• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X - DOCRPIJM a1e25d22bb BAB X10. BAB X Aspek Lingkungan dan Sosial dlm Pembangunan Bidang CK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB X - DOCRPIJM a1e25d22bb BAB X10. BAB X Aspek Lingkungan dan Sosial dlm Pembangunan Bidang CK"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB X

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KOTA

MALANG

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hallingkungan dan

sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek

lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting

lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi

perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

10.1

Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM

bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan

pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

a) UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan

(UKL-UPL) dan Surat PernyataanKesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

b) UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip -prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

c) Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

(2)

penahanan laju kerusakanlingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

d) Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak

dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

e) Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen

Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup

atau disebut dengandengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL

dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan

iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan

daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

(3)

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di

bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

10.1.1Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis

yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah

dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM

bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS

menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program

menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi

(4)

Gambar 10.1 Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam

RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan

intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran

hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan

alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan

risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah

rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap

isu-isu tersebut.

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 10.1

Tabel 10.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan

(Signifikan/Tidak) 1 Perubahan Iklim

2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati 3 Peningkatan intensitas dan

(5)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan

(Signifikan/Tidak) 4 Penurunan mutu dan kelimpahan

sumber daya alam

5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

6 Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat 7 Peningkatan risiko terhadap

kesehatan dan keselamatan manusia

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di

atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap

kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang

Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat

Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas

RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh

terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup

(BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,

dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi

masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

 Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan

KLHS;

 Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

 Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau

program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

 Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang

(6)

Tabel 10.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyrakat dalam pneyusunan

KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan Lembaga

Pembuat Keputusan a. Bupati / Walikota

b. DPRD Penyusun kebijakan, rencana dan/atau

program Dinas PU – Cipta Karya

Instansi a. Dinas PU – Cipta Karya

b. BPLHD

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian

(perorangan/tokoh/kelompok)

a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya

b. Asosiasi - profesi

c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup

d. LSM / Pemerhati Lingkungan Hidup e. Perorangan / tokoh

f. Kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA

Masyarakat terkena Dampak

a. Lembaga Adat b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh Masyarakat d. Organisasi Masyarakat

e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani, dll)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

 Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,

ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

 Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

 Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 10.3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Pengelompokan Isu-isu

Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Penjelasan Singkat

Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1 : Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun

Kualitas kesehatan manusia sangat ditentukan kualitas lingkungan hidup yang ada. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus meningkatkan angka harapan usia hidup lebih panjang, Pemerintah Kota Malang

(7)

Pengelompokan Isu-isu

Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Penjelasan Singkat

Isu 2 : Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

Dampak lingkungan yang terjadi dari adanya kegiatan industri salah satunya adalah

pencemaran air. Tercemarnya air selain berasal dari limbah industri juga berasal dari limbah domistik yang merupakan buangan berasal bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan dan rumah sakit. Parameter limbah domestik yang paling utama dalam menimbulkan pencemaran adalah detergent.

Ekonomi

Isu 3 : Tingginya angka kemiskinan Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Kota Malang sebesar 5,2 %. Kota Malang berkomitmen untuk menurunkan angka kemiskinan sebagai wujud kebijakan Peduli Wong Cilik sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan hasil pembangunan

Isu 4 : Pelaku ekonomi sektor informal belum diberdayakan secara maksimal

Dalam rangka pengembangan ekonomi kreatif di Kota Malang, maka perlu dikembangkan sektor koperasi, UKM, dan sektor informal

Sosial

Isu 5 : Globalisasi yang menuntut kualitas SDM yang handal

Globalisasi merupakan tantangan yang tidak bisa dihindari yang saat ini sudah mulai kita rasakan. Untuk menghadapi tantangan dimaksud perlu peningkatan kualitas SDM di kelurahan sebagai ujung tombak layanan terdepan, serta

meningkatkan daya saing SDM yang ada di kelurahan untuk memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional, termasuk tenaga pendidik untuk menyiapkan masyarakat didik yang handal dan punya daya saing secara global.

