JURNAL PENDIDIKAN BAHASA JAWA
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PARAGRAF BERHURUF JAWA DENGAN METODE MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS VII MTS N 1 NGEMPLAK BOYOLALI
Nama : FATIA AZZAHRAH
NIM : K4212029
Email : fatiaazzahrah@yahoo.com
No. HP : 089634949825
Pembimbing : 1. Dr. Sumarwati, M.Pd.
2. Dr. M. Rohmadi, SS., M.Hum.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PARAGRAF BERHURUF JAWA DENGAN METODE MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS VII MTS N 1 NGEMPLAK BOYOLALI
Fatia Azzahrah1), Sumarwati2), Muhammad Rohmadi3)
FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta 57126
e-mail: fatiaazzahrah@yahoo.com
Abstract: This research is aimed to improve (1) the learning interest in reading lettered Java paragraphs in class VII G MTs N 1 Ngemplak using make a match method, and (2) the ability in reading lettered Java simple paragraph in class VII G MTs N 1 Ngemplak using make a match method. This research is a Classroom Action Research (CAR). This study was conducted in two cycles. Each cycle consist of Planning, Action, Observation, and Reflection. The subjects were 40 students of class VII G MTs N 1 Ngemplak. This research uses places, events, informants, and documents as a source of the data. The data collection is done by observation, interviews, document analysis and tests. This research uses source triangulation and method triangulation techniques as data validation. Data analysis technique used is the descriptive technique and critical analysis. The results showed that the application of make a match method is able to increasing student interest in learning process. The students seemed interested in the learning process and it increase of 56% in the first cycle, in the second cycle it becomes 85,6%. In addition, make a match method is able to improve students in reading a lettered Javanese paragraph. In the first cycle, students who have achieved mastery is 72.5% (29 students), and it increase in the second cycle 82.5% (33 students). The learning procedure as follows: (1) students formed the group into two groups, (2) the teacher share laterred Javanese and leterred Latin cards in each group at random, (3) teachers instruct students to begin looking for a pair of cards, (4) the teacher gives the cue as a stop sign in finding pairs of cards, and the game was done twice, (5) the teacher end the lesson with greeting. Key word: interest, reading lettered Java paragraph, make a match method
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) minat belajar membaca paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak dengan metode make a match, dan (2) kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak dengan metode make a match.
penelitian ini adalah siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak yang berjumlah 40 siswa. Sumber data yang digunakan berupa tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, analisis dokumen dan tes. Uji validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisi data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode make a matchmampu meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I, siswanya tampak berminat dalam proses pembelajaran sebesar 56% dan meningkat pada siklus II menjadi 85,6%. Selain itu, metode make a match mampu meningkatkan kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa siswa. Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal yaitu sebesar 72,5% (29 siswa), dan meningkat pada siklus II menjadi 82,5% (33 siswa). Prosedur pembelajaran yang efektif dengan menggunakan metode make a match sebagai berikut: (1) siswa dibentuk kelompok menjadi 2 kelompok, (2) guru membagikan kartu aksara Jawa dan kartu aksara latin pada masing-masing kelompok secara acak, (3) guru memberi instruksi kepada siswa untuk memulai mencari pasangan kartu, (4) guru memberikan aba-aba (satu, dua, tiga) sebagai tanda untuk dimulainya mencari pasangan kartu, dan mengucapkan ‘stop’ sebagai tanda untuk berhenti mencari pasangan kartu, permainan dilakukan sebanyak 2 kali, (5) guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
Kata kunci: minat, membaca paragraf berhuruf Jawa, metode make a match PENDAHULUAN
Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang
diajarkan dalam pendidikan di sekolah khususnya daerah Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah
merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan Jawa. Pelajaran ini sangatlah
dibutuhkan untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan mengenai budaya
Jawa salah satunya bahasa Jawa. Walaupun pendidikan dapat dilakukan di mana
saja, namun pendidikan di sekolah juga memiliki peran penting dalam
melestarikan budaya maupun bahasa Jawa.
