• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI RUMAH BELAJAR DI KABUPATEN KARAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI RUMAH BELAJAR DI KABUPATEN KARAWANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

79

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI RUMAH

BELAJAR DI KABUPATEN KARAWANG

INFLUENCING FACTORS ANALYSIS OF RUMAH BELAJAR ADOPTION IN KARAWANG REGENCY

Larassati Diana1, Aulia Fashanah Hadining2, dan Risma Fitriani3

1,2,3Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang Jl. HS. Ronggo Waluyo, Telukjambe Timur, Karawang, 41361, Telp: 0812-9228-5094 /

0818-557-333 E-mail: aulia.fasha@staff.unsika.ac.id2

Naskah diterima tanggal 31 Juli 2020, direvisi tanggal 15 Desember 2020, disetujui tanggal 16 Desember 2020

Abstract

Along with the development of Information and Communication Technology (ICT) had been growing more advanced. It encourages students to be technology savvy in order to make them easier in learning. One of the technology benefits in learning process is in a way of e-learning system development. The portrait of education in Indonesia in utilizing Internet, the fact showed the educational facilities and infrastructures are not well distributed to all societies, the quality of education is still low, and also the level of utilizing ICT is quite low too. The Ministry of Education and Culture which has responsibility in education developed a Learning Management System (LMS) by releasing a distance learning portal called Rumah Belajar. Rumah Belajar is an innovation that aims to improve the quality of education that allows students to study anytime and anywhere. However, Rumah Belajar is still not fully understood and accepted. This research aims to analyze the factors that influence the adoption of Rumah Belajar in Karawang. This research used five perceptions of the factors that influence the innovation adoption by using Rogers’ Diffusion of Innovation Theory such as: relative advantage, compatibility, complexity, trialability, and observability. The data were collected by distributing questionnaires to 400 respondents from high school students in Karawang. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The result showed the factors that significantly influence the adoption of Rumah Belajar are compatibility, trialability, and observability. From this research, the writer hopes that all parties involved in learning process such as schools, teachers, and students have to support the utilization of Rumah Belajar. Keywords : Rogers’ Diffusion of Innovation Theory, Innovation Adoption, E-learning Adoption, Rumah Belajar Adoption.

Abstrak

Seiring perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang kian pesat, mendorong pelajar untuk dapat menguasai pemanfaatan teknologi untuk mempermudah pembelajaran. Salah satu teknologi dalam pemanfaatan pembelajaran ini adalah pengembangan sistem pembelajaran e-learning. Potret pendidikan di Indonesia mengenai pemanfaatan internet, realitas yang ada menunjukkan bahwa akses masyarakat belum merata untuk sarana dan prasarana pendidikan, mutu pendidikan yang masih rendah, dan rendahnya tingkat pemanfaatan TIK. Kemendikbud yang bertanggung jawab terhadap pendidikan mengembangkan sebuah Learning Management System (LMS) dengan merilis suatu portal pembelajaran jarak jauh bernama Rumah Belajar. Rumah Belajar merupakan suatu inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang memungkinkan masyarakat untuk belajar kapan dan di mana saja. Tetapi realitas yang ada menunjukkan bahwa penerimaan Rumah Belajar masih belum dapat dipahami dan diterima sepenuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Rumah Belajar di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan lima persepsi faktor-faktor yang mempengaruhi innovation adoption dari model Rogers’ Diffusion of Innovation Theory antara lain: relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 400 responden yang merupakan pelajar tingkat SMA/sederajat di Kabupaten Karawang. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang signifikan mempengaruhi adopsi Rumah Belajar adalah compatibility, trialability, dan observability. Dari analisis hasil penelitian ini maka diharapkan untuk semua pihak yang terlibat dalam pengajaran, sekolah, pengajar, maupun murid diharapkan untuk berperan aktif upaya mendukung pemanfaatan Rumah Belajar.

Kata Kunci : Rogers’ Diffusion of Innovation Theory, Adopsi Inovasi, E-learning Adoption, Adopsi Rumah Belajar.

(2)

80

PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) yang kian pesat,

mendorong dunia pendidikan untuk terus

berinovasi demi meningkatkan kualitas

pendidikan. Pada era revolusi industri 4.0, pelajar dituntut untuk menguasai pemanfaatan teknologi agar dapat mempermudah pelajar dalam pembelajaran. Salah satu teknologi dalam pemanfaatan pembelajaran adalah dengan melakukan pemanfaatan internet, yaitu

pengembangan sistem pembelajaran online

learning atau yang biasa disebut dengan e-learning (Santoso, 2018). E-learning adalah

pembelajaran elektronik menggunakan

berbagai perangkat digital untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (Hadining, dkk., 2019).

