79
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI RUMAH
BELAJAR DI KABUPATEN KARAWANG
INFLUENCING FACTORS ANALYSIS OF RUMAH BELAJAR ADOPTION IN KARAWANG REGENCY
Larassati Diana1, Aulia Fashanah Hadining2, dan Risma Fitriani3
1,2,3Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang Jl. HS. Ronggo Waluyo, Telukjambe Timur, Karawang, 41361, Telp: 0812-9228-5094 /
0818-557-333 E-mail: aulia.fasha@staff.unsika.ac.id2
Naskah diterima tanggal 31 Juli 2020, direvisi tanggal 15 Desember 2020, disetujui tanggal 16 Desember 2020
Abstract
Along with the development of Information and Communication Technology (ICT) had been growing more advanced. It encourages students to be technology savvy in order to make them easier in learning. One of the technology benefits in learning process is in a way of e-learning system development. The portrait of education in Indonesia in utilizing Internet, the fact showed the educational facilities and infrastructures are not well distributed to all societies, the quality of education is still low, and also the level of utilizing ICT is quite low too. The Ministry of Education and Culture which has responsibility in education developed a Learning Management System (LMS) by releasing a distance learning portal called Rumah Belajar. Rumah Belajar is an innovation that aims to improve the quality of education that allows students to study anytime and anywhere. However, Rumah Belajar is still not fully understood and accepted. This research aims to analyze the factors that influence the adoption of Rumah Belajar in Karawang. This research used five perceptions of the factors that influence the innovation adoption by using Rogers’ Diffusion of Innovation Theory such as: relative advantage, compatibility, complexity, trialability, and observability. The data were collected by distributing questionnaires to 400 respondents from high school students in Karawang. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The result showed the factors that significantly influence the adoption of Rumah Belajar are compatibility, trialability, and observability. From this research, the writer hopes that all parties involved in learning process such as schools, teachers, and students have to support the utilization of Rumah Belajar. Keywords : Rogers’ Diffusion of Innovation Theory, Innovation Adoption, E-learning Adoption, Rumah Belajar Adoption.
Abstrak
Seiring perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang kian pesat, mendorong pelajar untuk dapat menguasai pemanfaatan teknologi untuk mempermudah pembelajaran. Salah satu teknologi dalam pemanfaatan pembelajaran ini adalah pengembangan sistem pembelajaran e-learning. Potret pendidikan di Indonesia mengenai pemanfaatan internet, realitas yang ada menunjukkan bahwa akses masyarakat belum merata untuk sarana dan prasarana pendidikan, mutu pendidikan yang masih rendah, dan rendahnya tingkat pemanfaatan TIK. Kemendikbud yang bertanggung jawab terhadap pendidikan mengembangkan sebuah Learning Management System (LMS) dengan merilis suatu portal pembelajaran jarak jauh bernama Rumah Belajar. Rumah Belajar merupakan suatu inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang memungkinkan masyarakat untuk belajar kapan dan di mana saja. Tetapi realitas yang ada menunjukkan bahwa penerimaan Rumah Belajar masih belum dapat dipahami dan diterima sepenuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Rumah Belajar di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan lima persepsi faktor-faktor yang mempengaruhi innovation adoption dari model Rogers’ Diffusion of Innovation Theory antara lain: relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 400 responden yang merupakan pelajar tingkat SMA/sederajat di Kabupaten Karawang. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang signifikan mempengaruhi adopsi Rumah Belajar adalah compatibility, trialability, dan observability. Dari analisis hasil penelitian ini maka diharapkan untuk semua pihak yang terlibat dalam pengajaran, sekolah, pengajar, maupun murid diharapkan untuk berperan aktif upaya mendukung pemanfaatan Rumah Belajar.
Kata Kunci : Rogers’ Diffusion of Innovation Theory, Adopsi Inovasi, E-learning Adoption, Adopsi Rumah Belajar.
80
PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang kian pesat,
mendorong dunia pendidikan untuk terus
berinovasi demi meningkatkan kualitas
pendidikan. Pada era revolusi industri 4.0, pelajar dituntut untuk menguasai pemanfaatan teknologi agar dapat mempermudah pelajar dalam pembelajaran. Salah satu teknologi dalam pemanfaatan pembelajaran adalah dengan melakukan pemanfaatan internet, yaitu
pengembangan sistem pembelajaran online
learning atau yang biasa disebut dengan e-learning (Santoso, 2018). E-learning adalah
pembelajaran elektronik menggunakan
berbagai perangkat digital untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (Hadining, dkk., 2019).
