti periode cahaya dan suhu dingin. Jika periode waktu siang lebih panjang dari periode malam, Pfr akan mengaktifkan satu atau lebih gen dan gen ini menghasilkan satu atau lebih enzim yang mendorong pembentukan antosianin. GA efektif untuk tanaman yang utuh (Heddy, 1989).

Dipilihnya papilae epidermis sebagai parameter karena bentuknya yang khas, sehingga

mempermudah pengukuran. Pada GA, panjang dan lebar sel setelah perlakuan lebih besar, sedangkan pada NAA sebelum perlakuan justru lebih besar. Hal ini mungkin terjadi karena konsentrasi terlalu tinggi, mengingat ujung tunas menjadi hitam selama penyemprotan, tetapi setelah perlakuan dihentikan, tunas normal kembali dan pembungaan terjadi. Jadi pada konsentrasi yang sama, GA lebih efektif dibanding NAA, dimana NAA dapat memacu pembungaan pada konsentrasi yang lebih rendah

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kadar yang sama dari kedua zat pengatur tumbuh tersebut, ternyata pengaruhnya pada tanaman berbeda. Perbedaan konsentrasi yang ada tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, hal ini kemungkinan terjadi karena rentangan perbedaan terlalu kecil atau konsentrasi yang dipakai belum optimal untuk memberikan pengaruh terhadap pembungaan.

Kondisi tanaman juga mempengaruhi hasil pengamatan antara lain faktor kesehatan tanaman dan hara yang ada. Walaupun sudah berusaha diseragamkan, tetap ada perbedaan kondisi dari tiap-tiap tanaman. Selama perlakuan tanaman pernah terserang black spoot dan kutu daun. Hal ini akan mempengaruhi pembungaan, mengingat kutu menyerang tunas daun yang muda.

Tabel 4. Panjang (cm) dan lebar (cm) papilae epidermis petala terluar mawar sebelum dan sesudah perlakuan dengan hormon NAA dari bunga pertama.

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Kontrol 0 ppm 36,24a 24,64a Kontrol 0 ppm 30,50a 21,03ab NAA 10 ppm 39,42a 26,08a NAA 10 ppm 48,77b 34,91c 20 ppm 28,70a 27,09a 20 ppm 30,46 a 25,50b 30 ppm 40,96a 25,59a 30 ppm 28,00a 12,99a 40 ppm 39,32a 25,67a 40 ppm 27,27a 12,26a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata.

Tabel 5. Panjang (cm) dan lebar (cm) papilae epidermis petala terluar mawar sebelum dan sesudah perlakuan dengan hormon GA dari bunga pertama.

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Kontrol 0 ppm 36,24a 24,64a Kontrol 0 ppm 30,50a 21,03ab GA 10 ppm 38,19a 23,09a GA 10 ppm 44,16b 30,54b 20 ppm 39,63a 24,84a 20 ppm 38,50 ab 28,75b 30 ppm 38,30a 26,55a 30 ppm 47,90b 31,17b 40 ppm 38,85a 23,10a 40 ppm 42,62b 31,06b Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata.

(5)

NAA mempunyai aktifitas yang sama dengan auksin lain, walaupun struktur kimianya tidak bercincin indol. Pada perlakuan NAA 10 ppm, terlihat bahwa NAA mampu menambah panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar. NAA 10 dan 20 ppm juga mampu mempercepat pembungaan pada mawar. Umumnya NAA biasa dipakai untuk induksi perakaran, tetapi ada penelitian yang memakai NAA untuk pembungaan dan terbukti mampu mempercepat.

Efek fisiologis yang terlihat disebabkan karena NAA mempunyai kemampuan untuk mempercepat pemanjangan sel. Perpanjangan ini disebabkan karena NAA merubah sifat osmotik dari fakuola meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Menurut Wareing dan Phillips (1970), pertumbuhan sel tanaman terdiri atas dua fase, yaitu pembelahan dan pembentangan. Pada saat fase pelebaran, sel tidak hanya mengalami peregangan, tetapi juga mengalami membentang dalam pembentukan material-material dinding sel baru. Dinding sel terdiri dari selulosa mikrofibril yang mengelilingi di dalam matrik non selulosit polisakarida. Sel akan stabil dengan adanya matrik tersebut dan berperan dalam plastisitas dinding sel.

Polisakarida mengandung substansi pektin. Asam pektat merupakan senyawa yang mengandung 1-4 rantai asam galakturon, yang merupakan turunan dari galaktosa sebagai hasil aksidasi karbon-6 suatu karbinoil grup (-CH2OH)

menjadi karboksil grup (-COOH). Gusus -COOH akan menjadi (-CH3) dengan proses esterisasi

menjadi pektin. Asam pektat dapat berubah menjadi kalsium pektat dengan penambahan Ca+.

Penambahan ini mengakibatkan kekakuan pada dinding sel yang menghambat pemanjangan sel. Untuk menghindari hambatan tersebut, auksin berperan menggeser Ca+ dari pektin, sehingga

terjadi pelunakan dinding sel.