Namun Potret pendidikan di Indonesia mengenai pemanfaatan internet, realitas yang ada menunjukkan bahwa akses masyarakat belum merata untuk sarana dan prasarana pendidikan, mutu pendidikan yang masih rendah, dan rendahnya tingkat pemanfaatan TIK (Chabibie dan Hakim, 2016). Sebagai upaya mengurangi kesenjangan pendidikan tersebut perlu dilakukan inisiatif dan inovasi guna memperbaiki mutu pendidikan. Subroto (2015), mengatakan bahwa penerapan dan pengembangan TIK dalam pendidikan menjadi salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai suatu

langkah strategis di dalam upaya

meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat. Kemendikbud melalui peran Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan

(PUSTEKKOM) mengembangkan sebuah

Learning Management System (LMS) dengan merilis suatu portal pembelajaran jarak jauh

bernama Rumah Belajar, yaitu e-learning

berbasis internet yang dapat diakses secara gratis dalam bentuk website dan aplikasi android (Nurhayati, dkk., 2019). Rumah

Belajar merupakan suatu inovasi yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang memungkinkan masyarakat untuk belajar kapan dan di mana saja.

Menurut Roger (2003); Kusdibyo dan Leo (2018), inovasi merupakan suatu ide atau

gagasan, praktek, atau objek yang

dianggap/diterima sebagai suatu hal yang baru oleh individu maupun kelompok. Kemudian adopsi adalah keputusan untuk menggunakan

sepenuhnya inovasi sebagai serangkaian

tindakan terbaik yang ada. Dalam suatu inovasi baru, tidak hanya membutuhkan atau melibatkan pengetahuan yang baru. Menurut Bozbay dan Yasin (2008), kerangka teori inovasi yang mengungkapkan hubungan antara karakteristik inovasi yang dirasakan dan adopsi inovasi merupakan hal penting untuk memahami perilaku adopsi calon pengadopsi dan untuk memprediksi adopsi inovasi teknologi.

Menurut Wu dan Ge (2012), e-learning

dapat menawarkan pelajar potensial

lingkungan belajar alternatif dan inovatif

dibandingkan dengan pembelajaran

tradisional, maka dari itu e-learning

merupakan suatu inovasi dalam pendidikan.

E-learning telah menerima perhatian yang cukup besar sebagai sarana untuk memberikan alternatif bagi pendidikan tradisional, tetapi e-learning masih belum dipahami dan diterima dengan baik oleh sebagian orang.

Pada kondisi aktualnya, penggunaan Rumah Belajar masih dirasa kurang oleh guru maupun peserta didik yang kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti kesenjangan pendidikan yang ada, dan lemahnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengenalkan Rumah Belajar

sehingga kurang terbukanya informasi

mengenai Rumah Belajar ke masyarakat umum. Seperti hasil survey KPAI mengenai kajian pembelajaran jarak jauh, ditemukan 56.9% siswa tak tahu platform Rumah Belajar. Lalu sebanyak 76.6% siswa menyatakan tidak pernah menggunakan platform Rumah Belajar (CNN Indonesia, 2020). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Rumah Belajar masih sangat rendah. Oleh karena itu, penelitian ini masuk ke dalam tahapan persuasi

terhadap model the innovation-decision

process (Roger, 2008) untuk mengadopsi suatu inovasi yaitu Rumah Belajar sebagai alternatif

(3)

81 belajar peserta didik sehingga diharapkan

Rumah Belajar dapat penerimaan yang baik.

Penelitian tentang adopsi inovasi

memberikan wawasan penting yang

menjelaskan kesuksesan atau kegagalan dari suatu produk baru atau inovasi. Banyaknya

pendapat yang mengatakan bahwa e-learning

adalah sebuah inovasi, maka pendekatan yang

tepat untuk memprediksi faktor yang

mempengaruhi adopsi inovasi adalah dengan

menerapkan Rogers’ Diffusion of Innovation

Theory (Zhang, dkk., 2010). Menurut John (2015) teori tersebut penting untuk memahami

perilaku adopsi seseorang dan untuk

memprediksi adopsi dari suatu inovasi.

Penelitian ini dilakukan mengacu pada model penelitian Zhang, dkk,. (2010) dan Celik, dkk., (2014), dengan kesamaan variabel, antara lain: relative advantage, compatibility,

complexity, trialability, dan observability. Namun, ada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan objek dan lokasi penelitian. Penelitian oleh Zhang, dkk,. (2010) dilakukan di China dengan survei oleh 160 responden yang adalah

mahasiswa dan objek penelitiannya adalah

e-learning keseluruhan. Hasil yang didapat menurut penelitian ini adalah faktor yang

paling signifikan mempengaruhi adopsi

e-learning adalah pricing dalam perceiption on relative advantage. Dan penelitian oleh Celik, dkk. (2014) dilakukan di Turki dengan dilakukan survei kepada 471 responden dengan responden siswa/pelajar dan objek

penelitiannya adalah m-learning. Hasil yang

didapat menurut penelitian ini adalah faktor yang paling signifikan mempengaruhi adopsi

e-learning adalah m-learning beneficial dalam

perceiption on relative advantage. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan di Karawang

dengan objek penelitian E-learning Rumah

Belajar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

adopsi e-learning Rumah Belajar di

Kabupaten Karawang dan (2) mengetahui faktor yang paling signifikan mempengaruhi

minat adopsi e-learning Rumah Belajar di

Kabupaten Karawang.

METODOLOGI PENELITIAN

a. Penyusunan Hipotesis Penelitian

Penelitian terdahulu Zhang, dkk.