Namun Potret pendidikan di Indonesia mengenai pemanfaatan internet, realitas yang ada menunjukkan bahwa akses masyarakat belum merata untuk sarana dan prasarana pendidikan, mutu pendidikan yang masih rendah, dan rendahnya tingkat pemanfaatan TIK (Chabibie dan Hakim, 2016). Sebagai upaya mengurangi kesenjangan pendidikan tersebut perlu dilakukan inisiatif dan inovasi guna memperbaiki mutu pendidikan. Subroto (2015), mengatakan bahwa penerapan dan pengembangan TIK dalam pendidikan menjadi salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai suatu
langkah strategis di dalam upaya
meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat. Kemendikbud melalui peran Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan
(PUSTEKKOM) mengembangkan sebuah
Learning Management System (LMS) dengan merilis suatu portal pembelajaran jarak jauh
bernama Rumah Belajar, yaitu e-learning
berbasis internet yang dapat diakses secara gratis dalam bentuk website dan aplikasi android (Nurhayati, dkk., 2019). Rumah
Belajar merupakan suatu inovasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang memungkinkan masyarakat untuk belajar kapan dan di mana saja.
Menurut Roger (2003); Kusdibyo dan Leo (2018), inovasi merupakan suatu ide atau
gagasan, praktek, atau objek yang
dianggap/diterima sebagai suatu hal yang baru oleh individu maupun kelompok. Kemudian adopsi adalah keputusan untuk menggunakan
sepenuhnya inovasi sebagai serangkaian
tindakan terbaik yang ada. Dalam suatu inovasi baru, tidak hanya membutuhkan atau melibatkan pengetahuan yang baru. Menurut Bozbay dan Yasin (2008), kerangka teori inovasi yang mengungkapkan hubungan antara karakteristik inovasi yang dirasakan dan adopsi inovasi merupakan hal penting untuk memahami perilaku adopsi calon pengadopsi dan untuk memprediksi adopsi inovasi teknologi.
Menurut Wu dan Ge (2012), e-learning
dapat menawarkan pelajar potensial
lingkungan belajar alternatif dan inovatif
dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional, maka dari itu e-learning
merupakan suatu inovasi dalam pendidikan.
E-learning telah menerima perhatian yang cukup besar sebagai sarana untuk memberikan alternatif bagi pendidikan tradisional, tetapi e-learning masih belum dipahami dan diterima dengan baik oleh sebagian orang.
Pada kondisi aktualnya, penggunaan Rumah Belajar masih dirasa kurang oleh guru maupun peserta didik yang kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti kesenjangan pendidikan yang ada, dan lemahnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengenalkan Rumah Belajar
sehingga kurang terbukanya informasi
mengenai Rumah Belajar ke masyarakat umum. Seperti hasil survey KPAI mengenai kajian pembelajaran jarak jauh, ditemukan 56.9% siswa tak tahu platform Rumah Belajar. Lalu sebanyak 76.6% siswa menyatakan tidak pernah menggunakan platform Rumah Belajar (CNN Indonesia, 2020). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Rumah Belajar masih sangat rendah. Oleh karena itu, penelitian ini masuk ke dalam tahapan persuasi
terhadap model the innovation-decision
process (Roger, 2008) untuk mengadopsi suatu inovasi yaitu Rumah Belajar sebagai alternatif
81 belajar peserta didik sehingga diharapkan
Rumah Belajar dapat penerimaan yang baik.
Penelitian tentang adopsi inovasi
memberikan wawasan penting yang
menjelaskan kesuksesan atau kegagalan dari suatu produk baru atau inovasi. Banyaknya
pendapat yang mengatakan bahwa e-learning
adalah sebuah inovasi, maka pendekatan yang
tepat untuk memprediksi faktor yang
mempengaruhi adopsi inovasi adalah dengan
menerapkan Rogers’ Diffusion of Innovation
Theory (Zhang, dkk., 2010). Menurut John (2015) teori tersebut penting untuk memahami
perilaku adopsi seseorang dan untuk
memprediksi adopsi dari suatu inovasi.
Penelitian ini dilakukan mengacu pada model penelitian Zhang, dkk,. (2010) dan Celik, dkk., (2014), dengan kesamaan variabel, antara lain: relative advantage, compatibility,
complexity, trialability, dan observability. Namun, ada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan objek dan lokasi penelitian. Penelitian oleh Zhang, dkk,. (2010) dilakukan di China dengan survei oleh 160 responden yang adalah
mahasiswa dan objek penelitiannya adalah
e-learning keseluruhan. Hasil yang didapat menurut penelitian ini adalah faktor yang
paling signifikan mempengaruhi adopsi
e-learning adalah pricing dalam perceiption on relative advantage. Dan penelitian oleh Celik, dkk. (2014) dilakukan di Turki dengan dilakukan survei kepada 471 responden dengan responden siswa/pelajar dan objek
penelitiannya adalah m-learning. Hasil yang
didapat menurut penelitian ini adalah faktor yang paling signifikan mempengaruhi adopsi
e-learning adalah m-learning beneficial dalam
perceiption on relative advantage. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan di Karawang
dengan objek penelitian E-learning Rumah
Belajar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
adopsi e-learning Rumah Belajar di
Kabupaten Karawang dan (2) mengetahui faktor yang paling signifikan mempengaruhi
minat adopsi e-learning Rumah Belajar di
Kabupaten Karawang.
METODOLOGI PENELITIAN
a. Penyusunan Hipotesis Penelitian
Penelitian terdahulu Zhang, dkk.
