• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Aspek Akuntansi

PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dan PT Indosiar Karya Media

(IDKM) menerapkan PSAK 38 (revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas

Sepengendali sebagai dasar kebijakan akuntansi untuk proses merger mereka. Dalam PSAK tersebut pengendalian dianggap ada jika pihak pengendali (induk perusahaan) memiliki lebih dari 50% hak suara pada suatu perusahaan terkendali (anak perusahaan), baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui anak perusahaan lain). Dengan adanya fakta bahwa IDKM dan SCMA, memiliki pemegang saham pengendali yang sama, yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan kepemilikan saham sebesar 74,08% atas IDKM dan kepemilikan atas saham SCMA sebesar 74,66% hal itu menunjukkan bahwa terdapat pengendalian antara EMTK dengan SCMA

dan IDKM, sehingga penerapan PSAK 38 (revisi 2012): Kombinasi Bisnis

Entitas Sepengendali sudah tepat dilakukan. Dalam Kasus ini EMTK bertindak selaku induk perusahaan yang memiliki dua anak perusahaan yaitu SCMA dan IDKM.

Dalam Laporan keuangan SCMA per 21 Desember 2013, disebutkan bahwa transaksi penggabungan usaha ini sejalan dengan strategi manajemen EMTK dalam melakukan restrukturisasi perusahaan-perusahaan berbasis

(2)

media ke dalam pengendalian Perusahaan, berikut ini adalah beberapa alasan yang mendasari transaksi akuisisi SP oleh Perusahaan:

1. Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham Perusahaan

dengan menjadikannya sebagai media holding company dengan entitas

anak yang bersinergi dan terpadu;

2. Meningkatkan asimilasi operasional antara entitas anak Perusahaan,

yaitu SP, IVM dan SCTV, yang keduanya juga merupakan klien utama dari SP;

3. Meningkatkan kinerja keuangan Perusahaan dengan memiliki

perusahaan content production-nya sendiri.

Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali berupa pengalihan aset, liabilitas, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut.

Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aset, liabilitas, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun liabilitas yang dialihkan harus dicatat sebesar nilai buku sebagai penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling-of-interests).

(3)

Selisih antara jumlah imbalan yang dialihkan dan nilai tercatat dari setiap transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali dibukukan dalam akun selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali yang disajikan sebagai ekuitas pada akun Tambahan Modal Disetor.

Laporan keuangan untuk SCMA setelah adanya merger dengan IDKM, menurut PSAK 38 ini harus disajikan kembali untuk periode sajian tahun 2012, dan untuk tahun 2012 aset neto IDKM digabungkan dengan SCMA. Modal saham dan tambahan modal disetor IDKM digabungkan ke dalam tambahan modal disetor SCMA. Untuk tahun 2013, aset neto IDKM digunakan sebagai pengurang jumlah yang dibayarkan dalam kombinasi bisnis. Selisih kas yang dibayarkan dan jumlah tercatat aset neto IDKM diakui sebagai pengurang tambahan modal disetor SCMA setelah gabungan. Sehingga Laporan Posisi Keuangan SCMA untuk tahun 2013 akan tampak sebagai berikut.

Gambar 5.1

Laporan Posisi Keuangan Konsolidaisaan SCMA Per 31 Desember 2013 (Setelah Kombinasi Bisnis)

(Disajikan dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Nilai Nominal Per Saham)

Keterangan 31 Desember 2013 31 Desember 2012 1 Januari 2012/

31 Desember 2011

ASET

ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas 1.043.262.766,- 1.065.760.142,- 897.890.467,-

Piutang Usaha

- Pihak Ketiga – setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesar Rp. 126.500 pada 314 Desember 2013, Rp. 244.772 pada 31 Desember 2012 dan Rp. 3.997.142 pada 31 Desember 2011

995.191.383,- 1.002.873.480,- 876.297.152,-

- Pihak berelasi 56.171,- 56.171,- 209.000,-

Piutang Lain-Lain

- Pihak Ketiga – setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesar Rp. 1.780.037 pada 31 Desember 2013 , 2012 dan 2011

16.190.257,- 16.455.995,- 28.959.803,-

(4)

Persediaan 374.538.776,- 267.363.699,- 191.862.981,- Biaya dibayar dimuka dan uang muka 137.327.150,- 63.149.905,- 35.268.020,-