(2010); Celik dan Aydin (2014), menggunakan

model Rogers’ Diffusion of Innovation Theory

sebagai model E-learning Adoption. Variabel

penelitian yang digunakan terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang

termasuk variabel independen adalah relative

advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability, serta variabel

dependen adalah e-learning adoption. Tujuan

dibentuknya model tersebut adalah untuk

mengetahui bagaimana hubungan antara

faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi

e-learning, khususnya Rumah Belajar.

Relative advantage didefinisikan sebagai sejauh mana inovasi dianggap lebih baik daripada ide yang digantikannya (Sahin, 2006). Relative advantage dapat dilihat pada

keunggulan pedagogis dari teknologi

instruksional yang melebihi alat-alat

pengajaran konvensional (Suarta dan

Suwintana, 2012). Semakin tinggi relative

advantage dari inovasi, semakin besar kemungkinan orang akan mengadopsi inovasi, untuk itu relative advantage berkorelasi positif dengan tingkat adopsi (Bozbay dan Yasin, 2008). Maka disusun hipotesis sebagai berikut:

H1: Perceived Relative Advantage

berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.

Compatibility adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi potensial (Sahin, 2006). Semakin banyak inovasi yang kompatibel dengan situasi saat ini dari pengadopsi potensial dan kebutuhannya, semakin kecil

biaya pergantian dan ketidakpastiannya,

semakin besar kemungkinan inovasi akan

diadopsi (Bozbay dan Yasin, 2008).

Kompatibilitas yang dirasakan secara luas dianggap memiliki pengaruh positif pada niat adopsi. Maka disusun hipotesis sebagai berikut:

(4)

82

H2: Perceived Compability berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.

Complexity adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dipahami dan digunakan (Sahin, 2006). Semakin rumit sajian portal Rumah Belajar, maka semakin rendah pula penerimaan informasi yang dirasakan pengguna (Chabibie dan Hakim, 2016). Oleh karena itu kerumitan suatu inovasi

merupakan kendala penting dalam

penerapannya. Maka disusun hipotesis sebagai berikut:

H3: Perceived Complexility berpengaruh negatif terhadap adopsi Rumah Belajar.

Trialability adalah sejauh mana suatu inovasi dapat diujicobakan secara terbatas (Wu dan Ge, 2012). Semakin banyak inovasi yang

dicoba, semakin cepat pengadopsiannya

(Sahin, 2006). Maka disusun hipotesis sebagai berikut:

H4: Perceived Trialability berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.

Observability didefinisikan sebagai sejauh mana hasil inovasi terlihat oleh orang lain. Pengamatan ini adalah faktor motivasi utama dalam adopsi dan difusi teknologi.

Observability berkorelasi positif dengan niat adopsi (Sahin, 2006). Maka disusun hipotesis sebagai berikut:

H5: Perceived Observability berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.

b. Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini menggunakan skala likert berskala lima. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini memiliki item instrumen yang berupa pernyataan. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini memiliki 6 variabel yang mana tiap variabelnya masing-masing sebanyak 4 indikator sehingga dalam kuesioner penelitian ini terdapat 24 indikator yang dapat dilihat pada Tabel.2. Skala pengukuran Likert digunakan untuk mengukur sikap (Koswara, 2018). Pembobotan untuk skala likert tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pembobotan skala

No. Kriteria Bobot Rataan

1. Sangat Tidak Setuju 1.00-1.80

2. Tidak Setuju 1.81-2.60

3. Netral 2.61-3.40

4. Setuju 3.40-4.20

5. Sangat Setuju 4.21-5.00

c. Sampel dan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah teknik purposive

sampling. Populasi penelitian adalah pelajar

tingkat SMA/sederajat di Kabupaten

Karawang. Jumlah sampel ditentukan dengan perhitungan rumus slovin dengan nilai kritis 5%.

Adapun rumus Slovin pada Persamaan 1 (Tejada, 2012): (1) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi (N = 32230) e = error tolerance (5%) 395.096≈395 sampel.

Kemudian dibulatkan menjadi 400 sampel untuk mempermudah pengolahan data.

Metode pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner, yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa bisa diharapkan oleh responden (Sugiyono, 2016). Serta studi

pustaka untuk pengumpulan data atau

informasi yang dengan menggunakan buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, dan segala referensi bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini dengan tujuan untuk menemukan teori, konsep, dan variabel yang dapat mendukung penelitian.

(5)

83

d. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan program software Microsoft Excel 2016 dan IBM SPSS versi 2.

Microsoft Excel digunakan untuk input

data dan digunakan untuk olah data awal yang selanjutnya akan digunakan untuk uji regresi linier berganda. Menurut Ghozali (2018),

SPSS yaitu software yang berfungsi untuk

menganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik parametrik

maupun non-parametrik dengan basis

windows. Pengujian yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan software IBM

SPSS adalah uji validitas, uji reabilitas, uji

normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinieritas, uji T, uji F, dan uji analisis regresi linier berganda.

