• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

' PENDIDIKAN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam

Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2008

SKRIPSI

DISUSUN O LEH :

(2)

Jl. Tentara P elajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298)323433. 323706

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara: W idiyatm oko Agus Nugroho dengan Nom or Induk Mahasiswa 111 03 025 yang beijudul: RELEVANSI KONSEP PEN DID IK AN AKHLAK DALAM S U R A T LU Q M A N DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PEN DID IK AN DI INDONESIA telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: R ab u , 19 M aret 2008 M yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabbi* ul Awal H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilm u Tarbiyah.

19 Maret 2008 M . Salatiga,

---11 Rabbi'ul Awal 1429 H.

PANITIA UJIAN

(3)

Jl. Tentara P elajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

D E K L A R A S I

<Uil

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi m ated yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang

munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 01 Maret 2008 Penulis

(4)

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Widiyatmoko Agus Nugroho NIM : 111 03 025

Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI

Judul : RELEV ANSI KONSEP PENDIDIKAN

(5)

“A T R U L Y F R IE N D 'S I S P E R SO N W HO S A ID T H E TR U E TO US, A N D

N O T A P E R S O N W HO ST R A IG H T E N OUR W O RD S”

Kebahagiaatt yang hakiki adalah mampu taat kepada Sang

Maha Hidup.

(6)

1. Ayahanda Suparm in dan Ibunda tercinta (N inik Sri M ulyani dan Partimah).

2. Bapak dan Ibu mertua tercinta.

3. Istriku M ustaghfiroh Indyah TW dan p eri kecilku tercinta A fifa Sachiko

Yuwahhida, yang telah banyak memberi inspirasi dalam penulisan ini

4. Saudara-saudaraku, M asku Sujatmiko, yang telah banyak memberikan

dukungan, dem i tercapainya cita-cita ini, adik-adikku; Wahyu, dan Tyas, yang

selalu menghibur dalam kepenatan.

5. B pk KH. M uhsin Al-H afidz, yang telah memberikan pengarahan lahir dan

bathin.

6. B pk Dr. H Muh. Saerozi, M. Ag, yang telah memberikan bimbingan, dan

support dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

7. B pk M ukti Ali, B pk Yahya, yang banyak memberi saran dan supportnya.

8. M y best friend's. T. M N asir (Gutet), Zazuli “Iz u l”, S. Pdl, Am ir D avid

(Badrun) S. Pdl, Murjaya, S. P d l (Palembang), dan sem ua teman-teman

Tarbiyah khususnya P A I angkatan 2003 yang sam a-sam a berjuang bersama

di STAIN Salatiga.

9. Sahabat-sahabat PM II yang selalu berjuang bersam a (mas Sinyow, kang

Agung, kang Huda, cak Faiz, kang Dhomir, mas Arief, mas Atenk, dan yang

lain ya n g tidak dapat penulis sebutkan satu p er satu)

(7)

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan sal am semoga senantiasa

dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan

melalui ajaran-ajarannya.

Alham dulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan judul “RELEVANSI KO N SEP PEN DID IK AN A K H LA K DALAM

S U R A T LU Q M A N DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PEN DID IK AN DI INDONESIA” telah selesai. Skripsi ini merupakan sal ah

satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya

skripsi ini.

Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan

dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.

Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih

kepada:

1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

(8)

penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah member! motivasi

sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempumaan dan terdapat

banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua

pembaca secara urn urn. AMIN.

Salatiga, 01 Maret 2008 Penulis

(9)

Pengesahan... i

BAB II : PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL... 19

A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional... 19

B. Fungsi Pendidikan Nasional... 22

C. Faktor-Faktor Pendidikan:... 24

1. Pendidik (guru)... 24

2. Peserta Didik (sisw a)... 27

3. Kurikulum Pendidikan N asional...29

4. Strategi Pendidikan N asional... 32

BAB III : NILAI DASAR PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-Q U R'AN SU RA T LUQM AN.... 34

(10)

A khlak... 40

C. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqm an... 44

1. Pendidikan T auhid...44

2. Pendidikan A khlak...47

a. Akhlak terhadap Allah ...48

1) Syukur kepada A llah ...48

2) Beriman dengan Kesungguhan H a ti...49

3) Beribadah... 50

4) S ab ar...51

b. Akhlak terhadap M anusia...52

1) Menghormati Orang T u a ... 53

2) Larangan Memalingkan Muka (sombong)...57

3) Beijalan dengan Cara Sederhana... 58

4) Berbicara S o p an... 59

5) Am ar M a'rufN ahi M ungkar...59

6) Sangsi M oral...61

BAB IV : RELEV ANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI IN D O N ESIA ...63

(11)

1. Penerapan pendidikan akhlak di mulai dari keluarga...79

2. Peningkatan kualitas pendidik agama dalam pembelajaran... 80

3. Pendayagunaan potensi yang ada... 82

a. M asjid...82

b. Pondok Pesantren... 82

c. Sekolah... 83

d. Perguruan T in g g i... 83

BAB V : KESIMPULAN DAN PENUTUP... 85

A. Kesimpulan... 85

B. Saran-Saran...89

C. Penutup... 90 Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran.

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Al-Q ur'an secara harfiah berarti "bacaan sempuma" yang merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat. Dalam sejarah belum ada yang mampu menandingi dan menyamai Al-Q ur'an. Dimana telah diketahui bahwa bacaan yang terkandung didalamnya begitu sempuma.

Sehubungan akan hal itu Quraish Shihab (1999:4) mengatakan bahwa, tidak ada bacaan seperti A l-Q ur’an yang di atur tentang cara baca dan masalah

etikanya. Tidak ada bacaan yang didalamnya terkandung kosa kata sebanyak 77.439 dengan jumlah huruf 323.015 hu m f yang seimbang dengan kata-

katanya, baik antara kata padanannya, maupun antonim dan sinonimnya serta dampaknya.

Sebagaimana dalam firman-Nya surat A sy-Syura: 17,

£ jj! ill

Artinya: Allah menurunkan kitab dengan sebenamya dan (menurunkan) neraca (keadilan, syari'at) (Mahmud Yunus, 1990:437).

Ini menunjukkan bahwa, Al-Q ur'an yang merupakan sumber ajaran Islam, banyak memberikan petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya. Karena itu memahami isi Al-Q ur'an dan kemudian mampu meyakininya

sebagai way o f life-nya, sebagai ideologinya, sebagai keyakinan yang dibawa

sampai mati, yang mengatasi berbagai hal yang dapat dirasakan dan difikirkan

(13)

benar-benar menjadi "An expression o f the whole man", bagi yang mengharapkan kebahagiaan di dunia dan di akherat kelak, sebagaimana dalana

firman-Nya surat Al-Baqarah ayat: 2,

Artinya: kitab itu (Al-Qur'an) tidak ada keraguan padanya, jadi petunjuk bagi orang-orang yang takwa (Mahmud Yunus, 1990:3).

Di bidang akhlak, Al-Q ur'an menyerukan pada manusia agar mengarahkan jiw a dan hatinya pada sifat-sifat yang terpuji. Keyakinan ini dapat diperoleh dengan menguji kebenaran ayat-ayatnya, yang sekiranya

mampu untuk melakukannya. Secara garis besar, ayat-ayat Allah itu terdiri dari dua macam, yaitu ayat kauniah dan ayat qauliyah. Oleh karena itu

sebagai seorang muslim diperintahkan Allah untuk mempelajari alam, beserta isinya dengan metode ilmiah. Akhlak dalam ajaran Islam dibina berdasarkan prinsip-prinsip mengambil sesuatu yang baik menuju kepada yang lebih baik.

Tidak diragukan lagi, pendidikan melalui tingkah laku yang baik merupakan

sarana yang paling efektif dalam upaya memperbaiki diri pribadi maupun

umat.

