• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelapa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi dan Nilai Ekonomi Kelapa

2.1.1 Habitat kelapa

Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk dalam genus Cocos dan species nucifera (Sukamto, 2001). Tanaman kelapa merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari daerah pesisir pantai hingga pegunungan tinggi (Rukmana dan Yudirachman, 2004). Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan akan tumbuh baik pada lingkungannya yaitu dengan temperatur 290C, berada di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dan mempunyai curah hujan merata sepanjang tahun (Sukamto, 2001).

2.1.2 Nilai ekonomi kelapa

(2)

seperti berbagai minuman ringan, ragi, alkohol, nata de coco, dextran, cuka, ethyl acetat(Mahmud dan Ferry, 2005).

Sabut merupakan bagian terluar dari buah kelapa yang dapat diolah menjadi produk primer seperti serat panjang, bristle(serat halus dan pendek) dan debu sabut. Selanjutnya, serat tersebut dapat diolah menjadi serat berkaret, matras, karpet dan produksi kerajinan/industri rumah tangga. Tempurung kelapa dapat diolah menjadi arang, arang aktif, tepung tempurung dan barang kerajinan (Mahmud dan Ferry, 2005).

Bagian lain dari kelapa yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia adalah daun kelapa. Daun kelapa yang sudah tua dapat di jadikan bingkai lemari, keranjang sampah maupun tempat buah, sedangkan daun yang masih muda dapat digunakan sebagai hiasan janur dan sarang ketupat (Karina, 2011).

Batang kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat meja, kursi, bingkai lukisan. Selain itu, batang kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembangunan rumah, seperti atap, genteng dan papan. Akar kelapa dapat dijadikan zat pewarna pada perabotan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan. Pemanfaatan industri produk samping kelapa telah dilakukan di beberapa daerah yaitu Provinsi Lampung, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara pada tahun 2004 (Mahmud dan Ferry, 2005).

2.1.3 Jenis – jenis dan deskripsi kelapa

(3)

dan Maskromo, 2006). Menurut Tenda (2003) kelapa dalam memiliki buah yang besar dengan jumlah relatif sedikit, yaitu sekitar 70-80 butir per pohon per tahun

(Gambar 2.1). Analisis komponen pada buah kelapa type dalam menunjukan berat buah sekitar 2 kg, berat biji sekitar 1,6 kg dengan daging buah seberat 900 g. Pada umur 18 tahun, lingkar batang pada ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah sebesar lebih dari 2 m sedangkan pada ketinggian 1,5 m sebesar 1,2 m. Pembungaaan pertama umumnya terjadi pada umur 5 tahun setelah tanam sedangkan buah pertama dipanen pada umur 6 tahun.

Gambar 2.1Salah satu contoh morfologi Kelapa Dalam Palu

(4)

buah dibandingkan dengan kelapa dalam, yaitu pada umur 3 – 4 tahun setelah tanam.

Gambar 2.2Salah satu contoh morfologi Kelapa Genjah Kuning Nias

2.2Kelapa Kopyor

2.2.1 Biologi Kelapa Kopyor

(5)

Gambar 2.3Perbandingan buah kopyor dengan buah normal

Buah kopyor akan terbentuk apabila bunga betina atau bakal buah yang memiliki gen kopyor (k) diserbuki oleh bunga jantan yang juga membawa gen kopyor (k). Apabila terbentuk embrio, maka embrio yang dihasilkan bersifat homozigot resesif (kk) sedangkan endospermnya memiliki gen kkk. Dengan sifat genetik seperti ini akan dihasilkan kelapa kopyor. Pada populasi, munculnya sifat dari gen resesif tersebut hanya sekitar 25 %, sedangkan munculnya sifat dominan sekitar 75 %. Dengan demikian, kemungkinan terbentuknya buah kopyor pada pohon kelapa secara alami hanya sekitar 25 % (Maskromo dan Novarianto, 2007).

(6)

berpeluang menyerbuk sendiri hingga 95% (Novarianto, 2007). Dengan tingginya kemungkinan menyerbuk sendiri, kelapa genjah memiliki kemungkinan menghasilkan kopyor lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa dalam.