Dalam berbahasa terdapat empat aspek. Ke empat aspek keterampilan
tersebut di antaranya: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)
keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis (Tarigan 2008: 1). Membaca
merupakan salah satu keterampilan bahasa dan merupakan kecakapan dasar yang
ayat 5, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berkaitan
dengan kemampuan membaca, dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan
dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap
warga masyarakat.
Dardjowidjojo (2010: 291) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu
keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan
dipelajari oleh anak. Namun sekarang ini mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah
khususnya mata pelajaran membaca aksara Jawa kurang begitu diminati oleh
kebanyakan siswa, sehingga kedudukan pembelajaran aksara Jawa masih kurang
mendapatkan simpati dari siswa serta banyak yang belum bisa membaca aksara
Jawa.
Melalui jalur pendidikan, pemerintah berharap pemeliharaan aksara Jawa
dapat berkembang. Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor:
423.5/5/2010 dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) muatan lokal
bahasa daerah terdapat lima Standar Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Salah
satu Kompetensi Dasar yang harus dipelajari oleh siswa kelas VII dalam Standar
Kompetensi membaca adalah membaca paragraf berhuruf Jawa. Dalam hal ini,
siswa dituntut untuk bisa membaca paragraf berhuruf Jawa baik secara lisan
maupun tertulis.
Pada kenyataannya, permasalahan tentang membaca aksara Jawa dialami
oleh siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak. Berdasarkan hasil observasi,
menyebarkan pretest, wawancara dengan guru dan peserta didik pada prasiklus,
diketahui bahwa minat siswa dalam belajar membaca aksara Jawa rendah dan
kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa juga rendah. Selain itu, hasil
pretestyang peneliti lakukan terbukti bahwa keterampilan membaca aksara Jawa
siswa masih rendah. Dari hasil pretest dapat dilihat hasil nilai membaca aksara
Jawa dari 40 siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak Boyolali, hanya 52,5% atau
21 orang siswa) yang mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM
yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Nilai tertinggi yang mampu dicapai
terhadap kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dari hasil nilai tersebut.
Hal ini membuktikan bahwa membaca aksara Jawa sulit bagi mereka.
Faktor penyebab aksara Jawa tergolong materi yang sulit bagi kebanyakan
siswa, karena kerumitan bentuk, jenis, serta jumlah dari aksara Jawa yang cukup
banyak. Siswa juga dituntut untuk memahami unsur-unsur yang sangat kompleks
yang terdapat dalam aksara Jawa, di antaranya aksara carakan, sandhangan,
pasangan, aksara murda, aksara swara, dan aksara angka dan unsur-unsur
tersebut selalu ada pada setiap kalimat dalam suatu bacaan aksara Jawa, siswa
juga kesulitan dalam menghafalnya. Hal itu juga menjadikan siswa beranggapan
bahwa membaca aksara Jawa sulit untuk dipelajari, hingga akhirnya siswa kurang
menaruh minat terhadap pelajaran maupun materi membaca aksara Jawa itu
sendiri.
Permasalahan pelajaran bahasa Jawa pada materi membaca aksara Jawa
terlihat bahwa, (1) dalam proses pembelajaran siswa kurang berminat, terkesan
menyepelekan, dan siswa terlihat pasif, (2) pembelajaran masih berpusat pada
guru, pada saat pembelajaran di kelas interaksi aktif antar siswa dengan guru, atau
siswa dengan siswa jarang terjadi, (3) dalam pembelajaran guru langsung
memberikan penugasan tanpa adanya bimbingan terlebih dahulu dari guru,
sehingga dalam membaca aksara Jawa siswa merasa kesulitan.
Kegiatan belajar mengajar sebaiknya dilaksanakan secara menyenanngkan
dan mudah diterima oleh siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan mudah
untuk menerima materi pembelajaran. Proses belajar mengajar sebaiknya
dilandasi dengan prinsip-prinsip berpusat pada siswa, mengembangkan
kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan, dan mengembangkan
kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang
beragam, dan belajar melalui berbuat. Jika siswa telah menaruh minat terhadap
suatu pelajaran maka siswa dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan
oleh guru.
