KAJIAN POTENSI PEREKONOMIAN KABUPATEN TALAUD PERIODE 2017-2021
Prilly Pontororing1, Ita Pingkan F. Rorong 2, Krest D. Tolosang 3
1,2,3
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115, Indonesia
Email : [email protected] ABSTRAK
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah salah satu daerah otonomi yang berada di provinsi Sulawesi Utara dan dengan berbagai potensi sumberdaya alama yang dimiliki. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifkasi terhadap sektor-sektor ekonomi yang ada agar dapat dipakai sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan daerah.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis LQ, metode DLQ dan metode Shift Share.
Hasil penelitian menggunakan metode analisis menunjukkan bahwa terdapat sepuluh sektor yang memiliki prospek untuk menjadi sektor basis atau tetap mempertahankan posisi sebagai sektor basis. Sepuluh sektor tersebut yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan dan Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (sebagai sektor basis dan prospek kedepannya adalah tetap sebagai sektor basis), sektor konstruksi, sektor penyediaan akomodasi dan akan minum, sektor informasi dan komunikasi, Sektor jasa keuangan dan asuransi, dan Sektor jasa pendidikan (bukan sektor basis, namun prospek ke depannya bisa menjadi sektor basis). Hasil penelitian dengan metode Shift Share menunjukkan bahwa hanya 2 sektor yang memiliki daya saing terhadap sektor yang sama pada perekonomian Sulawesi Utara yaitu Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi sepeda dan mobil dan sektor jasa keuangan dan asuransi.
Kata kunci: Sektor Basis; Potensi; Daya Saing
ABSTRACT
Talaud Archipelago District is one of the autonomous regions in the province of North Sulawesi and has various natural resource potentials. Therefore, it is necessary to identify existing economic sectors so that they can be used as a basis for regional development planning. The analysis used in this study is the LQ analysis method, the DLQ method and the Shift Share method. The results of the research using analytical methods show that there are ten sectors that have prospects to become the base sector or to maintain their position as the base sector.
The ten sectors are agriculture, forestry and fisheries, the electricity and gas procurement sector, the wholesale and retail trade sector; car and motorcycle repair, the transportation and warehousing sector and the health services sector and social activities (as the base sector and future prospects will remain as the base sector), the construction sector, the accommodation and drinking provision sector, the information and communication sector, the financial services sector and insurance, and the education services sector (not the base sector, but future prospects could become the base sector). The results of the study using the Shift Share method show that only 2 sectors have competitiveness against the same sector in North Sulawesi's economy, namely the wholesale and retail trade sector, bicycle and car repair and the financial and insurance services sector.
Keywords: Base Sector; Potential; Competitive
1. PENDAHULUAN
Pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada PDRB suatu provinsi, kabupaten dan kota. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor (Indarti, 2012).
Pembangunan merupakan multidimensi dari suatu masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pembangunan ekonomi pada hakikatnya mengoptimalkan bagaimana peranan sumber daya dalam menciptakan kenaikan pendapatan yang terakumulasi pada sektor-sektor ekonomi yang tercermin pada besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah tersebut adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah itu.
Perencanaan pembangunan ekonomi di era otonomi daerah saat ini membutuhkan kejelian dari pemerintah di daerah untuk memberikan fokus dan prioritas pada sektor ekonomi atau lapangan usaha yang memiliki prospek, dan bersifat unggul serta memiliki daya saing terhadap perekonomian yang lebih besar. Hal ini mengandung maksud agar pembangunan ekonomi yang dilaksanakan benarbenar terfokus pada sektor ekonomi yang basis sehingga dapat memberikan dampak multiplier terhadap perekonomian di daerah. Semua elemen di daerah baik pemerintah maupun masyarakat luas harus mampu bekerjasama untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan keunggulansumber daya yang ada di daerah agar sasaran pembangunan daerah bisa tercapai. Salah satu fokus kebijakan yang penting adalah dalam hal menentukan sektor ekonomi yang akan dibangun guna meningkatkan nilai produk domestik regional bruto atau pertumbuhan ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan setiap periodenya. Penerapan otonomi daerah membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan verifikasi dalam pembangunan sehingga mendorong pembangunan semakin maju. Untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar pelaksanaan pembangunan daerah sesuai potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut (Mose, 2016).