Tabel 2. Variabel Operasional Penelitian

Variabel Kode Indikator Sumber

Relative Advantage

RA 1 Rumah Belajar memungkinkan saya untuk menyelesaikan kegiatan belajar dengan cepat. Al-Adwan, dkk. (2018) RA 2 Saya merasa Rumah Belajar bermanfaat bagi saya. Celik, I., dkk. (2014) RA 3 Rumah Belajar meningkatkan kualitas belajar saya. Celik, I., dkk. (2014) RA 4 Penggunaan Rumah Belajar berkontribusi bagi prestasi saya. Celik, I., dkk. (2014) Compability

CM 1 Penggunaan Rumah Belajar sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini. Celik, I., dkk. (2014) CM 2 Penggunaan Rumah Belajar sesuai dengan pilihan/cara belajar saya. Celik, I., dkk. (2014) CM 3 Saya memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan Rumah Belajar. Celik, I., dkk. (2014) CM 4 Saya mudah menggunakan Rumah Belajar sesuai dengan pengetahuan yang saya miliki. Celik, I., dkk. (2014) Complexity

CL 1 Saya merasa aplikasi Rumah Belajar tidak jelas dan sulit dipahami. Al-Adwan, dkk. (2018) CL 2 Saya merasa kesulitan dalam menggunakan aplikasi Rumah Belajar. Al-Adwan, dkk. (2018) CL3 Saya kesulitan dalam mengakses informasi yang saya butuhkan melalui Rumah Belajar. Celik, I., dkk., (2014) CL 4 Sulit bagi saya dalam belajar menggunakan aplikasi Rumah Belajar. Al-Adwan, dkk. (2018)

Trialability

TR 1 Saya memiliki device (smartphone/komputer) yang memadai untuk mencoba Rumah Belajar dalam proses pembelajaran.

Celik, I., dkk. (2014) TR 2 Saya dapat mengakses aplikasi Rumah Belajar kapan saja saya suka. Celik, I., dkk. (2014) TR 3 Saya baru pertama kali mencoba aplikasi Rumah Belajar, lalu saya akan memutuskan untuk

menggunakannya secara berlanjut.

Celik, I., dkk. (2014) TR4 Saya harus mencoba aplikasi Rumah Belajar beberapa kali, lalu saya akan memutuskan untuk

menggunakannya secara berlanjut.

Leal dan Albertin (2015)

Observability

OB 1 Saya dapat mengamati bahwa penggunaan Rumah Belajar untuk tujuan pendidikan bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya.

Celik, I., dkk. (2014) OB 2 Saya akan memberi tahu orang lain tentang manfaat Rumah Belajar. Celik, I., dkk.,( 2014) OB 3 Saya akan merekomendasikan ke orang-orang di sekitar saya tentang penggunaan Rumah Belajar. Celik, I., dkk. (2014) OB 4 Saya merasa orang-orang di sekitar saya akan saling membantu dalam penggunaan Rumah Belajar. Celik, I., dkk. (2014) E-learning

Adoption

EA 1 Saya suka dengan adanya Rumah Belajar. Bozbay dan Bahar( 2008) EA 2 Saya berniat untuk menggunakan Rumah Belajar. Al-Adwan, dkk. (2018) EA 3 Saya rasa saya akan membutuhkan Rumah Belajar nanti. Al-Adwan, dkk. (2018) EA4 Saya berencana akan/terus menggunakan Rumah belajar nanti. Al-Adwan, dkk. (2018) HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan karakter sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil statistik deskriptif menunjukkan karakter sampel atau persepsi responden terhadap variabel penelitian, yaitu

tampak bahwa seluruh variabel memiliki persepsi yang baik kecuali Complexity.

Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif

Variabel Mean (variabel) Keterangan

Relative Advantage 3.64 Setuju/Baik Compability 3.53 Setuju/Baik

Complexity 2.37 Tidak Setuju/Kurang baik Trialability 3.62 Setuju/Baik Observablity 3.72 Setuju/Baik

(6)

84

E-learning Adoption 3.52 Setuju/Baik b. Uji validitas dan uji reliabilitas

Uji validitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui atribut pertanyaan yang valid atau tidak. Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing-masing indikator dalam kuesioner dengan total skor yang akan diukur, yaitu dengan menggunakan

coefficient correlation pearson dalam pengujian (Ghozali, 2018). Pada hasil uji

validitas ini, kuesioner yang disebar

menunjukan bahwa seluruh pernyataan adalah valid, dimana nilai korelasi tiap item pernyataan dengan total skor yang diperoleh dari hasil olahan lebih besar dari 0.098068768 dengan alpha 5%.

Uji reabilitas digunakan untuk

mengukur keandalan suatu instrumen, pada

penelitian ini digunakan koefisien Cronbach

Alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0.7. (Ghozali, 2018) Pada uji reliabilitas ini, menunjukkan bahwa seluruh variabel di dalam kuesioner dapat dikatakan reliabel, yang mana nilai Cronbach Alpha untuk tiap variabel yang didapat dari olah data lebih besar dari 0.7.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Indikator Korelasi Cronbach Alpha Keterangan

Relative Advantage

RA1 0.838

0.893

Valid dan reliabel RA2 0.884 Valid dan reliabel RA3 0.891 Valid dan reliabel RA4 0.868 Valid dan reliabel Compability

CM1 0.771

0.849

Valid dan reliabel CM2 0.842 Valid dan reliabel CM3 0.862 Valid dan reliabel CM4 0.843 Valid dan reliabel Complexity

