• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ISOLAT BAKTERI PENGHASIL POLIHIDROKSIALKANOAT ASAL RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ISOLAT BAKTERI PENGHASIL POLIHIDROKSIALKANOAT ASAL RIAU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ISOLAT

BAKTERI PENGHASIL POLIHIDROKSIALKANOAT ASAL RIAU

Nadita Variza(1), Delita Zul2)

(1)Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

(2)Dosen Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

nadita.variza0005@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Polyhydroxyalkanoate (PHA) is a biodegradable polymer substitute for synthetic plastics accumulated naturally in bacteria as a reserve of carbon and intracellular energy under unbalanced environmental conditions.This study aimed to characterize two isolates of PHA-producing bacteria from peat soils in Riau Province. Morphological characterization was carried out by growing isolates on Nutrient Agar (NA) medium and incubated at room temperature for 24 hours. In addition, physiological characterization was carried out by growing isolates on Luria Bertani (LB) medium and incubated for 24 hours. Both isolates generated colonies with a circular shape, moderate size, curled edges, flat elevation, and creamy white pigmentation. Observations of bacterial cells showed a bacillus-shaped Gram-negative with 2.8-3.0 μm and 1.8-3.76 μm in length and 1.1-1.20 μm and 1.0-1 μm.21 in width, respectively. Physiological characters showed that both isolates are able to grow at room temperature, salt content ranges from 1%-3%, and pH 5-7.

Keywords : colony morphology, Gram negative, physiology, polyhydroxyalkanoate, Riau.

ABSTRAK

Polihidroksialkanoat (PHA) merupakan polimer biodegradable pengganti plastik sintetis yang dihasilkan oleh bakteri secara alami dalam kondisi lingkungan yang tidak seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dua isolat bakteri penghasil PHA asal tanah gambut Provinsi Riau. Karakterisasi morfologi dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada medium Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Sementara karakterisasi fisiologi dilakukan dengan menumbuhkan isolate pada medium Luria Bertani (LB) dan diinkubasi selama 24 jam. Kedua isolat menunjukkan karakter morfologi koloni dengan bentuk circular, ukuran moderate, tepian curled, elevasi flat, dan pigmentasi putih krem. Pengamatan terhadap sel bakteri menunjukkan Gram negatif berbentuk basil dengan masing-masing isolat memiliki panjang 2,8-3,0 μm dan 1,8-3,76 μm serta lebar 1,1-1,20 μm dan 1,0- 1,21 μm. Karakter fisiologi menunjukkan kedua isolat mampu tumbuh pada suhu ruang, kadar garam berkisar antara 1%-3%, dan pH 5-7.

Kata kunci : morfologi koloni, fisiologi, Gram negatif, polihidroksialkanoat, Riau.

(2)

2 PENDAHULUAN

Plastik sintetis memberikan penawaran yang baik dalam penggunaan jangka panjang karena karakteristik bahan yang ringan, ekonomis, dan tidak cepat rusak.

Namun, penggunaan plastik sintetis dinilai tidak ramah lingkungan karena tidak bersifat biodegradable, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat teurai.

Menurut UNEP (2018), ketika dibuang di tempat pembuangan sampah atau di lingkungan, plastik dan gabus sintetis dapat memakan waktu hingga 1000 tahun untuk dapat diurai. Solusi yang dapat diterapkan dalam upaya mengurangi pemakaian plastik sintetis adalah dengan mengembangkan produk plastic dengan sifat biodegradable, salah satunya adalah bahan baku plastik yang mengandung penyusun polihidroksialkanoat (PHA).

Polihidroksialkanoat (PHA) ialah poliester termoplastik dengan struktur beragam yang diproduksi oleh mikroorganisme dalam kondisi pasokan nutrisi terbatas seperti nitrogen, oksigen, fosfor, sulfur (Raza et al. 2018). Di bawah keterbatasan ini, PHA akan dihasilkan oleh bakteri dalam bentuk cadangan karbon dan energi intraseluler (Hasibuan 2020).

