• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan penyuluhan pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (trichoderma sp) pada tanaman kubis (Brassica olarecea L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rancangan penyuluhan pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (trichoderma sp) pada tanaman kubis (Brassica olarecea L)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PENYAKIT AKAR GADA MENGGUNAKAN AGENSI HAYATI (Tricoderma sp.) PADA TANAMAN KUBIS

(Brassica olarecea L)

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANDREAN ZEKA PRATAMA NIRM: 04.01.18.045

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(2)

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN KARAKTERISTIK KELOMPOK TANI KARANGSARI DESA KARANGNONGKO KECAMATAN

PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG TERHADAP PENGENDALIAN PENYAKIT AKAR GADA MENGGUNAKAN

AGENSI HAYATI (Tricoderma sp.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica olarecea L)

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.)

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANDREAN ZEKA PRATAMA NIRM: 04.01.18.045

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN KARAKTERISTIK KELOMPOK TANI KARANGSARI DESA KARANGNONGKO KECAMATAN

PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG TERHADAP PENGENDALIAN PENYAKIT AKAR GADA MENGGUNAKAN

AGENSI HAYATI (Tricoderma sp.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica olarecea L)

ANDREAN ZEKA PRATAMA 04.01.18.045

Malang, Juli 2022

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Drs. IGD. Nyoman Mudita, M.Sos) NIP. 19570722 197902 1 001

(Dr. Eny Wahyuning P. SP, MP) NIP. 19770828 200604 2 001

Mengetahui, Direktur

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi Udrayana, S. Pt, M.Si.

NIP. 19690511 199602 1 001

(4)

TUGAS AKHIR

ANDREAN ZEKA PRATAMA 04.01.18.045

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 18 Agustus 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui

Penguji I, Penguji II,

(Drs. IGD. Nyoman Mudita, M.Sos) NIP. 19570722 197902 1 001

(Dr. Eny Wahyuning P. SP, MP) NIP. 19770828 200604 2 001

Penguji III

Dr. Acep Hariri, SST, M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

(5)

Andrean Zeka Pratama, NIRM 04.01.18.045. Rancangan Penyuluhan Karakteristik Kelompok Tani Karangsari Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Terhadap Pengendalian Penyakit Akar Gada Menggunakan Agensi Hayati (Tricoderma sp.) Pada Tanaman Kubis (Brassica olarecea L).

Tujuan penelitian ini mengetahui bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang pengendalian penyakit akar gada pada tanaman kubis dan mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (Tricoderma sp) pada tanaman kubis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2022, pada Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, dengan responden 81 orang yang dipilih dengan teknik proportionate simple random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif Deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rancangan penyuluhan: Tujuan rancangan penyuluhan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan Kelompok Tani Karangsari IV Desa Karangnongko mengenai pengendalian penyakit Akar Gada menggunakan Agensi Hayati (Tricoderma sp) dan nantinya mampu membuat dan mengaplikasikan pada tanaman kubis yang terserang penyakit Akar Gada. Sasaran penyuluhan adalah Kelompok Tani Karangsari IV Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang berjumlah 20 orang. Materi yang disampaikan adalah bagaimana cara membuat Agensi Hayati (Tricoderma sp) dan cara mengaplikasikan ke tanaman kubis yang terserang penyakit Akar Gada.

Metode penyuluhan yang digunakan yaitu ceramah dan diskusi. Media penyuluhan yang digunakan yaitu folder. Evaluasi efektivitas peningkatan pengetahuan petani menggunakan instrument kuesioner dengan skala gutman dan evaluasi Penyuluhan Pertanian menunjukkan adopsi inovasi anggota kelompok tani Karangnongko mendapatkan skor 183 dengan presentase 71%. Hal ini menunjukkan peningkatan 35% dari hasil adopsi sebelumnya yaitu sebesar 36% serta hal ini menunjukkan bahwa adopsi inovasi dapat terserap dengan lancar dan cepat pada kelompok Tani Karangsari IV.

Hasil Evaluasi Penyuluhan Pertanian menunjukkan adopsi inovasi anggota kelompok tani Karangnongko mendapatkan skor 183 dengan presentase 71%. Hal ini menunjukkan peningkatan 35% dari hasil adopsi sebelumnya yaitu sebesar 36% serta hal ini menunjukkan bahwa adopsi inovasi dapat terserap dengan lancar dan cepat pada kelompok Tani Karangsari IV.

Kata kunci: Penyuluhan, Akar Gada, Agensi Hayati, Kubis

(6)

Syukur Alhamdulillah, hanya kepada Allah SWT, setelah melalui perjuangan untuk melawan masa-masa sulit ditambah dengan perbaikan judul berkali-kali, akhirnya selesai juga pengerjaan skripsi saya ini. Semua ini tidak lepas dari banyaknya orang-orang baik yang ikhlas membantu dan menyemangati saya untuk bisa menyelesaikannya. Oleh karena itu saya mengucapkan terimaksih kepada :

1. Allah SWT, karena dengan izin dan karunianya lah saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

2. Orang tua yang saya sayangi dan saya cintai , Bapak Zarmiadi dan Ibu Juribah yang tidak pernah lelah mengirimkan doa kepada saya agar saya selalu dimudakan dalam segala hal terutama pengerjaan skripsi ini, doakan anakmu sukses meskipun nantinya prosesku berjalan lambat tapi yakinlah itu adalah perjuanganku untuk bisa membahagiakan kalian.

3. Adik kandung saya yang saya cintai, Indrie yeda aplin lestari yang tidak lupa juga selalu memberi semangat kepada saya,

4. BPP Poncokusumo terutama kepada Ibu Laila yang selalu membantu proses kegiatan saya dalam penyelesaian skripsi ini dan tidak lupa memberi semangat dan motivasi kepada saya.

5. Rekan-rekan seperjuangan saya Asal Kab, Lingga yang sama-sama berjuang dikampus Polbangtan Malang.

6. Pacar saya Zulfa Wahdana , yang selalu ada disaat saya sedang down dan selalu merangkul saya jika saya mulai berputus atas dalam pengerjaan skripsi ini.

Berjodoh atau tidak nantinya namun ucapan terimakasih yang telah saya buat untuk kamu ini tidak akan pernah saya lupaan , tetap menjadi orang baik yang selalu membantu membantu sesama dan semoga hal baik selalu bersama kamu,

(7)

bantuan darimu. Sekali lagi terimakasih Zulfa.

7. Penghuni Kos Panglima meskipun kebersamaan kita baru terbentuk diakhir-akhir masa perkuliahan namun tanpa keanehan kalian rasanya kehidupan dikost takkan meninggalkan kesan yang sedemikian dalam.

8. Boby Paludin Harahap, teman tapi sudah seperti saudara saya sendiri sempat merasakan susah senang Bersama, yang selalu menghibur saya meskipun dirinya sedang tidak baik-baik saja karena wanita idamannya belum mengetahui betapa tulusnya rasa cinta Boby kepada dirinya.

9. Shindi Devi Oktafiana dan Alun Nafiroh , dua teman saya yang mungkin tanpa kebaikan mereka memberi pinjaman motor kepada saya entah itu untuk keperluan mengerjakan skripsi atau pun untuk bepergian selama saya kuliah disini mungkin saya tidak akan bisa kemana mana.