Berdasarkan hal tersebut, tindakan untuk mengatasi permasalahan yang
dialami siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak dapat dilakukan dengan
Salah satu metode atau teknik pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode
cooperative learning teknik make a match, yang bertujuan untuk meningkatkan
minat serta kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa.
Minat merupakan kondisi awal sebelum subjek mempertimbangkan atau
membuat keputusan untuk melakukan tindakan serta perasaan tertarik, suka, dan
percaya terhadap suatu objek yang dipersepsi menyenangkan dan bermanfaat bagi
subjek, serta memiliki komponen afektif, kognitif, dan konatif (Taufani 2008: 38).
Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman, perasaan yang
dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek
tertentu. Secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu,
baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar yang menyebabkan
seseorang merasa mendapatkan manfaat, merasa berhubungan dengan suatu objek
tertentu terhadap suatu pengetahuan tertentu, Drever (Taufani 2008: 38).
Eratnya hubungan antara minat dengan perasaan senang atau tidak senang,
Mulyana, Hidayat, dan Sholih (2013: 319) berpendapat bahwa minat dapat
menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan atau
situasi, dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab, faktor atau motivasi dari
suatu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, siswa yang tidak menaruh minat
pada pelajaran membaca aksara Jawa mereka mengalami kesulitan dalam
membaca aksara Jawa dan siswa yang memperoleh nilai kurang baik salah
satunya disebabkan karena tidak adanya minat terhadap pembelajaran serta tidak
adanya usaha secara konstan untuk berlatih membaca aksara Jawa.
Membaca menurut Abdurrahman (2012: 158) merupakan aktivitas
kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait adalah
gerak mata dan ketajaman penglihatan, sedangkan aktivitas mental yang terkait
adalah ingatan dan pemahaman. Dari segi linguistik menurut Anderson (Tarigan
2008: 7) membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembaca sandi (a
recording and decoding prosess). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word)dengan makna bahasa lisan
(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan
Dalam membaca permulan, untuk memicu perkembangan anak dalam
membaca seorang guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif. Menurut Clay
(Rofi’uddin dan Zuhdi 2001: 32) kondisi yang dapat memicu perkembangan anak
dalam membaca di antaranya: (1) Melalui interaksi sosial dan tingkah laku
emulatif (kompetitif), (2) Melalui pengalaman hidup, (3) Mengetahui tujun
membaca, (4) Melalui kegiatan bermain atau memainkan suatu peran dalam
kegiatan membaca.
Oleh karena itu, hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
membaca dengan menciptakan lingkungan dan kondisi belajar yang
menyenangkan, serta menimbulkan rasa kompetitif yang dapat memicu siswa
pada perkembangan membacanya.Cooperative learning menurut Johnson (Isjoni
2013: 15) mengemukakan bahwacooperative learning mengandung arti bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan cooperatif, siswa mencari
hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar cooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Lie (2008: 18) menyebut cooperative Learning dengan istilah
pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Dalam model pembelajaran cooperatif learning
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.
Siswa yang belajar dengan menggunakan metode cooperatif learning akan
memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan
sebayanya.
Dalam metode ini terdapat banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan
atau hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
masalah dalam penelitiannya yaitu untuk meningkatkan minat dan kemampuan
membaca aksara Jawa.
Metode pembelajaran dengan teknik make a match merupakan salah satu
teknik pembelajaran yang mengandung unsur permainan di dalamnya. Teknik
belajar make a match Menurut Lorna Curran 1994 (Lie 2008: 55); (Isjoni 2013:
77) merupakan model pembelajaran mencari pasangan. Pada model ini, siswa
diminta untuk mencari pasangan kartu. Salah satu keunggulan teknik make a
matchadalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan, dan dapat digunakan dalam semua
mata pelajaran, Lie (2008: 55).