Beberapa isolat penghasil PHA

yang telah diketahui jenisnya, yaitu Pseudomonas sp, Bacillus sp, E. coli, Ralstonia eutropha, Azotobacter, Micrococcus, Alcaligenes, dan Cupriavidus necator (Ifandari et al.

2014), Nocardia, dan Rhizobium (Kustarianingsih dan Nawfa 2015), Pseudomonas puttida (Gatea et al.

2018), serta Mameliella sediminis sp.

nov. (Zheng et al. 2022).

Marliana (2021) telah berhasil mengisolasi bakteri penghasil PHA dari tanah gambut Bengkalis, Provinsi Riau, yang kemudian diuji kemampuannya.

Adapun isolat HS4-1 yang diisolasi dari Hutan Sekunder memiliki persen akumulasi PHA 16,66% dan isolat HTI3-3 memiliki persen akumulasi 22,85%. Kedua isolat tersebut dinilai potensial karena mampu mengakumulasi PHA dengan kadar yang cukup tinggi. Isolat tersebut disimpan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioproses, Jurusan Biologi, Universitas Riau. Sejauh ini isolat potensial tersebut belum diketahui karakteristik morfologi dan fisiologinya, sehingga penting dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui karakteristik morfologi secara mikroskopik maupun makroskopik serta karakter fisiologinya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari bulan September hingga November 2021 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioproses, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Riau, Pekanbaru, Riau.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jarum ose, spatula, pipet tetes, kaca objek, tabung reaksi (Pyrex), cawan petri (Pyrex), gelas beaker (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), botol semprot, lampu bunsen, timbangan analitik digital (Amsteach), hot plate magnetic stirrer (79-1 magnetic

(3)

3 stirrer with heater), oven

sterilisasi (COSMOS), oven inkubator, mikroskop (Olympus), dan autoklaf (GEA).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua isolat bakteri penghasil PHA lokal Riau dari kultur koleksi Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNRI (HS4-1 dan HTI3-3), bubuk Nutrient Agar (NA), akuades, tripton, yeast extract, bubuk sudan black b, bubuk kristal violet, kristal iodin, kristal KI, bubuk safranin, fenol, natrium klorida (NaCl), ammonium oksalat ((NH4)2C2O4), di-sodium hydrogen phospate (Na2HPO42H2O), etanol, akuades, alkohol 70% dan 96%.

Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)

NA digunakan untuk peremajaan isolat. Semua alat dan bahan disiapkan. Bubuk Nutrient Agar (HiMedia) sebanyak 14 gram dan dimasukkan ke dalam 500 ml akuades (pH 6,8). Media kemudian dididihkan dan dihomogenkan di atas Hotplate Magnetic Stirrer.

Larutan media homogen dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditutup menggunakan kapas dan alumunium foil. Media disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit (HiMedia Laboratories 2015).

Pembuatan Medium Luria Bertani (LB)

LB digunakan untuk karakterisasi fisiologi. Semua alat dan bahan disiapkan. Formula medium yang digunakan merujuk pada HiMedia Laboratories (2019), yaitu tripton 10 gram, yeast extract 5 gram, dan NaCl 10 gram dilarutakn dalam 1000 ml akuades. Formula medium ini digunakan untuk medium uji variasi suhu (4oC, suhu ruang, dan 45oC), dan pH (3, 5, 7, dan 9).

Sementara itu, untuk medium uji variasi NaCl, formula awal dimodifikasi menjadi medium dengan kadar NaCl 1%, 3%, dan 7%.