Mengingat bahwa, manusia adalah makhluk Allah yang paling sempuma dengan bekal akal dan fikiran. Allah hanya menunjuk manusia

sebagai khalifah f l l ard, karena selain manusia tidak diberkahi akal dan fikiran oleh Allah SWT. Untuk itulah akal yang memposisikan manusia sebagai makhluk pilihan dan sempuma, dan menjadi penentu yang tidak dimiliki

(14)

Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dal am pendidikan adalah akhlak. Sehubungan itu Ramayulis (2005:72) mengatakan bahwa, pendidikan akhlak adalah jiw a pendidikan Islam. Sebab pendidikan akhlak adalah jiw a pendidikan, karena salah satu tujuan tertinggi pendidikan adalah pembinaan akhlak al-karimah.

Pendidikan akhlak dalam Islam dimulai sejak manusia dilahirkan ke dunia, dan teijadi melalui segi pengalaman hidup. Pembinaan akhlak ini dilakukan secara bertahap, berkelanjutan sesuai dengan perkembangan

masing-masing manusia.

Pada era globalisasi dan modemisasi menjadikan manusia tergantung

pada kemajuan teknologi, sehingga masalah agama kurang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Era globalisasi telah membawa dampak yang sangat jelas, baik yang positif maupun yang negatif. Sisi positifnya

berbagai kemajuan IPTEK dan seni menjadikan manusia secara optimal memanfaatkan sumber daya yang ada, sedangkan pada sisi negatifnya terlihat

jelas bahwa, berbagai budaya asing masuk di Indonesia tanpa mengenal batas, yang tidak sesuai dengan budaya bangsa ini. Sehingga mengakibatkan

penyimpangan (baik dalam masalah pola hidup maupun perilaku) dan juga

kemerosotan moral di segala lapisan masyarakat, terlebih pada masalah akhlak generasi muda. Sehubungan itu Haidar Baqir berpendapat dalam Ki

Supriyoko, dkk (2007:182) bahwa, pendidikan agama yang hingga kini diajarkan pada peserta didik hanya mementingkan aspek kognisi

(15)

manusia yang tawadhu'-rendah hati, manusia yang saleh secara individu maupun sosial. Masai ah tersebut (akhlak/moral) yang menjadi tantangan bagi dunia pendidikan masa depan khususnya pendidikan agama.

Kualitas keberagamaan sangat ditentukan oleh realitas akhlak. Jika dalam syorVat membahas tentang syarat, rukun, syah/tidak, serta halal dan

haram, sedangkan pada masalah m u'am allat duniawi, manusia menekankan pada realitas perilaku/akhlak, yaitu tingkah laku pada perbuatan yang dinilai oleh norma-norma yang berlaku. Untuk itulah akhlak yang memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat (interaksi antara satu

individu dengan individu yang lain).

Seorang pendidik, baik orang tua maupun guru berkewajiban membentuk individu yang penuh dengan kepribadian dan akhlak yang mulia. Mengingat bahwa pendidikan dasar diperoleh dari pendidikan dalam keluarga.

Maka orang tua berkewajiban memberi bekal pendidikan dasar tersebut sedini

mungkin. Hal ini senada dengan sabda Rasullullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Tadjab, dkk (1994:51); "Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tua-lah yang menjadikannya yahudi, nasrani, dan majusi".

Banyak sekali ayat-ayat Al-Q ur'an yang mengandung berbagai disiplin keilmuan seperti, pertanian, fisika, biologi, pendidikan dsb. Dengan akal

(16)

kreatif, inovatif, dan bijaksana untuk menterjemahkan ayat Allah dalam

kehidupannya.

Berbekal perangkat akal fikiran serta metode ilmiah, akan diperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan ini manusia mampu memanfaatkan segala

hal (sumber daya manusia maupun sumber daya alam) dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30, Allah menjadikan manusia di bumi ini sebagai khalifah (Mahmud Yunus, 1990:6).

Sedangkan modal utama sebagai khalifah adalah dengan ilmu. Karena dengan ilmu inilah akan tercapai kemajuan, maka penguasaan ilmu sebagai tulang punggung iman, takwa, dan ilmu pengetahuan serta teknologi mutlak

diperlukan.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa, terciptanya keseimbangan yang

harmonis antara akal dan kepercayaan, mutlak dibutuhkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila ini. Artinya bahwa, manusia di beri kebebasan berfikir semaksimal mungkin, akan tetapi perlu disadari pula bahwa, terdapat hal yang harus

diyakini namun tidak dapat diadakan penelitian secara logis.

Dari sini nampaklah tentang pentingnya pendidikan agama (Islam). Di samping memperbincangkan tentang akal dan tentang keyakinan, dalam Islam juga berbicara tentang dunia dan akherat serta perilaku/akhlak manusia.

Berbicara tentang konsep pendidikan di Indonesia yaitu, antara konsep

(17)

pendidikan yang ada, tanpa menghilangkan makna nasionalisme ke dal am

pendidikan yang Islami.

Strategi yang diambil adalah dengan fungsionalisasi Al-Q ur'an dan

H adits secara maksimal. Sementara itu Achmadi (1984:21) mengatakan dal am bukunya "Ilmu Pendidikan" bahwa, diberbagai negara Islam, Saudi Arabia

misalnya, yang mana Islam sebagai agama Negara, maka Al-Q ur'an dan

H adits dijadikan sebagai sumber ajaran tertinggi bagi seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan didalamnya.

Sementara itu, di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam tidak menjadikan Al-Q ur'an dan H adits sebagai dasar Negara.

Namun demikian, bagaimana dapat menfungsionalisasikan A l-Q ur'an dan

H adits secara maksimal di berbagai aspek kehidupan. Media yang paling tepat dan efektif adalah melalui pendidikan. Sehingga, apabila di masa yang akan datang perkembangan masyarakat semakin mengarah kepada hedonisme,

sekulerism e, dan individualism e, dan anarkism e, maka umat Islam di Indonesia harus mampu mengamankan Dasar Negara, sebagaimana pada waktu terbentuknya Pancasila.

Salah satu contoh konsep pendidikan dalam A l-Q ur'an adalah surat

Luqman. Di dalamnya terkandung beberapa ayat yang mengandung dasar- dasar ilmu pendidikan yang sempuma. Sebagaimana Hamka (1979:142) mengatakan bahwa, ada tujuh ayat terkandung di dalam surat Luqman

(18)

manusia masih hidup di dunia ini. Sedangkan Achmadi (1992:59) berpendapat bahwa, manusia seutuhnya dalam konsep pendidikan Islam berarti, perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu, dan kehidupan pribadinya maupun alam

sekitamya di mana individu itu hidup.

Kandungan statemen permasalahan di atas yaitu, era globalisasi dan modemisasi telah menjadikan manusia sangat menggantungkan pada

teknologi, sedangkan dampak negatif dari era global adalah kemerosatan akhlak (moral) di semua lapisan masyarakat. Maka pendidikan agama sebagai

pilar pendidikan akhlak diharapkan mampu mengatasi krisis moral tersebut. Karena pada dasamya masalah akhlak tidak dapat terwujud tanpa adanya

intervensi dari pendidikan agama. Diharapkan pendidikan agama mampu menjadi benteng dan filte r bagi setiap manusia Indonesia dalam menghadapi era global dewasa ini. Untuk itu penulis berkeinginan mengangkat

permasalahan itu dalam penelitian skripsi dengan judul "RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SU RAT LUQM AN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA".

Sementara yang penulis maksud undang-undang pendidikan adalah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

(19)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalahan

yang perlu dituangkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep nilai dasar pendidikan yang terkandung dalam A

l-Qur'an surat Luqm an ?

2. Aspek-aspek pendidikan (Akhlak) apa saja yang terkandung dalam A

l-Qur'an surat Luqm an ay at 12-19 ?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak dalam surat Luqman

dengan perundang-undangan pendidikan di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Setelah rumusan masalah ditetapkan, maka tujuan dari penulisan ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara mendalam tentang nilai-nilai dasar pendidikan

yang terkandung dalam Al-Q ur'an surat Luqman.

2. Untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan akhlak yang terdapat dalam A

l-Qur'an surat Luqm an 12-19.

3. Untuk mengetahui relevansi antara nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam Al-Q ur'an surat Luqm an dengan Perundang-Undangan Pendidikan

(20)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk:

1. Secara Teoritis; memperkaya khasanah keilmuan dan pengetahuan tentang pendidikan dengan merujuk pada Al-Q ur'an dan perundang- undangan pendidikan di Indonesia.

2. Secara Praktis; mendorong kepada pembaca untuk lebih mendalami ilmu pengetahuan dengan merujuk pada dasar ajar an Islam (Al-Qur'an

dan Hadits) juga merelevansikan dengan peraturan/undang-undang

yang mengatur tentang pendidikan di Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengetahuan penulis pembahasan serupa pemah dilakukan oleh: 1. Amir Mahmud (1992) dengan judul “Konsep Pendidikan Islam dalam

A l-Q u r’an dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Nasional”. Dalam penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui

pendidikan yang terkandung dalam wasiat Luqm an al-H akim , yang kemudian untuk mencari relevansi antara pendidikan Islam dengan

Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa, pendidikan Islam terdapat kesesuaian dengan

pendidikan nasional. Dengan meninjau kembali pada TAP M PR No.

IV/MPR/1978, yang apabila itu dipilah-pilah akan menjadi unsur Pendidikan Nasional meliputi:

(21)

b. Meningkatkan kecerdasan. c. Meningkatkan ketrampilan. d. Mempertinggi budi pekerti.

e. Memperkuat kepribadian.

f. Mempertebal semangat kebangsaan.

g. Menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat

membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Sedangkan dal am merelevansikan pendidikan Islam dengan pendidikan nasional ia merujuk pada wasiat Luqm an kepada anaknya. Kesimpulannya menyatakan bahwa, antara Pendidikan Islam dan

pendidikan nasional mempunyai relevansi yang berkaitan erat.

2. Sukini (2006) dengan Judul “Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif

Al-Qur ’an". Inti pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Pendidikan anak.

b) Pendidikan anak dalam lingkungan keluarga.

c) Pendidikan akidah akhlak.

d) Materi pendidikan akhlak anak.

e) Sumber pendidikan akhlak anak dan metode pendidikan akhlak anak. 3. Muh. Wahid Supriyadi (2006) dengan judul skripsi “Metode Pendidikan

Islam Dalam Surat Luqm an” dari penelitian yang di lakukan, ia (Wahid) menfokuskan pada kajian tentang beberapa metode pendidikan yang terdapat dalam surat Luqm an, sedang obyek penelitianya pada ayat 13-19

15

Dari tabel tersebut di atas, tampak sekali perbedaan-perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini. Untuk itu penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul tersebut, yaitu, "RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

SU RAT LUQM AN DENGAN PERUNDANG-UNDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA".

F. Metodologi Penelitian

(22)

Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjanan pustaka,

metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Pendidikan Akhlak dalam Sistem Pendidikan Nasional. Berisi: dasar dan tujuan pendidikan nasional, faktor-faktor pendidikan yang meliputi;

pendidik, siswa kurikulum dan strategi pendidikan nasional. Pendidikan akhlak dalam Sistem Pendidikan Nasional

Bab III Nilai Dasar Pendidikan Akhlak dalam A l-Q ur'an Surat Luqman, . y * ' v

dalam bab ini berisi; tokoh pendidik dalam Al-Q ur'an surat Luqman, tujuh ayat surat Luqman yang merupakan esensi pendidikan akhlak, nilai-nilai dasar

pendidikan akhlak dalam surat Luqman; tauhid (akhlak terhadap Allah), akhlak terhadap sesama, birrul walidain, syukur, ibadah, am ar m a 'ru f nahi

\

mungkar, sangsi moral.

Bab IV Relevansi Nilai Dasar Pendidikan Islam dalam Surat Luqman

dengan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia berisi; relevansi konsep

pendidikan akhlak dalam surat Luqman dengan perundang-undangan pendidikan di Indonesia, aplikasi pendidikan akhlak dalam Sistem Pendidikan

Nasional.

(23)

A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa menduduki peranan yang

sangat penting. Perkembangan, kebangkitan, dan kejayaan serta kelangsungan hidup bangsa akan teijamin melalui pendidikan. Akan tetapi hal-hal tersebut tidak akan tercapai jika sendi-sendi dan pilar pendidikan rapuh.

Dalam hubungan itu, pendidikan di negara Indonesia dilaksanakan dengan maksud untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai perwujudan dari amanat yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu, “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara

Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, d an ...”.

Sedangkan dalam batang tubuh UUD 1945 dijabarkan cita-cita bangsa

melalui pendidikan yang terdapat pada pasal 31 dan sekaligus sebagai dasar

konstitusional, yakni:

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai.

3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang-undang. *

* UUD 1945, setelah amandemen keempat (Tanggal 10 Agustus 2002).

(24)

Ayat pertama, menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia

menghormati dan melindnngi hak individu yang berkedudukan sebagai warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Ayat kedua menunjukkan,

bahwa setiap warga negara wajib untuk mengikuti pendidikan dasar, dan pemerintah berkewajiban membiayainya, serta melaksanakan

kewajibannya untuk menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sebagaimana dal am pembukaan UUD 1945 alenia keempat dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa, salah satu faktor pemimpin-pemimpin

gerakan kebangsaan menyatakan kemerdekaan dan membentuk pemerintah an negara adalah upaya untuk “mencerdaskan kehidupan

bangsa”. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, negara yang berdasarkan pada “Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan

beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dal am permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” atau

yang dikenal dengan Pancasila.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 2 ditegaskan bahwa: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD

(25)

Serangkaian nilai yang terkandung dal am tujuan pendidikan nasional hams mampu diterapkan pada realitas. Agar terwujudnya cita-cita

bangsa, yaitu melahirkan warga negara yang bersumberdaya unggul, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, serta menguasai IPTEK, maka pendidikan dikembangkan secara terpadu yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Bila memjuk pada tujuan pendidikan dalam UU No. 20 Tahun

2003 di atas, untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa serta

berakhlak mulia, perlu adanya campur tangan pendidikan agama. Untuk itu, kemudian pemerintah Republik Indonesia mengatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, sebagai wujud dari pelaksanaan pengembangan pendidikan nasional sesuai pasal 12 ayat (4) dan pasal 30

ayat (5) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari pemaparan di atas, tampak sekali posisi iman dan takwa, serta

akhlak menjadi prioritas dalam tujuan pendidikan nasional, Dengan demikian antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional perlu diberikan

tekanan khusus. Oleh karena itu setiap jalur, jenis dan sistem pendidikan harus mempunyai tujuan yang berkesinambungan. Nilai-nilai yang diwujudkan oleh tujuan pendidikan tersebut tidak hanya ditampilkan

sekedar slogan/istilah saja. Melainkan, diharapkan mampu menjiwai seluruh isi yang berkaitan dengan pendidikan nasional. Barangkali tidak

(26)

B. Fungsi Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Depag RI, 2006:5). Sebagaimana telah diketahui,

bahwa pendidikan merupakan instrumen yang strategis dal am mencapai

tujuan bangsa, terutama dal am mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai instrumen, pendidikan nasional haruslah merupakan pengej awentahan dari

dasar negara RI, yaitu UUD 1945 dan Pancasila. Maka pemikiran, penyusunan, pengembangan, dan pembinaan sistem serta programnya

harus bersumber dan bertolak dari pancasila dan UUD 1945.