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah salah satu daerah otonomi yang berada di provinsi Sulawesi Utara. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Talaud yang utama adalah dari sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan perikanan. Selain itu, sektor ekonomi yang lain juga menjadi tumpuan harapan kehidupan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Perkembangan kehidupan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Talaud sangat ditentukan oleh potensi sektor yang ada serta perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Kondisi perekonomian di Kabupaten Kepulauan Talaud dapat dilihat melalui sektor-sektor ekonomi yang ada didalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor perdagangan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor adalah sektor kedua yang memiliki nilai terbesar. Sektor ketiga yang memiliki nilai ekonomi terbesar adalah sektor konstruksi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerjasama pemerintah daerah dengan masyarakatnya dalam mengelola setiap sumberdaya yang di miliki dan membangun kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk melahirkan lapangan kerja baru dan meningkatkan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Tujuan pembangunan ekonomi daerah yaitu untuk menciptakan dan meningkatkan jumlah lapangan kerja bagi masyarakat daerah yang kemudian akan meningkatkan pendapatan perkapita dan akan mengurangi angka kemiskinan. Guna mencapai tujuan tersebut, perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya dan mengembangkannya semaksimal mungkin (Hasan, 2020). Daerah yang satu dengan daerah lainnya memiliki corak pembangunan yang berbeda, karenanya dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi suatu daerah perlu memahami potensi, kondisi, karakter, dan ekonomi sosial dari daerah tersebut. Tidak ada kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat ditetapkan di semua daerah (Ananda, 2018).
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya peningkatan atau perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik. Dimana adanya perubahan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya. Pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat dalam proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara (Muttaqin,
2018). Dengan kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk ke perubahan yang bersifat kuantitatif. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi (Sukirno, 2000).
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan penyesusaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi tersebut memiliki tiga komponen: 1) Pertumbuhan ekonomi suatu negara (daerah) terlihat dari peningkatan secara terus menerus persediaan barang; 2) Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan tingkat pertumbuhan kemampuan dalam menyediaka aneka macam barang kepada penduduk; 3) Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan ideologis sehingga inovasi yang dihasilkan dapat bermanfaat secara tepat (Kuznets, 1946).
2.3 Sektor Unggulan
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress) (Mangifera, 2016). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001). sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan pada suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo, 2006). Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.
Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Tarigan, 2005). Sektor unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan.
2.4 Teori Basis Ekonomi
Sektor basis pada dasarnya harus di kaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Tumangkeng, 2018).
2.5 Konsep Produk Domestik Regional Bruto
Nilai PDRB Perkapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Indikator ini dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah. Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran (Sukmaraga & Hayati, 2011).
Pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto, (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). Secara konsep tiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
2.6 Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo, 2006). Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Sugiharsono, 2000). Sektor unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sektor Basis dan Non Basis dan Potensi PerekonomianWilayah di Kabupaten Halmahera Timur. Alat Analisis yang digunakan adalah Analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Klassen Tipology (KT). Hasil penelitian dengan Analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa terdapat dua sektor basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor konstruksi. sedangkan sektor non basis adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya. sedangkan dengan analisis Klassen Typology (KT) menunjukkan bahwa secara umum potensi perekonomian wilayah di kabupaten Halmahera Timur masih tergolong pada sektor potensial atau masih dapat berkembang (Wararag, Rorong dan Tolosang, 2021).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian produksi kerajinan tangan serat pisang abaka terhadap variabel modal dan tenaga kerja. Populasi yang akan di ambil dalam penelitian ini berjumlah 10 orang pengrajin yang masih aktif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan format deskriptif. Penelitian kualitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yangmenjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Hasil penelitian, peneliti menemukan mayoritas responden sangat setuju bahwa tenaga kerja yang dimilki jumlahnya mencukupi untuk membantu mengolah produksi. Dan dari keseluruhan jumlah menyatakan sangat setuju bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja yang rajin dan jujur pengrajin menggunakan anggota keluarga maupun tetangga (Konore, Rorong, dan Siwu 2022).