CL1 0.855

0.902

Valid dan reliabel CL2 0.900 Valid dan reliabel CL3 0.884 Valid dan reliabel CL4 0.878 Valid dan reliabel Trialability

TR1 0.810

0.834

Valid dan reliabel TR2 0.806 Valid dan reliabel TR3 0.840 Valid dan reliabel TR4 0.811 Valid dan reliabel Observablity

OB1 0.862

0.914

Valid dan reliabel OB2 0.896 Valid dan reliabel OB3 0.919 Valid dan reliabel OB4 0.893 Valid dan reliabel E-learning

Adoption

EA1 0.828

0.883 Valid dan reliabel EA2 0.885 Valid dan reliabel EA3 0.857 Valid dan reliabel

EA4 0.870 Valid dan reliabel

c. Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas dilakukan dengan uji

Kolmogorov-Smirnov. Tujuan uji normalitas adalah untuk memeriksa atau mengetahui apakah data populasi terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) atau nilai probabilitas (P-value) lebih besar dari 0.05 maka sebaran data variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2018). Pada hasil uji

normalitas ini, menunjukkan bahwa P-value

yaitu Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari

0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas

Model Asymp. Sig (2-tailed) Kriteria Kesimpulan

Unstandrized

Residual 0.160 > 0.05 Data berdistribusi normal

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen

yang memiliki korelasi antar variabel

independen dalam satu model. Pengujian multiokolinieritas dapat diuji dengan melihat nilai Tolarence < 10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10, sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas

(Ghozali, 2018). Pada hasil uji

multikolinieritas ini, tampak bahwa hasil asumsi klasik terhadap analisis regresi linier

berganda dalam penelitian ini tidak

menunjukkan adanya gejala multikolinieritas.

Tabel 6. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan

Relative Advantage 0.342 2.922 Terbebas dari asumsi klasik multikolinieritas Compability 0.337 2.964 Complexity 0.962 1.040 Trialability 0.449 2.227 Observability 0.358 2.793 Tolerance > 0.1 VIF < 10

(7)

85

Uji heteroskedastisitas digunakan

untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan ragam dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Pengujian

heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik

Scatterplot yang menunjukkan terdapat titik-titik data yang tersebar dibawah, diatas dan sekitas angka nol, dan penyebaran titik data tidak berpola (Ghozali, 2018). Pada hasil uji heteroskedastisitas ini, menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.

Gambar 1. Hasil Grafik Scatterplot

d. Uji Hipotesis

Uji t digunakan untuk menguji

keterkaitan hubungan atau pengaruh antara variabel-variabel independen dengan variabel

dependen. Pengujian terhadap koefisien

regresi dengan tingkat kepercayaan 95% (significant level 5%, ɑ = 0.05) dan dk = n-k-1 = 400-5-1 = 394, maka t tabel yang diperoleh adalah 1.966003. Hipotesis dapat diterima apabila t hitung > t tabel dan signifikansi < 0,05 (Ghozali, 2018). Pada hasil uji t ini, dapat

diketahui bahwa variabel Compability,

Trialability, dan Observability berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah

Belajar (E-learning Adoption). Sedangkan

variabel Relative Advantage dan Complexity

tidak memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap adopsi Rumah Belajar (E-learning

Adoption).

Tabel 7. Hasil Uji t

Variabel t hitung Sig. Kesimpulan

Relative

Advantage 1.020 0.308 signifikan Tidak

Compability 3.200 0.001 Signifikan Complexity -0.388 0.698 Tidak signifikan Trialability 6.173 0.000 Signifikan Observability 6.632 0.000 Signifikan t tabel = 1,966003

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan

variabel dependen, apakah variabel

independen benar-benar berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Uji F diketahui dengan melihat signifikan F hitung apakah lebih besar dari alpha yang ditetapkan (0.05) atau tidak (Ghozali, 2018). Pada hasil uji F ini, diperoleh nilai F hitung sebesar 120.640 lebih besar dari F tabel sebesar 2.236895 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Artinya, terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 8. Hasil Uji F

Model F Sig.

Regression 120.640 0.000

Koefisien determinasi (R2) digunakan

untuk melihat adanya hubungan yang

sempurna atau tidak, yang ditunjukkan apakah perubahan variabel independen akan diikuti oleh variabel dependen pada proporsi yang

sama. Pengujian ini dengan melihat nilai R

square (R2) dengan interval nilai 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti

variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen (Ghozali, 2018). Berdasarkan hasil analisis, didapatkan

nilai Adjusted R Square sebesar 0.605. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel yang dipilih

pada variabel independen (Relative Advantage,

Compability, Complexity, Trialability, dan

Observability) dapat menerangkan keragaman

variabel dependen (E-learning Adoption)

dengan kontribusi sebesar 60.5%, sedangkan sisanya sebesar 39.5% diterangkan oleh variabel lain yang digunakan pada penelitian ini.

Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Berdasarkan hasil analisis, dapar disimpulkan

(8)

86

Compability, Trialability, dan Observability

berpengaruh secara positif terhadap terhadap

E-learning Adoption Rumah Belajar sebesar

nilai B, sedangkan variabel Complexity

berpengaruh negatif terhadap terhadap

E-learning Adoption Rumah Belajar.