10. Teman teman yang pernah jadi tempat keluh kesah saya juga seperti Edho Danendra Putra , Rio wicaksono, Julius Thomas , Firman Adianto , Imam Kurniawan , Rahmawati , Yulianasari , Wanda Ningsih, Yanti Bareto dan mungkin ada yang lupa saya sebutkan disini namun doa terbaik buat kalian semua tidak akan pernah lupa.

(8)

ORISINALITAS TA

Saya menyatakan dengan sebenar–benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur–unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

Malang, Agustus 2022 Mahasiswa

ANDREAN ZEKA PRATAMA 04.01.18.045

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Rancangan Penyuluhan Karakteristik Kelompok Tani Karangsari Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Terhadap Pengendalian Penyakit Akar Gada Menggunakan Agensi Hayati (Tricoderma sp.) Pada Tanaman Kubis (Brassica olarecea L).

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dan Sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr). Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam bentuk materi maupun non materi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. IGD. Nyoman Mudita, M.Sos, selaku dosen Pembimbing 1;

2. Dr. Eny Wahyuning Purwanti P. SP, MP, selaku dosen Pembimbing 2, Sekaligus Ketua Jurusan Pertanian/Ketua Progam Studi Penyuluhan Pertanian.

3. Dr. Setya Budi Udrayana, S.Pt. M.Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

4. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.

Penulis berharap saran dan kritik positif yang membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Malang, Juli 2022

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Akar Gada ... 9

2.2.2 Tricoderma sp ... 11

2.2.3 Karakteristik Petani ... 13

2.2.4 Penyuluhan Sebagai Sarana Diseminasi Teknologi ... 16

2.3 Aspek Penyuluhan Pertanian ... 17

2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian ... 17

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 18

2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 19

2.3.4 Materi Penyuluhan Pertanian... 20

2.3.5 Metode Penyuluhan Pertanian... 21

2.3.6 Media Penyuluhan Pertanian ... 24

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 24

2.3.8 Tahapan Evaluasi ... 27

2.4 Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu ... 29

3.2 Metode Penelitian ... 29

(11)

3.2.2 Jenis Data ... 32

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.2.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.2.5 Teknik Pengujian Instrumen ... 34

3.2.6 Skala Pengukur ... 35

3.2.7 Teknik Analisis Data ... 36

3.3 Metode Perencanaan Penyuluhan Pertanian ... 36

3.3.1 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 36

3.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian... 36

3.3.3 Materi Penyuluhan Pertanian... 37

3.3.4 Metode Penyuluhan Pertanian... 38

3.3.5 Media Penyuluhan Pertanian ... 38

3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 38

3.4 Metode Implementasi/ Uji Coba Rancangan ... 39

3.4.1 Waktu dan Tempat ... 39

3.4.2 Persiapan Penyuluhan Pertanian ... 39

3.4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 39

3.5 Metode Evaluasi Rancangan Penyuluhan Pertanian ... 40

3.5.1 Variabel Evaluasi dan Instrumen Evaluasi ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN ... 43

4.1 Karakteristik Anggota Kelompok Tani Karangsari IV ... 43

4.1.1 Umur ... 43

4.1.2 Pendidikan Formal ... 44

4.1.3 Pengalaman Usaha Tani ... 44

4.1.4 Pendapatan ... 45

4.2 Kondisi Aktual Penyakit Akar Gada ... 46

4.2.1 Ketersediaan Informasi Mengenai Tricoderma sp ... 47

4.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi Agensi Hayati Tricoderma sp .. 49

4.2.3 Difusi Penerapan Aplikasi Tricoderma sp ... 50

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI... 53

5. 1. Gambaran Umum Lokasi Kajian... 53

5.1.1 Kondisi Geografis Desa Karangnongko ... 53

5.1.2 Kondisi Penduduk... 53

5.2 Rancangan Penyuluhan Pertanian ... 55

(12)

5.2.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 55

5.2.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan Pertanian... 55

5.2.3 Penetapan Materi Penyuluhan Pertanian ... 55

5.2.4 Penetapan Media Penyuluhan Pertanian ... 56

5.2.5 Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian... 56

5.2.6 Penetapan Evaluasi ... 57

5.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 57

5.3.1 Persiapan Penyuluhan Pertanian ... 57

5.3.2 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 57

5.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 58

5.4.1 Jenis Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 58

5.4.2 Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 58

5.4.3 Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 58

5.4.4 Hasil Analisis Data Evaluasi ... 59

BAB VI PEMBAHASAN ... 63

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 63

6.1.1 Implementasi Penyuluhan Pertanian ... 63

6.1.2 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 63

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 65

BAB VII PENUTUP ... 66

7.1 Kesimpulan ... 66

7.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 70

(13)

DAFTAR TABEL

1. Data Kelompok Tani Di Desa Karangnongko ... 30

2. Data Populasi Dan Sampel ... 32

3. Interval Evaluasi ... 41

4. Distribusi Responden Menurut Umur ... 43

5. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Formal ... 44

6. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Usaha Tani... 44

7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan ... 45

8. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 51

9. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan ... 52

10. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karangnongko ... 52

11. Data Hasil Uji Validitas ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir ... 28

2. Garis Kontinum Ketersediaan Informasi ... 47

3. Garis Kontinum Ketersediaan Sarana Produksi ... 48

4. Garis Kontinum Analisa Skoring Pretest ... 57

5. Garis Kontinum Hasil Pretest... 58

6. Garis Kontinum Analisa Skoring Postest ... 59

7. Garis Kontinum Hasil Postest ... 59

8. Diagram Peningkatan Pengetahuan ... 61

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Palang ... 71

Lampiran 2 Matriks Kisi-Kisi Pengembangan Variabel Dan Indikator ... 72

Lampiran 3 Uji Validitas Kuisioner Penelitian ... 76

Lampiran 4 Matriks Penentuan Materi Penyuluhan ... 82

Lampiran 5 Matriks Penentuan Metode Penyuluhan ... 84

Lampiran 6 Matriks Penentuan Metode Penyuluhan ... 105

Lampiran 7 Uji Validitas dan Realibilitas penyuluhan ... 106

Lampiran 8 Jawaban Responden Penelitian ... 108

Lampiran 9 Hasil Pretest Penyuluhan ... 109

Lampiran 10 Post Test Penyuluhan Pertanian ... 110

Lampiran 11 Kuisioner Penelitian ... 111

Lampiran 12 Kuisioner penelitian ... 112

Lampiran 13 Kuesioner Evaluasi Penyuluhan ... 115

Lampiran 14 Sinopsis ... 119

Lampiran 15 Media Penyuluhan ... 121

Lampiran 16 Berita Acara Dan Daftar Hadir ... 122

Lampiran 17 Berita Acara ... 123

Lampiran 18 Lembar Persiapan Menyuluh ... 124

Lampiran 19 Data Responden Kajian ... 125

Lampiran 20 Data Responden Penyuluhan ... 127

Lampiran 21 Lampiran Dokumentasi ... 128

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Implementasi teknologi di bidang pertanian tidak selalu berjalan sesuai harapan. Beberapa faktor penghambat peningkatan teknologi pertanian diantaranya persaingan lapangan kerja di bidang pertanian dengan lapangan kerja lain (jasa dan industri), tenaga usia muda yang semakin tidak tertarik pada usaha tani, berkurangnya ketersediaan tenaga kerja ternak di pedesaan, kapasitas tenaga kerja manusia yang terbatas untuk mengolah lahan tepat waktu, biaya pengolahan lahan dengan traktor yang lebih murah, serta masih sulit memperoleh traktor tangan di lokasi pertanian (Soekartawi, 2005).