Penggeseran atau pelonggaran terjadi karena NAA melepas ikatan H. Ikatan hidrogen ini dapat dipengaruhi suhu, tetapi terutama oleh ion H+

(proton), serat mikro selulosa tidak terikat secara kovalen, tetapi dengan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen lebih mudah dilepas daripada ikatan kovalen. Serat mikro selulosa terbenam dalam matriks dinding sel yang terdiri atas protein, pektin dan polisakarida. Pengikatan matriks dinding sel satu sama lain melalui ikatan yang terbentuk aktifitas enzim. Salah satu anggota matriks yaitu xiloglukan terikat dengan membentuk ikatan hidrogen bersama serat mikro selulosa. Ikatan ini mudah dilepas oleh auksin, sehingga terjadi

penggeseran. Jadi peran NAA pada elongasi sel ada dua hal yaitu:

Pertama. NAA mengaktifkan pompa ion pada plasma membran, yang dapat mempertahankan pH sekitar 4 pada dinding sel. Dinding sel longgar, tekanan dinding sel menjadi berkurang, air masuk ke dalam sel sehingga terjadi pembesaran dan elongasi pada sel.

Kedua. NAA mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam pembuatan komponen sel. Sesudah pembesaran, keutuhan dinding sel terganggu (retak). NAA mengaktifkan pembuatan komponen dinding sel dan menyusun kembali ke dalam matriks dinding sel yang utuh. Hubungan NAA dengan protein adalah peranannya dalam metabolisme asam nukleat.

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa ada perbedaan nyata pada diameter bunga sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada parameter yang lain antara sebelum dan sesudah perlakuan belum menunjukkan beda nyata. Ada beda nyata antara pemberian GA dan NAA pada lebar papilae. Ada beda nyata pula antara pemberian GA dan NAA pada tebal bunga. Sedangkan pada parameter yang lain belum dapat dibedakan secara statistik antara pemberian perlakuan GA dan NAA.

Konsentrasi yang efektif pada GAA baik untuk memperbesar diameter, tebal bunga, panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar adalah 30 ppm, sedangkan pada konsentrasi GA yang lain walaupun hasilnya sudah lebih baik dari kontrol, tetapi kurang efektif.

NAA kadar yang terbaik untuk meningkatkan diameter, tebal bunga, panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar adalah pada konsentrasi 10 ppm. NAA 20, 30 dan 40 ppm kurang baik untuk mempercepat waktu pembungaan, memperbesar diameter dan tebal bunga serta panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar. Hal ini dapat terjadi kemungkinan, karena terlalu tingginya kadar yang dipakai mengingat bahwa rentang konsentrasi optimal dan toksis pada NAA yang sempit. Jadi NAA lebih aktif pada konsentrasi yang lebih rendah jika dibanding dengan GA.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. GA dan NAA mampu mempercepat pembungaan, memperbesar diameter dan tebal bunga serta ukuran papila mawar.

(6)

2. GA 40 ppm paling efektif mempercepat pembungaan, sedangkan GA 30 ppm dan NAA 10 ppm efektif meningkatkan diameter dan tebal bunga mawar.

3. GA lebih efektif meningkatkan panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar dibanding NAA.

4. GA 10 ppm dan NAA 10 ppm paling efektif meningkatkan panjang dan lebar papilae epidermis petala mawar ..

5. NAA efektif pada kadar yang lebih rendah dibanding GA.

DAFTAR PUSTAKA

Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta: C.V. Rajawali.

Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances. Including Aplication In Agriculture. New Delhi: Tata McGraw Hill Publishing Company Limited.

Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. C.V. Bogor: Yasaguna.

Rukmana, R. 1995. Mawar. Yogyakarta: Kanisius. Sumiati, E. 1983. Pengaruh Berbagai Zat Pengatur

Tumbuh Untuk Merangsang Pembungaan Tanaman Kentang. Buletin Penelitian Hortikultura: 29-36. Wareing, P.F. and I.D.J. Phillips. 1970. The Control of

Growth and Differentiation in Plants. New York: Pergamon Press.

Gambar

Tabel  1. Kecepatan (hari) pembungaan mawar sesudah  dan sebelum perlakuan dengan GA dan NAA pada saaat  muncul bunga pertama
Tabel  2. Diameter (cm) bunga sebelum dan sesudah perlakuan dengan hormon NAA pada saat bunga mekar penuh
Tabel  5. Panjang (cm) dan lebar (cm) papilae epidermis petala terluar mawar sebelum dan sesudah perlakuan  dengan hormon GA dari bunga pertama

Referensi

Dokumen terkait

(Strutkur, kaidah, interpretasi teks Networkin g Menggunak an multimodal di TV, internet dalam pembelajar an menulis anekdot Networkin g Menggunak an multimodal di TV,

Merancang dan Membangun Keamanan Jaringan menggunakan Proxy Server dengan Squid pada Ubuntu (Studi Kasus : CV Web Plaza Indonesia). Yudhistira Arie Wijaya, S.Kom Dian Ade

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Dokumen pengadaan, dengan terlebih dahulu melakukan registrasi

Atas dasar itu maka telah dilakukan penelitian pengembangan yang berorientasi pada model 4-D dan bertujuan untuk mendapatkan LKS berorientasi active learning dengan strategi

li. Kata -kata sapaan di atas juga dipergunakan untuk menyapa suami ka- kak kandung perempuan dan o rang laki-laki lain di luar kerabat yangseta- raf atau sebaya

Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) pengembangan m-learning berbasis android pada mata pelajaran jaringan dasar, (2) kelayakan media pembelajaran

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada media campuran arang serbuk gergaji dan kompos, sehingga sejak tahun 1999