(2010); Celik dan Aydin (2014), menggunakan
model Rogers’ Diffusion of Innovation Theory
sebagai model E-learning Adoption. Variabel
penelitian yang digunakan terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang
termasuk variabel independen adalah relative
advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability, serta variabel
dependen adalah e-learning adoption. Tujuan
dibentuknya model tersebut adalah untuk
mengetahui bagaimana hubungan antara
faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
e-learning, khususnya Rumah Belajar.
Relative advantage didefinisikan sebagai sejauh mana inovasi dianggap lebih baik daripada ide yang digantikannya (Sahin, 2006). Relative advantage dapat dilihat pada
keunggulan pedagogis dari teknologi
instruksional yang melebihi alat-alat
pengajaran konvensional (Suarta dan
Suwintana, 2012). Semakin tinggi relative
advantage dari inovasi, semakin besar kemungkinan orang akan mengadopsi inovasi, untuk itu relative advantage berkorelasi positif dengan tingkat adopsi (Bozbay dan Yasin, 2008). Maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Perceived Relative Advantage
berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.
Compatibility adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi potensial (Sahin, 2006). Semakin banyak inovasi yang kompatibel dengan situasi saat ini dari pengadopsi potensial dan kebutuhannya, semakin kecil
biaya pergantian dan ketidakpastiannya,
semakin besar kemungkinan inovasi akan
diadopsi (Bozbay dan Yasin, 2008).
Kompatibilitas yang dirasakan secara luas dianggap memiliki pengaruh positif pada niat adopsi. Maka disusun hipotesis sebagai berikut:
82
H2: Perceived Compability berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.
Complexity adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dipahami dan digunakan (Sahin, 2006). Semakin rumit sajian portal Rumah Belajar, maka semakin rendah pula penerimaan informasi yang dirasakan pengguna (Chabibie dan Hakim, 2016). Oleh karena itu kerumitan suatu inovasi
merupakan kendala penting dalam
penerapannya. Maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H3: Perceived Complexility berpengaruh negatif terhadap adopsi Rumah Belajar.
Trialability adalah sejauh mana suatu inovasi dapat diujicobakan secara terbatas (Wu dan Ge, 2012). Semakin banyak inovasi yang
dicoba, semakin cepat pengadopsiannya
(Sahin, 2006). Maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H4: Perceived Trialability berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.
Observability didefinisikan sebagai sejauh mana hasil inovasi terlihat oleh orang lain. Pengamatan ini adalah faktor motivasi utama dalam adopsi dan difusi teknologi.
Observability berkorelasi positif dengan niat adopsi (Sahin, 2006). Maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H5: Perceived Observability berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.
b. Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan skala likert berskala lima. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini memiliki item instrumen yang berupa pernyataan. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini memiliki 6 variabel yang mana tiap variabelnya masing-masing sebanyak 4 indikator sehingga dalam kuesioner penelitian ini terdapat 24 indikator yang dapat dilihat pada Tabel.2. Skala pengukuran Likert digunakan untuk mengukur sikap (Koswara, 2018). Pembobotan untuk skala likert tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pembobotan skala
No. Kriteria Bobot Rataan
1. Sangat Tidak Setuju 1.00-1.80
2. Tidak Setuju 1.81-2.60
3. Netral 2.61-3.40
4. Setuju 3.40-4.20
5. Sangat Setuju 4.21-5.00
c. Sampel dan Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Populasi penelitian adalah pelajar
tingkat SMA/sederajat di Kabupaten
Karawang. Jumlah sampel ditentukan dengan perhitungan rumus slovin dengan nilai kritis 5%.
Adapun rumus Slovin pada Persamaan 1 (Tejada, 2012): (1) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi (N = 32230) e = error tolerance (5%) 395.096≈395 sampel.
Kemudian dibulatkan menjadi 400 sampel untuk mempermudah pengolahan data.
Metode pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner, yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa bisa diharapkan oleh responden (Sugiyono, 2016). Serta studi
pustaka untuk pengumpulan data atau
informasi yang dengan menggunakan buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, dan segala referensi bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini dengan tujuan untuk menemukan teori, konsep, dan variabel yang dapat mendukung penelitian.
83
d. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program software Microsoft Excel 2016 dan IBM SPSS versi 2.
Microsoft Excel digunakan untuk input
data dan digunakan untuk olah data awal yang selanjutnya akan digunakan untuk uji regresi linier berganda. Menurut Ghozali (2018),
SPSS yaitu software yang berfungsi untuk
menganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik parametrik
maupun non-parametrik dengan basis
windows. Pengujian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan software IBM
SPSS adalah uji validitas, uji reabilitas, uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinieritas, uji T, uji F, dan uji analisis regresi linier berganda.