Salah satu contoh inovasi teknologi pertanian yang belum meluas adalah pengendalian secara biologi atau pengendalian secara hayati dengan memanfaatkan mikroba antagonis, merupakan suatu bagian komponen pengendalian yang penting untuk pengelolaan penyakit akar gada.

Penanggulangan penyakit akar gada perlu dilakukan secara terintegrasi dan memanfaatkan mikroorganisme antagonis alami dalam tanah melalui aplikasi mikroba antagonis seperti Mortierella sp., Trichoderma spp. Gliocladium sp., Chaetomium sp., Pseudomonas spp. Phoma glomerata, dan H. chaetospira.

(Pratiwi dkk., 2015). Keberadaan jamur antagonis yang mudah ditemukan pada ekosistem pertanian dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati. Jamur antagonis yang sangat umum ditemukan adalah Trichoderma spp. (Rao, 2010).

Akar gada (Plasmodiophora brassicae Wor) menyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman kubis dan rentan tumbuh pada tanah yang terinfeksi.

Hal ini disebabkan patogen yang menginfeksi tanah ini tetap menjadi saprofit pada tanah sehingga tanaman kubis kurang cocok lagi untuk dibudidayakan di

(17)

tempat tersebut dan merupakan patogen tular tanah yang sangat penting dan dapat menyebabkan penyakit akar gada pada tanaman kubis. Penyakit ini juga sering disebut penyakit akar pekuk atau penyakit akar bengkak (Agrios, 2005).

Patogen penyebab akar gada dapat bertahan selama 10 tahun atau lebih meskipun tidak terdapat tumbuhan inang di sekitar lahan yang terinfeksi, sehingga diperlukan penanggulangan yang tepat.

Tanaman kubis (Brassica oleracea L.) merupakan sayuran yang banyak dibudidayakan petani di Indonesia. Kubis tergolong sayuran yang kaya vitamin seperti vitamin A, B dan C yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Kumarawati dkk., 2013). Selain itu, kubis mempuyai arti ekonomi yang penting, seperti pernyataan (Istanto,dkk. 2016). Budidaya sayuran, termasuk kubis, didukung oleh potensi lahan dan iklim, potensi talenta tinggi, dan peluang pasar domestik dan internasional yang besar, ini merupakan sumber pendapatan bagi petani pedesaan. Pembudidayaan tanaman kubis bagi para petani menghadapi beberapa permasalahan seperti serangan hama dan gangguan penyakit tanaman. Salah satu penyakit tanaman kubis adalah penyakit akar gada yang disebabkan oleh patogen tular tanah Plasmodiophora brassicae Wor. Di Indonesia penyakit ini menyebabkan kerusakan pada tanaman kubis - kubisan sekitar 88,60% dan pada tanaman caisim berkisar antara 5,42 − 64,81% (Cicu, 2006). Permasalahan penyakit akar gada ini sering dialami oleh petani khususnya di daerah Bali dan apabila tidak dilakukan pengendalian akan menimbulkan kerugian bagi para petani kubis. Pengendalian saat ini masih berbasis kimia yang dapat memberikan efek negatif dalam jangka panjang bagi konsumen dan juga pada lingkungan.

Jamur Trichoderma spp. merupakan salah satu jenis yang banyak dijumpai pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan

(18)

salah satu jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai agensia hayati pengendali patogen tanah dan telah menjadi perhatian penting sejak beberapa dekade terakhir ini, karena kemampuannya sebagai pengendali biologis terhadap beberapa pathogen tanaman (Carreras-Villaseñor dkk, 2012). Populasi Trichoderma sp., dalam tanah sangat berperan dalam kemampuan pengendalian penyakit. Pertumbuhan hifa Trichoderma sp. yang memanjang dan memasuki tubuh inang juga sangat menentukan kemampuan atau keberhasilan pengendalian inang suatu penyakit (Sudantha & Abadi, 2007).

Dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan, petani kubis di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang masih sulit mengatasi penyakit yang sering menyerang tanaman kubis salah satunya penyakit Akar Gada. Menurut literatur, penyakit Akar Gada bisa diatasi dengan menggunakan Agensi Hayati (Tricoderma sp.) sedangkan pengetahuan petani di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang tentang Agensi Hayati (Tricoderma sp.) masih kurang, yang menjadi potensinya itu adalah sayuran holtikultura dan hama-hama atau penyakit diholtikultura dan penanganan dari Agensi Hayati (Tricoderma sp.) itu sendiri. Untuk pembuatan (Tricoderma sp.) cukup mudah, karena pada saat melakukan identifikasi potensi wilayah ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Poncokusumo tersedia tanaman bambu yang bisa digunakan sebagai implan untuk pembuatan pupuk (Tricoderma sp.) tersebut. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka penulis mengangkat judul “Rancangan penyuluhan pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (Tricoderma sp.) Pada tanaman kubis (Brassica Olerecea L.) di Kelompok Tani Karangsari IV di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang yang bertujuan untuk memberikan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan kepada petani tentang

(19)

perbanyakan agensi hayati (Tricoderma sp.) agar petani mampu memperbanyak dan mengaplikasikan agensi hayati (Tricoderma sp.) pada tanaman kubis untuk mengatasi penyakit Akar Gada yang menjadi masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik petani kubis di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang pengedalian penyakit akar gada pada tanaman kubis?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani tentang pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (Tricoderma sp) pada tanaman kubis?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan karakteristik petani kubis di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pengendalian penyakit akar gada pada tanaman kubis

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (Tricoderma sp) pada tanaman kubis?

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah : 1. Petani

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada petani terhadap agensi hayati (Tricoderma sp) dalam penanggulangan penyakit akar gada pada tanaman kubis.

2. Mahasiswa

(20)

baru, serta mengetahui partisipasi anggota kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan.

3. Polbangtan Malang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran atau referensi bagi penulis lainnya yang akan mengkaji pada bidang yang sama dan juga merupakan bentuk implementasi pembelajaran selama mengikuti proses pembelajaran di dalam kampus Polbangtan Malang.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang sebelumnya sudah dipublikasikan dan dapat dijadikan pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian sejenis atau memiliki topik pembahasan yang sama.

Safitri, Windri (2019) Penelitian yang berjudul Petani Dalam Pengendalian Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat petani, untuk mengetahui tingkat faktor-faktor pembentuk dan untuk mengetahui hubungan antara faktor pembentuk dan tingkat dalam pengendalian jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis). Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Nogo Rejo Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 25 Maret hingga 24 Mei 2019. Metode pengumpulan data yang digunakan seperti metode observasi, wawancara, dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan seperti uji validitas dan reliabilitas pada kuisioner, serta uji hubungan dengan menggunakan skala guttman. Hasil penelitian menunjukan tingkat petani dalam pengendalian jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman karet (Hevea brassiliensis) dalam kategori tinggi yaitu 79,8% dan hasil tingkat faktor internal pembentuk petani dalam kategori sedang yaitu 51,2% dan hasil tingkat faktor eksternal pembentuk petani dalam kategori tinggi yaitu 77,7%.

Friska Utari, Sofyan, dan Edy Marsudi (2018). Penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Dalam Adopsi Inovasi Asap Cair (Liquid Smoke). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik unit pengambilan keputusan (faktor internal dan faktor eksternal) serta karakteristik inovasi dapat mempengaruhi keputusan masyarakat

(22)

Dalam menunda penerapan teknologi asap cair di Gampong Naga Umbang Kecamatan Lhoknga. Metode yang digunakan adalah studi kasus pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dokumentasi serta data sekunder. Metode analisis menggunakan model interaktif dan triangulasi sebagai uji keabsahan data. Hasil penelitian adalah masyarakat Naga Umbang tidak siap dengan kehadiran inovasi asap cair. Adanya dua aspek yang ditelaah yaitu karakteristik unit pengambilan keputusan dan persepsi karakteristik inovasi. Pada kedua aspek menunjukkan kehadiran asap cair di Naga Umbang mengalami beberapa kendala diantaranya terbatasnya waktu warga untuk mengelola asap cair disebabkan adanya kesibukan sehari-hari. Masyarakat atau petani sebagai sasaran utama dalam proses adopsi inovaimenglami kesulitan dalam pemikiran maupun praktik kesehariannya.

Dr. Ir. H.M. Yahya Ahmad, MM., MAEd (2016). Penelitian yang berjudul Pengaruh Karakteristik Inovasi Pertanian Terhadap Keputusan Adopsi Usaha Tani Sayuran Organik. Pada jurnal ini penuis melakukan kajian mengenai sejauh mana empat variabel karakteristik inovasi, yaitu Relative Advantage (Keunggulan Relatif), Compatibility (Kesesuaian), Complexity (Kompleksitas) dan Trialability (dapat diuji-coba) berpengaruh terhadap Decision (keputusan petani dalam mengadopsi inovasi pertanian organik) di kelompok Tani Mandiri Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini melibatkan seluruh anggota kelompok tani sebagai reponden dan analisis regresi linier ganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani dalam mengadopsi budidaya sayuran secara organik.

Variabel Compexity memiliki pengaruh yang negatif terhadap keputusan adopsi budidaya sayuran organik.

(23)

Firdaus, Gilang Fajar (2020), Penelitian yang berjudul Adopsi Inovasi Penggunaan PGPR Pada Petani Komoditas Tanaman Calsim (Brassica Juncea L.). Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mendeskripsikan karakteristik Adopsi Inovasi Penggunaan PGPR Pada Petani Komoditas Tanaman Calsim (Brassica Juncea L.). (2) Mendeskripsikan faktor-faktor Adopsi Inovasi Penggunaan PGPR Pada Petani Komoditas Tanaman Calsim (Brassica Juncea L.). (3) Menganalisis hubungan factor-faktor internal dan eksternal dengan Adopsi Inovasi Penggunaan PGPR Pada Petani Komoditas Tanaman Calsim (Brassica Juncea L.). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Populasi sample berjumlah 119 orang ditetapkan dengan teknik Purposive Jumlah petani responden sebanyak 55 orang ditentukan denganmenggunakan rumus Slovin. Data dianalisis secara Deskriptif dan diuji korelasi rank spearman dengan menggunakan alat bantu SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik umur petani responden di Desa Kurniabakti, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya mayoritas tergolong umur yang cukup produktif (43,65%). Tingkat pendidikan formal mayoritas menamatkan pendidikanSekolah Dasar (58,18%). Mayoritas pengalaman petani responden >15 tahun (78,20%) faktor internal secara keseluruhan diketahui tinggi (71,94%) untuk mengadopsi inovasi teknologi PGPR dalam budidaya tanaman caisim. Begitupun faktor eksternal memiliki presentase sebesar 78,9% yang tergolong sangat tinggi.

Hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal dengan adopsi inovasi PGPR diketahui yang memiliki hubungan nyata atau signifikan yaitu partisipasi petani, peran penyuluh dan fungsikelompok. Artinya terdapat perubahan pola piker petani dalam menerima informasi utamanya yang bersumber dari penyuluh dan juga meningkatkan kapasitas kemampuan fungsi kelompok tani untuk mengadopsi inovasi teknologi dalam pelaksanaan budidaya tanaman caisim.

(24)

Satyani, Maya Suci (2017). Penelitian yang berjudul Penyakit-Penyakit Penting Pada Komoditas Kubis (Brassica oleracea L. var. capitata) Di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan jenis-jenis penyakit penting, gejala penyakit, dan intensitas penyakit pada tanaman kubis di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.

Penelitian ini di laksanakan pada bulan Agustus 2017 di tiga desa di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yaitu desa Belung, desa Wonorejo dan desa Karangnongko. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode exploratif. Pengamatan penyakit dilakukan pada tiga petak lahan kubis yang terletak pada tiga desa berbeda dengan dua metode yaitu sensus dan dengan pengambilan contoh tanaman pada diagonal lahan pengamatan. Jenis-jenis penyakit penting yang menyerang komoditas kubis di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang adalah penyakit busuk hitam, penyakit busuk lunak, penyakit bercak daun alternaria, penyakit akar gada, dan penyakit bercak daun cercospora. Intensitas penyakit tertinggi berturut-turut adalah 31,19% penyakit busuk hitam di desa Belung, 15,58% penyakit bercak daun alternaria di desa Belung, 5,2% penyakit buk lunak di desa Karangnongko, 7,5% penyakit akar gada di desa Wonorejo dan 26,59% penyakit bercak daun cercospora di desa Karangnongko.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Akar Gada

Penyakit akar gada (clubroot) yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae Wor. merupakan salah satu penyakit tular tanah yang sangat penting pada tanaman kubis-kubisan (Brassica spp.) di seluruh dunia penyakit ini juga sering disebut penyakit akar pekuk atau penyakit akar bengkak (Agrios 1997).

kerugian yang disebabkan oleh P. brassicae pada tanaman kubis-kubisan di Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Asia, dan Afrika Selatan mencapai 50–100%.

(25)

Di Australia, patogen ini menyebabkan kehilangan hasil sekitar 10% setiap tahun dengan kehilangan pendapatan sebesar US$13 juta. Di Indonesia, penyakit ini menyebabkan kerusakan pada kubis kubisan sekitar 88,60% dan pada tanaman caisin sekitar 5,42% dan 64,81% (Munir 2003). Tingkat produksi tanaman kubis- kubisan sering kali dipengaruhi oleh serangan patogen P. brassicae yang menyebabkan bengkak pada akar. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti trans lokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Keadaan ini mengakibatkan tanam an layu, kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika tanah sudah terinfestasi oleh P. brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman famili Brassicaceae karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah. Berbagai upaya penanggulangan penyakit akar gada telah dilakukan, antara lain perbaikan drainase, perlakuan tanah, perlakuan benih, penggunaan varietas resisten, penggunaan bahan kimia, dan pemanfaatan mikroorganisme antagonis.

Plasmodiophora brassicae dianggap sebagai pseudofungi atau organisme yang menyerupai fungi. Siklus penyakit dimulai dengan perkecambahan satu zoospora primer dari satu spora rehat haploid di dalam tanah. Zoospora primer ini mempenetrasi rambut akar dan selanjutnya masuk ke dalam sel inang. Gejala infeksi yang tampak di atas permukaan tanah adalah daun-daun tanaman layu jika hari panas dan kering, kemudian pulih kembali pada malam hari, serta kelihatan normal dan segar pada pagi hari. Jika penyakit berkembang terus, daun-daun menjadi kuning, tanaman kerdil, dan mungkin mati atau hidup merana (Widodo 1993). Pembengkakan akar merupakan ciri khas penyakit akar gada.

Bentuk dan letaknya bergantung pada spesies inang dan tingkat infeksi. Akar yang membengkak akan makin besar dan biasanya hancur sebelum akhir musim tanam karena serangan bakteri dan cen- dawan lain (Agrios 1997). Apabila

(26)

infeksi terjadi pada akhir musim tanam, ukuran gada biasanya kecil dan tanaman dapat bertahan hidup.

Penyakit akar gada pertama kali diketahui di Indonesia pada tahun 1950 di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Pada musim hujan tahun 1975/1976 penyakit tersebut juga ditemukan di Kebun Percobaan Margahayu, Lembang, P. brassicae telah menyebar di Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan terutama di Jawa Barat.

Pada tahun 1988 bahkan sudah ditemukan pada tanaman petsai di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Saat ini penyakit tersebut telah menyebar ke daerah-daerah penghasil kubis dan tanaman dari famili Brassicaceae lainnya (Widodo dan Suheri 1995). Patogen dapat terpencar di alam melalui tanah dengan berbagai cara atau perantara, misalnya perlengkapan usaha tani, bibit pada saat pemindahan ke lapangan, hasil panen, air permukaan, angin dan melalui pupuk kandang. Patogen juga dapat ditularkan oleh biji melalui kontaminasi permukaan biji dengan tanah yang terinfeksi. Selain itu sejumlah tanaman cruciferae liar dan beberapa tanaman inang lain yang rentan terhadap penyakit akar gada dapat menjadi tempat bertahan hidup patogen pada saat tanaman budi daya tidak ada.

2.2.2 Tricoderma sp

Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp, mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Trichoderma sp disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman.

Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan serta penyebaran racun jamur penyebab penyakit bagi tanaman seperti cendawan Rigdiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Fusarium monilifome, sclerotium rolfsii dan cendawan Sclerotium rilfisil. Penggunaan pupuk biologis dan agen hayati Trichoderma sp sangat efektif mencegah penyakit akar gada, busuk pangkal

(27)

batang, busuk akar yang menyebabkan tanaman layu, dan penyakit jamur akar putih pada tanaman kubis.

Jamur ini mempunyai ciri morfologi koloni berwarna hijau muda sampai hijau tua, hifa bersekat, berukuran (1,5-12 µm), dan percabangan hifa membentuk sudut siku pada cabang utama. Konidium berbentuk bulat, agak bulat sampai bulat telur pendek, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8) µm, dan berdinding halus. Konidiofor bercabang mendukung fialid, yang berjumlah 3 atau lebih secara bergerombol, dan agak ramping. Jamur Tricoderma sp ini dapat hidup baik secara saprofit maupun parasit pada jamur lain, dan perkembangan secara aseksual dengan menghasilkan konidium yang berkecambah membentuk individu baru (Sudantha, 1997). Suhu optimum untuk pertumbuhan jamur Tricoderma sp ini adalah 150c- 3500c, dengan suhu maksimumnya 300c -3600c (Domsch et al., 1993). Jamur Trichoderma sp. termasuk jenis jamur tanah, sehingga sangat mudah didapatkan di berbagai macam tanah, di permukaan akar berbagai macam tumbuhan, juga dapat diisolasi dari kayu busuk atau seresah (Suwahyono dan Wahyudi, 2000).

Pemanfaatan jamur Trichoderma sp. sangat menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Berbagai mikroba hidup bersimbiosis dengan tanaman membentuk bintil akar (Rhizobium), mengoloni akar (rhizobakteri), atau hidup di dalam jaringan tanaman (diazotrof endofit) dan di dalam tanah. Mikroba tersebut berperan dalam penambatan nitrogen (Rhizobium, Azotobacter, Beijerinkia), penghasil hormon tumbuh (Bacillus, Pseudomonas, Flavobacterium), pelarut fosfat (Bacillus, Pseudomonas), dan pengurai bahan organik (Aspergillus, Trichoderma) (Tim Sintesis Kebijakan, 2008).

(28)

Pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (Tricoderma sp) pada tanaman kubis sangat berpengaruh, karena penyakit akar gada sulit dikendalikan karena patogen dapat bertahan lama dalam tanah meskipun tanpa tanaman inang sehingga perlu adanya upaya pengembangan pengendalian penyakit yang bersifat berkelanjutan. Pengendalian secara kimiawi pada umumnya masih mengandalkan penggunaan fungisida sintetik, namun penggunaan secara berkepanjangan dapat berdampak negatif bagi ekosistem (Alfizar et al.,2013; Mahartha et al., 2013). Jadi salah satu alternatif untuk mengantisipasi dampak tersebut adalah melalui pengendalian biologi dengan memanfaatkan agen pengendali hayati yaitu dengan jamur (Tricoderma sp).

2.2.3 Karakteristik Petani

Karakteristik petani merupakan sebuah proses psikologi dalam diri seorang petani dalam memperoleh, menerima dan memakai barang, jasa maupun pengalaman dalam kehidupannya. Karakteristik petani terbentuk atas dasar faktor internal atau interpersonal yang dialami oleh petani yang mampu menggerakkan atau mempengaruhi perilaku petani. Karakteristik petani memiliki sifat yang unik dan berbeda antara petani yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Ismilail, (2015), karakteristik petani meliputi umur petani, tingkat pendidikan petani danpengalaman usahatani.

a. Umur petani

Umur merupakan usia atau waktu hidup manusia yang terhitung sejak lahir (Hoetomo, 2005). Menurut Nursalam (2001), semakin bertambahnya umur manusia atau individu, maka semakin meningkat pula kemampuanuntuk berfikir dan berperilaku secara matang. Sedangkan menurut pendapat Lubis (2000), menyatakan bahwa semakin muda umur manusia atau individu memiliki gairah yang lebih besar dalam menerimahal baru sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilakunya untuk berusaha melakukan segala sesuatu secara

(29)

cepat serta mampu mengadopsi suatu inovasi teknologi dengan lebih mudah.

Umur berkaitan dengan pengalaman dan kematangan petani dalam menjalankan usahataninya. Umur berpengaruh terhadap kemampuan bekerjapetani serta respon petani dalam menerima hal baru serta dalam menjalankan usahatani.

Umur bukan menjadi bagian dari faktor psikologis manusia, namun apa yang diakibatkan oleh umur merupakan faktorpsikologis yang selanjutnya merupakan akumulasi dari berbagai pengalaman dan bentuk proses belajar yang lainnya (Padmowiharjo, 1994). Menurut WHO (World Health Organization) umur dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu bayi (0-1 tahun), anak-anak (2-10 tahun), remaja (11-19 tahun), dewasa (20-60 tahun), lanjut usia (60 tahun).

b. Tingkat pendidikan petani

Menurut Suparlan (2006), pendidikan dikategorikan menjadi dua bagian yaitu pendidikan dalam arti sempit dan arti luas. Pendidikan dalam artisempit merupakan segala bentuk kegiatan atau proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan persiapan materi serta pelaksanaan yang telah terjadwal dalam sebuah pengawasan yang kemudian digunakan sebagai bahan untuk evalusi diri. Sedangkan pendidikan dalam arti luas memiliki arti seluruh bentuk kegiatan atau proses pembelajaran yang berlangsung dalam segala situasi dan kondisi dalam kurun waktu yang lebih panjang. Pendidikan merupakan rangkaian struktural pengajaran yang sistematis serta memiliki jenjang tingkatan yang dimulai dari pendidikan pra sekolah sampai dengan pendidikan perguruan tinggi (Alystiana, 2017). Pengertian tersebut selaras dengan pendapat Hasudungan (2017), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah proses atau tahapan dari sistem pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan individu sebagai peserta didik dalam mengelola pola pikirnya dalam menghadapi suatu masalah. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam menerima hal baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

(30)

maka semakin mudah seseorang menerima informasi baru serta melakukannya sebagai bentuk respon dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang sebagai peserta didik dapat membentuk karakter serta nilai (value) diri seseorang, khususnya dalam menerima inovasi baru (Suharjo, 2007). Mereka yang memiliki pendidikan tinggi, relatif lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru, begitu pula sebaliknya mereka yang memiliki pendidikan yang rendah akan relatif lebih lambat dalam mengadopsi inovasi baru (Lubis, 2000).

c. Pendapatan

Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima olehpetani dari usahataninya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Penerimaan dari rata-rata produksi total yang diperoleh petani dan dinilai sesuai dengan harga setempat. Dalam analisa usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari (Dewi Sahara 2004).

d. Luas lahan

Luas lahan dapat menjadi salah satu faktor pengambilan keputusan petani dalam menerapkan suatu inovasi yang diterimanya. Luas lahan usahatani berhubungan positif dengan adopsi petani dimana petani yang memiliki luasan lahan yang luas akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi yang diberikan oleh penyuluh maupun materi yang diterimanya. Begitu juga sebaliknya petani yang memiliki luasan lahan yang relatif sempit akan lebih lambat dalam menerapkan inovasi yang diterimanya. Hal ini berkaitan dengan keefesiensian penggunaan sarana produksi yang dibutuhkan petani (Soekartawi, 1994)

(31)

e. Pengalaman usahatani

Pengalaman usahatani seseorang dapat mempengaruhi kecepatan subuah adopsi inovasi. Petani yang memiliki pengalaman usahatani yang lebih panjang akan lebih cepat menerima inovasi baru. Menurut Soekartawi (1995), petani yang sudah lama menjalankan usahataninya akan lebih mudah menerima dan menerapkan inovasi baru yang diberikan oleh penyuluh maupun petani lainnya yang telah usahatani miliknya

2.2.4 Penyuluhan Sebagai Sarana Diseminasi Teknologi

Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, sehingga timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Istilah umumnya yang digunakan sebagai sinonim dari “penyebaran”. atas dasar pengertian itu dalam kaitannya dengan inovasi teknologi pertanian, diseminasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi.

Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan inovasi pertanian hasil penelitian dan pengkajian melalui berbagai kegiatan komunikasi, promosi dan komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul yang dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna dan menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara tercetak maupun media elektronik.

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) Adopsi Inovasi adalah keputusan diterima atau ditolaknya suatu gagasan, metode atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak merupakan hasil dari penelitian yang mutakhir. Individu yang dikatakan mengadopsi suatu inovasi telah mengalami beberapa proses difusi yaitu :

1. Kesadaran, dimana seseorang pertama kali mendengar tentang inovasi 2. Minat, mencari informasi tentang inovasi secara lebih lanjut.

(32)

3. Evaluasi, menimbang manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi.

4. Mencoba, menguji sendiri inovasi pada skala kecil.

5. Adopsi, seseorang tersebut menerapkan inovasi pada skala besar setelahmembandingkannya dengan metode lama.

Diseminasi teknologi pertanian dipengaruhi oleh kapasitas dan tingkat efektivitas kelembagaan pendukung diseminasi itu sendiri, terutama kelembagaan penelitian dan pengembangan, penyuluhan, kelembagaan petani dan kelembagaan terkait lainnya. Demikian pula tingkat keterkaitan antarkelembagaan tersebut di atas merupakan salah faktor penentu dari kelancaran alur teknologi, dari sumbernya ke pengguna dan sebaliknya (Pickering, 1987 dalam Asopa 1997).

2.3 Aspek Penyuluhan Pertanian 2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutananan, Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sistem penyuluhan pertanian selanjutnya disebut penyuluhan yang mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta pengetahuan pelaku utama dan pelaku usaha.

Penyuluhan pertanian merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan penyuluh bagi petani secara tidak formal dengan tujuan agar petani dapat melakukan kegiatan pertanian dengan lebih baik, bertani dengan mengahasilkan keuntungan, menjaga kelestarian hidup lingkungannya, hdirup

(33)

bermasyarakat dengan baik, mendapatkan hidup yang lebih layak dan sejahtera (Faqih dkk, 2015).

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu : tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, dan tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan. Dengan berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien (Zakaria, 2006). Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living). Dari pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia selama tiga-dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa, untuk mencapai ketiga bentuk perbaikan yang disebutkan di atas masih memerlukan perbaikanperbaikan lain yang menyangkut (Deptan, 2002):

a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) demi terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders.

b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better community), yang tercermin dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembangunan pertanian yang merupakan sub- sistem pembangunan masyarakat (community development)

c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better enviroment) demi kelangsungan usahataninya. Tentang hal ini, pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dan tidak seimbang telah berpengaruh negatif terhadap produktivitas dan pendapatan

(34)

petani, serta kerusakan lingkungan-hidup yang lain, yang dikhawatirkan mengancam keberlanjutan (sustainability) pembangunan pertanian itu sendiri.

Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu SMART (Anonim, 2009) :

a. Specific (khusus), kegiatan penyuluhan pertanian harus dilakukan untuk memenui kebutuhan khusus.

b. Measurable (dapat diukur), bahwa kegiatan penyuluhan harus mempunyai tujuan akhir yang dapat diukur

c. Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan) yaitu tujuan kegiatan penyuluhan itu harus mampu untuk dicapai oleh para peserta/petani

d. Realistic (realistis), bahwa tujuan yang ingin dicapai harus masuk akal, dan tidak berlebihan, sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta/petani

e. Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti bahwa dalam waktu yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta/ petani.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah: ABCD:

Audience (khalayak sasaran); Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki);

Condition (kondisi yang akan dicapai); dan Degree (derajat kondisi yang akan dicapai).

2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian

Menurut Vintarno, dkk (2019) mengatakan bahwa sasaran utama penyuluhan meliputi pelaku utama, pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya serta masyarakat yang berperan langsung dalam kegiatan pembangunan pertanian. Berdasarkan Siswanto (2012), salah satu unsur dalam kegiatan penyuluhan adalah sasaran. Dalam hal ini sasaran penyuluhan dikelompokkan

(35)

berdasarkan sebagai berikut :

a. Sasaran utama adalah target yang secara eksklusif terlibat pada aktivitas bertani dan pengelolaan usaha tani, pada kelompok ini merupakan petani dan keluarganya. Sebagai target utama pada penyuluhan pertanian mereka wajib sebagai pusat perhatian berdasarkan penyuluh pertanian.

b. Sasaran penentu dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian bukan yang terlibat dalam kegiatan usaha tani, namun secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian, menyediakan segala hal yang diperlukan bagi pelaku usaha tani. Kelompok yang termasuk dalam hal ini yaitu pimpinan atau penguasa pengambil keputusan dalam kebijakan pembangunan pertanian, tokoh informal (guru, politikus, tokoh keagamaan, dll), penuis atau ilmuan, lembaga perkereditan, produsen dan penyalur, pedagang dan lembaga pemasaran, serta pengusaha/ industri pengolahan hasil pertanian.

c. Sasaran pendukung yang mencakup berbagai pihak baik langsung atau tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat dimanfaatkan guna melancarkan penyuluhan pertanian.