Tabel 9. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Variabel B Constant 1.330 Relative Advantage 0.054 Compability 0.182 Complexity -0.011 Trialability 0.305 Observability 0.342 e. Pembahasan Hipotesis

Hipotesis 1 ditolak, terdapat pengaruh positif dari Perceived Relative Advantage terhadap adopsi Rumah Belajar.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang

dilakukan, Relative Advantage yang

berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar tidak terbukti walaupun terdapat pengaruh secara positif dan juga tidak

signifikan, maka dikatakan bahwa Relative

Advantage tidak memiliki dampak terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan persepsi responden, Rumah Belajar telah memiliki kualitas yang baik pada keunggulan relatifnya seperti manfaat yang dirasakan oleh pengguna

terhadap kualitas belajarnya ataupun

kontribusi untuk prestasinya, seperti Rumah Belajar dapat diakses gratis kapanpun dan

dimanapun yang mana hal itu dapat

memudahkan pengguna dalam kegiatan

belajarnya. Tetapi tidak menjadi faktor yang

dapat mempengaruhi individu untuk

mengadopsinya. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) yang mengatakan bahwa

Relative Advantage yang secara signifikan berpengaruh positif terhadap adopsi Rumah Belajar.

Hipotesis 2 diterima. Terdapat pengaruh positif dari Perceived Compability terhadap adopsi Rumah Belajar.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang

dilakukan, Compability berpengaruh positif

terhadap adopsi Rumah Belajar terbukti dengan adanya hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini dapat terjadi karena pengguna merasa sesuai penggunaan Rumah Belajar dengan kondisi penggunanya, seperti kondisi pembelajaran saat ini misalnya kegiatan belajar mengajar lebih banyak dilakukan

secara online, pengetahuan yang dimiliki

pengguna terkait e-learning atau Rumah

Belajar itu sendiri, dan/atau sesuai dengan pilihan belajar pengguna yang lebih nyaman untuk belajar dengan bantuan digital. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) dan penelitian dari Wu dan Ge (2012) yang

mengatakan bahwa Compability yang

berpengaruh positif secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar.

Hipotesis 3 ditolak. Terdapat pengaruh negatif dari Perceived

Complexility terhadap adopsi Rumah

Belajar.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang

dilakukan, Complexity yang berpengaruh

negatif terhadap adopsi Rumah Belajar tidak terbukti walaupun terdapat pengaruh secara

negatif namun tidak signifikan, maka

dikatakan bahwa Complexity tidak memiliki

dampak terhadap adopsi Rumah Belajar.

Berdasarkan persepsi responden, artinya

Rumah Belajar tidak memiliki kerumitan dalam pengunaannya dan telah memiliki kemudahan dalam menggunakannya seperti Rumah Belajar dapat diakses melalui website

maupun mengunduh aplikasinya pada

smartphone. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk.

(2010) yang mengatakan bahwa Complexity

tidak berpengaruh atau berdampak terhadap adopsi Rumah Belajar.

Hipotesis 4 diterima. Terdapat pengaruh positif dari Perceived Trialability terhadap adopsi Rumah Belajar.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang

(9)

87 terhadap adopsi Rumah Belajar terbukti

dengan adanya hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini dapat terjadi karena pengguna merasa bahwa untuk mengambil keputusan mengadopsi Rumah Belajar perlu adanya uji

coba untuk mengetahui keunggulannya

sebagai pertimbangan untuk memutuskan

menggunakan Rumah Belajar seperti

pengguna perlu mencoba menggunakan

Rumah Belajar beberapa kali untuk

memutuskan menggunakan Rumah Belajar untuk selanjutnya. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) dan penelitian dari Wu dan Ge (2012) yang mengatakan bahwa

Trialability tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar.

Hipotesis 5 diterima. Terdapat pengaruh positif dari Perceived Observability terhadap adopsi Rumah Belajar.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang

dilakukan, Observability berpengaruh positif

terhadap adopsi Rumah Belajar terbukti dengan adanya hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini dapat terjadi karena pengguna merasa hasil menggunakan Rumah Belajar ini mendorong pengguna untuk memperlihatkan atau merekomendasikannya kepada orang lain. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang, dkk. (2010) dan penelitian dari Wu dan Ge (2012)

yang mengatakan bahwa Observability tidak

berpengaruh positif secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar.

Hasil uji hipotesis di atas, dapat dibentuk model hipotesis yang menunjukkan pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap

variabel dependen yang dibahas pada

penelitian ini seperti pada gambar 2.

H1 (+) H2 (+) H3 (-) H4 (+) H5 (+) Relative advantage Trialability Complexity Observability Compatibility E-learning Adoption

Gambar 2. Model Hasil Uji Hipotesis

f. Implikasi Manajerial

Pertama, hasil analisis mengenai variabel

compability menyatakan bahwa compability

merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan hasil tersebut, pengguna merasa bahwa Rumah Belajar sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini yang lebih banyak dilakukan secara digital. Sekolah sebagai

lembaga pengajaran murid diharapkan

mendukung dan dapat menyesuaikan

perkembangan zaman sesuai dengan tujuan Kemendikbud merilis Rumah Belajar yaitu

digitalisasi sekolah. Menurut Kurniawan

(2020), kebijakan dari kepala sekolah selaku pemimpin organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pemanfaatan TIK dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Sekolah diharapkan dapat memberikan

fasilitas untuk akses digital dan internet dalam pembelajaran di sekolah.