Isu 6 : Derajat kesehatan masyarakat yang belum optimal

Mengingat kemajemukan warga Kota Malang terutama dari aspek sosial ekonomi, maka perlu dibangun sinergitas antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Kota Malang

Permukiman

Isu 7 : Peningkatan Kualitas Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota

(8)

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk

mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan

berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau

program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan

berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan

rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa

alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan

antara lain:

a) Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau

bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b) Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

c) Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,

rencana, dan/atau program.

d) Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 10.4 Perumusan Alternatif Perumusan KRP

No Komponen kebijakan,

rencana dan/atau program Alternatif Penyempurnaan KRP

1 Pengembangan Permukiman a.Pembangunan Permumahan

Baru

KRP sudah mengakomodasi kepentingan

pembangunan berkelanjutan, namun secara khusus perlu memperjelas hal-hal sbb :

a. Konsep perencanaan trasporatsi dan drainase yang jelas.

b. Mendukung MIRR dengan konsep keanegaragaman hayati.

c. Kewajiban alokasi RTH, sumur resapan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d. Konsep alih mata pencaharian bagi penggarap lahan. b.Penyediaan sarana

prasarana di perumahan baru

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

3 Pengembangan Air Minum Peningkatan volume reservoir/ tandon PDAM

KRP sudah mengakomodasi kepentingan

pembangunan berkelanjutan, namun secara khusus perlu memperjelas hal-hal sbb :

a.Program hemat air. Perluasan jaringan pelayanan

(9)

3.

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Uraian dampak penting terhadap lingkungan hidup dari masing-masing rencana usaha

dan / atau kegiatan tiap-tiap sektor bidang PU/Cipta Karya di Kota Malang yang meliputi sektor

Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan

Permukiman, Pengembangan air bersih yang harus dikelola berdasarkan hasil evaluasi

dampak penting dari masing-masing proyek yang disesuaikan dengan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis (KLHS) adalah sebagai berikut :

A. Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Tahapan Kegiatan

Rona Lingkungan Awal

Komponen Lingkungan

yang terkena Dampak Kemungkinan Dampak

Pra Kontruksi Pematokan - Sosial - Keresahan sosial

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya fungsi jalan b.Implementasi pembangu-nan diupayakan terinte-grasi dengan perencanaan pembangunan sarana jalan dan drainase.

c. Menggali potensi air tanah dalam wilayah Kota Malang.

d.Mengintegrasikan layanan air bersih di Malang Raya. 4 Pengembangan Penyehatan

Linkungan Permukiman a. Peningkatan dan

pengembangan sarana dan prasarana air bersih, pemakaman dan persampahan

KRP sudah mengakomodasi kepentingan pembangunan berkelanjutan

b. Pengelolaan dan Penambahan TPS

KRP sudah mengakomodasi kepentingan

pembangunan berkelanjutan, namun secara khusus perlu memperjelas hal-hal sbb :

a. Memperjelas konsep lokasi TPS / TPA untuk meminimalkan dampak pencemaran udara, dan air tanah.

b. Memberikan insentif bagi warga sekitar terhadap akses kesehatan.

c. Khusus TPA mempriori-taskan warga sekitar dalam melakukan penge-lolaan sampah.

c. Pengelolaan TPA dengan sistem sanitary landfill d. Penambahan luas lahan

TPA, Pembangunan TPA Bersama Dengan

Kabupaten Malang

e. Perbaikan saluran drainase sesuai masterplan yang telah disusun

KRP sudah mengakomodasi kepentingan

pembangunan berkelanjutan, namun secara khusus perlu memperjelas hal-hal sbb :

a. Memperjelas konsep pembangunan dengan mengintegrasikan pembangunan jalan, saluran air bersih, dan kepentingan sarana lainnya.

(10)

Tahapan Kegiatan

Rona Lingkungan Awal

Komponen Lingkungan

yang terkena Dampak Kemungkinan Dampak

- Persepsi masyarakat - Persepsi negatif

Pengerahan TK

- Kependudukan - Bertambahnya penduduk

musiman

- Sosial - Konflik sosial

- Tenaga kerja - Tidak terserap tk yang ada

- Budaya - Terganggunya budaya

setempat

Pengerahan Alat

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Pembersihan

Lapangan - Sosial - Keresahan sosial

Pengangkutan Bahan

- Kualitas udara - Meningkatnya kadar debu

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan Penumpukan

Bahan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Kontruksi

Pengurukan Jalan

- Ekonomi - Menurunnya kegiatan ekonomi

setempat

- Pengguna lahan - Berkurangnya areal hijau - Kualitas air - Menurunya kualitas air - Pemanfaatan air

baku

- Berkurangnya pemanfaatan air baku

- Kualitas udara - Meningkatnya kadar debu

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Drainase - Terganggunya sistem drainase

alam

- Sekolah/pendidikan - Terganggunya kegiatan belajar/mengajar

- Masjid - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Langgar - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Kesehatan - Meningkatnya gangguan

pernafasan

Pelebaran Jalan

- Sosial - Keresahan sosial

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Perumahan

- Terpotongnya sebagian rumah penduduk

- Tergesernya pagar rumah penduduk

- Persepsi masyarakat - Persepsi negatif

Pemasangan Batu - Ekonomi - Terganggunya kegiatan

(11)