Pengembangan wilayah memiliki makna sebagai semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor- sektor tertentu pula. Wilayah yang memiliki potensi berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 sektor basis atau sektor unggulan di kota Tomohon keenam sektor tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi,
sektor real estate, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta sektor jasa lainnya. Melalui kajian dengan metode shift share maka diperoleh sektor-sektor ekonomi yang memiliki daya saing yang kuat yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Pemerintah maupun investor swasta diharapkan mampu melakukan investasi di sektor-sektor unggulan yang menjadi kekuatan perekonomian kota Tomohon (Tolosang, 2020).
Pertumbuhan ekonomi merupakan aspek indikasi dari pembangunan ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang digerakkan oleh para ahli ekonomi guna melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu bangsa atau penduduk suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui proses pertumbuhan ekonomi akan tercermin kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dan dicapai oleh suatu bangsa atau penduduk suatu daerah dalam periode tertentu. Peranan sektor-sektor ekonomi dalamm eningkatkan pertumbuhan ekonomi dirasa semakin penting. Tujauan penelitian mengetahui Sektor-sektor ekonomi apa yang paling potesial dan berdaya saing untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di kabupaten Minahasa Selatan. Metode penelitian yang digunakan analisis Shift Share. Hasil penelitian didapati sektor pengadaan listrik dan gas, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Kelima sektor ini sangat berpotensi untuk di kembangkan dan di jadikan sumber daya untuk dimanfaatkan membangun kabupaten Minahasa Selatan karena memiliki keunggulan yang komparatif dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi regional kabupaten Minahasa Selatan (Masloman, 2018).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan di Kabupaten Bungo. Metode yang di gunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), Dinamic Location Quotient (DLQ), indeks spesialisasi, Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Berdasarkan analisis LQ dan DLQ, hanya ada 2 sektor yang menjadi sektor basis pada saat ini dan pada masa yang akan datang yaitu sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada 2 sektor yang menjadi sektor basis pada saat ini dan pada masa yang akan datang yaitu sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (Gafur, Safri dan Hodijah, 2016).
2.8 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah konsep yang menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk hubungan antar variabel penelitian (Sugiyono, 2013).
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Sumber : Data Olahan Peneliti
Berdasarkan gambar diatas pola pikir ilmiah dari penelitian ini dapat dijelaskan, bahwa dalam memulai kajian yang bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor basis dan non basis, potensi sektor
Analisis Shift Share Produk Domestik Regional
Bruto (ADHK)
Analisis Location Quotient Analisis Dynamic Location Quotient
Sektor Basis dan Non Basis Potensi Sektor Basis dan Non Basis di Masa Depan
Pergeseran Proposional dan Daya saing
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
basis dan non basis di masa yang akan datang, pergeseran proporsional serta daya saing sektoral maka diperlukan data PDRB ADHK atau PDRB Riil. Selanjutnya digunakan alat analisis yakni Location Quotient (LQ) yang bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi sektor basis dan sektor non basis dalam perekonomian daerah. Kemudian diperkuat dengan analisis Dynamic LQ yang bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor mana yang berpotensi menjadi sektor basis maupun non basis. Selanjutnya digunakan alat analisis Shift Share yang bertujuan untuk mengetahui daya saing sektoral 27 perekonomian daerah terhadap perekonomian yang lebih tinggi (provinsi). Jika hasil analisis dengan ketiga metode tersebut telah diperoleh dengan baik, maka dilakukan analisis hasil serta pembahasan akhirnya ditarik kesimpulan serta pemberian saran. Hasil akhir dari seluruh kajian dapat digunakan sebagai input atau masukkan bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan perencanaan pembangunan ekonomi daerah.