Masing-masing medium uji dididihkan dan dihomogenkan pada Hotplate Magnetic Stirrer. Larutan medium kemudian dimasukkan sebanyak 10 ml ke dalam tabung reaksi lalu ditutup menggunakan kapas dan alumunium foil. Media disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

Pembuatan Larutan Sudan Black B

Bubuk Sudan Black B sebanyak 0,5 gram dilarutkan dalam 100 ml etanol dan didiamkan selama dua hari. Setelahnya, larutan disaring menggunakan kertas saring. Larutan buffer dibuat dengan 16 gram fenol, 30 ml etanol dan 0,3 gram Na2HPO4.2H2O dilarutkan dalam 100 ml akuades. Pembuatan larutan Sudan Black B untuk kerja adalah sebanyak 60 ml larutan Sudan Black B yang sudah disaring dicampur dengan 40 ml larutan buffer (Barros et al. 2012).

Pembuatan Reagen Kristal Violet Bubuk kristal violet sebanyak 2 gram, etanol 95% 20 ml dan ammonium oksalat 0,8 gram disiapkan. Semua bahan dicampurkan dalam gelas beaker dan dilarutkan dengan 80 ml akuades.

Larutan dimasukkan ke dalam botol gelap dan diberi label (Lay 1994).

Pembuatan Reagen Mordan Iodin Kristal iodium sebayak 0,33 gram dan krsital KI 0,66 gram disiapkan. Semua bahan dicampurkan dan dilarutkan dengan 100 ml akuades. Selanjutnya larutan dimasukkan ke dalam botol gelap dan diberi label (Lay 1994).

(4)

4 Pembuatan Reagen Safranin

Safranin sebanyak 0,25 gram dan etanol 10 ml dicampurkan untuk membuat larutan pokok safranin. Sebanyak 90 ml akuades dicampurkan dengan larutan pokok safranin untuk pengenceran.

Larutan safranin dimasukkan ke dalam botol gelap dan diberi label (Lay 1994).

Peremajaan Isolat

Isolat bakteri diremajakan kembali dengan cara diambil sebanyak 1 ose, lalu digores secara zig zag pada medium NA miring kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.

Uji Konfirmasi

Isolat bakteri diinokulasikan pada medium NA steril dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Setelahnya, larutan Sudan Black B dituangkan pada petri berisi koloni hingga terendam selama 30 menit. Hasil rendaman dibilas dengan etanol 96% untuk menghilangkan noda dari koloni.

Warna gelap pada koloni menunjukkan isolat tersebut positif mengakumulasi PHA (Gatea 2018).

Karakterisasi Makroskopis

Isolat diinokulasikan pada medium NA steril dengan teknik streak quadrant sehingga didapatkan koloni tunggalnya. Isolat yang membentuk koloni tampak selanjutnya dikarakterisasi secara morfologi yang meliputi pengamatan bentuk koloni, bentuk tepian koloni, ukuran koloni, elevasi koloni, dan warna.

Karakterisasi Mikroskopis

Kaca objek yang akan digunakan disterilkan menggunakan alkohol 70%. Secara aseptis dibuat lapisan tipis dari isolat bakteri

berumur 24 jam menggunakan jarum ose. Isolat difiksasi di atas api, lalu ditetesi dengan kristal violet dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas dengan menggunakan air mengalir dan dikering anginkan. Isolat ditetesi larutan iodin dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas.

Selanjutnya dibersihkan dengan tetesan alkohol 96% selama 30 detik. Lalu dicuci kembali dengan air mengalir serta dikering anginkan.

Setelah kering ditetesi dengan pewarna safranin dan didiamkan selama 45 detik dan dicuci dengan air mengalir lalu dikeringkan

menggunakan tisu dan

dikeringanginkan. Preparat diamati di bawah mikroskop dari perbesaran terkecil hingga perbesaran yang paling besar. Kumpulan sel dengan warna ungu menunjukkan kelompok Gram positif, sedangkan kumpulan sel berwarna merah muda menunjukkan Gram negatif (Hadiooetomo 1993).