Tahapan Kegiatan

Rona Lingkungan Awal

Komponen Lingkungan

yang terkena Dampak Kemungkinan Dampak

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Masjid - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Langgar - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas/lainnya

Penggorengan Aspal

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Sekolah/pendidikan - Terganggunya kegiatan belajar/mengajar

- Bahaya - Terjadinya kebakaran

Pengaspalan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Air bersih - Rusaknya jaringan pipa distribusi

- Sekolah/pendidikan - Terganggunya kegiatan belajar/mengajar

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Kecelakaan lainnya

Penggalian

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Air bersih - Rusaknya jaringan pipa distribusi

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Kecelakaan lainnya

Pemasangan Gorong-gorong

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Pasca Kontruksi Penggunaan Jalan

- Pengguna lahan - Berubahnya penggunaan lahan

- Kualitas udara - Meningkatnya kadar debu dan co2

- Kebisingan - Meningkatnya kebisingan

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

B. Kawasan Permukiman dan Bangunan Bersejarah

Tahapan

- Sosial - Keresahan sosial

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya fungsi jalan - Persepsi masyarakat - Persepsi negatif

Mobilisasi Tenaga Kerja

- Kependudukan - Bertambahnya penduduk musiman

(12)

Tahapan

- Tenaga kerja - Tidak terserap TK yang ada

- Budaya - Terganggunya budaya setempat

Pengerahan Alat

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Pembersihan

Lapangan - Sosial - Keresahan sosial

Pengangkutan Bahan

- Kualitas udara - Meningkatnya kadar debu

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan

Penumpukan Bahan - Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Kontruksi

Pemasangan Batu

- Ekonomi - Terganggunya kegiatan ekonomi

setempat

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Masjid - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Langgar - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas/lainnya

Penggalian

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Air bersih - Rusaknya jaringan pipa distribusi

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Kecelakaan lainnya

Penggunaan Jalan

- Pengguna lahan - Berubahnya penggunaan lahan

- Kebisingan - meningkatnya kadar debu dan CO2

- Bahaya - Meningkatnya kebisingan

- Kecelakaan lalu lintas

Pasca Konstruksi

Peningkatan

Kualitas Lingkungan - Sosial

- Keresahan Masyarakat

- Peningkatan Kualitas Lingkungan - Peningkatan Kesehatan

Masyarakat

C. Pembangunan Sarana Sanitasi

Tahapan

Pra Kontruksi Pematokan

- Sosial - Keresahan sosial

(13)

Tahapan

- Kependudukan - Bertambahnya penduduk musiman

- Sosial - Konflik sosial

- Tenaga kerja - Tidak terserap TK yang ada

- Budaya - Terganggunya budaya setempat

Pengerahan Alat

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Pembersihan

Lapangan - Sosial - Keresahan sosial

Pengangkutan Bahan

- Kualitas udara - Meningkatnya kadar debu

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan Penumpukan

Bahan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Kontruksi

Pemasangan Batu

- Ekonomi - Terganggunya kegiatan ekonomi

setempat

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Masjid - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Langgar - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas/lainnya

Penggalian

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Air bersih - Rusaknya jaringan pipa distribusi

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Kecelakaan lainnya

Penggunaan Jalan

- Pengguna lahan - Berubahnya penggunaan lahan

Kebisingan - meningkatnya kadar debu dan

CO2

- Bahaya - Meningkatnya kebisingan

- Kecelakaan lalu lintas

Pasca

- Keresahan Masyarakat

- Peningkatan Kualitas Lingkungan - Peningkatan Kesehatan

(14)

D.Pembangunan Saluran Drainase

- Sosial - Keresahan sosial

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya fungsi jalan - Persepsi masyarakat - Persepsi negatif