Sifat kopyor dari buah kelapa tidak dapat dilihat dari luar sehingga sulit dibedakan dengan kelapa normal. Pada kelapa yang sudah tua, untuk membedakan kelapa kopyor dengan kelapa normal dapat dilakukan dengan cara diguncang. Apabila suaranya tidak gemercik menandakan kelapa tersebut kopyor, demikian pula sebaliknya (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Salah satu cara untuk meningkatkan persentase buah kopyor dengan menyediakan bibit dari embrio kelapa kopyor secarain vitro. Hal ini dilakukan karena ketidakmampuan embrio kelapa kopyor untuk berkecambah secara alami. Dengan cara kultur embrio tersebut diharapkan dapat dihasilkan tanaman kelapa yang dapat menghasilkan buah kelapa kopyor dengan persentase lebih tinggi dibandingkan dengan cara alami (Sukendah et al, 2008).

2.2.2 Keanekaragamaan Genetika Kelapa Kopyor

(7)

Gambar 2.4 Pengelompokan kelapa dalam kopyor berdasarkan tebal tipisnya daging buah (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Gambar 2.5 Pengelompokan kelapa genjah kopyor berdasarkan tebal tipisnya daging buah (Tulalo dan Maskromo, 2006).

Kelapa kopyor juga digolongkan berdasarkan warna buah. Pada tipe dalam terdapat tiga warna buah yaitu hijau, hijau kekuningan dan coklat kemerahan

(Gambar 2.6), sedangkan pada tipe genjah ada enam warna buah yaitu hijau, hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning (gading wulan), dan orange (gading) (Gambar 2.7) (Tulalo dan Maskromo, 2006).

(8)

Gambar 2.7 Keragaman warna buah kelapa kopyor tipe genjah (Tulalo dan Maskromo, 2006).

2.3 Kondisi Geografi dan Potensi Budidaya Kelapa di Kabupaten Purbalingga

(9)

sebelah barat Kabupaten Banyumas. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga lebih dari 77 juta ha dan terdiri dari 18 kecamatan, yaitu: Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, Kaligondang, Purbalingga, Kalimanah, Padamara, Kutasari, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Karangreja, Kertanegara, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang dan Karangjambu. Kabupaten Purbalingga terdiri atas 15 kelurahan dan 224 desa (Biro Pusat Statistik, 2009).

Kabupaten Purbalingga memiliki topografi yang beraneka ragam seperti, dataran tinggi/perbukitan dan dataran rendah. Bagian utara merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan kelerengan lebih dari 40 persen yang meliputi Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Rembang dan sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari, dan Mrebet. Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan nilai faktor kemiringan berada antara 0 – 25 persen yang meliputi Kecamatan Kalimanah, Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, dan sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet, sehingga pada daerah dataran rendah banyak ditemukan tanaman kelapa (Biro Pusat Statistik, 2009).

(10)

Salah satu tanaman produksi di Kabupaten Purbalingga adalah tanaman kelapa. Diperkirakan, dari luas panen kelapa seluas 12.149,13 ha dapat menghasilkan 12.674,45 ton kopra, dengan produksi total 12.674,45 ton (Biro Pusat Statistik, 2009). Kabupaten Purbalingga telah ditunjuk oleh Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah sebagai sumber bibit kelapa untuk wilayah Jawa Tengah Wilayah tersebut meliputi Desa Sokanegara di Kecamatan Kejobong, Desa Sinduraja dan Kembaran Wetan di Kecamatan Kaligondang, dan Desa Cipawon di Kecamatan Bukateja (Pemerintah Kabupaten Purbalingga, 2003). Potensi kelapa kopyor di Kabupaten Purbalingga sangat tinggi, namun sampai saat ini belum ada peta persebaran kelapa kopyor di Kabupaten tersebut.

Gambar

Gambar 2.1 Salah satu contoh morfologi Kelapa Dalam Palu
Gambar 2.2   Salah satu contoh morfologi Kelapa Genjah Kuning  Nias
Gambar 2.3   Perbandingan buah kopyor dengan buah normal
Gambar 2.5Pengelompokan kelapa genjah kopyor berdasarkan tebal tipisnya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Burhanudin Tahun 2015, dimana hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan

Makeeva’s latest publication (2015) entitled Learn to Read by Teaching gives an insight into professionally oriented English class procedures and techniques which

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sektor perekonomian yang menjadi basis di Kabupaten Temanggung selama tahun 2009- 2013 yaitu sektor pertanian,

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia, nikmat dan berkat-Nya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir,

Berisi kumpulan album foto atau video yang berkaitan dengan program kegiatan pengembangan baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMA maupun satuan

Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk.[1] Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat

Selain penelitian-penelitian tersebut, penulis juga melakukan penelitian tentang cara pengambilan data dengan menggunakan sensor pendeteksi urutan dalam mengaplikasikan salah