Tabel 2. Variabel Operasional Penelitian
Variabel Kode Indikator Sumber
Relative Advantage
RA 1 Rumah Belajar memungkinkan saya untuk menyelesaikan kegiatan belajar dengan cepat. Al-Adwan, dkk. (2018) RA 2 Saya merasa Rumah Belajar bermanfaat bagi saya. Celik, I., dkk. (2014) RA 3 Rumah Belajar meningkatkan kualitas belajar saya. Celik, I., dkk. (2014) RA 4 Penggunaan Rumah Belajar berkontribusi bagi prestasi saya. Celik, I., dkk. (2014) Compability
CM 1 Penggunaan Rumah Belajar sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini. Celik, I., dkk. (2014) CM 2 Penggunaan Rumah Belajar sesuai dengan pilihan/cara belajar saya. Celik, I., dkk. (2014) CM 3 Saya memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan Rumah Belajar. Celik, I., dkk. (2014) CM 4 Saya mudah menggunakan Rumah Belajar sesuai dengan pengetahuan yang saya miliki. Celik, I., dkk. (2014) Complexity
CL 1 Saya merasa aplikasi Rumah Belajar tidak jelas dan sulit dipahami. Al-Adwan, dkk. (2018) CL 2 Saya merasa kesulitan dalam menggunakan aplikasi Rumah Belajar. Al-Adwan, dkk. (2018) CL3 Saya kesulitan dalam mengakses informasi yang saya butuhkan melalui Rumah Belajar. Celik, I., dkk., (2014) CL 4 Sulit bagi saya dalam belajar menggunakan aplikasi Rumah Belajar. Al-Adwan, dkk. (2018)
Trialability
TR 1 Saya memiliki device (smartphone/komputer) yang memadai untuk mencoba Rumah Belajar dalam proses pembelajaran.
Celik, I., dkk. (2014) TR 2 Saya dapat mengakses aplikasi Rumah Belajar kapan saja saya suka. Celik, I., dkk. (2014) TR 3 Saya baru pertama kali mencoba aplikasi Rumah Belajar, lalu saya akan memutuskan untuk
menggunakannya secara berlanjut.
Celik, I., dkk. (2014) TR4 Saya harus mencoba aplikasi Rumah Belajar beberapa kali, lalu saya akan memutuskan untuk
menggunakannya secara berlanjut.
Leal dan Albertin (2015)
Observability
OB 1 Saya dapat mengamati bahwa penggunaan Rumah Belajar untuk tujuan pendidikan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya.
Celik, I., dkk. (2014) OB 2 Saya akan memberi tahu orang lain tentang manfaat Rumah Belajar. Celik, I., dkk.,( 2014) OB 3 Saya akan merekomendasikan ke orang-orang di sekitar saya tentang penggunaan Rumah Belajar. Celik, I., dkk. (2014) OB 4 Saya merasa orang-orang di sekitar saya akan saling membantu dalam penggunaan Rumah Belajar. Celik, I., dkk. (2014) E-learning
Adoption
EA 1 Saya suka dengan adanya Rumah Belajar. Bozbay dan Bahar( 2008) EA 2 Saya berniat untuk menggunakan Rumah Belajar. Al-Adwan, dkk. (2018) EA 3 Saya rasa saya akan membutuhkan Rumah Belajar nanti. Al-Adwan, dkk. (2018) EA4 Saya berencana akan/terus menggunakan Rumah belajar nanti. Al-Adwan, dkk. (2018) HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan karakter sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil statistik deskriptif menunjukkan karakter sampel atau persepsi responden terhadap variabel penelitian, yaitu
tampak bahwa seluruh variabel memiliki persepsi yang baik kecuali Complexity.
Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif
Variabel Mean (variabel) Keterangan
Relative Advantage 3.64 Setuju/Baik Compability 3.53 Setuju/Baik
Complexity 2.37 Tidak Setuju/Kurang baik Trialability 3.62 Setuju/Baik Observablity 3.72 Setuju/Baik
84
E-learning Adoption 3.52 Setuju/Baik b. Uji validitas dan uji reliabilitas
Uji validitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui atribut pertanyaan yang valid atau tidak. Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing-masing indikator dalam kuesioner dengan total skor yang akan diukur, yaitu dengan menggunakan
coefficient correlation pearson dalam pengujian (Ghozali, 2018). Pada hasil uji
validitas ini, kuesioner yang disebar
menunjukan bahwa seluruh pernyataan adalah valid, dimana nilai korelasi tiap item pernyataan dengan total skor yang diperoleh dari hasil olahan lebih besar dari 0.098068768 dengan alpha 5%.