Mobilisasi Tenaga Kerja

- Kependudukan - Bertambahnya penduduk musiman

- Sosial - Konflik sosial

- Tenaga kerja - tidak terserap TK yang ada

- Budaya - Terganggunya budaya setempat

Pengerahan Alat

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Pembersihan

Lapangan - Sosial - Keresahan sosial

Pengangkutan Bahan

- Kualitas udara - Meningkatnya kadar debu

- Kebisingan - Timbulanya/meningkatnya

kebisingan Penumpukan

Bahan

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

Kontruksi

Pemasangan Batu

- Ekonomi - Terganggunya kegiatan ekonomi

setempat

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Masjid - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Langgar - Terganggunya kegiatan

keagaman

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas/lainnya

Penggalian

- Jalan dan lalu lintas - Terganggunya arus lalu-lintas/pedestrian

- Air bersih - Rusaknya jaringan pipa distribusi

- Bahaya - Kecelakaan lalu lintas

- Kecelakaan lainnya

Penggunaan Jalan

- Pengguna lahan - Berubahnya penggunaan lahan

- Kebisingan - meningkatnya kadar debu dan CO2

- Bahaya - Meningkatnya kebisingan

- Kecelakaan lalu lintas

Pasca

- Keresahan Masyarakat

- Peningkatan Kualitas Lingkungan - Peningkatan Kesehatan

(15)

10.1.2 AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha

dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang

Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup, yaitu:

a) Proyek wajib AMDAL

b) Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

c)

Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Tabel 10.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) a) Rujukan Peraturan

Perundangan

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS

a. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL

c. iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

b) Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematir, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau

Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona

lingkungan hidup serta

menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

c) Kewajiban pelaksanaan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)

d) Keterkaitan studi lingkungan dengan:

a. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM b. Kebijakan, rencana dan/atau

program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

(16)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) e) Mekanisme

pelaksanaan

a. Pengkajian pengaruh

kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah

b. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program; dan

c. Rekomendasi perbaikan unruk pengambilan

keputusan kebijakan, rencana dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan

i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL

ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh Komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis

iii.Komisi penilai AMDAL

menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketodaklayakan lingkungan kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya

iv.Menteri, Gubernur dan Bupati / Walikota nerdasarkan

rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan

f) Muatan Studi Lingkungan

i. Isu strategis terkait

pembangunan berkelanjutan ii.Kajian pengaruh

rencana/program dengan isu-isu strategis terkait

pembangunan berkelanjutan iii.Alternatif rekomendasi untuk

rencana/program

i. Kerangka acuan ii.Andal

iii.RKL – RPL

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL – RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan

g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana,

dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah

Keputusan Menteri, gubernur dan Bupati/walikota sesuai kewenangan

tentang kelayakan atau

ketidaklayakan lingkungan.

h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan

sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya

tampung lingkungan. ii.segala usaha dan/atau

kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.

i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan

ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan

(17)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL

(KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,

ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD

iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh

pemrakarsa.

iv. Dana pembinaan dan

pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota

j) Partisipasi Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu komponen dalam

kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak;

ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL

k) Atribut lainnya:

a.Posisi Hhulu siklus pengambilan keputusan

Akhir siklus pengambilan keputusan

b.Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

c.Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

d.Dampak kumulatif

Peringatan dini atas adanya dampak kumulatif

Amat terbatas

e.Titik berat telaahan

Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya

g.Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

h.Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP

merupakan proses interaktif dan kontinu

Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir

i. Fokus

pengendalian dampak

Fokus pada agenda

pembangunan berkelanjutan

Menangani gejala kerusakan lingkungan

j. Institusi penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan

penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan

penilaian dan persetujuan AMDAL

(18)

Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi

dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :

Tabel 10.6 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A.

Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem

Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau > 10 ha

- Kapasitas Total > 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:

- luas landfill, atau semua kapasitas/

- Kapasitas Total besaran

c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas > 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu

- Kapasitas > 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:

- Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:

- Kapasitas > 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

- Kapasitas > 500 ton/hari

B.

Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

b. Kota besar, luas > 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha

C.

Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang

- Luas, atau > 2 ha

- Kapasitasnya > 11 m /hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas

penunjangnya

- Luas, atau > 3 ha

- Kapasitasnya > 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

- Luas layanan, atau > 500 ha

- Debit air limbah > 16.000 m /hari

D.

Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

b. Kota sedang, panjang: > 10 km

E.

Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi

(19)

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang > 10 km

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas

menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan

dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.7.