Kedua, hasil analisis mengenai variabel

trialability menyatakan bahwa trialability

merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan hasil tersebut, sekolah diharapkan harus terus melakukan sosialisasi tentang kemudahan yang diberikan Rumah Belajar dengan menyediakan petunjuk penggunaan

untuk melakukan uji coba sehingga

pembelajaran menggunakan Rumah Belajar menjadi semakin jelas. Misalnya dengan

diadakannya pengenalan dan pelatihan

mengenai pemanfaatan Rumah Belajar kepada siswa tentang pengenalan dan pemanfaatan Portal Rumah Belajar. Susilawati (2020),

(10)

88

pelatihan pemanfaatan Rumah Belajar kepada peserta didik bisa efektif dengan dilaksanakan secara rutin misalnya di tiap awal tahun ajaran baru. Hal ini juga harus didukung oleh semua pihak yang terlibat. Optimalnya pemanfaatan Rumah Belajar dapat tercipta jika sekolah, pengajar, dan murid, sama-sama berperan aktif dalam posisinya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Yanuarti (2020) yang mengatakan bahwa sasaran portal Rumah Belajar bukan hanya untuk digunakan oleh peserta didik, tetapi juga untuk peningkatan keprofesian bagi guru terhadap pemanfaatan TIK dan alat digital.

Terakhir, hasil analisis mengenai

variabel observability menyatakan bahwa

observability merupakan faktor paling berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi Rumah Belajar. Berdasarkan hasil tersebut, guru harus selalu memberikan dukungan atau contoh kepada murid untuk memanfaatkan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran, hal ini menjadi pertimbangan penting murid untuk mengadopsi Rumah Belajar jika sekolah

memiliki kepercayaan terhadap Rumah

Belajar. Dewasa ini peran guru selain sebagai pengajar tetapi juga dimungkinkan berperan menjadi komunikator, fasilitator, motivator, dan sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta didiknya (Supandri, 2018). Oleh karena itu, pertimbangan pengajar/guru untuk

mempromosikan atau merekomendasikan

pilihannya kepada muridnya dapat

meningkatkan kemungkinan untuk banyak murid yang mengadopsi Rumah belajar

sebagai e-learning yang tepat yang dapat

membantu kegiatan belajar. Dengan guru memanfaatkan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran juga secara tidak langsung guru juga melakukan kompetensi literasi TIK. Oleh karena itu peningkatan kompetensi dan profesionalisme mengenai TIK diperlukan, upaya mengoptimalkan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Murid juga diharapkan selalu memiliki kesiapan dan keaktifan demi mendukung pemanfaatan Rumah Belajar maupun sarana prasarana TIK lainnya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, faktor yang memiliki pengaruh

secara signifikan terhadap E-learning

Adoption Rumah Belajar adalah Compatibility

sebesar 18.2%, Trialability sebesar 30.5%, dan

Observability sebesar 34.2%. Sedangkan

Relative advantage dan Complexity tidak berpengaruh signifikan yang berarti tidak berdampak terhadap adopsi Rumah Belajar.

Maka didapat usulan perbaikan untuk implementasi adopsi Rumah Belajar ini adalah diharapkan adanya fasilitas memadai untuk akses digital dan internet dalam pembelajaran, peningkatan kompetensi dan profesionalisme pengajar mengenai TIK, serta keterlibatan semua pihak untuk berperan aktif upaya mendukung pemanfaatan Rumah Belajar. Dengan pemanfaatan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran ini secara tidak langsung juga memberikan kompetensi literasi TIK terhadap peserta didik.

Adapun keterbatasan yang dimiliki penelitian ini adalah penelitian dilakukan berdasarkan pengambilan data menggunakan

kuesioner dengan responden pelajar

SMA/sederajat di Kabupaten Karawang pada Maret 2020 dan jangkauan lokasi penelitian

disesuaikan dengan keterbatasan dan

kesanggupan peneliti dalam melakukan

pengumpulan data, serta terkadang jawaban

yang diberikan oleh sampel tidak

menunjukkan keadaan sesungguhnya.

Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi Adopsi Rumah Belajar dalam penelitian ini hanya terdiri dari lima variabel, yaitu relative advantage (keunggulan relatif), compatibility

(kesesuaian), complexity (kerumitan),

trialability (kemampuan uji coba), dan

observability (kemampuan diamati), sedangkan masih banyak faktor lain yang

mempengaruhi Adopsi Rumah Belajar.

Penelitian ini juga hanya membahas faktor yang mempengaruhi Adopsi Rumah Belajar dan dilakukan hanya sampai pada tahap kesimpulan dan rekomendasi.

(11)

89 Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran, antara lain:

• Penelitian sejenis dimasa yang akan

datang diharapkan, sampel yang

digunakan lebih banyak sehingga hasil

dan analisis dari penelitian yang

didapatkan akan lebih akurat.