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Anis dan Aryanti (2016: 305)
bahwa motode make a match adalah teknik pembelajaran yang menggunakan
kartu. Kartu itu terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Model itu dapat
menghasilkan pembelajaran siswa aktif dalam proses pembelajaran. Metode make
a matchdapat digunakan untuk semua subjek dan dalam semua tingkatan.
Teknik make a match menguntamakan adanya kerja sama untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan model ini dimulai dari siswa. Siswa disuruh untuk
mencari pasangan kartu yang dibawanya. Kartu tersebut ada yang bertuliskan
aksara Jawa dan bertuliskan aksara latin. Siswa yang menemukan pasangan kartu
sebelum batas waktu yang ditentukan habis siswa mendapatkan poin.
Metodecooperative learningteknik make a match memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam penerapannya pada pembelajaran. Kurniasih dan Sani (2015:
54-55) berpendapat bahwa kelebihan model pembelajaran cooperative learning
teknik make a matchdi antaranya: (1) mampu menciptakan suasana belajar aktif
dan menyenangkan, (2) materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik
perhatian siswa, (3) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar secara klasikal, (4) suasana kegembiraan akan tumbuh dalam
proses pembelajaran, (5) kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis,
Kelemahan teknik make a match adalah sebagai berikut: (1) sangat
memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, waktu yang tersedia
perlu dibatasi karena kemungkinan besar siswa banyak bermain-main dalam
proses pembelajaran, (2) guru perlu mempersiakan bahan dan alat yang memadai,
(3) pada kelas dengan murid yang banyak (<30 siswa /kelas) jika kurang bijksana
maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak
terkendali, dan bisa mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya.
Langkah penerapan metode make a match dengan pengembangan adalah
sebagai berikut: (1) siswa dibentuk menjadi 2 kelompok, (2) Guru membagikan
kartu aksara Jawa dan kartu aksara latin pada masing-masing kelompok secara
acak, (3) guru memberi instruksi kepada siswa untuk memulai mencari pasangan
kartu, (4) guru memberikan aba-aba 1,2,3 sebagai tanda untuk dimulainya
mencari pasangan kartu, permainan dilakukan sebanyak 2 kali, (5) guru
mengakhiri pelajaran dengan salam.
Aktivitas mencari pasangan pada metode make a match sesuai untuk
pembelajaran membaca aksara Jawa. Kegiatan mencari pasangan kartu diperlukan
supaya siswa dapat mengeksplor kemampuan yang dimiliki siswa, menciptakan
interaksi positif antarsiswa dalam pembelajaran yang menyenangkan. Dalam
mempresentasikan kartu yang ditemukan melatih siswa dalam membaca aksara
Jawa. Diakhir pembelajaran menggunakan metode make a matchsiswa akan lebih
berminat dan kemampuan membaca pun akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas VII G MTs N 1 Ngemplak, Kabupaten
Boyolali. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII G MTs N 1 Ngemplak
tahun pelajaran 2016/2017 dan guru mata pelajaran bahasa Jawa. Jumlah
keseluruhan siswa berjumlah 40 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 24
siswa perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai
dengan Mei 2016.
Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 138) yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Data dan sumber data dalam penelitian ini
berupa informasi tentang pembelajaran membaca aksara Jawa yang diperoleh
melalui, pengamatan peristiwa pada saat pembelajaran, informan dalam penelitian
(guru mata pelajaran dan siswa), dan dokumen.
Terdapat empat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini sebagai alat pengumpul data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan
tes. Uji validitas data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kritis
dan diskriptif komparatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran sebelum dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) masih menggunakan pembelajaran konvensional, dan penugasan secara
langsung tanpa adanya bimbingan dari guru. Hal itu menyebabkan keberhasilan
pembelajaran belum tercapai secara maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
observasi serta hasil pretest siswa sebelum dilakukan tindakan. Pada saat proses
pembelajaran siswa terlihat kurang begitu berminat, tidak bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran membaca aksara Jawa, dan siswa terlihat kurang aktif.