Kelompok yang termasuk adalah para pekerja sosial, seniman, konsumen dan biro iklan.

2.3.4 Materi Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993) menyatakan, bahwa materi penyuluhan adalah segala bentuk pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya dalam upaya mewujudkan proses komunikasi pembangunan. Materi atau bahan penyuluhan adalah segala bentuk pesan, informasi, inovasi teknologi baru yang diajarkan atau disampaikan kepada sasaran meliputi berbagai ilmu, teknik, dan berbagai metode pengajaran yang diharapkan akan dapat mengubah perilaku, meningkatkan produktivitas,

(36)

efektifitas usaha dan meningkatkan pendapatan sasaran (Isbandi, 2005).

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutananan, Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan yakni suatu pokok bahasan yang akan disuluhkan oleh penyuluh kepada sasaran dalam bentuk informasi baik dari segi sosial, ekonomi, huki, dan lain-lain. Dengan tujuan dalam memenuhi kebutuhan sasaran penyuluhan dengan memperhatikan pemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian. Sumber dari materi penyuluhan biasaya berasal dari instansi pemerintah, lembaga-lembaga swasta/swadaya, pengalaman sasaran dan sumber lainnya yang dapat dipercasya seperti informasi dari perguruan tinggi (Siswanto, 2012). Terdapat 3 macam materi penyuluhan, yaitu:

a. terkait pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi, b. petunjuk teknis dan rekomendasi yang harus dilaksanakan, dan c. bersifat instrumental atau mempunyai manfaat dalam jangka panjang,

contohnya dinamika kelompok (Mardikanto, 2009).

2.3.5 Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan adalah serangkaian cara atau strategi yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan pesan dan infromasi kepada sasaran sehingga terjadi perubahan dan perilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Faqih dan Susanti, 2015). Dalam penyampaian pesan dan infromasi banyak jenis metode yang dilakukan oleh penyuluh baik secara langsung yakni dengan melakukan komunikasi tatap muka dan media lainnya yang memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dengan petani.

Metode selanjutnya yakni komunikasi secara tidak langsung baik lewat orang lain

(37)

atau media lainnya yang memungkinkan penyuluh tidak bisa menerima respon dengan cepat (Siswanto, 2012).

Menurut Permentan Nomor 52 Tahun 2009 tentang metode penyuluhan pertanian, tujuan dari metode penyuluhan yaitu :

1) Mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian

2) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian

3) Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian

Sedangkan metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indra penerimaan digolongkan menjadi:

1) Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi :

a) Komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP,kursus tani, demonstrasi karyawisata, pameran;

b) Komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk cetakan,poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.

2) Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai digolongkan menjadi:

a) Pendekatan perorangan, contoh: kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat-menyurat, hubungan telepon;

b) Pendekatan kelompok, contoh: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu Lapangan, kursus tani;

c) Pendekatan masal, contoh: pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV, pemasangan poster, pemasangan spanduk, penyebaran bahan bacaan (folder, leaflet, brosur).

(38)

3) Berdasarkan indera penerima digolongan menjadi:

a) Indera penglihatan, contoh: poster, film, pemutaran slide;

b) Indera pendengaran, contoh: siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon;

c) Beberapa indera, contoh: demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV, pameran.

Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu tahapan dan kemampuan adopsi, sasaran, sumber daya, keadaan daerah dan kebijakan pemerintah (Peraturan Menteri Pertanian No. 52 Tahun 2009). Di uraikan sebagai berikut :

1. Tahapan dan Kemampuan Adopsi

Adopsi inovasi pada petani maupun sasaran didapat melalui serangkaian pengalaman mental psikologis yang bertahap. Berdasarkan kemampuan adopsi inovasi, pelaku utama dapat dikelompokkan menjadi inovator, penerap dini, penerap awal, penerap akhir, dan penolak.

2. Sasaran

Perihal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode penyuluhan dari karakteristik sasaran meliputi tingkat pengetahuan, sasran, keterampilan, sosial budaya yang mencangkup adat kebiasaan, norma- norma yang berlaku dan status kepemimpinan, dan jumlah sasaran yang hendak dicapai pada suatu waktu tertentu.

3. Sumber Daya Penyuluhan

Pertimbangan unrtuk menetapkan metode penyuluhan dari aspek sumber daya penyuluhan yaitu materi penyuluhan, kemampuan penyuluh, sarana dan biaya penyuluhan.

4. Keadaan Daerah

Dalam menetapkan metode penyuluhan dari aspek kondisi daerah meliputi musim, keadaan usahatani, dan keadaan lapangan.

(39)

5. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah atau pemerintah daerah berhubungan dalam penentuan metode penyuluhan.

2.3.6 Media Penyuluhan Pertanian

Pemilihan media penyuluhan merupakan faktor yang wajib dilakukan karena dapat mempengaruhi asaran merupakan output dari pembelajaran dalam kegiatan penyuluhan, adanya media yang ditetapkan mempengaruhi keberhasilan informasi pada sasaran. Dalam efektivitas kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan, peningkatan perilaku pada angka mengefektifkan penggunaan media penyuluhan diperlukan beberapa hal dalam pemilihan media penyuluhan yakni: karakteristik sasaran, tujuan perubahan, isi pesan, strategi komunikasi, biaya dan karakteristik wilayah Leilani, A., Nurmalia, N., &

Patekkai,M. (2015). Menurut Siswanto (2012), media penyuluhan merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pada kegiatan penyuluhan yang berfungsi sebagai alat penyampaian suatu informasi agar dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendorong proses belajar. Media dibedakan menjadi tiga bagian meliputi :

a. Media lisan merupakan media yang digunakan untuk penyampaian secara langsung ataupun tidak langsung melalui radio, kaset, dan lain-lain.

b. Media cetak biasamya berupa gambar dan tulisan yang dibagikan, disebarkan, atau dipasang ditempat strategis yang mudah dijangkau oleh sasaran. Contoh media cetak yang dapat digunakan selebaram, koran, poster, dan lain-lain.

c. Media terproyeksi biasanya berupa gambar atau tulisan lewat video dan sebagainya.

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk

(40)

memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

Kegiatan evaluasi dilakukan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan.

Menurut Mardikanto, 1996 dalam bukunya “Penyuluhan pembangunan Kehutanan” menjelaskan terdapat 5 prinsip-prinsip utama dalam melakukan Evaluasi dan harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi yang terdiri atas : Kegiatan Evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program. Artinya tujuan evaluasi harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan programnya. Sebab tujuan evaluasi adalah untuk melihat seberapa jauh tujuan program telah dapat dicapai, dan seberapa jauh telah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan program dibanding dengan perencanaannya.

a. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan : 1) Objektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta.

2) Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan (standarized).

3) Menggunakan metode pengumpulan data yang tepat dan teliti.