Aset keuangan lancar lainnya - 9000.000,- -

Pajak dibayar dimuka 233.822,- 158.765- 360.638,-

TOTAL ASET LANCAR 2.570.167.368,- 2.425.558.911,- 2.030.548.06

1

ASET TIDAK LANCAR

Piutang Pihak Berelasi - - 1.049.885,-

Uang muka pembelian aset tetap 30.529.270,- 22.622.065,- 17.639.768,- Aset pajak tangguhan – netto 59.543.474,- 57.239.802,- 87.006.673,- Aset Tetap- setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp/

1.318.097.128 pada 31 Desember 2013, Rp. 1.230.936.194 pada 31 Desember 2012 dan Rp. 1.151.364.216 pada 31 Desember 2011

724.969.568,- 710.208.713,- 565.844.973,-

Aset tak berwujud –setelah dikurangu akumulasi amortisasi sebesar Rp. 361.598.041 pada 31 Desember 2013, 2012, 2011

445.237.356,- 445.237.356,- 445.237.358,-

Biaya sewa dibayar dimuka jangka panjang 142.969.063,- 148.415.504,- 153.861.944,- Taksiran tagihan pajak pengjasilan 14.534.505,- 4.668.044,- 7.759.203,- Aset tidak lancar lainnya – netto 22.115.472- 23.435.561,- 23.516.301,-

TOTAL ASET TIDAK LANCAR 1..439.999.008,- 1.411.827.345,- 1.421.916.104,-

TOTAL ASET 4.010.166.376,- 3.837.486.256,- 3.452.764.165,-

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang bank jangka pendek - - 20.000.000

Utang Usaha - Pihak Ketiga 192.955.565,- 190.042.152,- 324.523.862,- - Pihak berelasi 4.585.136,- 229.581,- 66.000,- Utang lain-lain - Pihak Ketiga 107.372.619,- 66.327.967,- 76.309.934,- - Pihak berelasi 40.488,- - - Beban akrual 235.468.829,- 243.012.433,- 261.519.340,- Utang Pajak 91.904.258 130.108.155,- 71.130.332

Bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun utang pihak berelasi

50.000.000,- - -

Utang pembiayaan 1.484.463,- 608.067,- 2.029.567,-

Utang obligasi- jangka pendek - - 574.572.025,-

Utang bank - - 400.518.511,-

Liabilitas lancar lainnya 21.768.154,- 11.676.044,- 7.405.461,-

TOTAL LIABILITIS JANGKA PENDEK 705.599.622,- 642.004.709,- 1738.075.132,-

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Utang pembiayaan 567.910,- 3.478.460,- 1.905.298,-

Utang pihak berelasi – setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun

448.323.782,- 497.699.755,- -

Liabilitas imbalan kerja karyawan- nett0 56.017.824,- 45.858.537,- 37.715.927,-

TOTAL LIABILITIS JANGKA PANJANG 515.009.516,- 547.036.752,- 39.521.225,-

TOTAL LIABILITAS 1.220.709.138,- 1.189.041.461,- 1.777.696.357,-

EKUITAS

Ekuitas Yng dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk 731.080.062 487.500.000,- 483.602.416,- Modal saham ditempatkan dan disetor penuh 281.905.533,- 563.713.272,- 544.416.984,-

Tambahan modal disetor - - 9.338.871,-

Saldo Laba

Telah ditentukan penggunaan nya 11.000.000,- 10.000.000,- 9.000.000,- Belum ditentukan penggunaan nya 1.713.867.296,- 1.356.334.219,- 430.873.525,-

Saham treasuri (40.801),- (38.184),- (838.217),-

Total 2.737.812.190,- 2.417.509.307,- 1.476.393.579,-

Proforma ekuitas - 219.973.860 187.852.433,-

Kepentingan non- pengendali 51.545.048,- 10.961.528,- 10.821.796,-

TOTAL EKUITAS 2.789.457.238,- 2.646.444.795,- 1675.067.808,-

TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 4.010.166.376,- 3.837.486.256,- 3.452.764.165,-

Sumber: Ringkasan Rancangan Penggabungan PT Surya Media Tbk. Dan Indosiar Karya Media Tbk.

(5)

B. Analisis Aspek Perpajakan

Dengan penggunaan nilai buku pada merger yang dilakukan SCMA dan IDKM, terdapat potensi pajak yang hilang sebesar:

Tabel 5.1

Perhitungan Selisih Nilai Pasar dengan Nilai Sisa Buku SCMA dan IDKM

Nama Total Aset Total Liabilitas Nilai Sisa Buku Nilai Pasar Selisih

SCMA 2.893.172.000.000 704.733.000.000 2.188.439.000.000 21.171.602.543.000 18.983.163.543.000

IDKM 882.292.000.000 489.064.000.000 393.228.000.000 10.573.744.066.000 10.180.516.066.000

TOTAL 3.775.464.000.000 1.193.797.000.000 2.581.667.000.000 31.745.346.609.000 29.163.679.609.000

Untuk SCMA, terdapat selisih sebesar Rp 18.983.163.543.000,00. Jika merger dilakukan dengan menggunakan nilai pasar, maka selisih tersebut merupakan keuntungan yang merupakan penghasilan kena pajak. Dengan tarif pajak untuk badan sesuai Pasal 17 UU PPh yaitu sebesar 25%,

maka potensi pajak yang hilang adalah sebesar 25% x Rp

18.983.163.543.000,00 = Rp 4.745.790.885.750,00

Untuk IDKM, terdapat selisih sebesar Rp 10.180.516.066.000,00. Jika merger dilakukan dengan menggunakan nilai pasar, maka selisih tersebut merupakan keuntungan yang merupakan penghasilan kena pajak. Dengan tarif pajak untuk badan sesuai Pasal 17 UU PPh yaitu sebesar 25%,

maka potensi pajak yang hilang adalah sebesar 25% x Rp

10.180.516.066.000,00 = Rp 2.545.129.016.500,00. Sehingga total potensi pajak yang hilang adalah sebesar Rp. 7.290.919.902.250,00.

Namun satu hal yang harus kita ingat, bahwa potensi pajak yang hilang ini hanya bersifat sementara atau dikarenakan beda waktu, bukan

(6)

beda tetap. Hal ini dikarenakan, ketika perusahaan menggunakan nilai pasar sebagai dasar merger mereka, mereka akan dikenai pajak penghasilan atas keuntungan pengalihan harta dari selisih antara nilai buku dan nilai pasar. Namun, di kemudian hari, perusahaan dapat melakukan penyusutan atas aset mereka berdasarkan nilai baru tersebut (nilai pasar) yang nilainya lebih besar dari nilai buku. Akibatnya penghasilan kena pajak dari perusahaan gabungan tersebut akan terkurangi biaya depresiasi yang nilainya lebiih besar, sehingga besar pajak perusahaan untuk tahun tahun berikutnya akan menjadi lebih kecil dibandingkan jika perusahaan menggunakan nilai buku sebagai dasar penilaian merger. Untuk aset lain yang tidak bisa didepresiasi seperti tanah misalnya, beda waktu akan terhapuskan ketika tanah tersebut dijual, ketika perusahaan menggunakan nilai pasar sebagai dasar merger, keuntungan penjualan tanah mereka akan jauh lebih kecil, dibanding perusahaan yang melakukan merger dengan dasar nilai buku, sehingga pajak yang mereka bayar menjadi lebih kecil.

Aturan pajak tidak selalu sinkron dengan aturan akuntansi (PSAK), dalam kasus ini, secara akuntansi, kebijakan akuntansi yang tepat adalah

menerapkan PSAK 38 (revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali,

dimana restrukturisasi ini dianggap berada dalam satu pengendalian, dan tidak ada perubahan substansi kepemilikan, sehingga dasar yang digunakan adalah nilai buku. Sementara menurut pajak, pada dasarnya setiap penggabungan usaha harus menggunakan nilai pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Ketidaksinkronan ini memberikan kendala bagi

(7)

perusahaan yang ingin melakukan merger, secara akuntansi dan hukum, proses merger sudah disetujui secara resmi, namun terjadi masalah ketika permohonan penggunaan nilai buku mereka ditolak oleh pajak. Dengan jumlah pajak terutang yang cukup besar, bisa jadi akan menghalangi proses merger ketika Wajib Pajak tidak memiliki dana untuk melunasi pajak terutang tersebut.

Salah satu tujuan merger adalah demi pemekaran usaha atau untuk meningkatkan skala ekonomi perusahaan. Dengan dilakukannya merger, diharapkan operasional perusahaan bisa meningkat dan bisa meningkatkan laba perusahaan. Dengan adanya peningkatan laba, di sisi lain, pajak yang harus dibayarkan juga akan meningkat. Hal ini tentu baik untuk penerimaan negara.

Salah satu prinsip pokok perpajakan yang paling terkenal yang

dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan

ajaran yang terkenal "The Four Maxims", adalah Prinsip convenient of payment, artinya pembayaran pajak tidak boleh membebani wajib pajak, jika pemungutan pajak sampai menghambat proses merger yang sebetulnya memberikan efek positif untuk penerimaan pajak di masa depan, tentu hal ini harus dihindari. Pajak seharusnya tidak hanya mementingkan penerimaan jangka pendek, namun juga penerimaan pajak jangka panjang.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (3), wajib pajak dimungkinkan menggunakan nilai buku untuk merger sepanjang diatur dalam keputusan menteri keuangan. Syarat yang harus dipenuhi Wajib Pajak sebagaimana

(8)

diatur dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No 43/2008 yaitu: mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan merger dan pemekaran usaha, melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha terkait, memenuhi persyaratan tujuan bisnis. Jika Wajib Pajak sudah memenuhi persyaratan, apakah DJP seharusnya memberikan izin bagi Wajib Pajak untuk menggunakan nilai buku. Hal ini akan memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak.

C. Analisis Aspek Hukum

Dalam Ringkasan Rancangan Penggabungan PT Surya Media Tbk. Dan Indosiar Karya Media Tbk. PT SCMA dan IDKM menggunakan pendapat dari beberapa kuasa hukum, antara lain:

1. Pendapat dari segi hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners

Kantor hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, telah ditunjuk oleh SCMA berdasarkan Surat Penunjukkan No. 337916-V1a tanggal 17 Oktober 2012 untuk bertindak sebagai Konsultan Hukum dan memberikan Pendapat Dari Segi Hukum atas rencana Penggabungan. Di bawah ini adalah ringkasan dari pendapat hukum tersebut:

a. Transaksi Penggabungan merupakan transaksi antar pihak yang

terafiliasi mengingat SCMA dan IDKM dikendalikan oleh pihak yang sama, yaitu EMTK. Berdasarkan Pendapat Kewajaran File No. STH-2013-103-SF, tanggal 14 Februari 2013 dari KJPP STH, transaksi Penggabungan dinyatakan wajar untuk pemegang saham

(9)

SCMA dan IDKM. Dengan demikian transaksi Penggabungan merupakan Transaksi Afiliasi dan bukan merupakan Transaksi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan IX.E.1.

b. Dengan efektifnya Penggabungan, maka sesuai dengan Pasal

122 UUPT, IDKM akan berakhir demi hukum pada tanggal efektif Penggabungan tanpa likuidasi terlebih dahulu. Pada saat berakhirnya IDKM, maka:

1. seluruh aktiva dan pasiva IDKM akan beralih demi hukum

kepada SCMA sebagai perusahaan penerima Penggabungan; dan

2. pemegang saham IDKM demi hukum akan menjadi

pemegang saham SCMA sebagai perusahaan penerima Penggabungan.

c. Penggabungan harus dilaksanakan dengan memperhatikan

ketentuan Hukum Indonesia yang berlaku khususnya UUPT, UUPM, PP 27/1998, UU Penyiaran, PP 50/2005, Peraturan IX.G.1, dan Peraturan Pencatatan BEI I.G dimana berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas. Penggabungan baru dapat dilaksanakan dan menjadi efektif apabila persyaratan-persyaratan di bawah ini dipenuhi:

(10)

1. diperolehnya pernyataan efektif dari Bapepam-LK sehubungan dengan pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada Bapepam-LK dalam rangka Penggabungan;

2. diperolehnya persetujuan, atau tidak adanya keberatan dari

pihak lain yang terkait dan atau dilaksanakannya tindakan yang

diperlukan, sebagaimana disyaratkan dalam

perjanjian-perjanjian dimana SCMA dan IDKM merupakan pihak;

3. diperolehnya persetujuan dari RUPSLB masing-masing

SCMA dan IDKM, dimana RUPSLB SCMA hanyalah sah apabila dihadiri oleh pemegang saham SCMA yang mewakili paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh lebih dari ¾ bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah dalam RUPSLB tersebut;

4. diperolehnya persetujuan pencatatan tambahan atas

saham-saham baru yang dikeluarkan SCMA oleh BEI;

5. ditandatanganinya akta penggabungan;

6. diperolehnya persetujuan atas usulan perubahan anggaran dasar

SCMA dari Menkumham; dan

7. dipenuhinya seluruh persyaratan sebagaimana dimuat dalam

anggaran dasar masing-masing SCMA dan IDKM, UUPM, UUPT, Peraturan IX.G.1, dan Peraturan Pencatatan BEI I-G.

(11)

d. Sehubungan dengan Penggabungan, SCMA dan IDKM secara bersama-sama telah mempersiapkan Rancangan Penggabungan sebagaimana disyaratkan oleh dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan dalam UUPM, UUPT, PP No.27/2008, dan Peraturan IX.G.1. Rancangan Penggabungan yang diusulkan secara bersama-sama oleh Direksi SCMA dan IDKM tersebut telah mendapatkan persetujuan dari masing-masing Dewan Komisaris SCMA dan IDKM pada tanggal 15 Februari 2013.

e. Penggabungan memerlukan perubahan Anggaran Dasar dari

SCMA sebagai perusahaan penerima Penggabungan. Perubahan anggaran dasar tersebut akan berlaku sejak tanggal surat persetujuan perubahan anggaran dasar dari Menkumham atas perubahan anggaran dasar sesuai dengan usulan perubahan Anggaran Dasar SCMA yang termuat dalam Rancangan Penggabungan atau tanggal kemudian yang akan ditetapkan dalam surat persetujuan tersebut.

2. Pendapat dari segi hukum Budidjaja & Associates

Kantor hukum Budidjaja & Associates, telah ditunjuk oleh IDKM berdasarkan Surat Penunjukkan No. 089/BA-CR/NCJ/TB/VIII/12 tanggal 26 September 2012 untuk bertindak sebagai Konsultan Hukum dan memberikan Pendapat Dari Segi Hukum atas rencana Penggabungan (“Pendapat Hukum Budidjaja & Associates”). Di bawah ini adalah ringkasan dari pendapat hukum Budidjaja & Associates:

(12)

a. Berdasarkan Daftar Pemegang Saham IDKM per tanggal 31 Januari 2013 dan Daftar Pemegang Saham SCMA per tanggal 31 Januari 2013 yang keduanya disiapkan oleh PT Raya Saham Registra, pemegang saham pengendali IDKM dan SCMA adalah EMTK. Oleh karenanya, transaksi Penggabungan ini merupakan transaksi afiliasi antara dua perusahaan yang berada di bawah satu pengendalian, sebagaimana diatur dalam Peraturan IX.E.1.

b. Untuk melaksanakan Penggabungan, Direksi IDKM dan

SCMA secara bersama-sama telah mempersiapkan Rancangan Penggabungan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam UUPT, PP No. 27/1998, dan Peraturan IX.G.1. Rancangan Penggabungan wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari masing-masing Dewan Komisaris IDKM dan SCMA.

c. Sebagaimana diatur dalam Pasal 122 ayat (3) huruf a dan b

UUPT dan sebagaimana ternyata dalam Rancangan Penggabungan, akibat Penggabungan, seluruh aktiva dan pasiva IDKM akan beralih demi hukum ke dalam SCMA. Selain hal tersebut, pemegang saham IDKM yang menyetujui rencana Penggabungan IDKM karena hukum akan menjadi pemegang saham SCMA.

d. Badan hukum IDKM akan efektif berakhir demi hukum

terhitung sejak tanggal efektif Penggabungan sesuai ketentuan UUPT. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 PP No. 27/1998 juncto Pasal 122 ayat (2) UUPT, bubarnya IDKM sebagai akibat Penggabungan

(13)

terjadi secara hukum tanpa perlu mengadakan likuidasi terlebih dahulu.

e. Dalam proses Penggabungan hingga tanggal efektif

Penggabungan, IDKM wajib memenuhi ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku terkait Penggabungan, termasuk namun tidak terbatas pada Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, UUPT, PP No. 27/1998, peraturan di bidang pasar modal dan peraturan-peraturan Bursa Efek Indonesia yang relevan.

D. Analisis Atas Putusan Pengadilan Pajak

Pertimbangan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa surat keputusan nomor KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 tentang Penolakan Permohonan Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan Usaha merupakan Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanakan keputusan perpajakan selain yang ditetapkan dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26, sehingga dapat diajukan gugatan sudah tepat. Hal ini dikarenakan Keputusan Penolakan merupakan salah satu jenis keputusan perpajakan sebagimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) UU KUP. Selain itu, Keputusan Penolakan juga tidak termasuk dalam Pasal 37 dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2011 yaitu mengenai keputusan yang tidak boleh diajukan gugatan.

PT. Surya Citra Media Tbk telah memenuhi semua persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan persetujuan penggunaan nilai buku atas

(14)

pengalihan harta dalam rangka penggabungan usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha. Persyaratan tersebut meliputi:

a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan

melampirkan alasan dan tujuan melakukan merger dan pemekaran usaha;

b. melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait; dan

c. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).

Permohonan izin tersebut juga telah disampaikan pada tanggal 25 Oktober 2013, yaitu masih dalam jangka waktu lama 6 (enam) bulan setelah tanggal efektif merger atau pemekaran usaha dilakukan (tanggal 1 Mei 2013) sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-45/PJ/2008.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak terlambat menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan, yaitu pada tanggal 8 November 2013 atau 14 hari setelah tanggal surat permohonan diterima, menurut SE-45/PJ/2008, seharusnya Kepala Kantor Wilayah menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan paling lama 3 (tiga) hari sejak diterimanya permohonan yang belum lengkap. Permintaan kelengkapan tersebut dipenuhi oleh SCMA pada tanggal 14 November 2013.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan dari Penggugat secara lengkap atau

(15)

maksimal tanggal 24 November 2013, hal ini ditujukan untuk memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak, namun Kepala Kantor Wilayah baru menerbitkan Keputusan penolakan dengan Nomor KEP-2630/WPJ.07/2013 pada tanggal 13 Desember 2013 .

Penerbitan surat keputusan nomor KEP-2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 harus dibatalkan karena telah melampaui jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan dari SCMA secara lengkap sehingga oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (5) dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-28/PJ./2008, permohonan SCMA harus dianggap diterima dan kepada SCMA diterbitkan surat keputusan persetujuan.

Pendapat Majelis yang menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha hanya terbatas pada aktiva tetap dan hal tersebut dikaitkan dengan persyaratan formal adalah keliru, merupakan pendapat yang tepat, karena dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 43/PMK.03/2008 tentang

Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka

Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha tidak disebutkan secara jelas bahwa hanya aset tetap yang dapat menggunakan nilai buku, terminologi aset tetap hanya muncul dalam lampiran PMK tersebut, dan tidak diatur dalam batang tubuh PMK tersebut, sehingga tidak bisa dijadikan dasar hukum untuk menolak permohonan Wajib Pajak. Sehingga

(16)

membatalkan surat keputusan Direktur Jenderal Pajak no. KEP- 2630/WPJ.07/2013 tanggal 13 Desember 2013 dan Majelis memerintahkan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk mengabulkan surat SCMA

Nomor.DIR/FIN/143/SCM/J103 tanggal 16 Oktober 2013 tentang

Permohonan Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan Usaha sudah tepat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian ini untuk menguji daya repelensi insektisida alami daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.) terhadap pertumbuhan populasi

B/3313/XII/2013/Pusdokkes tanggal 19 Desember 2013 Surat Telegram Kapolri Nomor : ST/2463/XII/2013 tanggal 23 Desember 2013 Perkap No : 1 tahun 2013 tanggal 27 Desember 2013

Menurut Wien Pudji Priyanto (2004:27-35), pencahayaan seni pertunjukkan berasal dari dua sumber yang berbeda yakni berasal dari alam dan berasal dari buatan manusia. Pencahayaan

Pendapat Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah penerbitan Surat Keputusan Terbanding Nomor: KEP-428/WBC.10/2013 tanggal 28 Maret 2013 mengenai

bahwa Surat Gugatan Nomor 030/SOA/PP/III/2020 tanggal 26 Maret 2020 menyatakan tidak setuju terhadap Keputusan Tergugat Nomor KEP-01460/NKEB/WPJ.01/2019 tanggal 10 Juli 2019

Bahwa sehubungan dengan diterbitkannya Keputusan Terbanding Nomor: KEP-076/WPJ.06/BD.06/2008 tertanggal 25 Januari 2008 tentang Penolakan atas permohonan surat keberatan Pemohon

Bahwa alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu butir A tentang Sengketa Formal atas Penerbitan Surat Keputusan Keberatan Nomor :

bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap berkas Gugatan, diketahui bahwa dalam menerbitkan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP- 101/WPJ.02/BD.0602/2010 tanggal 22 Februari