[image:10.612.132.511.518.654.2]Hasil dari pengamatan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Minat Siswa dalam Pembelajaran Sebelum Tindakan
No Indikator Ya Tidak Jumlah
siswa
f % f %
1 Perhatian 25 siswa 62,50% 15 siswa 37,50% 40 2 Kemauan 7 siswa 17,50% 33 siswa 82,50% 40 3 Kesadaran 3 siswa 7,50% 37 siswa 92,50% 40 4 Perasaan Senang 17 siswa 42,50% 23 siswa 57,50% 40
Minat Siswa 32,5% 67,5%
Jumlah siswa 13 27 40
siswa Siswa siswa
Dari hasil pengamatan yang terdiri dari aspek perhatian hanya sebesar
perasaan senang 45,5% (17 siswa), dengan rata-rata keseluruhan aspek sebesar
32,5%. Dari banyaknya indikator yang ditampakan oleh siswa pada prasiklus,
dapat diketahui berapa banyak siswa yang memiliki minat terhadap pembelajaran
[image:11.612.134.505.206.488.2]aksara Jawa, dan hasil pengamatan itu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Membaca Aksara Jawa Prasiklus
No Kriteria Minat f %
1 Tinggi 2 5%
2 Sedang 12 30%
3 Rendah 16 40%
4 Tidak Berminat 10 25%
Jumlah 40
Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa siswa kelas VII G
yang memiliki minat tinggi terhadap pelajaran membaca aksara Jawa hanya
sebesar 5% (2 siswa), yang memiliki minat sedang sebanyak 30% (12 siswa),
minat siswa rendah sebesar 40% (16 siswa) dan yang tidak berminat terhadap
pelajaran membaca aksara Jawa sebesar 25% (10 siswa), berdasarkan hasil
pengamatan itulah dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran
membaca aksara Jawa sangat rendah.
Dari hasil pretest juga terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas VII G
MTs N 1 Ngemplak masih kesulitan dalam membaca aksara Jawa. hal itu
ditunjukan dengan hasil pretest siswa banyak yang belum mencapai batas nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Hasil Pretest Siswa Membaca Aksara Jawa Sebelum Tindakan
No Rentang Nilai Persentase Ketuntasan
rata-rata Tuntas Tidak Tuntas
1 31-40 7,5% Tidak Tuntas
2 41-50 25,0% Tidak Tuntas
3 51-60 15,0% Tidak Tuntas
4 61-70 32,5% Tuntas
5 71-80 17,5% Tuntas
6 81-90 2,5% Tuntas
7 91-100 0% Tuntas
Jumlah 100%
52,5% 47,5%
63,5
21 19
siswa siswa
Pada pratindakan siswa yang lulus mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebanyak 21 siswa atau sekitar (52,5%) sedangkan sisanya berjumlah 19
siswa (47,5%) memperoleh nilai kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang digunakan pada pelajaran bahasa Jawa untuk kelas VII di MTs N 1
Ngemplak adalah 65.
Dari hasil pratindakan diketahui berbagai permasalahan yang dialami oleh
siswa kelas VII G, maka perlu adanya tindakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yang akan dilakukan pada siklus I. Berdasarkan permasalahan yang ada,
maka dalam penelitian ini dilakukan perbaikan dengan pembelajaran
menggunakan metode cooperatif teknik make a match. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan dari satu pertemuan
kepertemuan selanjutnya mulai dari siklus I hingga siklus II mengalami
peningkatan atau semakin baik. Melalui adanya perbaikan pada proses
pembelajaran dalam setiap siklusnya memberikan pengaruh positif pada kualitas
belajar siswa khususnya pada sikap siswa serta hasil belajar siswa.