Tabel 10. 7 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL - UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi

· Luas kawasan, atau < 10 Ha · Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut

· Luas landfill, atau < 5 Ha · Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station

· Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu

· Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator

· Kapasitas < 500 ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos · Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah Domestik / Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

· Luas < 2 ha

· Atau kapasitas < 11 m /hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah · Luas < 3 ha

· Atau bahan organik < 2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) di perkotaan / permukiman

· Luas < 500 ha

· Atau debit air limbah < 16.000 m /hari

c. Drainase Permukiman Perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder · Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

(20)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

d. Air Minum

i. Pembangunan jaringan distribusi: · luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

· Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km · Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km · Pedesaan, Panjang : -

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

· Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps · Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap · Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan: · Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara

SPAM : 2,5 lps - < 50 lps

· Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembangunan Gedung

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah : tanah:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

(21)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan Kawasan Permukiman

Baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, · Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

· Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

· Jumlah hunian: < 500 unit rumah; · Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

· Jumlah hunian: < 500 unit rumah; · Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

· Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

(22)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

· Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat

· Luas kawasan: < 5 ha

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi

wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup (SPPLH).

10.2 Aspek Sosial

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender.

Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga

diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun

permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu

diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat

atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan

aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan

memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang

beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah

terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat

(23)

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah

bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak

yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program

pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja,

termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan

pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi

perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,

pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka

meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi

atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai

dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional

ataupun bersifat lintas provinsi.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis

(24)

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain

dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun

bersifat lintas kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional

ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain

dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta

Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain

dalam rangka

4. peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk

(25)

10.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti

adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,

serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Tabel 10.8 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota Malang

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi

Umum Permasalahan

Bentuk Kel Cipto Mulyo Kec Sukun

(26)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi

Umum Permasalahan

Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan

Kebutuhan Penanganan

melalui peremajaan kawasan 7 Kp Kebalen Kel

Kota Lama Kec Kedungkandang

Merupakan Permukiman Bantaran Sungai

Sanitasi, drainase, kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan

Optimalisasi pemanfaatan kawasan perumahan di pusat kota

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan

keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa

diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2,

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya

dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14.Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-

seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal

lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai

(27)

Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan

bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta

Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat

(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat

bidang Cipta Karya.

10.2.2Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan

durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan

masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti

konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta

permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,

terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan

bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi

mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam

proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program

bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan

bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah

yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih

dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil

harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar

kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya

kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana

(28)

dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang

ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas

kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya

di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi

penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

10.2.3Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara

sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu

tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh

(29)

Contents

10.1 Aspek Lingkungan ... 1

10.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ... 3

10.1.2 AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH... 15

10.2 Aspek Sosial ... 22

10.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya .. 25

10.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya .. 27

10.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 28 Tabel 10.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya ...4

Tabel 10.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyrakat dalam pneyusunan KLHS Bidang Cipta Karya ...6

Tabel 10.3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya ...6

Tabel 10.4 Perumusan Alternatif Perumusan KRP ...8

Tabel 10.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL ... 15

Tabel 10.6 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL ... 18

Tabel 10. 7 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL - UPL ... 19

Gambar

Tabel 10.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Tabel 10.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyrakat dalam pneyusunan
Tabel 10.4 Perumusan Alternatif Perumusan KRP
Tabel 10.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sugiyono bahwa penelitian kualitatif mempunyai beberapa karakteristik diantaranya yaitu dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan metode permainan terhadap motivasi belajar Matematika pada siswa

Selalu ada ketika peneliti galau maupun senang, terima kasih buat nasehat-nasehat yang sudah diberikan bagi peneliti, selalu kasih support agar skripsi ini cepat

Pembuatan plastik biodegradable dilakukan dengan tiga tahap diantaranya, pembuatan pati singkong karet, pembuatan plastik biodegradable dengan penambahan kitosan, dan uji

Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan kerana didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi untuk mendapat diabetes kerana telah mempunyai antibodi

Komputer Client tidak terhubung. c) Kembali ke form Tambah Biaya. b) Sistem menutup form Tambah Biaya.. Diagram Aktivitas Form Utama Memilih Menu Tambah Biaya Display Form Tambah

Ekuitas perusahaan berasal dari modal sendiri (modal saham) dan laba yang ditahan. Peningkatan ekuitas yang paling mudah dapat dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan

Hasil SP 2010 memang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Wonogiri hanya -0,43 % per tahun, namun jika melihat besarnya kelompok umur