Uji reabilitas digunakan untuk
mengukur keandalan suatu instrumen, pada
penelitian ini digunakan koefisien Cronbach
Alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.7. (Ghozali, 2018) Pada uji reliabilitas ini, menunjukkan bahwa seluruh variabel di dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel, yang mana nilai Cronbach Alpha untuk tiap variabel yang didapat dari olah data lebih besar dari 0.7.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Indikator Korelasi Cronbach Alpha Keterangan
Relative Advantage
RA1 0.838
0.893
Valid dan reliabel RA2 0.884 Valid dan reliabel RA3 0.891 Valid dan reliabel RA4 0.868 Valid dan reliabel Compability
CM1 0.771
0.849
Valid dan reliabel CM2 0.842 Valid dan reliabel CM3 0.862 Valid dan reliabel CM4 0.843 Valid dan reliabel Complexity
CL1 0.855
0.902
Valid dan reliabel CL2 0.900 Valid dan reliabel CL3 0.884 Valid dan reliabel CL4 0.878 Valid dan reliabel Trialability
TR1 0.810
0.834
Valid dan reliabel TR2 0.806 Valid dan reliabel TR3 0.840 Valid dan reliabel TR4 0.811 Valid dan reliabel Observablity
OB1 0.862
0.914
Valid dan reliabel OB2 0.896 Valid dan reliabel OB3 0.919 Valid dan reliabel OB4 0.893 Valid dan reliabel E-learning
Adoption
EA1 0.828
0.883 Valid dan reliabel EA2 0.885 Valid dan reliabel EA3 0.857 Valid dan reliabel
EA4 0.870 Valid dan reliabel
c. Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Tujuan uji normalitas adalah untuk memeriksa atau mengetahui apakah data populasi terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) atau nilai probabilitas (P-value) lebih besar dari 0.05 maka sebaran data variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2018). Pada hasil uji
normalitas ini, menunjukkan bahwa P-value
yaitu Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari
0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
Model Asymp. Sig (2-tailed) Kriteria Kesimpulan
Unstandrized
Residual 0.160 > 0.05 Data berdistribusi normal
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki korelasi antar variabel
independen dalam satu model. Pengujian multiokolinieritas dapat diuji dengan melihat nilai Tolarence < 10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10, sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas
(Ghozali, 2018). Pada hasil uji
multikolinieritas ini, tampak bahwa hasil asumsi klasik terhadap analisis regresi linier
berganda dalam penelitian ini tidak
menunjukkan adanya gejala multikolinieritas.
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
Relative Advantage 0.342 2.922 Terbebas dari asumsi klasik multikolinieritas Compability 0.337 2.964 Complexity 0.962 1.040 Trialability 0.449 2.227 Observability 0.358 2.793 Tolerance > 0.1 VIF < 10
85
Uji heteroskedastisitas digunakan
untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan ragam dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Pengujian
heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik
Scatterplot yang menunjukkan terdapat titik-titik data yang tersebar dibawah, diatas dan sekitas angka nol, dan penyebaran titik data tidak berpola (Ghozali, 2018). Pada hasil uji heteroskedastisitas ini, menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.
Gambar 1. Hasil Grafik Scatterplot
d. Uji Hipotesis
Uji t digunakan untuk menguji
keterkaitan hubungan atau pengaruh antara variabel-variabel independen dengan variabel
dependen. Pengujian terhadap koefisien
regresi dengan tingkat kepercayaan 95% (significant level 5%, ɑ = 0.05) dan dk = n-k-1 = 400-5-1 = 394, maka t tabel yang diperoleh adalah 1.966003. Hipotesis dapat diterima apabila t hitung > t tabel dan signifikansi < 0,05 (Ghozali, 2018). Pada hasil uji t ini, dapat
diketahui bahwa variabel Compability,
Trialability, dan Observability berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah
Belajar (E-learning Adoption). Sedangkan
variabel Relative Advantage dan Complexity
tidak memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap adopsi Rumah Belajar (E-learning
Adoption).
Tabel 7. Hasil Uji t
Variabel t hitung Sig. Kesimpulan
Relative
Advantage 1.020 0.308 signifikan Tidak
Compability 3.200 0.001 Signifikan Complexity -0.388 0.698 Tidak signifikan Trialability 6.173 0.000 Signifikan Observability 6.632 0.000 Signifikan t tabel = 1,966003
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan
variabel dependen, apakah variabel
independen benar-benar berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Uji F diketahui dengan melihat signifikan F hitung apakah lebih besar dari alpha yang ditetapkan (0.05) atau tidak (Ghozali, 2018). Pada hasil uji F ini, diperoleh nilai F hitung sebesar 120.640 lebih besar dari F tabel sebesar 2.236895 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Artinya, terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 8. Hasil Uji F
Model F Sig.
Regression 120.640 0.000
Koefisien determinasi (R2) digunakan
untuk melihat adanya hubungan yang
sempurna atau tidak, yang ditunjukkan apakah perubahan variabel independen akan diikuti oleh variabel dependen pada proporsi yang
sama. Pengujian ini dengan melihat nilai R
square (R2) dengan interval nilai 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen (Ghozali, 2018). Berdasarkan hasil analisis, didapatkan
nilai Adjusted R Square sebesar 0.605. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel yang dipilih
pada variabel independen (Relative Advantage,
Compability, Complexity, Trialability, dan
Observability) dapat menerangkan keragaman
variabel dependen (E-learning Adoption)
dengan kontribusi sebesar 60.5%, sedangkan sisanya sebesar 39.5% diterangkan oleh variabel lain yang digunakan pada penelitian ini.
Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel-variabel independen
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Berdasarkan hasil analisis, dapar disimpulkan
86
Compability, Trialability, dan Observability
berpengaruh secara positif terhadap terhadap
E-learning Adoption Rumah Belajar sebesar
nilai B, sedangkan variabel Complexity
berpengaruh negatif terhadap terhadap
E-learning Adoption Rumah Belajar.
Tabel 9. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Variabel B Constant 1.330 Relative Advantage 0.054 Compability 0.182 Complexity -0.011 Trialability 0.305 Observability 0.342 e. Pembahasan Hipotesis
Hipotesis 1 ditolak, terdapat pengaruh positif dari Perceived Relative Advantage terhadap adopsi Rumah Belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan, Relative Advantage yang
berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar tidak terbukti walaupun terdapat pengaruh secara positif dan juga tidak
signifikan, maka dikatakan bahwa Relative
Advantage tidak memiliki dampak terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan persepsi responden, Rumah Belajar telah memiliki kualitas yang baik pada keunggulan relatifnya seperti manfaat yang dirasakan oleh pengguna
terhadap kualitas belajarnya ataupun
kontribusi untuk prestasinya, seperti Rumah Belajar dapat diakses gratis kapanpun dan
dimanapun yang mana hal itu dapat
memudahkan pengguna dalam kegiatan
belajarnya. Tetapi tidak menjadi faktor yang
dapat mempengaruhi individu untuk
mengadopsinya. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) yang mengatakan bahwa
Relative Advantage yang secara signifikan berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.
Hipotesis 2 diterima. Terdapat pengaruh positif dari Perceived Compability terhadap adopsi Rumah Belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan, Compability berpengaruh positif
terhadap adopsi Rumah Belajar terbukti dengan adanya hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini dapat terjadi karena pengguna merasa sesuai penggunaan Rumah Belajar dengan kondisi penggunanya, seperti kondisi pembelajaran saat ini misalnya kegiatan belajar mengajar lebih banyak dilakukan
secara online, pengetahuan yang dimiliki
pengguna terkait e-learning atau Rumah
Belajar itu sendiri, dan/atau sesuai dengan pilihan belajar pengguna yang lebih nyaman untuk belajar dengan bantuan digital. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) dan penelitian dari Wu dan Ge (2012) yang
mengatakan bahwa Compability yang
berpengaruh positif secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar.
Hipotesis 3 ditolak. Terdapat pengaruh negatif dari Perceived
Complexility terhadap adopsi Rumah
Belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan, Complexity yang berpengaruh
negatif terhadap adopsi Rumah Belajar tidak terbukti walaupun terdapat pengaruh secara
negatif namun tidak signifikan, maka
dikatakan bahwa Complexity tidak memiliki
dampak terhadap adopsi Rumah Belajar.
Berdasarkan persepsi responden, artinya
Rumah Belajar tidak memiliki kerumitan dalam pengunaannya dan telah memiliki kemudahan dalam menggunakannya seperti Rumah Belajar dapat diakses melalui website
maupun mengunduh aplikasinya pada
smartphone. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk.
(2010) yang mengatakan bahwa Complexity
tidak berpengaruh atau berdampak terhadap adopsi Rumah Belajar.
Hipotesis 4 diterima. Terdapat pengaruh positif dari Perceived Trialability terhadap adopsi Rumah Belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
87 terhadap adopsi Rumah Belajar terbukti
dengan adanya hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini dapat terjadi karena pengguna merasa bahwa untuk mengambil keputusan mengadopsi Rumah Belajar perlu adanya uji
coba untuk mengetahui keunggulannya
sebagai pertimbangan untuk memutuskan
menggunakan Rumah Belajar seperti
pengguna perlu mencoba menggunakan
Rumah Belajar beberapa kali untuk
memutuskan menggunakan Rumah Belajar untuk selanjutnya. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) dan penelitian dari Wu dan Ge (2012) yang mengatakan bahwa
Trialability tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar.
Hipotesis 5 diterima. Terdapat pengaruh positif dari Perceived Observability terhadap adopsi Rumah Belajar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan, Observability berpengaruh positif
terhadap adopsi Rumah Belajar terbukti dengan adanya hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini dapat terjadi karena pengguna merasa hasil menggunakan Rumah Belajar ini mendorong pengguna untuk memperlihatkan atau merekomendasikannya kepada orang lain. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) dan penelitian dari Wu dan Ge (2012)
yang mengatakan bahwa Observability tidak
berpengaruh positif secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar.
Hasil uji hipotesis di atas, dapat dibentuk model hipotesis yang menunjukkan pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen yang dibahas pada
penelitian ini seperti pada gambar 2.