Hasil observasi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode make a
Tabel 4. Ketercapaian Indikator Minat pada Siklus I dan Siklus II
No Indikator Siklus I Siklus II
f % f %
1 Perhatian 30 siswa 75,0% 40 siswa 100%
2 Kemauan 21 siswa 52,5% 35 siswa 87,5%
3 Kesadaran 10 siswa 25,0% 26 siswa 65,0% 4 Perasaan Senang 29 siswa 72,5% 36 siswa 90,0%
Minat Siswa 56% 85,6%
Jumlah siswa 22 siswa 34 siswa
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa minat siswa dalam
pembelajaran kooperatif teknik make a match selalu mengalami peningkatan di
setiap siklusnya. Pada siklus I mencapai 56,0% (22 siswa) dari data tersebut
menunjukan belum mencapai target indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75%.
Pada siklus II mencapai 85,6% (34 siswa). Berdasarkan data tersebut observasi
minat dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dengan metode make a match
sudah memenuhi target indikator kinerja yaitu 75%.
Dari banyaknya indikator yang ditampakan tiap siswa juga diketahui
berapa siswa yang telah berminat terhadap pembelajaran membaca aksara Jawa.
[image:13.612.133.506.129.593.2]hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Minat Siswa dalam Pmbelajaran Membaca Aksara Jawa
Kriteria Minat Siklus I Siklus II
f % f %
Tinggi 10 25% 26 65%
Sedang 18 45% 10 25%
Rendah 5 13% 4 10%
Tak Berminat 7 18% 0 0%
Jumlah 40 100% 40 100%
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa yang
memiliki minat tinggi terhadap pelajaran membaca aksara Jawa sebanyak 25%
(10 siswa), yang memiliki minat sedang sebanyak 45% (18 siswa), yang memiliki
minat rendah sebanyak 13% (5 siswa), dan siswa yang masih belum berminat
semua siswa telah berminat terhadap pelajaran membaca aksara Jawa walaupun
masih ada siswa yang memiliki minat rendah terhadap pelajaran membaca aksara
Jawa yaitu sebanyak 10% (4 siswa).
Selain mengobservasi, peneliti juga memberikan tes terhadap siswa.
[image:14.612.133.509.229.493.2]Berikut hasil tes membaca paragraf siswa pada setiap siklusnya
Tabel 6. Hasil belajar siswa pada prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil Belajar Siswa Membaca Paragraf Sederhana Berhuruf Jawa
Keterangan Siklus I Siklus II
Tuntas 72,5% (29 Siswa) 82,5% (33 Siswa)
Tidak Tuntas 27,5% (11 Siswa) 17,5% ( 7 siswa)
Rata-rata 73.33 80,15
Peningkatan nilai rata-rata membaca aksara Jawa berdasarkan pretestpada
siklus I, rata-ratanya adalah 73,33, sedangkan rata-rata pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 80,15. Jadi rata-rata kemampuan membaca paragraf
sederhana berhuruf Jawa siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak mengalami
peningkatan sebesar 6,82.
Pada siklus I terdapat 29 siswa atau 72,5% siswa telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal KKM, pada siklus II terdapat 33 siswa atau 82,5% telah
mencapai ataupun melebihi batas KKM. Jadi ada peningkatan ketuntasan siswa
dari siklus I ke siklus II sekitar 10%.
Berdasarkan rumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan tindakan,
tujuan penelitian, serta paparan hasil penelitian, berikut dijabarkan pembahasan
hasil yang meliputi:
Metode make a matchmeningkatkan minat siswa dalam pembelajaran membaca paragraf berhuruf Jawa.Hal ini ditunjukan pada antusias siswa yang rendah ketika mengikuti pembelajaran ketika belum menggunakan metode make a
match, dibandingkan dengan sesudah menggunakan metode make a match.
Antusias siswa lebih tinggi atau dengan kata lain mengalami peningkatan. Hal ini
dikarenakan metode make a match yang diterapkan oleh guru dan peneliti
mengandung unsur permaianan yang menjadikan suasana pembelajaran lebih
kegitan tersebut merupakan kegiatan belajar bagi siswa untuk melatih mereka
membaca aksara Jawa. Dengan adanya permainan tersebut siswa juga menjadi
lebih aktif karena mereka saling berkompetisi untuk menjadi yang tercepat dalam
menemukan pasangan kartu. Hal itu dapat dilihat ketika proses pembelajaran
dalam siklus I masih terdapat siswa yang belum berhasil menemukan pasangan
kartu, namun ketika siklus II semua siswa telah berhasil menemuka pasangan
kartu sebelum waktu yang ditentukan habis.