Dalam sejarah perkembangan dan perubahan sistem pendidikan di

Indonesia, secara langsung maupun tidak komponen-komponennya-pun

akan mengalami berbagai perubahan. Sesuai dengan perkembangan di era

reformasi ini, secara umum menuntut diadakannya berbagai pembenahan dan pembaharuan, termasuk pendidikan didalamnya. Sedangkan dalam pergeseran, adanya perubahan perspektif tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi

paradigma manusia sebagai subyek pembangunan secara utuh (PPRI No. 19, 2005:71). Sehingga dalam fungsinya (pendidikan) akan mengalami perubahan juga. Hal ini dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 bahwa,

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dealam

(27)

Dengan demikian fungsi pendidikan nasional adalah berusaha

mengembangkan kemampuan peserta didik, serta membentuk watak

manusia yang bermartabat. Sedangkan untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perpaduan kedua sistem pendidikan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan yang mendasar.

Azzumardi Azra (1996:3) mengemukakan, bahwa fungsi dasar

pendidikan adalah memberikan kaitan antara peserta didik dengan

lingkungan yang selalu cepat mengalami perubahan. Di samping itu pendidikan juga berfungsi sebagai instrumen dalam perubahan sosial secara keseluruhan.

Sehubungan itu, Abdul Rahman (1999:34) mengatakan bahwa,

“There are unseparated dialectical relationship between education and

societies. Even so, experience show s that education is more determ ined by

social changes .

Oleh karena itu pendidikan harus terlibat dalam perubahan. Keterlibatan pendidikan diharapkan tidak hanya sebatas mampu

menyesuaikan diri terhadap perubahan, tetapi pendidikan harus mampu berperan sebagai agen perubahan. Pendidikan diharapkan mampu

(28)

C. Faktor-Faktor Pendidikan 1. Pendidik (guru)

Dal am upaya pencapaian hasil sebuah pendidikan, faktor

pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pendidik adalah seorang penyampai ilmu, pemberi nasehat dan teladan bagi anak didiknya.

Seorang guru harus memiliki kemampuan dan mempertahankan penampilan sebagai orang yang terbaik di mata anak didiknya. Secara garis besar faktor-faktor yang termuat dal am sistem pendidikan

mencakup dasar, tujuan, pendidik, peserta didik dan kurikulum. Sedangkan dalam dasar dan tujuan telah penulis paparkan di muka.

Guru atau pendidik menurut Madyo Ekosusilo dalam

Ramayulis (2005:50) adalah seorang yang bertanggung jaw ab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembanagn

kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani

maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi

tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu dan juga

sebagai makhluk sosial.

UU No. 20 Tahun 2003 pada pasal 39 ayat (2) menyatakan

bahwa

(29)

Pemyataan tersebut menjelaskan kedudukan guru dan dosen

sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip

profesional untuk memenuhi hak warga negara dal am mendapatkan

pendidikan yang bermutu

Kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional, maka masalah

tenaga pendidik dan kependidikan di atas diatur dalam UU No. 14

Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dijelaskan pada pasal 6 UU

No. 14 Tahun 2005 bahwa, kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga

profesional yang bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan

nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Jalaluddin (2001:93) berpendapat bahwa, dalam hubungan

dengan dimensi akhlak, maka pelaksanaan pendidikan ditujukan

kepada upaya pembentukan manusia yang berakhlak. Tujuan dititik

beratkan pada pengenalan terhadap nilai-nilai baik dan

(30)

dan yang buruk, serta mampu mengamalkan dan mempertahankan

nilai-nilai akhlak secara berkelanjutan.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, tugas seorang pendidik begitu berat, yang mana harus secara tepat melakukan usaha

transfer pengetahuan kepada siswa dengan tujuan memberikan pengertian, pemahaman, dan pengamalan pengetahuan yang

diajarkannya. Dalam pandangan Islam, Rasul sebagai pendidik yang

mulia, sejalan dengan tujuan Allah mengutus-nya untuk

meyempumakan akhlak umat.

Sementara itu al-Ghazali (t.t: 13) berpendapat dalam kitabnya

“Ayyuhal WalacT memberikan devinisi pendidik sebagai orang yang bisa mengeluarkan budi pekerti yang buruk dan menganti dengan budi

pekerti yang baik. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007:15),

guru adalah suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai seorang guru dan tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Sebagai mana diketahui bahwa, kewajiban orang tua memberikan pendidikan dasar pada anak-anaknya sebagaimana

terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003 bab IV pasal 7 ayat (2). Namun karena keterbatasan orang tua, maka melimpahkan tanggung jawab tersebut kepada orang lain (pendidik/guru) dalam pengertian

(31)

Sehubungan dengan itu Zakiah Daradjat (1992:55) berpendapat

bahwa, adanya pelimpahan tanggung jawab orang tua kepada pendidik

disebabkan oleh faktor yang memungkinkan proses pendidikan itu

beijalan dengan maksimal. Untuk itu seorang pendidik harus memiliki

kualifikasi, kompetensi dan profesional.

Bila mengacu pada UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Gum dan Dosen, pada masa reformasi ini, maka mensyaratkan kriteria seorang

pendidik sebagai berikut:

a. Memiliki kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan

tinggi program saijana.

b. Memiliki beberapa kriteria/kompetensi yang meliputi komptensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

kompetensi perofesioanl (Depag RI, 2006:88).

Dengan demikian pendidik wajib menunjukkan perilaku

sebagai seorang yang dapat menjadi contoh anak didiknya, memiliki

pengalaman, memahami perkembangan anak didik, dan memberi tauladan di samping hams menjalankan kegiatan pembelajaran.

2. Peserta Didik (Siswa)

(32)

keimanan dan nilai-nilai kemuliaan akhlak, sebagaimana yang

diharapkan cita-cita luhur bangsa Indonesia.

Keberhasilan untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara optimal, faktor peserta didik (siswa) harus menjadi perhatian secara

khusus. Peserta didik (siswa) harus dipersiapkan sedemikian rupa agar

tidak mengalami banyak hambatan dal am usaha pengembangan

potensi anak didik, yaitu manusia yang bersumberdaya unggul dalam segala aspek.

Sementara yang dimaksud peserta didik adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu (Depag RI, 2006:5). Lebih jauh dijelaskan oleh

Abdul Mujib (1993:177) bahwa, peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologi.

Adanya perubahan paradigma dalam pendidikan (peran manusia)**. Peserta didik merupakan obyek sekaligus sebagi subyek pendidikan, oleh sebab itu dalam memahami hakekat peserta didik, pendidik harus memahami ciri-ciri umum siswa. Sebagaimana

tuntutan dari tujuan pendidikan nasional , yaitu pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Jalaluddin (2001:129) berpendapat bahwa, peserta didik adalah manusia yang membutuhkan

** Lihat kembali halaman 18.

29

bimbingan bagi perkembangan jasmani dan rohani. Dengan tujuan

mengantarkan pencapaian tingkat kedewasaan. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas sangat jelas bahwa pendidikan bukan saja hanya menjadikan peserta didik pandai dalam akademik, tetapi untuk

menjadikan manusia yang seutuhnya yang mampu menjadi manusia

yang mengabdi kepada sang khalik, menjadi manusia yang bermanfaat

kepada sesama dengan memiliki akhlak yang mulia.

Jika meninjau pada PP No. 19 Tahun 2005 pada Bab V pasal 26, jelas sekali kedudukan akhlak dijadikan prioritas utama dalam

(33)

“Sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada alam sekitar pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi murid- muridnya di dal am dan diluamya, dan sejumlah pengalaman- pengalaman yang lahir dari interaksi-interaksi dengan kekuatan dan faktor-faktor itu” (Omar al-Toumy al-Syaibany, 1979:485- 486).

Definisi di atas mengandung makna bahwa kurikulum hams di

susun sedemikian rupa sehingga tercipta interaksi yang sehat antara

pendidikan dan masyarakat, karena fimgsi sekolah mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, di

usahakan agar kurikulum relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal

ini hams diperhatikan, karena relevansi mempakan salah satu patokan

dal am pengembangan kurikulum.