H1 (+) H2 (+) H3 (-) H4 (+) H5 (+) Relative advantage Trialability Complexity Observability Compatibility E-learning Adoption
Gambar 2. Model Hasil Uji Hipotesis
f. Implikasi Manajerial
Pertama, hasil analisis mengenai variabel
compability menyatakan bahwa compability
merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan hasil tersebut, pengguna merasa bahwa Rumah Belajar sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini yang lebih banyak dilakukan secara digital. Sekolah sebagai
lembaga pengajaran murid diharapkan
mendukung dan dapat menyesuaikan
perkembangan zaman sesuai dengan tujuan Kemendikbud merilis Rumah Belajar yaitu
digitalisasi sekolah. Menurut Kurniawan
(2020), kebijakan dari kepala sekolah selaku pemimpin organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pemanfaatan TIK dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Sekolah diharapkan dapat memberikan
fasilitas untuk akses digital dan internet dalam pembelajaran di sekolah.
Kedua, hasil analisis mengenai variabel
trialability menyatakan bahwa trialability
merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan hasil tersebut, sekolah diharapkan harus terus melakukan sosialisasi tentang kemudahan yang diberikan Rumah Belajar dengan menyediakan petunjuk penggunaan
untuk melakukan uji coba sehingga
pembelajaran menggunakan Rumah Belajar menjadi semakin jelas. Misalnya dengan
diadakannya pengenalan dan pelatihan
mengenai pemanfaatan Rumah Belajar kepada siswa tentang pengenalan dan pemanfaatan Portal Rumah Belajar. Susilawati (2020),
88
pelatihan pemanfaatan Rumah Belajar kepada peserta didik bisa efektif dengan dilaksanakan secara rutin misalnya di tiap awal tahun ajaran baru. Hal ini juga harus didukung oleh semua pihak yang terlibat. Optimalnya pemanfaatan Rumah Belajar dapat tercipta jika sekolah, pengajar, dan murid, sama-sama berperan aktif dalam posisinya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Yanuarti (2020) yang mengatakan bahwa sasaran portal Rumah Belajar bukan hanya untuk digunakan oleh peserta didik, tetapi juga untuk peningkatan keprofesian bagi guru terhadap pemanfaatan TIK dan alat digital.
Terakhir, hasil analisis mengenai
variabel observability menyatakan bahwa
observability merupakan faktor paling berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan hasil tersebut, guru harus selalu memberikan dukungan atau contoh kepada murid untuk memanfaatkan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran, hal ini menjadi pertimbangan penting murid untuk mengadopsi Rumah Belajar jika sekolah
memiliki kepercayaan terhadap Rumah
Belajar. Dewasa ini peran guru selain sebagai pengajar tetapi juga dimungkinkan berperan menjadi komunikator, fasilitator, motivator, dan sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta didiknya (Supandri, 2018). Oleh karena itu, pertimbangan pengajar/guru untuk
mempromosikan atau merekomendasikan
pilihannya kepada muridnya dapat
meningkatkan kemungkinan untuk banyak murid yang mengadopsi Rumah belajar
sebagai e-learning yang tepat yang dapat
membantu kegiatan belajar. Dengan guru memanfaatkan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran juga secara tidak langsung guru juga melakukan kompetensi literasi TIK. Oleh karena itu peningkatan kompetensi dan profesionalisme mengenai TIK diperlukan, upaya mengoptimalkan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Murid juga diharapkan selalu memiliki kesiapan dan keaktifan demi mendukung pemanfaatan Rumah Belajar maupun sarana prasarana TIK lainnya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, faktor yang memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap E-learning
Adoption Rumah Belajar adalah Compatibility
sebesar 18.2%, Trialability sebesar 30.5%, dan
Observability sebesar 34.2%. Sedangkan
Relative advantage dan Complexity tidak berpengaruh signifikan yang berarti tidak berdampak terhadap adopsi Rumah Belajar.
Maka didapat usulan perbaikan untuk implementasi adopsi Rumah Belajar ini adalah diharapkan adanya fasilitas memadai untuk akses digital dan internet dalam pembelajaran, peningkatan kompetensi dan profesionalisme pengajar mengenai TIK, serta keterlibatan semua pihak untuk berperan aktif upaya mendukung pemanfaatan Rumah Belajar. Dengan pemanfaatan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran ini secara tidak langsung juga memberikan kompetensi literasi TIK terhadap peserta didik.
Adapun keterbatasan yang dimiliki penelitian ini adalah penelitian dilakukan berdasarkan pengambilan data menggunakan
kuesioner dengan responden pelajar
SMA/sederajat di Kabupaten Karawang pada Maret 2020 dan jangkauan lokasi penelitian
disesuaikan dengan keterbatasan dan
kesanggupan peneliti dalam melakukan
pengumpulan data, serta terkadang jawaban
yang diberikan oleh sampel tidak
menunjukkan keadaan sesungguhnya.
Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi Adopsi Rumah Belajar dalam penelitian ini hanya terdiri dari lima variabel, yaitu relative advantage (keunggulan relatif), compatibility
(kesesuaian), complexity (kerumitan),
trialability (kemampuan uji coba), dan
observability (kemampuan diamati), sedangkan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi Adopsi Rumah Belajar.
Penelitian ini juga hanya membahas faktor yang mempengaruhi Adopsi Rumah Belajar dan dilakukan hanya sampai pada tahap kesimpulan dan rekomendasi.