3. METODE PENELITIAN 3.1 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series dari produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan kabupaten Kepulauan Talaud dan provinsi Sulawesi Utara tahun 2010-2020. Sumber data adalah dari badan pusat statistik kabupaten Minahasa dan provinsi Sulawesi Utara.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode dokumentasi dimana peneliti melakukan kunjungan ke website atau homepage instansi terkait yaitu badan pusat statistik Kepulauan Talaud dan mengumpulkan data sekunder yang didapat melalui download data melalui internet.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah unsur-unsur dari sebuah penelitian yang menjelaskan bagaimana untuk mengukur suatu variabel. Sehingga dengan variabel operasional tersebut mampu menunjukan indikator-indikator yang menjadi pendukung dari variabel-variabel yang akan dianalisa. Variabel- variabel dalam penelitian ini yang perlu di operasionalkan adalah:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil propinsi Sulawesi Utara adalah nilai produk barang dan jasa riil dimana nilainya didasarkan pada tahun dasar yang terdapat di Sulawesi Utara dan diukur dalam satuan Rupiah per tahun.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil kabupaten Kepulauan Talaud adalah nilai produk barang dan jasa riil dimana nilainya di dasarkan pada tahun dasar yang terdapat di kabupaten Kepulauan Talaud dan di ukur dalam satuan Rupiah per tahun.
3.4 Metode Location Quotient (LQ)
Konsep LQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Konsep Location Quotient merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan dengan mudah, cepat dan tepat yang dapat digunakan berulang kali dengan menggunakan berbagai perubah acuan dan periode waktu. Location Quotient merupakan rasio antara PDRB sektor tertentu terhadap total nilai PDRB di suatu daerah di bandingkan dengan sektor yang sama di tingkat perekonomian yang lebih tinggi. Konsep analisis LQ dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut :
dimana :
Vr1 = Nilai tambah sektor i pada PDRB Riil kabupaten Kepulauan Talaud Vr = Nilai total PDRB riil kabupaten Kepulauan Talaud
t VR1 = Nilai tambah sektor i PDRB riil provinsi Sulawesi Utara VR = Nilai total PDRB riil provinsi Sulawesi Utara
Hasil analisis perhitungan dengan metode Location Quotient dapat di interpretasikan sebagai berikut :
Jika LQ > 1, artinya peranan sektor i tersebut di kabupaten Kepulauan Talaud lebih menonjol dari pada peranan sektor tersebut pada perekonomian provinsi Sulawesi Utara, sektor i yang dimaksud merupakan sektor unggulan dan dapat di jadikan sebagai petunjuk bahwa kabupaten Kepulauan Talaud surplus akan produk sektor unggulan sehingga dapat mengekspornya ke daerah lain atau ke luar negeri secara efisien, serta menunjukkan bahwa kabupaten Kepulauan Talaud memiliki keunggulan komparatif.
Jika LQ < 1, artinya peranan sektor i tersebut di kabupaten Kepulauan Talaud lebih kecil atau tidak menonjol dari pada peranan sektor i tersebut pada perekonomian Sulawesi Utara sehingga sektor i yang dimaksud bukan sebagai sektor basis dan tidak dapat diandalkan bagi ekspor ke wilayah lain dalam pengembangan perekonomian wilayah atau sektor tersebut hanya mampu melayani perekonomian secara lokal di kabupaten Kepulauan Talaud (non basis).
Jika LQ = 1, artinya peranan sektor i yang dimaksud di kabupaten Kepulauan Talaud adalah sama dengan peranan sektor tersebut pada perekonomian Sulawesi Utara sehingga jika sektor i tersebut dikembangkan maka hasilnya tetap akan sama terhadap perekonomian di kabupaten Kepulauan Talaud sebelum dikembangkan atau bersifat statis.