Karakterisasi Fisiologi Suhu Sebanyak 1 ose isolat berusia 24 jam diinokulasikan dalam medium LB. Selanjutnya diinkubasi dengan mengatur variasi suhu pada suhu refrigerator berkisar antara 4- 10oC, suhu ruang berkisar antara 28- 30oC, serta suhu 45oC selama 1x24 jam. Pertumbuhan isolat ditandai dengan adanya kekeruhan pada medium LB.

Karakterisasi Fisiologi Kadar Garam

Sebanyak 1 ose isolat berusia 24 jam diinokulasikan dalam medium LB dengan variasi kadar garam 1%, 3%, 7%. Selanjutnya diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC. Pertumbuhan isolat

(5)

5 ditandai dengan adanya kekeruhan

pada medium LB.

Karakterisasi Fisiologi pH

Sebanyak 1 ose isolat berusia 24 jam diinokulasikan dalam medium LB dengan variasi pH medium 3, 5, 7 dan 9. Selanjutnya diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC. Pertumbuhan isolat ditandai dengan adanya kekeruhan

pada medium LB.

Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan secara deskriftif kualitatif dalam bentuk tabel dan gambar yang meliputi hasil uji konfirmasi, karakter morfologi makroskopis, mikroskopis, dan fisiologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat hasil isolasi Marliana (2021), yaitu HS4-1 dan HTI3-3 diuji kembali kemampuannya dalam mengakumulasi PHA secara kualitatif dengan membubuhkan larutan uji Sudan Black B. Hasil pengamatan secara kualitatif menunjukkan kedua koloni bakteri uji mampu menyerap zat warna, seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Larutan jenuh Sudan Black B dalam etilen glikol atau alkohol 70% akan memberikan visualisasi pada lemak tubuh bakteri sehingga dihasilkan warna biru kehitaman pekat (Hartman 1940). Warna gelap tersebut dihasilkan setelah granula PHA dalam sitoplasma sel mampu menyerap zat warna dengan kuat bahkan setelah pencucian dengan larutan alkohol (Ashwanty 2015).

Hasil serapan warna larutan uji yang ditunjukkan oleh kedua isolat tergolong tingkat serapan kuat (+++). Hal ini sejalan dengan yang telah dilaporkan oleh Marliana (2021) yang sebelumnya telah menguji kemampuan akumulasi PHA isolat HS4-1 dan HTI3-3 tersebut, diketahui bahwa kedua isolat menunjukkan serapan warna larutan uji kuat (+++), serapan warna tersebut memperlihatkan hasil yang stabil hingga tahap

reseleksi kedua. Hal ini menunjukkan bahwa isolat HS4-1 dan HTI3-3 telah dikonfirmasi masih memiliki kemampuan yang stabil dalam mengakumulasi PHA.

Gambar 1. Isolat hasil rendaman Sudan Black B (A) HS4- 1, (B) HTI3-3.

Chetia (2019) berhasil mengisolasi 20 isolat bakteri yang diduga merupakan bakteri penghasil PHA. Pembuktian kemampuan tersebut dilakukan dengan mewarnai isolat menggunakan larutan uji Sudan Black B. Hasil yang didapatkan dari 20 koloni setelah diwarnai, ditemukan 6 isolat positif yang menunjukkan noda hitam kebiruan. Sehingga dapat dikatakan bahwa uji Sudan Black merupakan tes pendahuluan untuk identifikasi koloni bakteri penghasil PHA.

A

B

(6)

6 Karakter Morfologi Makroskopis

Isolat bakteri yang telah dikonfirmasi kemampuannya dalam mengahsilkan PHA selanjutnya dilakukan karakterisasi morfolgi.