4) Menggunakan alat ukur yang tepat (valid, sahih) dan dapat dipercaya (teliti, reliabel).

b. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.

c. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk :

(41)

1) Data kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan tingkat penyimpangan pelaksanaannya.

2) Uraian kualitatif, agar dapat diketahui faktor-faktor : penentu keberhasilan, penyebab kegagalan, dan faktor penunjang serta penghambat keberhasilan tujuan program yang direncanakan.

d. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya :

1) Evaluasi harus menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektifitas (tercapainya tujuan) program.

2) Evaluasi harus mempertimbangkan ketersediaan sumber dayanya sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan harus dipusatkan kepada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program). Namun, Soedijanto, 1999 mengemukakan bahawa prinsip-prinsip evaluasi penyuluhan pertanian terdiri dari 8 prinsip utama yang terdiri dari :

a. Evaluasi berdasarkan fakta.

b. Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan bagian integral dari proses pendidikan penyuluhan.

c. Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungan dengan tujuan-tujuan dari program penyuluhan yang bersangkutan

d. Evaluasi penyuluhan harus menggunakan beberapa alat pengukur yang berbeda.

e. Evaluasi penyuluhan harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan dan juga terhadap hasil kegiatan penyuluhan.

f. Evaluasi perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif.

g. Evaluasi harus mencakup 6 pokok yang perlu dipertimbangkan dengan teliti yaitu tujuan, kegiatan dan metode pengumpulan, analisa daninterpretasi data,

(42)

pembandingan hasil, pengambilan keputusan,penggunaan hasil.

h. Evaluasi harus dijiwai oleh prinsip mencari kebenaran.

f. Evaluasi Pengetahuan

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap peningkatan pengetahuan.

2.3.8 Tahapan Evaluasi

Tahapan evaluasi merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan evaluasi yaitu dengan menetapkan obyek, mengumpulkan data dan informasi, menentukan cara dan alat pengumpulan data yang tepat, menganilis data perolehan dan melakukan pelaporan (Supriyono, 2013). Adapun langkah- langkah dalam melakukan evaluasi yaitu : (1) menentukan tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi yaitu berdasarkan kaidah SMART, menetapkan indikator yang diukur, membuat alat ukur guna pengumpulan data, melakukan uji pada alat ukur/ instrumen evaluasi; (2) penetuan sampel dan pengumpulan data yaitu pengambilan sampel dengan mengacu bahwa sampel diyakini dapat mewakili keseluruhan sasaran penyuluhan (representatif); (3) menganalisis dan interpretasi data, analisa data dilakukan dengan menyesuaikan tujuan evaluasi, keputusan yang diambil dan pertimbangan yang dihasilkan. Sedangkan interpretasi data merupakan penuangan dan penjabaran bagaiman kegiatantelah berjalan, hambatan apa yang tejadi, serta faktor-faktor pendukung didalamnya sehingga dapat dijadikan perbaikan dimasa kedepannya

(43)

Rumusan masalah

1. Bagaimana karakteristik petani kubis di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo dalam mengendalikan penyakit akar gada?

2.Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang pengedalian penyakit akar gada pada tanaman kubis dengan menggunakan Tricoderma sp?

3.Bagaimana peningkatan pengetahuan dalam pelaksanaan penyluhan petani tentang teknologi pengendalian penyakit agensi hayati (Trichoderma sp) pada tanaman kubis?

Rancangan Penyuluhan Pertanian

Materi Penjelasan tentang penggunaan Agensi Hayati (Trichoderma sp ) untk pengendalian

penyakit akar gada pada tanaman kubis

Tujuan Meningkatkan pengetahuan petani

tentang agensi hayati trichoderma

sp. dalam pengendalian akar gada pada tanaman

kubis.

Metode Ceramah dengan

diskusi

Media

Folder Sasaran

Anggota Kelompok Tani

Karangsari IV

Evaluasi

Peningkatan Pengetahuan Petani Terhadap Agensi Hayati Dalam Pengendalian Akar Gada dengan menggunakan Tricoderma sp

2.4 Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka Pikir

Masalah

Rendahnya tingkat pengetahuan petani kubis tentang teknologi pengendalian penyakit agensi hayati (Trichoderma sp)

Keadaan yang diharapkan 1. Petani kubis bisa mengetahui tentang

agensi hayati (trichoderma sp)

2. Petani kubis dapat memanfaatkan agensi hayati (trichoderma sp)

3. Menurunnya intensitas penyakit akar gada.

Kondisi Sekarang

1. Rendahnya pengetahuan petani tentang agensi hayati (Tricoderma sp).

2. Petani kubis belum mengetahui pemanfaatan agensi hayati (Tricoderma sp)

3. Tingginya intensitas serangan penyakit akar gada.

Indetifikasi Potensi Wilayah

Kajian

“Rancangan Penyuluhan Karakteristik Kelompok Tani Karangsari Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Terhadap Pengendalian Penyakit Akar Gada Menggunakan Agensi

Hayati (Tricoderma sp.) Pada Tanaman Kubis (Brassica olarecea L)”

Analisis Data Deskriptif kuantitaf Metode

Wawancara/penyebaran kuisioner Responden

81 orang

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini bertempat di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Pelaksanaan untuk penelitian ini mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2022 didasari dengan jadwal palang yang sudah terlampir. Penentuan lokasi penelitian dilaksanakan berdasarkan “purposive” dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sebagian besar masyarakat Desa Karangnongko bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

2. Digalakannya program penerapan teknologi inovasi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian yang ada di Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo.

3. Penerapan inovasi teknologi yang lebih efesien dan efektif untuk mengatasi permasalahan pada Usaha Tani yang berdampak pada pendapatan petani.

4. Petani di Desa Karangnongko belum menerapkan inovasi teknologi pengendalian penyakit akar gada dengan mnggunakan agensi hayati.

5. Desa Karangnongko salah satu desa yang ada di Kecamatan Poncokusumo yang merupakan sentra pertanian yang cukup berkembang.

3.2 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriptif.

Penelitian Kualitatif Deskriptif suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam mengenai realitas respon petani terhadap pengendalian penyakit akar gada menggunakan agensi hayati (Tricoderma sp.) pada tanaman kubis (Brassica olarecea L) dengan tujuan objek penelitian tersebut dapat disajikan secara rinci dan dapat diketahui ciri, karakter, sifat, dan modelnya secara komprehensif (Sugiyono,2019).

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang dapat mempengaruhi motivasi, jenjang karier dan disiplin terhadap kinerja karyawan dengan variabel intervening kompensasi adalah faktor penentu yang penting untuk

Berdasarkan distribusi responden terhadap asupan zat besi menunjukan bahwa responden dengan asupan zat besi kurang memiliki distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pembuktian tindak pidana kesusilaan yang menggunakan media sosial berdasarkan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor

Kita harus melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki.. Sedangkan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, identitas perempuan multikultural dalam Cala Ibi dapat diketahui melalui identifikasi dan penemuan kondisi bawah sadar

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012 Nomor 170),

Schubungan dengan hal terscbut kami mohon ijin ~ bantuan bagi rnahasiswa yang bcrsangkutan agar dapat mengambil dat~ di temf1at yang Bapak/Ibu pimpin. Atas

luar diri individu dan self-perception yang merupakan persepsi itu disebabkan oleh rasangan yang berasal dari dalam diri individu yang berarti objeknya adalah