3.5 Dynamic Location Quotient (DLQ)
Dynamic Location Quotient (DLQ) bertujuan untuk dapat diketahui perubahan atau reposisi sektoral. Adapun untuk menghitungnya dapat dilakukan sebagai berikut :
(( ) ( ) ( ) ( )) LQ = Indeks koefisien DLQ
gik = Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di kabupaten Kepulauan Talaud gk = Rata-rata pertumbuhan total PDRB di kabupaten Kepulauan Talaud gtp = Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di provinsi Sulawesi Utara gp = Rata-rata pertumbuhan total PDRB di provinsi Sulawesi Utara t = kurun waktu analisis
Kriteria DLQ :
Jika DLQ > 1, berarti bahwa sektor tersebut masih dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis di masa yang akan datang.
Jika DLQ < 1, berarti bahwa sektor tersebut tidak dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis di masa yang akan datang.
3.6 Metode Analisis Shift Share
Analisis shift share merupakan teknikyang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktutur ekonomi daerah (kabupaten Kepulauan Talaud) di bandingkan dengan perekonomian yang lebih tinggi (provinsi Sulawesi Utara). Analisis ini memberikan datatentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lainnya yakni :
1) Pertumbuhan ekonomi daerah (national share) di ukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral di kabupaten Kepulauan Talaud di bandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama diperekonomian Sulawesi Utara.
2) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif pertumbuhan atau penurunan di kabupaten Kepulauan Talaud di bandingkan dengan perekonomian Sulawesi Utara.
Jika hasilnya positif berarti sektor perekonomian di kabupaten Kepulauan Talaud tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian Sulawesi Utara, demikian pula sebaliknya.
3) Pergeseran diferensial (differential shift) menentukan seberapa jauh daya saing sektor perekonomian di kabupaten Kepulauan Talaud dengan perekonomian yang Sulawesi Utara. Jika pergeseran di ferensial dari suatu sektor di kabupaten Kepulauan Talaud adalah positif maka sektor tersebut memiliki daya saing yang lebih tinggi terhadap sektor yang sama pada perekonomian Sulawesi Utara analisa shift share menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
Dij = Perubahan dan pertumbuhan total pada sektor di kabupaten Kepulauan Talaud Nij = Komponen share atau national share
Mij = Komponen proportional shift Cij = Komponen differential shift
Untuk memperoleh nilai dari ketiga komponen diatas maka digunakan rumus sebagai berikut :
Nij = Eij . rn
Mij = Eij . ( rin - rn ) Cij = Eij . ( rij - rin ) Keterangan:
Eij = Nilai sektor i pada di kabupaten Kepulauan Talaud rn = Nilai pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
rin = Nilai pertumbuhan sektor i di Sulawesi Utara
rij = Nilai pertumbuhan sektor i di kabupaten KepulauanTalaud 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Location Quotient (LQ)
Tabel 1. Sektor Basis dan Non Basis dalam Perekonomian di Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2010-2020
Sektor/Lapangan Usaha
Nilai LQ Rata-Rata Per
Tahun Klasifikasi Sektoral
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.11 Sektor Basis
Pertambangan dan Penggalian 0.35 Sektor Non Basis
Industri Pengolahan 0.2 Sektor Non Basis
Pengadaan Listrik dan Gas 2.26 Sektor Basis
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.07 Sektor Non Basis
Konstruksi 0.91 Sektor Non Basis
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 1.09 Sektor Basis
Transportasi dan Pergudangan 0.48 Sektor Non Basis
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 0.31 Sektor Non Basis
Informasi dan Komunikasi 0.13 Sektor Non Basis
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.61 Sektor Non Basis
Real Estate 0.55 Sektor Non Basis
Jasa Perusahaan 0.27 Sektor Non Basis
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 1.41 Sektor Basis
Jasa Pendidikan 0.41 Sektor Non Basis
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.38 Sektor Basis
Jasa lainnya 0.34 Sektor Non Basis
Sumber : BPS Kab.Kepl. Talaud-Data diolah
Berdasarkan nilai hasil analisis location quotient yang ada dalam Tabel 1. maka dapat di lihat bahwa di dalam perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud sepanjang tahun 2011-2021 terdapat 5 sektor yang memiliki nilai LQ rata-rata per tahun lebih besar dari 1. Sektor yang memiliki nilai LQ > 1 merupakan sektor basis.