Hasil karakterisasi makroskopis yang

diamati meliputi bentuk koloni, ukuran koloni, elevasi koloni, tepian koloni, dan warna koloni. Morfologi koloni masing-masing isolat bakteri seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik makroskopis bakteri penghasil PHA pada medium NA inkubasi 24 jam

Isolat Morfologi Koloni

Bentuk Ukuran Elevasi Tepian Warna HS4-1 Circular Moderate Flat Curled Putih susu HTI3-3 Circular Moderate Flat Curled Putih susu

Tabel 1. menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri memiliki karakteristik morfologi koloni yang serupa. Isolat tersebut menunjukkan bentuk koloni circular, ukuran

koloni moderate, elevasi koloni flat, tepian curled, dan warna koloni putih susu. Visualisasi morfologi makroskopis kedua isolat bakteri disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi makroskopis isolat (A) HS4-1 dan (B) HTI3-3 pada medium NA inkubasi 24 jam.

Peneitian Spring et al. (2005) yang mengidentifikasi bakteri penghasil PHA asal lumpur aktif dari instalasi pengelolaan air limbah kota, memperoleh karakter makroskopik

bakteri permukaan koloni halus, bentuk melingkar, dan berwarna putih krem. Penelitian serupa oleh Rodrıguez-Dı´az et al. (2014) mendapatkan karakter morfologi A

B

(7)

7 koloni berbentuk circular, tepian

curled, serta memilki warna koloni kekuningan dan mengkilap.

Karakter Morfologi Mikroskopis Hasil pengamatan isolat bakteri dengan teknik pewarnaan Gram secara keseluruhan menunjukkan bentuk sel basil dan berwarna merah muda (Gram

negatif) dengan ukuran sel yang ditunjukkan masing-masing isolat yaitu panjang berkisar antara 2,8,- 3,30 μm dan 1,8-3,76 μm serta lebar 1,1-1,20 μm dan 1,0-1,21 μm.

Karakter mikroskopis isolat HS4-1 dan HTI3-3 disajikan pada Gambar 3 dan Tabel 2.

Gambar 3. Morfologi mikroskopis isolat bakteri penghasil PHA pada perebsaran 1000x. (A) HS4-1, (B) HTI3-3.

Tabel 2. Karakter mikroskopik bakteri penghasil PHA

Morfologi Sel Isolat

HS4-1 HTI3-3

Bentuk sel Basil Basil

Ukuran sel Panjang (μm) Lebar (μm)

2,8-3,30 1,1-1,20

1,8-3,76 1,0-1,21

Gram Negatif Negatif

Hasil pewarnaan Gram merupakan visualisasi dari adanya perbedaan pada struktur dinding sel bakteri uji. Bakteri dengan kandungan lipid tinggi pada struktur dinding selnya akan menunjukkan hasil Gram negatif. Hal ini karena pada tahap pencucian dengan alkohol pori-pori dinding sel akan membesar sehingga lipid luruh dan melepaskan zat warna utama sebeumnya. Bakteri dengan tipe dinding sel ini selanjutnya akan terlihat berwarna merah setelah pemberian safranin (Pelczar dan Chan 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Laycock et al.

(2013) bahwa PHA dapat dihasilkan oleh beberapa kelompok bakteri Gram positif dan Gram negatif.

PHB-turunan PHA, diketahui mampu diakumulasi oleh kelompok Gram positif seperti, Staphylococcus Bacillus, Clostridium, Nocardia, dan Streptomyces. Sementara itu, kelompok Gram negatif seperti Acinetobacter (Dalal et al. 2010).

Produksi PHA dalam skala industri sebagian besar dilakukan menggunakan isolat bakteri Gram A B

(8)

8 negatif seperti Ralstonia eutropha,

dan Escherichia coli rekombinan.

Namun, hasil produksi menggunakan isolat dari kelompok Gram tersebut memiliki keterbatasan dalam pengaplikasian di bidang medis. Hal tersebut dikarenakan bakteri Gram negatif mengandung endotoksin yang menghasilkan reaksi imunogenik pada manusia (Valappil et al. 2007).