Dalam menyusun kurikulum pendidikan, hams diupayakan untuk mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Kurikulum yang bersumber pada ajar an Islam (Al-Qur’an) yang

dikembangkan secara efektif sesuai dengan kondisi masyarakat. Kurikulum hams dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip

tertentu, yang mempakan kaidah yang menjiwai kurikulum dan di pakai sebagai landasan agar kurikulum dapat memenuhi apa yang

diharapkan, baik oleh tujuan pendidikan nasional, masyarakat, sekolah

maupun orang tua.

Pasal 36 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa;

(34)

menyatakan hikmah sejati yang dapat dicapai oleh manusia adalah mengenal Allah, sedangkan puncak hikmah adalah takut kepada Allah,

dan syukur merupakan puncak hikmah yang didapati Luqman (Hamka, 1988:172).

memberikan penafsiran terhadap kata hikmah, sesuai dengan latar belakang,

dan sudut pandang mereka dal am menafsirkan yang berkaitan dengan kata hikmah. Sedangkan makna “hikmah” di atas yang lebih relevan dalam penafsiran ayat:

Adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan mau-pun perbuatan.

2. Kemantapan antara ucapan dan perbuatan, yang menjadi sempuma-nya

3. Ucapan yang dijadikan pelajaran oleh manusia dan disebar-luaskan untuk nasihat dan pelajaran.

4. Kembali kepada manusia untuk memilih yang terbaik atau yang terburuk pun dinamai hikmah (Quraish Shihab, 2004:121).

Dari kesimpulan arti “Hikmah” yang menyertai Luqman pada ayat sebut, dapat diyakini betapa dalamnya makna ucapan yang disampaikan oleh

Luqman tersebut. Untuk itu penulis mencoba mencari dan mendapatkan nilai- nilai dasar pendidikan yang terkandung di dalam surat ini.

Untuk lebih melengkapi tentang jati diri seorang Luqman ini, penulis mengambil suatu riwayat yang menerangkan bahwa ia adalah orang yang banyak merenung, bagus keyakinannya, dicintai Allah dan mencintai-Nya,

yang kemudian Allah menganugerahkan “Hikmah” kepadanya. Abu Darda' Dari beberapa pendapat di atas, masih banyak para m ufassirin yang

(35)

menyampaikan: Allah SWT menyayangi Luqm an, ingatlah bahwa ia diberi hikmah yang kini ada pada dirinya, bukan karena keluarga, harta, kecakapan,

atau keturunan. Bahkan ia adalah seorang budak/sahaya dari Habsyi (budak

nabi Daud AS yang telah dimerdekakan). ia seorang yang pendiam, wajah menarik, pemikirannya jauh kedepan dan dalam, tidak pemah tidur siang, dan tak seorang-pun melihat kencingnya, meludah, mengeluarkan lendimya. Putra-putrinya meninggal dunia, namun ia tidak susah atas kematiannya. Ia

banyak mendatangi pertemuan ahli hikmah, berfikir dan mengambil pelajaran.

Oleh karena itu ia diberi anugerah oleh Allah, berupa "Hikmah" (Ali bin Hasan bin Abd Hasan 1981:169).

Sedangkan ajaran-ajaran bijak dari Luqm an diantaranya sebagai

berikut:

1. Hai anakku, sesungguhnya dunia itu adalah lautan yang dalam, banyak manusia yang tengelam di sana, untuk itu jadikanlah perahumu di dunia dengan takwa kepada Allah, muatannya iman dan layamya tawwakkal.

Barangkali saja kamu dapat selamat, tapi aku tidak yakin kamu akan selamat.

2. Hina dalam rangka ketaatan kepada Allah lebih baik daripada membanggakan diri dalam kemaksiatan. Barang siapa menasihati dirinya sendiri niscaya ia memelihara dari Allah. Barang siapa yang dapat menyadarkan orang dengan dirinya, niscaya Allah menambah kemuliaan baginya akan hal itu (al-Maroghi, 1989:145).

Dengan demikian pembahasan mengenai tokoh pendidikan yang menjadi teka-teki dalam identitasnya, namun memberikan kesan dan teladan bagi setiap muslim, dan berbicara tentang pribadi Luqm an dan berbagai ungkapan “H ikm ah” ia serta berbagai permasalahannya semua kita serahkan

(36)

B. Ayat dari Surat Luqman yang Merupakan Esensi Pendidikan Akhlak

Bila menijuk pada surat ini (Luqm an) dan di analisa secara

mendalam terdapat ayat-ayat yang merupakan esensi pendidikan Islam teratama pada pendidikan akhlak, dan menjadi inspirasi serta dasar-dasar pendidikan bagi setiap m uslim, yaitu pada ayat 13 sampai dengan 19.

Sebagaimana yang dikatakan Hamka (1989:143) dalam tafsir Al-Azhar, mengatakan bahwa, tujuh ayat itu (13-19) terdapat dasar- dasar pada ilmu pendidikan yang tidak akan berubah-ubah selama manusia masih hidup di dunia ini.

Dalam pembahasan ayat demi ayat dan teijemahannya, penulis mengambil dari teijemahan Al-Q ur'an Al-K arim karya Mahmud Yunus.

Pengambilan ini, penulis dasarkan bahwa teijemahan Al-Q ur'an tersebut sudah dianggap sesuai di dalam penafsirannya dengan kondisi alam pikiran

masyarakat Indonesia. Di samping itu penafsir merupakan tokoh yang telah memiliki keahlian didalamnya, dan pemikirannya diharapkan mampu

mewakili umat Islam di Indonesia. Dengan kata lain, bahwa teijemahan

Al-Q ur'an ini sudah baku dan layak untuk bangsa Indonesia. Untuk itu penggunaan teijemahan A l-Q ur’an tersebut sebagai dasar pembahasan skripsi

ini sudah tepat. Sedang pada pembahasan yang lain menggunakan berbagai

tafsir Al-Q ur'an.

Adapun tujuh ayat yang dimaksud sebagai dasar pendidikan akhlak

adalah sebagai berikut:

(37)

•9 ^

Je ija J ^ ♦ j l A lik* iJ/C lS ^ j aJo j u ^ A j

lJ[3

i

!j

, f

<j jii |/ic^> 4 ^sCi3

^ 3^“

^ oj t/j

© ^ v X j J

S \

o j%! l^ o .ll^ jV i

I to ^ Jp ^ y

2

>lj

^jp A jI J C _ 3 J

L ) ^ a \ j

SjJL^aJ! ^*31

^ j j ^ ^ T f j p ,j a vilJ’j o j

^ d J r

y

S o j ^ ^jV T ^ JU3

%

^ .lij

^

V |I ^ y f

ji x " , ^ v S’ < ^ ,, , , ^ ^

o>3-^J o>’

3

*=>^n ^oi oj ^53^ o?

Teriemahan:

Ayat 12 artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada

(38)

Ayat 13 artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Ayat 14 artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya Telah mengandungnya dal am keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

Ayat 15 artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Untuk itu janganlah kamu mengikuti

keduanya, dan hormatilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,

Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Untuk itu Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu keijakan.

(39)

Ayat 17 artinya: Hai anakku, Dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengeijakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa

yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Ayat 18 artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Ayat 19 artinya: Dan sederhanalah kamu dal am beijalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara

keledai.

Jika disimpulkan, ayat di atas mengandung nilai-nilai dasar

pendidikan yang universal, yaitu: tauhid, ibadah, akhlak, dan muamalah. Dari

sini, jelaslah bahwa hal tersebut di atas yang menjadi dasar pemikiran dan alasan penulis mengkaji tujuh ayat di atas menjadi inti pembahasan skripsi

ini.

Dalam mengkaji nilai-nilai dasar pendidikan ini, penulis mencoba

memilah-milah butir-butir pembahasan. Penulis maksudkan agar lebih

terorganisir dan sistematik.