• Penelitian selanjutnya juga perlu

memasukkan variabel-variabel tambahan di luar variabel yang telah diteliti oleh

penulis terhadap E-learning Adoption.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Adwan, A. S., Al-Madadha, A., & Zvirzdinaite, Z. (2018). Modeling Students’ Readiness to Adopt Mobile Learning in Higher Education: An Empirical Study. International Review of Research in Open and Distributed Learning, 19(1).

Belajar dalam Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Teknodik, 22(1), 14.Susilawati, E. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Yang Memanfaatkan Portal Rumah Belajar Di SMP Pesat Bogor. Jurnal Teknodik, 41-54.

Bozbay, Z., & Yasin, B. (2008). The Impact of Perceived Innovation Characteristics on Technology Adoption. The International Journal of Technology, Knowledge and Society, 4(4), 117-127.

Celik, I., Sahin, I., & Aydin, M. (2014). Reliability and Validity Study of The Mobile Learning Adoption Scale Developed Based on The Diffusion of Innovations Theory. International Journal of Education in Mathematics Science and Technology, 2(4), 300-316.

Chabibie, M. H., & Hakim, W. (2016). Pengaruh Penerimaan Teknologi dengan Kebergunaan Web. Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(1), 37-59.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 Edisi 9 (9 ed.). Semarang: Universitas Diponegoro. Hadining, A. F., & Sukanta, W. H. An Investigation

Of Student Perspective For E-Learning Readiness Measurement.

John, S. P. (2015). The Integration of Information Technology in Higher Education: A Study of Faculty's Attitude Towards IT Adoption in

The Teaching Process. Contaduría y Administración, 60, 230-252.

Kemdikbud Masih Pikirkan Belajar Siswa yang Tak Punya Listrik. (2020). CNN Indonesia.

Diakses dari:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/202 00502140926-20-499407/kemdikbud-masih- pikirkan-belajar-siswa-yang-tak-punya-listrik

Koswara, A. N. M. (2018). Pengaruh Kemudahan Akses Informasi Internet Melalui Konteks Sosial Pelajar Terhadap Kecenderungan Tindakan Plagiarisme Dalam Penulisan Karya Tulis Di Kalangan Pelajar. Masyarakat Telematika Dan Informasi: Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi, 9(1), 51-60.

Kurniawan, A. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pembelajaran Di SMP Negeri 5 Ponorogo, Jawa Timur. Jurnal Teknodik, 55-64. Kusdibyo, L., & Leo, G. (2018). Adopsi Inovasi

E-Learning di Perguruan Tinggi. Paper presented at the Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar. Leal, E. A., & Albertin, A. L. (2015). Determinants

of The Use of Technological Innovation in Distance Learning: A Study with Business School Instructors. Turkish Online Journal of Distance Education, 16(1), 19-37.

Nurhayati, A. S., Utari, I., Mutmainah, S., Hamidi, J., & Warsita, B. (2019). Pedoman Pemanfaatan Portal Rumah Belajar (Hendriawan & Suparman Eds.). Tangerang Selatan: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud.

Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations. Free Press. New York, 551.

Sahin, I. (2006). Detailed Review of Rogers' Diffusion of Innovations Theory and Educational Technology-Related Studies Based on Rogers' Theory. Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 5(2), 14-23.

Santoso, H. B., & Hutabarat, P. (2018). Akselerasi E-learning dan Online Education di Tanah Air.

Diakses dari:

https://www.cs.ui.ac.id/index.php/akselerasi-e-learning-dan-online-education-di-tanah-air/ Suarta, I. M., & Suwintana, I. K. (2012). Model Pengukuran Konstruks Adopsi Inovasi E-Learning. Jurnal Sistem Informasi, 8(1), 1-7. Subroto, G. (2015). Peran dan Tantangan TIK (Internet) dalam Pembangunan Pendidikan Indonesia. Jurnal Teknodik, 19(2), 118-134.

(12)

90

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supandri. (2018). Faktor-faktor Penyebab Guru Belum Optimal Memanfaatkan Portal Rumah

Tejada, J. J., & Punzalan, J. R. B. (2012). On the misuse of Slovin’s formula. The Philippine Statistician, 61(1), 129-136.

Wu, B., Xu, W., & Ge, J. (2012). Innovation Research In E-learning. Physics Procedia, 24, 2059-2066.

Yanuarti, R. (2020). Pemanfaatan Portal Rumah Belajar untuk Meningkatkan Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru Daerah Tertinggal. Jurnal Teknodik(1), 123-136.

Zhang, L., Wen, H., Li, D., Fu, Z., & Cui, S. (2010). E-learning Adoption Intention and Its Key Influence Factors Based on Innovation Adoption Theory. Mathematical and Computer Modelling, 51(11-12), 1428-1432.

Gambar

Tabel 1. Pembobotan skala
Tabel 2. Variabel Operasional Penelitian
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
Gambar 1. Hasil Grafik Scatterplot
+2

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas VII MTs Al- Furqon Sanden Bantul untuk mengetahui prestasi belajar fiqih diperoleh

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya yang diukur dalam satuan uang

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 103 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemenuhan Beban Kerja Guru Madrasah yang Bersertifikat Pendidik... MEMUTUSKAN