Karakter Fisiologi

Karakterisasi fisiologi isolat bakteri dilakukan untuk mengetahui

kemampuan tumbuh isolat terhadap variasi suhu, pH, dan kadar garam.

Uji fisiologis menunjukkan hasil positif dengan kekeruhan warna medium uji setelah masa inkubasi selama 24 jam. Menurut Maligan et al. (2006), peningkatan kekeruhan merupakan peningkatan populasi bakteri dalam medium pertumbuhan.

Hasil karakterisasi fisiologi isolat bakteri dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakter fisiologi bakteri penghasil PHA

Uji Fisiologi Isolat

HS4-1 HTI3-3

Pertumbuhan pada suhu

4 oC - -

Suhu ruang (32oC) + +

45 oC - -

Pertumbuhan pada kadar garam

NaCl 1% ++ ++

NaCl 3% + +

NaCl 7% - -

Pertumbuhan pada Ph

pH 3 - -

pH 5 + ++

pH 7 ++ +++

pH 9 - -

Keterangan: (+) sedikit keruh, (++) keruh, (+++) sangat keruh, (-) tidak keruh.

Hasil uji kemampuan tumbuh isolat bakteri penghasil PHA pada berbagai variasi suhu inkubasi menunjukkan kedua isolat bakteri tidak mampu tumbuh pada suhu 4oC dan 45oC. Hasil sebaliknya ditunjukkan pada inkubasi di suhu ruang, kedua isolat mampu tumbuh yang ruang ditandai dengan perubahan warna medium menjadi lebih keruh (+).Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan suhu memberikan pengaruh kepada pertumbuhan bakteri. Menurut Tamdoğan dan Sidal (2011) suhu yang rendah atau tinggi akan

memberikan pengaruh terhadap aktivitas enzim sehingga dapat berpengaruh terhadap biomassa dan metabolik sel.

Kemampuan tumbuh tersebut menandakan bahwa isolat bakteri HS4-1 dan HTI3-3 tergolong dalam kelompok mesofilik karena mampu tumbuh pada suhu ruang. Menurut Lay (1994) bakteri digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan suhu untuk pertumbuhannya, yaitu bakteri psikrofil (0°C- 20°C), mesofil (20°C-50°C) dan termofil (> 50°C).

Hasil uji kemampuan tumbuh isolat bakteri penghasil PHA

(9)

9 terhadap paparan berbagai tingkatan

kadar garam menunjukkan semua isolat bakteri mampu tumbuh pada NaCl 1% dan 3 %. Sementara itu, pada kadar NaCl 7% kedua isolat tidak menunjukkan pertumbuhan.

Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi kadar garam pada medium maka akan menurunkan menurunkan atau bahkan menghambat pertumbuhan sel bakteri. Menurut Luck dan Jager (1997), penambahan kadar secara umum dapat berpengaruh terhadap penurunan aktivitas air (Aw) dari sistem sel, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut.

Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa isolat HS4-1 dan HTI3-3 termasuk ke dalam golongan bakteri halofilik. Menurut Ford (1993), bakteri halofilik hidup di lingkungan dengan kadar NaCl 2% -NaCl ≥20%. Mikroorganisme halofilik dapat dibagi lagi menjadi tiga tingkatan yaitu, halofilik lemah tumbuh optimum pada kadar garam 0,3-3,0%, halofilik sedang tumbuh

optimum pada kisaran kadar garam 3-15%, dan halofilik kuat berada pada kisaran 15-30% (Fardiaz 1989).

Hasil uji kemampuan tumbuh terhadap variasi pH menunjukkan semua isolat mampu tumbuh pada medium dengan rentang pH 5 hingga 7, namun tidak tumbuh pada medium dengan pH 3 dan 9.

Ketiadaan pertumbuhan keempat isolat pada medium dengan pH 3 dikarenakan pada kondisi asam, aktivitas sel cenderung akan mengalami penurunan.