4.2 Hasil Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
Tabel 2. Prospek Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2011-2021
Sektor/Lapangan Usaha DLQ Keterangan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.35 DLQ > 1 = Prospektif Pertambangan dan Penggalian 0.03 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Industri Pengolahan 0.31 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Pengadaan Listrik dan Gas 4.44 DLQ > 1 = Prospektif
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.41 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Konstruksi 3.59 DLQ > 1 = Prospektif
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
5.42 DLQ > 1 = Prospektif Transportasi dan Pergudangan 3.17 DLQ > 1 = Prospektif Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.20 DLQ > 1 = Prospektif
Informasi dan Komunikasi 4.77 DLQ > 1 = Prospektif
Jasa Keuangan dan Asuransi 7.06 DLQ > 1 = Prospektif
Real Estate 0.98 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Jasa Perusahaan 0.02 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.79 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Jasa Pendidikan 1.75 DLQ > 1 = Prospektif
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.83 DLQ > 1 = Prospektif
Jasa lainnya 0.06 DLQ < 1 = Tidak Prospektif
Sumber : BPS Kab.Kepl. Talaud-Data diolah
Berdasarkan data hasil analisis yang tercantum dalam Tabel 2. dapat di ketahui bahwa terdapat 10 sektor yang memiliki prospek untuk menjadi sektor basis atau tetap mempertahankan posisi sebagai sektor basis.
4.3 Hasil Analisis Shift Share
Tabel 3. Potensi Perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud Berdasarkan Pendekatan Shift Share Tahun 2011-2012 (Rupiah)
Sektor Ekonomi National Share (Nij)
Proportional Shift (Mij)
Differential Shift (Cij)
Total (Cij) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,180,325.12 (769,476.86) (335,480.89) 2,075,367.37 Pertambangan dan Penggalian 128,984.65 21,516.90 (63,696.65) 86,804.90 Industri Pengolahan 152,161.67 (20,320.03) (35,572.50) 96,269.15 Pengadaan Listrik dan Gas 19,711.68 19,258.42 (420.42) 38,549.69 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
675.18 (210.50) (119.65) 345.04
Konstruksi 876,003.60 109,926.31 (33,174.50) 952,755.40
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1,027,324.18 57,183.70 10,630.21 1,095,138.10 Transportasi dan Pergudangan 293,728.48 (30,032.92) (12,712.81) 250,982.75 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
48,432.80 (3,008.17) (6,610.33) 38,814.29
Informasi dan Komunikasi 45,572.30 22,868.74 (254.24) 68,186.79
Jasa Keuangan dan Asuransi 172,131.21 41,614.16 8,076.04 221,821.40
Real Estate 148,527.15 6,871.78 (25,185.61) 130,213.32
Jasa Perusahaan 1,623.49 242.39 (853.76) 1,012.12
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
714,703.31 (94,996.53) (115,911.58) 503,795.20
Jasa Pendidikan 78,564.42 7,338.21 (9,103.67) 76,798.95
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 408,268.59 191,112.83 (58,637.75) 540,743.67
Jasa lainnya 41,008.51 7,480.30 (18,569.96) 29,918.85
Total 7,337,746.35 (432,631.28) (697,598.07) 6,207,517.01
Sumber : BPS Kab.Kepl. Talaud-Data diolah
Nilai total (Dij) sebesar Rp. 6,207,517.01 menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2011-2021 perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud mengalami pertambahan nilai absolut atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah sebesar Rp. 6.207.517.010.000 Peningkatan ini disumbangkan oleh semua sektor ekonomi. Nilai differential shift (Cij) Total sebesar - 697,598.07 menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2011-2021 perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud secara agregat belum memiliki daya saing atau belum memiliki keunggulan kompetitif terhadap perekonomian Sulawesi Utara. Akibat kondisi tersebut maka nilai perekonomian mengalami perlambatan rata-rata pertahun sebesar Rp. 697.598.070.000. Hasil kajian menunjukkan hanya dua sektor yang telah memiliki daya saing terhadap sektor yang sama pada perekonomian Sulawesi Utara (memiliki nilai differential shift yang positif).
Nilai Mij total sebesar - 432,631.28 menunjukkan bahwa sepanjang kurun waktu tahun 2011 – 2021 perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud secara agregat mengalami perlambatan pertumbuhan perekonomian sehingga mengakibatkan turunnya nilai perekonomian rata-rata sebesar Rp. 432.631.280.000. Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena sebagian besar kegiatan perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud tidak terfokus pada sektor ekonomi yang pada tingkat perekonomian Sulawesi Utara memiliki pertumbuhan sektoral yang cepat. Meskipun demikian secara sektoral, maka perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud masih memiliki sektor-sektor ekonomi yang bernilai proportional shift yang positif. Sektor jasa lainnya nilai proportional shift sebesar 7,480.30 atau Rp. 7.480.300.000.
Nilai National Share (Nij) total sebesar 7,337,746.35 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara selama kurun waktu tahun 2011-2021 memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud dimana hal ini terlihat pada seluruh nilai sektor lapangan usaha yang positif dengan total nilai output perekonomian sebesar Rp.
7.337.746.350.000.
Secara agregat kegiatan perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud tetap berkorelasi dan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Kondisi ini dapat di lihat dari besaran nilai national share yang positif pada semua sektor ekonomi maupun secara agregat, sedangkan nilai agregat Mij/proportional shift adalah negatif dan Cij differential shift perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud adalah negatif.
4.4 Pembahasan
Hanya terdapat satu sektor atau lapangan usaha yang unggul dalam perekonomian di kabupaten Kepulauan Talaud yakni sektor perdagangan besar dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda motor. Yang dimaksud dengan unggul dalam konsep penelitian ini adalah bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis, memiliki prospek di masa mendatang tetap sebagai sektor basis serta memiliki daya saing terhadap sektor yang sama dalam perekonomian tingakt provinsi Sulawesi Utara.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya di mana sektor perdagangan adalah sektor basis, hal ini dapat di karenakan daerah wilayah tersebut masih dalam proses berkembang (Gafur, Safri dan Hodijah, 2016).
Perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud berdasarkan hasil analisis masih tergolong perekonomian yang agak lemah jika disandingkan dengan perekonomian provinsi Sulawesi Utara sebagai daerah acuan. Hal ini di perlihatkan melalui indikator sektor basis yang hanya sedikit, prospek sektoral untuk menjadi sektor basis di masa yang akan datang juga masih kurang serta daya saing sektoral yang belum memiliki daya saing secara agregat bahkan hanya sedikit sektor atau lapangan usaha yang memiliki daya saing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, karena sektor basis yang hanya sedikit mengakibatkan prospek sektoral basis pun lemah (Wararag, Rorong dan Tolosang, 2021).
Berdasarkan poin nomor 2, maka dapat dipahami bahwa keadaan demikian dapat terjadi dalam perekonomian di kabupaten kepulauan Talaud yang disebabkan oleh kondisi geografis secara kepulauan yang memiliki jarak yang sangat jauh dari pusat perekonomian di Sulawesi Utara yakni
kota Manado, sehingga mengakibatkan aktivitas perekonomian di kabupaten Kepulauan Talaud cenderung memiliki biaya yang tinggi baik dari sisi konsumsi maupun sisi produksi. Harga komoditi unggulan seperti cengkih, pala, kopra cenderung murah di tingkat petani, demikian pula hasil alam yang lain. Investasi skala menengah maupun besar masih kurang. Oleh karena itu maka kekuatan sektoral atau lapangan usaha perekonomian di abupaten Kepulauan masih tergolong lemah dan kurang prospektif. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya di mana wilayah lokasi penelitian yang jauh dari pusat perekonomian akan mengakibatkan aktivitas pertumbuhan ekonomi pun menjadi lemah (Gafur, Safri dan Hodijah 2016).