Metode make a match meningkatkan kemampuan siswa membaca paragraf berhuruf Jawa.
Penelitian ini membuktikan bahwa metode make a match meningkatkan
kemampuan membaca aksara Jawa siswa. Hal ini dikarenakan ursur kompetisi
yang timbul akibat dari permainan yang dilaksanakan, akan mempengaruhi diri
siswa untuk lebih perhatian, sadar akan kebutuhan materi yang dipelajari,
memiliki kemauan untuk mengembangkan pengetahuannya, serta yang terpenting
adalah perasaan senang yang mengakibatkan siswa merasa nyaman mengikuti
pembelajaran dan sadar akan kebutuhan dirinya sendiri dalam melakukan
pembelajaran tersebut. Tanpa disadari dengan melakukan permainan tersebut
siswa menjadi lebih mandiri untuk menggali pengetahuan yang belum mereka
ketahui dan mengeksplor kemampuan yang dia miliki dalam kegiatan mencari
pasangan kartu. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa
meningkat dengan dibuktikan nilai dari pretestsiswa mengalami peningkatan.
SIMPULAN
Penerapan metode pembelajaran dengan teknik make a match dapat
meningkatkan minat dalam pembelajaran membaca aksara Jawa pada kelas VII G
MTs N 1 Ngemplak. Peningkatan minat tersebut dapat dilihat dari adanya
peningkatan mulai dari tahap pratindakan ke siklus I dan siklus II. Pada awal
sebelum dilakukannya tindakan, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
masih rendah, yaitu hanya 32,5%. Pada siklus I mulai terlihat adanya peningkatan
menjadi 56%, dan pada siklus II minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
Peningkatan proses pembelajaran juga tampak dari peran guru dalam mengelola
kelas dan melakukan perbaikan disetiap siklusnya. Dari penerapan metode make a
match siswa diberikan kesempatan untuk saling berinteraksi dalam aktivitas
mencari pasangan kartu untuk belajar suatu konsep dalam suasana yang
menyenangkan.
Penerapan metode pembelajaran dengan teknik make a match dapat
meningkatkan kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa siswa kelas VII G
MTs N 1 Ngemplak. Peningkatan keterampilan membaca paragraf berhuruf Jawa
dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam membaca aksara Jawa yang meningkat
pada setiap siklusnya. Peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu
dari tahap pratindakan sebesar 52,5% menjadi 72,5% pada siklus I dan pada siklus
II meningkat lagi menjadi 82,5%. Peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu dari 63,5
pada tahap pratindakan, mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 73,33 dan
pada siklus II menjadi 80,15 dan telah melampaui batas ketercapaian yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta: PT Rikeka Cipta.
Anis, R & Ariyanti, N. (2016). “Improving Learning Achievement Using Effective Mix and Match Learning Model”. PROSIDING ICTTE FKIPUNS,
1 (1), 304-311. Diperoleh pada 23 Februari 2016, dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id.
Dardjawidjojo, Soenjono. (2010). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa manusia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Isjoni. (2013). Cooperative learning Mengembangkan Kemampuan belajar Berkelompok. Bandung: ALFABETA.
Kurniasih, I., & Sani, Berlin. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata. Pena.
Mulyana, A., Hidayat, S., dan Sholih. (2013). “Relationship Between Perception, Attitudes And Interest Of Students With Student Learning Outcomes In Learning Civics”. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19 (3), 315-328.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2010). Kurikulum Pelajaran Muatan Lokal (Bahasa Jawa) Untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan.
Rofi’uddin, A., dan Zuhdi, D. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Surabaya: Universitas Negeri Malang.
Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.