Kemampuan tumbuh tersebut menandakan bahwa seluruh isolat bakteri penghasil PHA yang diujikan dapat digolongkan kelompok neutrofilik karena mampu tumbuh hingga toleransi pH 5,5,-8,0.

Menurut Waluyo (2008) mikroba digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan pH optimal untuk pertumbuhannya, yaitu mikroba asidofilik (pH 1,0-5,5), neutrofilik (pH 5,5-8,0), dan alkalinofilik (pH 8,5-11,5).

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah 2 isolat bakteri penghasil PHA lokal Riau dikonfirmasi masih memiliki kemampuan dalam mengakumulasi PHA yang dibuktikan dengan serapan zat warna uji pada koloni bakteri. Berdasarkan karakterisasi morfologi secara makroskopis menunjukkan isolat HS4-1 dan HTI3-1 memilki bentuk koloni

circular, ukuran moderate, tepian curled, elevasi flat, dan memiliki warna putih susu. Sementara itu, hasil karakterisasi mikroskopis kedua isolat merupakan kelompok bakteri Gram negatif dengan bentul sel basil. Kedua isolat tersebut diketahui mampu tumbuh pada suhu ruang, kadar garam berkisar antara 1%-3%, serta pH berkisar antara 5-7.

SARAN

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu diperlukannya proses identifikasi hingga molekuler untuk mengetahui

jenis bakteri penghasil PHA serta perlu dilakukannya optimasi produksi menggunakan berbagai sumber substrat.

(10)

10 DAFTAR PUSTAKA

Ashwanty M. 2015. Production of bioplasctics (polyhydroxy- butyrate) from industrial effluent using batch and two stage batch culture studies.

Indian Journal of Science and Technology 8(32):1-6.

Barros AG de A, Liu J, Lemieux GA, Mullaney BC, Ashrafi K. 2012.

Caenorhabditis elegans: cell biology and physiology.

Science Direct: RELX Group.

Chetia J. 2019. Isolation and characterization of PHA producing bacteria from sewage samples of Assam.

International Journal of Recent Technology and Engineering 8(4):10686- 10692.

Dalal J, Sarma PM, Lavania M, Mandal AK, Lal B. 2010.

Evaluation of bacterial strains isolated from oil-contaminated soil for production of polyhydroxyalkanoic acids (PHA). Pedobiologia 54(1):

25-30.

Fardiaz S. 1989. Analisa Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gatea, Iman H. Alaa S Abbas, Ameena G Abid, Amal A Halob, Sana K Maied, Azhar S Abidali. 2018. Isolation and characterization of Pseudomonas putida producing bioplastic (polyhydroxyalkanoate) from 40 vegetable oil wastes.

International Journal of Biotechnol 15(2):469- 473.

Hadioetomo R. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: Pt.

Gramedia Pustaka Utama.

Hartman TL. 1940. The use of Sudan Black B as a bacterial fat stain. Stain Technology.

15(1): 23-28.

Hasibuan HA. 2020. Peluang limbah kelapa sawit untuk produksi polihidroksialkanoat sebagai bioplastik. Perspektif 19(2): 79-94.

Ifandari dan Pratiwi R. 2014. Isolasi bakteri penghasil poli-â- hidroksi butirat (PHB) dari limbah cair tapioka.

International Journal of Biomedika 7(2): 15-19.

Kustarianingsih IW, Nawfa R.

2015. Produksi

polihidroksialkanoat oleh bakteri Ralstonia pickettii dengan fruktosa sebagai sumber karbon. Jurnal sains dan seni ITS 4(.2): 2337- 3520.

Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Laycock B, Halleya P, Pratt S, Werker A, Lant P. 2013. The chemomechanical properties

of microbial

polyhydroxyalkanoates.

Progress in Polymer Science 38(34): 536–583.

Luck E, Janger M. 1997.

Antimicrobial Food Additives, Characteristic, Uses, Effect.