Kemudian dalam pembahasannya menggunakan metode tematik,

(40)

= pendidikan), dari berbagai thema doktrinal, dan kosmologi yang di bahas di dalam Al-Q ur'an. Tanpa sedikitpun mengesampingkan pendekatan analitis

Al-Q ur'an ayat demi ayat, sesuai dengan rangkaian ayat yang tersusun di dalam Al-Q ur'an (Muhammad Baqir, 1990:28-29). Sehingga kedua

pendekatan tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya dalam pembahasan ini.

C. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqman

Pada pembahasan sebelumnya, penulis telah memilah dan

menyimpulkan bahwa nilai dasar pendidikan yang terkandung dalam surat

Luqman adalah sebagai berikut. 1. Pendidikan Tauhid

Dalam pandangan Islam, tauhid merupakan sifat kesatuaan yang melambangkan inti dasar ajar an Islam yang esensial, mendasari seluruh

aspek kehidupan manusia, baik dalam masalah ibadah, muamalah, akhlak dan sebagainya. Sementara itu Quraish Shihab (1999:18), berpendapat bahwa, tauhid adalah prinsip dasar agama samawi, dan merupakan ajaran

yang dibawa para Nabi dan Rasul. Sebagaimana dalam firman Allah:

U L .jl

(41)

Lihat juga surat Al-A 'Raf: 59, 65, 73 dan 85. Secara bertunit-turut nabi Nuh, Hud, Shaleh, dan Syu'aib mengajak umat-nya untuk bertauhid. Sedangkan yang dimaksud tauhid adalah meng-Esa-kan Allah dalam

masalah rububiyah, uluhiyah dan kesempumaan nama dan sifat-Nya. Dengan demikian, untuk itu tepat sekali proses pendidikan awal

yang ditanamkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu "Wahai anakku

ianganlah engkau mempersekutukan Allah”.

Pada ayat ini Quraish Shihab dalam tafsimya, menjelaskan bahwa setelah ayat yang lalu (lihat pada awal bab tiga ini) menguraikan hikmah

yang dianugerahkan kepada Luqm an, intinya adalah syukur kepada Allah, yang tercermin pada pengenalan terhadap-Nya dan anugerah-Nya. Melalui

ayat di atas dilukiskan pengalaman hikmah itu oleh Luqman, serta pelestariannya kepada anaknya. Inipun mencerminkan kesyukuran-nya

atas anugerah itu. Kepada nabi Muhammad SAW, atau siapa saja diperintahkan untuk merenungkan anugerah Allah kepada Luqman itu dan mengingatkan, serta menasehati orang lain. Ayat tersebut adalah dan ingatlah ketika Luqm an berkata kepada anaknya (dari waktu ke waktu)

(42)

tersebut dilanjutkan dengan; *>j £ j -Ll jI "Sesungguhnya

syirik (mempersekutukan Allah) adalah kezhalim an ya n g sangat besar ". Itu adalah menempatkan sesuatu Yang Agung pada tempat yang sangat buruk (Quraish Shihab, 1999:125).

Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa Luqman mendidik

anaknya dengan penuh kasih sayang (yaitu pada kata bunanyya) dan

memulai mendidik atau menasehati menekankan perlunya menghindari

syirik (mempersekutukan Allah). Larangan ini juga mengandung pengajaran atau pendidikan tentang wujud dan ke-Esa-an Allah. Begitu

juga dalam mendidik anak, menanamkan nilai ini (tauhid) sedini mungkin.

Untuk itu marilah meninjau bagaimana tauhid memberikan peran yang

penting dalam pendidikan manusia. Karena tempat memohon, bergantung, dan memuja hanyalah Allah Yang Maha Esa, sebagaimana dalam

flrmannya sw a t A l-Ikhlas: 1 -2,

JLA-*5L- tf

Jliil

$ „ i * *

Jl>~ I 4jj! ^ 3

Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, ya n g M aha Esa. Allah adalah Tuhan ya n g bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Dengan keyakinan ini manusia yang beriman harus mampu dan

(43)

tauhid, yang menimbulkan efek perbuatan yang positif bagi kepentingan

bersama. Apabila existensi tauhid ini terwujud, untuk itu hasil pendidikan akan memanifestasikan nilai tauhid dalam bentuk tegaknya keadilan, persamaan, persatuan dan kedamaian di dunia ini.

Oleh karena itu pendidikan tauhid mendasari seluruh kehidupan

manusia, sedangkan jika mengalami keraguan, untuk itu wajar manusia

bermohon kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat

Ali-Imran: 8.

f*

C-jd tiJ Gjj j l Jj u V Hj j

lilijI T

Artinya: (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

jadikan hati kam i condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena

Sesungguhnya Engkau-lah M aha pem beri (karunia)

Sebagaiman diyakini bersama bahwa, segala amal manusia tidak akan ada artinya tanpa didasari bertauhid kepada-Nya, dan keridhaan-Nya

akan tercapai tanpa niatan tulus ikhlas, sedangkan esensi dari berbagai ajaran tauhid tercakup dalam kalimat la Ila h a Illallah. Pendidikan tauhid

ini merupakan esensi akhlak manusia terhadap Allah. 2. Pendidikan Akhlak

(44)

yang didasari lahir dan batin. Sehingga hasilnya adalah amal yang tepat lagi baik.

Manusia yang berfikir pastilah akan mengakui berbagai anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Untuk itu manusia

wajib bersyukur kepada-Nya. Dalam bentuk apapun, manusia tidak akan sanggup dan tidak akan mampu untuk menghitung atas semua rahmat dan anugerah yang telah diberikan Allah, untuk itu

wajar sekali pendidikan yang ditanamkan oleh Luqman pertama

adalah syukur, karena dengan bersyukur akan mengetahui pengetahuan atas segala yang telah diberikan sehingga mampu untuk berbuat sesuatu dengan rasa syukur. Untuk itu pendidikan

Luqm an ini sungguh merupakan hikmah dari pengetahuan itu sendiri.

2) Beriman dengan Kesungguhan Hati

Pada ayat 12 tersebut di atas, yang intinya adalah bersyukur kepada Allah, dan tercermin pengenalan terhadap Allah

dan anugerah-Nya, untuk itu pada ayat selanjutnya yaitu pada ayat 13, Luqm an mengamalkan hikmahnya serta dalam upaya melestarikan keturunan, yaitu dengan mengajarkan tentang tauhid,

dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu/ Akhlak manusia

terhadap Allah ini sungguh tepat sekali mengingat bahwa tiada sesuatu yang pantas untuk dijadikan sandaran, dan ayat ini (13)

(45)

lebih jelas lagi menjelaskan bahwa kemusyrikan adalah sesuatu kezhaliman yang sangat besar, untuk itu tepat sekali pendidikan kedua adalah pendidikan tauhid dan peringatan tentang tauhid.

Karena setiap makhluk itu akhimya akan kembali pada Sang Pencipta (Allah) lihat dipenghujung ayat 14 dan pertengahan ayat

ke-15.

3) Beribadah Kepada-Nya

Ibadah yang secara bahasa berarti mematuhi, tunduk dan berdo'a. Sedang secara istilah adalah kepatuhan atau ketundukan

yang mencapai puncak kepada dzat yang memiliki keagungan (Allah) (Depag RI, 1993:385). Dalam pendidikan ibadah ini, secara khusus Luqman menekankan pada perintah salat. Sebagaimana

yang terdapat ayat 17. Ayat tersebut Luqm an memberi perintah kepada putranya untuk melaksanakan atau mendirikan salat.

Karena, salat merupakan pondasi kekuatan iman seorang.

Sedangkan dalam masalah perintah salat ini, Quraish Shihab memberikan penjelasan sebagai berikut: “Luqman

melanjutkan nasehatnya kepada anaknya, nasehat yang menjamin keseimbangan antara syukur, tauhid dan kehadiran 1lahi dalam

kalbu sang anak, dengan penuh kasih sayang ia memanggil

(46)

Demikian juga dalam memikul beban hidup harus dengan hati yang teguh dan hadapi dengan ketabahan, sabar dan tawakal.

Sehubungan dengan hal ini, Luqman mengajarkan kepada anaknya: “D an bersabarlah atas apa ya n g m enim pa ka m u

(Luqm an: 17) yang mana telah kita sadari bahwa sebagai hamba Allah, manusia tidak akan pemah lepas dari ujian yang mesti

dihadapi.

Quraish Shihab menafsirkan kata adalah seseorang

yang sabar, akan menahan diri untuk itu ia mencapai ketinggian yang dihadapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau terbaik (Quraish Shihab, 2004:138).

Dengan demikian, sabar adalah suatu tanda kebesaran dan lambang kesempumaan juga kunci sukses dalam meraih segala cita-cita. Meskipun sabar adalah sesuatu sikap yang berat, namun

sangat penting dan sangat menentukan dalam menghadapi

persoalan dan ujian dari-Nya. b. Akhlak terhadap Manusia

(47)

dalam berinteraksi. Sehingga dianjurkan untuk berbuat sebaik mungkin dan tidak ikut campur (interaksi) menyangkut pribadi orang saling menghormati, sopan santun dan saling memahami.

1) Menghormati Orang Tua

Merujuk pada surat Luqman ayat 14:

Artinya: Dan kam i perintahkan kepada m anusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya,...

Menghormati orang tua merupakan suatu akhlak yang tinggi,

bahkan Allah beberapa kali menyampaikan kedekatan antara ketaatan kepada-Nya dan taat kepada orang tua, sebagaimana dalam firman-Nya

dalam surat A l-Isra': 23.

Artinya: D an Tuhanmu Telah m emerintahkan supaya kam u jangan menyembah selain dia dan hendaklah kam u berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jik a salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sam pai berum ur lanjut dalam pem eliharaanm u, U ntuk itu sekali-kali janganlah kamu m engatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kam u m em bentak m ereka dan ucapkanlah kepada m ereka perkataan ya n g mulia.

Dari kedua ayat dia atas nampak jelas Allah menempatkan

(48)

untuk berbuat baik pada orang tua. Dengan kata lain, pendidikan Islam secara hirarkis dal am penanaman nilai pendidikan berbakti

kepada kedua orang tua. Ketiga hal inilah merupakan kunci yang

mencerminkan perilaku baik ataupun buruknya manusia.

Dal am pembahasan ini, penulis mencoba mengkaji untuk

mendapatkan faktor sebab-akibat mengapa orang tua mempunyai prioritas utama penghormatan kepadanya, terutama kepada ibu.

(a) Resiko dan Susahnya Seorang Ibu Mengandung

Secara langsung ataupun tidak, setiap manusia bagaimana repotnya atau susahnya ibu ketika hamil. Alasannya

inilah salah satunya yang mendasari kita untuk berbakti kepada orang tua, terlebih kepada ibu ditegaskan bahwa: “Ibu

mengandung dengan m enderita kelem ahan di atas

kelemahan

Dengan melihat seperti itu bahwa beban di dalam perut

yang setiap hari bertambah besar dan berat seharusnya kita kasihan. Manifestasi dari kasihan itulah kita wajib

menghormati dan berbakti kepadanya. Belum lagi resiko pada waktu melahirkannya, nyawa seorang ibu dipertaruhkan demi kelangsungan hidup seorang anak. Penderitaan tidak cukup

(49)

sebagaimana lanjutan ayat di atas: dan ceraikannya (dari

susuan) dalam dua tahun.

(b) Beratnya Mengasuh

Setelah beberapa penderita orang tua seperti yang telah

dibahas di atas, orang tua masih memikul beban untuk merawat dan mendidik anak-anaknya, dengan semakin

bertambah berat, menyusui, merawat (fisik, kesehatan dan perkembangan jiw a) di jalan dengan kebutuhan orang tua

dengan penuh kasih sayang. Sedangkan untuk memenuhi

berbagai kebutuhan orang tua harus bekeija keras dalam upaya mensejahterakan kehidupan anak-anaknya sampai dewasa.

Dari uraian di atas, jelas betapa beratnya beban orang

tua dalam rangka merawat anak-anaknya dari dalam kandungan hingga dewasa. Untuk itu wajar Allah memberikan tuntunan kepada manusia untuk berbakti kepada orang tua. Dan secara sistematis Allah memberikan konsep cara berbakti

pada orang tua, seperti dalam firman Allah surat A l-Isra' : 23-

24 di atas yang bisa diklasifikasikan menjadi: (1) Jangan mengatakan ah kepada kedua orang tua (2) Jangan membentak mereka

(3) Ucapkan kepada mereka dengan ucapan yang halus

(4) Rendahkan diri mu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang

(5) Doakan-lah keduanya (Mahmud Yunus, 1990:257).

(50)

kedua orang tua. Adanya rasa syukur itu, akan menumbuhkan rasa kerendahan diri dan kepribadian untuk menghormatinya.

Perlu penulis tekankan, bahwa pada ayat 14-15 pada surat

Luqman para m ufassirin menafsirkan bahwa ayat tersebut bukan bagian pengajaran Luqm an kepada anaknya, namun ayat tersebut merupakan wasiat Allah untuk seluruh umat manusia. Akan tetapi,

sebagaimana yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah ayat

12 sampai ayat 19 dan semua itu merupakan ayat Allah. Untuk itu penulis tetap mengkaji nilai dasar pendidikan yang terkandung di

dalamnya. Namun demikian, kepatuhan kepada kedua orang tua ada

batasnya, sebagaimana lanjutan pada ayat 15.

i o

^

Ct

j

L

a

o

'

o]3

Artinya: Dan jik a keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanm u tentang itu, Untuk itu janganlah kam u m engikuti keduanya, ...

Jadi dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada kedua

orang tua ada satu batasan, yaitu apabila diperintahkan untuk berbuat musyrik. Untuk itu, dalam hal ini kita wajib menolak,

karena ketaatan pada orang tua tidak boleh mengalahkan ketaatan

kita pada Allah.

[3jyxj> ULjJT4

(51)

Yaitu, untuk tetap berbuat baik dalam kehidupan dunia sebagaimana mestinya. Sehingga penulis dapat menyimpulkan dua

sikap yang harus diambil apabila orang tua menyuruh kemusyrikan adalah: Pertama tidak melaksanakan perintah kejahatan (musyrik).

Kedua kita tetap berbuat baik dan merawat mereka sebagaimana

mestinya. Demikian betapa pentingnya nilai pendidikan akhlak

akan hormat atau berbakti kepada kedua orang tua. 2) Larangan memalingkan muka (sombong)

Memalingkan muka dengan la wan bicara akan menimbulkan

sikap negatif. Untuk itu, bila sedang berbicara hendaknya jangan memalingkan wajah (karena kesombongan), sebagimana dalam

pelajaran yang Luqm an sampaikan kepada anaknya dalam ayat 18:

Artinya: Janganlah kamu palingkan muka mu dari m anusia kerena sombong.

Untuk itu, dalam kaitannya dengan pendidikan untuk itu di

waktu memberikan nasihat, perintah, ajakan, hendaknya

disampaikan dengan wajah yang ceria, sehingga lawan bicara

mampu mencema pembicaraan kita.

Bila di kaji lebih jauh, pendidikan Luqm an dari awal sampai akhir pembahasan ini, dapat di tarik sedikit wacana berkaitan dengan, aqidah akhlak yang mengisyaratkan bahwa ajaran aqidah

(52)

bahwa “Allah tidak menyukai orang-orang yang som bong lagi

membanggakan d ir i” (penghujung ayat 18) yaitu:

Pemyataan ayat di atas diperkuat dengan surat a l - I s r a37,

yang intinya adalah melarang manusia untuk sombong. Kedua ayat tersebut {Luqman: 18) melarang manusia untuk sombong, bahwa

Allah memberikan sindiran “Sesom bong-som bongnya m anusia tidak

akan mampu menembus bumi".