89 Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran, antara lain:
• Penelitian sejenis dimasa yang akan
datang diharapkan, sampel yang
digunakan lebih banyak sehingga hasil
dan analisis dari penelitian yang
didapatkan akan lebih akurat.
• Penelitian selanjutnya juga perlu
memasukkan variabel-variabel tambahan di luar variabel yang telah diteliti oleh
penulis terhadap E-learning Adoption.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Adwan, A. S., Al-Madadha, A., & Zvirzdinaite, Z. (2018). Modeling Students’ Readiness to Adopt Mobile Learning in Higher Education: An Empirical Study. International Review of Research in Open and Distributed Learning, 19(1).
Belajar dalam Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Teknodik, 22(1), 14.Susilawati, E. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Yang Memanfaatkan Portal Rumah Belajar Di SMP Pesat Bogor. Jurnal Teknodik, 41-54.
Bozbay, Z., & Yasin, B. (2008). The Impact of Perceived Innovation Characteristics on Technology Adoption. The International Journal of Technology, Knowledge and Society, 4(4), 117-127.
Celik, I., Sahin, I., & Aydin, M. (2014). Reliability and Validity Study of The Mobile Learning Adoption Scale Developed Based on The Diffusion of Innovations Theory. International Journal of Education in Mathematics Science and Technology, 2(4), 300-316.
Chabibie, M. H., & Hakim, W. (2016). Pengaruh Penerimaan Teknologi dengan Kebergunaan Web. Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(1), 37-59.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 Edisi 9 (9 ed.). Semarang: Universitas Diponegoro. Hadining, A. F., & Sukanta, W. H. An Investigation
Of Student Perspective For E-Learning Readiness Measurement.
John, S. P. (2015). The Integration of Information Technology in Higher Education: A Study of Faculty's Attitude Towards IT Adoption in
The Teaching Process. Contaduría y Administración, 60, 230-252.
Kemdikbud Masih Pikirkan Belajar Siswa yang Tak Punya Listrik. (2020). CNN Indonesia.
Diakses dari:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/202 00502140926-20-499407/kemdikbud-masih- pikirkan-belajar-siswa-yang-tak-punya-listrik
Koswara, A. N. M. (2018). Pengaruh Kemudahan Akses Informasi Internet Melalui Konteks Sosial Pelajar Terhadap Kecenderungan Tindakan Plagiarisme Dalam Penulisan Karya Tulis Di Kalangan Pelajar. Masyarakat Telematika Dan Informasi: Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi, 9(1), 51-60.
Kurniawan, A. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pembelajaran Di SMP Negeri 5 Ponorogo, Jawa Timur. Jurnal Teknodik, 55-64. Kusdibyo, L., & Leo, G. (2018). Adopsi Inovasi
E-Learning di Perguruan Tinggi. Paper presented at the Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar. Leal, E. A., & Albertin, A. L. (2015). Determinants
of The Use of Technological Innovation in Distance Learning: A Study with Business School Instructors. Turkish Online Journal of Distance Education, 16(1), 19-37.
Nurhayati, A. S., Utari, I., Mutmainah, S., Hamidi, J., & Warsita, B. (2019). Pedoman Pemanfaatan Portal Rumah Belajar (Hendriawan & Suparman Eds.). Tangerang Selatan: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud.
Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations. Free Press. New York, 551.
Sahin, I. (2006). Detailed Review of Rogers' Diffusion of Innovations Theory and Educational Technology-Related Studies Based on Rogers' Theory. Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 5(2), 14-23.
Santoso, H. B., & Hutabarat, P. (2018). Akselerasi E-learning dan Online Education di Tanah Air.
Diakses dari:
https://www.cs.ui.ac.id/index.php/akselerasi-e-learning-dan-online-education-di-tanah-air/ Suarta, I. M., & Suwintana, I. K. (2012). Model Pengukuran Konstruks Adopsi Inovasi E-Learning. Jurnal Sistem Informasi, 8(1), 1-7. Subroto, G. (2015). Peran dan Tantangan TIK (Internet) dalam Pembangunan Pendidikan Indonesia. Jurnal Teknodik, 19(2), 118-134.
90
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supandri. (2018). Faktor-faktor Penyebab Guru Belum Optimal Memanfaatkan Portal Rumah
Tejada, J. J., & Punzalan, J. R. B. (2012). On the misuse of Slovin’s formula. The Philippine Statistician, 61(1), 129-136.
Wu, B., Xu, W., & Ge, J. (2012). Innovation Research In E-learning. Physics Procedia, 24, 2059-2066.
Yanuarti, R. (2020). Pemanfaatan Portal Rumah Belajar untuk Meningkatkan Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru Daerah Tertinggal. Jurnal Teknodik(1), 123-136.
Zhang, L., Wen, H., Li, D., Fu, Z., & Cui, S. (2010). E-learning Adoption Intention and Its Key Influence Factors Based on Innovation Adoption Theory. Mathematical and Computer Modelling, 51(11-12), 1428-1432.