5. PENUTUP
Sektor-sektor yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pengadaaan listrik dan gas, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud memiliki sektor-sektor ekonomi yang bernilai proportional shift yang positif. Sektor-Sektor yang prospektif ialah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan akan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Perencanaan pembangunan di kabupaten Kepulauan Talaud dalam hal ini pemerintah daerah dan masyarakat harus terjalin kerjasama yang erat dan harmonis dalam mengelola terutama meningkatkan produktivitas potensi-potensi yang ada di dalam setiap sektor, terutama sektor atau lapangan usaha yang memiliki potensi yang berasal dari dalam dan di wilayah kabupaten Kepulaun Talaud. Selain itu pemerintah daerah Kabupaten Talaud harus mampu meningkatkan minat para investor agar mau menanamkan modal dan berinvestasi di wilayah kabupaten Talaud terutama di sektor-sektor basis, sektor yang prospektif dan memiliki pertumbuhan sektoral serta daya saing yang kuat agar dapat mempercepat tercapainya multiplier ekonomi di dalam perekonomian kabupaten Kepulauan Talaud.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, C. F. (2018). Pembangunan Ekonomi Daerah: Dinamika Dan Strategi Pembangunan.
Universitas Brawijaya Press.
Gafur, G., Safri, M., & Hodijah, S. (2016). Analisis Sektor/Sub Sektor Unggulan di Kabupaten Bungo.
Jurnal Perspektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah, 3(3), 175–194.
Hasan, M., Alim, A. M. S., Alfiani, A. S. M., Sachrir, M. I., Shafar, M. R., Hanim, N. F., Gunawan, R., Arafah, S., & Audia, S. R. (2020). Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Media Sains Indonesia.
Indarti, S. (2012). KAJIAN POTENSI PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HULU. Lembaga Penelitian, 5.
Konore, C. R., Rorong, I. P. F., & Siwu, H. F. D. (2022). KAJIAN PRODUKSI KERAJINAN TANGAN SERAT PISANG ABAKA DI DESA ESANG KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 22(5), 97–108.
Kuznets, S. (1946). National Income. National Bureau of Economic Research New York.
Mangifera, L. (2016). Strategi Pengembangan Industri Lurik Sebagai Produk Unggulan Daerah Klaten. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Dan Bisnis & Call For Paper FEB UMSIDA, 1, 224–235.
Masloman, I. (2018). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Serta Sektor Yang Potensial Dan Bardaya Saing Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(01).
Mose, B. (2016). Analisis Potensi Perekonomian Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(1).
Muttaqin, R. (2018). Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Maro, 1(2), 117–122.
Rachbini, D. J. (2001). Ekonomi Di Era Transisi Demokrasi. Ghalia Indonesia.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT Rineka Cipta.
Sukirno, S. (2000). Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. PT. Raja Grafindo Persada.
Sukmaraga, P., & HAYATI, B. (2011). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per Kapita, Dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah.
Journal of Economics and Business, 2(1), 165. https://doi.org/10.33087/ekonomis.v2i1.40
Suyanto, suyanto. (2000). Ilmu Ekonomi Makro. In Prima Mitra Media. Erlangga.
Tarigan, R. (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara.
Tolosang, K. D. (2020). KAJIAN SEKTORAL PEREKONOMIAN KOTA TOMOHON (Analisis Basis dan Daya Saing). Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 20(02).
Tumangkeng, S. (2018). Analisis Potensi Ekonomi Di Sektor Dan Sub Sektor Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan Kota Tomohon. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(01).
Wararag, V., Rorong, I. P. F., & Tolosang, K. D. (2021). ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR TAHUN 2010-2019. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 21(2).
Widodo, T. (2006). Peran Sektor Informal Terhadap Perekonomian Daerah: Pendekatan Delphi-IO Dan Aplikasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, 21(3), 226–254.