3) Beijalan dengan Cara Sederhana

Setelah larangan dalam kesombangan, untuk itu dalam ayat 19, Allah menyarankan kepada manusia agar tidak beijalan di muka

bumi dengan cara terlalu cepat dan terlalu lambat (sederhana).

Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan.

Betapa tingginya dan luasnya isi yang terkandung dalam Al-Q ur’anitu, pada masalah beijalan saja Allah memberikan panduan.

4) Berbicara Sopan

Setelah itu Luqman memberikan pelajaran agar “M elunakan

, , , 9*

(53)

menafsirkan bahwa, lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar

kasar bagaikan suara keladai. Lebih lanjut bahwa sesungguhnya

seburuk-buruk suara ialah suara keledai, karena awalnya siulan yang

tidak menarik dan akhimya tarikan nafas yang buruk (Quraish

Shihab, 2004:139).

Ayat di atas, memberikan rambu-rambu kepada manusia agar lebih berhati-hati dalam tutur kata dan berpendapat, karena

kesalahan dalam berbicara akan membawa pada masalah yang besar. Terhadap ayat ini, al-Maroghi memberikan penafsiran bahwa orang yang mengeraskan suara diserupakan dengan keledai.

Terkandung pengertian untuk hati-hati dari perbuatan tersebut.

Untuk itu Allah mendidik manusia supaya tidak mengeraskan suara

yang tidak ada gunanya. Karena meremehkan orang lain atau

dengan maksud supaya meninggalkan perbuatan ini secara

menyeluruh (dalam kondisi apapun) (al-Maroghi, 1989: 162).

5) Am ar M a 'r u f N ahi M ungkar

Merujuk pada ayat 17:

\ < G i j 9jAIj

Artinya: dan suruhlah (manusia) m engerjakan ya n g baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar,...

Dari pembahasan ayat 17 tentang salat yaitu untuk

membangun pribadi yang kuat adalah dengan salat. Artinya

(54)

manakala ia mampu menjalankan dan mendirikan salat dengan

kh u syu .

Pembahasan tentang am ar m a r u f nahi m ungkar

mengandung tujuan pendidikan Islam dalam mematuhi perintah

Allah. Sedangkan tujuan umum taat kepada Allah adalah

membangun manusia agar berbuat m a r u f (baik) dan membersihkan dari perbuatan yang mungkar (kejahatan).

Dalam tafsir al-M isbah, Quraish Shihab menyatakan bahwa, m a'ru f adalah mengandung pesan untuk mengeijakan

kemudian barn menyuruh kebajikan, yaitu nilai-nilai Ilahi,

sedangkan mungkar adalah sesuatu yang di nilai buruk dan

bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi (Quraish Shihab, 2004:137).

Dari sedikit uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam menegakkan kebaikan hendak-lah didahului dengan diri sendiri,

barn kemudian mengajak yang lain untuk berbuat baik, serta

mencegah kemungkaran demi menjaga keutuhan dan kehormatan

dan keharmonisan warga masyarakat.

6) Sangsi Moral

Pada pembahasan yang telah penulis lakukan di atas mengenai pendidikan akhlak atau pembinaan akhlak, untuk itu dalam kesempatan ini, penulis berusaha menganalisa ayat 16,

(55)

s'

I

sesungguhnya jik a ada seberat biji sawi, dan berada di dalam

batu karang atau langit atau d i dalam bumi, niscaya Allah akan

mendatangkannya. Sesungguhnya Allah M aha Halus dan Maha

M engetahui (Quraish Shihab, 2004:133).

Dalam ayat ini, Luqman menjelaskan kepada anaknya yang

diuraikan tentang kedalaman ilmu Allah SWT, yang diisyaratkan

apapun yang dilakukan, akan menimbulkan efek psikologis yang

hebat, sebagai sangsi moral atas perbuatannya, karena dengan

sebagaimana firman-Nya dalam surat Luqman: 15,

Yang artinya: Kem udian H anya kepada-Kulah kembalimu, Untuk itu Kuberitalcan kepadamu apa ya n g Telah kamu kerjakan.

(56)

DI INDONESIA

A. Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqman dengan

Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia.

Pendidikan yang diterapkan oleh Luqm an kepada anaknya,

merupakan dasar pendidikan yang mempunyai nilai baik disisi Allah SWT

maupun disisi manusia. Kandungan Al-Q ur'an surat Luqm an ini,

berkandung berbagai petunjuk bagi dunia pendidikan. Proses pendidikan yang ia contohkan, merupakan suatu konsep pendidikan yang sempuma

dalam membina dan membentuk karakteristik anak.

Dari ayat-ayat yang telah penulis kaji (Bab III) merupakan nilai-nilai

pendidikan yang mengarah kepada pembentukan manusia yang beriman dan

bertakwa, berakhlak mulia, serta terkandung beberapa landasan tentang

sangsi moral.

Adapun yang menjadi topik permasalahan pada Bab IV ini adalah

Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqm an dengan

Perundang-undangan Pendidikan Indonesia. Pada bab III telah teijawab rumusan masalah tentang Konsep Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqman

ayat 13 - 19. Pada pembahasan ini untuk mengetahui, Bagaimana Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak tersebut dengan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia.

(57)

Untuk lebih memudahkan dalam merelevansikan kedua Konsep

Pendidikan Akhlak dalam Surat Luqman dengan Perundang-Undangan

Pendidikan di Indonesia, maka penulis menyusun sebagai berikut:

1. Kandungan Pertama (ayat 12)

Pada ayat ini menguraikan tentang seseorang yang bemama

Luqm an, dan ia di beri anugerah hikmah, dengan hikm ah inilah, Luqman

mengajarkan kepada manusia untuk bersyukur kepada Allah. Karena

dengan bersyukur, seseorang akan mengenal Allah dan mengenal

anugerah-Nya, yang kemudian akan mengenal dan mengetahui fungsi

anugerah-Nya. Dengan dorongan syukur akan melakukan amal lahiriah

dan amal bathin yang tepat dengan pengetahuannya.

Dari ayat ini, terdapat seseorang yang memiliki kemampuan,

pengetahuan, dan mampu memberikan pengajaran. Luqm an, pada ayat

di atas merupakan sosok pendidik yang sejati. Bila merujuk kembali

pada UU No. 14 Tahun 2005 pada Bab II pasal 6, maka bila meminjam istilah modem, Luqman merupakan tokoh pendidik yang telah memenuhi syarat sebagai seorang pendidik (gum).

Luqman ini telah di anugerahi hikmah oleh Allah. Sedangkan

hikm ah adalah pengetahuan dari segala sesuatu (baik pengetahuan

maupun perbuatan). Dengan hikm ah tersebut, ia menjadi berilmu

Referensi

Dokumen terkait

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan

4.3 Pengujian Pengaruh Urutan, Pola Penyajian Step by Step dan Jenis Informasi Terhadap Keputusan Investasi

Keseluruhan indikator dituangkan dalam 28 item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan lima poin skala likert untuk mengukur tingkat profesionalisme akuntan publik,

Pada skenrio pertama dilakukan simulasi sistem Analog ROF dengan NG-PON 2, dengan menggunakan splitter 1:4 diasumsikan sebagai ODC dan 1:16 ODP sehingga mampu

Setelah sistem selesai dirancang dengan benar dan diobservasi sehingga tidak ada yang salah dalam pemasangan dan koneksi dari setiap sensor yang dipergunakan,

Didalam penulisan laporan akhir ini, penulis ingin mengetahui bagaimana perencanaan yang baik dalam merencanakan desain geometrik, tebal perkerasan, dan bangunan pelengkap

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Teknologi Mekanik Materi Kerja Bangku kelas X TPM 2 SMK Pancasila