London: Springer Verlag.

Maligan JM, Kusnadi J, Murtini ES.

2006. Studi viabilitas bakteri probiotik Bifidobacterium bifidum, Lactobacillus

(11)

11 acidophilus dan Lactobacillus

casei terimobilisasi pada sistem emulsi air dan minyak jagung dan daya tahannya pada perlakuan lanjutan.

Jurnal Teknologi Pertanian 7(3): 141-149.

Marliana A. 2021. Bakteri penghasil bioplastik dari tanah gambut Riau: isolasi, seleksi dan optimasi produksi [skripsi].

Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam,

Universitas Riau.

Pelczar MJ, Chan ECS. 2005.

Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. Hadioetomo RS, Irmas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta: UI- Press. Terjemahan dari : Elements of Microbiology.

Raza ZA, Abid S, Banat IM. 2018.

Polyhydroxyalkanoates:

characteristics, production, recent developments and applications. International Biodeterioration &

Biodegradation 126: 45-56.

Rodriguez-Dı´az M, Cerrone F, Sa´nchez-Peinado M, SantaCruz-Calvo L, Pozo C, Lo´pez JG. 2014. Massilia umbonata sp. nov., able to

accumulate poly-b-

hydroxybutyrate, isolated from a sewage sludge compost–soil microcosm. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 64(1): 131–137.

Spring S, Wagner M, Schumann P, Kampfer P. 2005. Malikia

granosa gen. nov., sp. nov., a novel polyhydroxyalkanoate-

and polyphosphate

accumulating bacterium isolated from activated sludge, and reclassification of Pseudomonas spinosa as Malikia spinosa comb. nov.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 55: 621–629.

Tamdoğan N, Sidal U. 2011.

Investigation of poly-β- hydroxybutyrate (PHB) production by Bacillus subtilis ATCC 6633 under different conditions. Kafkas Univ Vet Fak Derg 17: 173- 176.

The United Nations Enviroment Programme. 2018. Single- Use-Plastics: A Roadmap for Sustainability. United Nations Enviroment Programme.

Valappil SP, Boccaccini AR, Bucke

C, Roy I. 2007.

Polyhydroxyalkanoates in Gram-positive bacteria:

insights from the genera

Bacillus and

Streptomyces. Antonie van leeuwenhoek 91(1): 1-17.

Waluyo L. 2008. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.

Zheng WS, Zhai SQ, Zhang MJ, Huang Y. 2022. Meliella sediminis sp. nov., a novel polyhydroxyalkanoateaccumu

lating bacterium.

International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 72: 1-6.

Referensi

Dokumen terkait

SEMARANG SEMARANG OKTOBER 2016 OKTOBER 2016.. Bahan grouting   'arti$el atau $asar) diantaranya : semen clay) +entonite semen dan tam+ahan +ahan $imia) semen dan 'asir den"an

Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat

Cedera mata akibat bahan kimia basa (alkali) termasuk dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis retina merupakan keadaan bukan trauma yang termasuk dalam kelompok ini.

hendaklah kita pandan( sian( dan malam.Adapun kita ini %ertu%uhkan Muhammad Batin hendaklah kita pandan( sian( dan malam.Adapun kita ini %ertu%uhkan Muhammad Batin dan -ahir!maka

Di tahun ini bertaburan dengan berbagai film animasi diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang,Satria Nusantara yang kala itu masih menggunakan kamera film

Atur preferensi proxy pada browser Anda (boleh menggunakan Firefox atau yang lain) supaya terhubung ke proxy Squid yang baru saja dibuat.. Perhatikan bahwa alamat proxy-nya

Tujuan penelitian ini adalah, untuk mendiskripsikan 1) Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di kalangan umat islam jaulah di Desa Pilangsari, Gesi, Sragen. 2) Kendala yang

Polya, G. How To solve it. Princeton University Press.. Problem to find , yaitu mencarai, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui