• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Minat Dan Kemampuan Membaca Paragraf Berhuruf Jawa Dengan Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Vii Mts N 1 Ngemplak Boyolali jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Minat Dan Kemampuan Membaca Paragraf Berhuruf Jawa Dengan Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Vii Mts N 1 Ngemplak Boyolali jurnal"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENDIDIKAN BAHASA JAWA

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PARAGRAF BERHURUF JAWA DENGAN METODE MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS VII MTS N 1 NGEMPLAK BOYOLALI

Nama : FATIA AZZAHRAH

NIM : K4212029

Email : fatiaazzahrah@yahoo.com

No. HP : 089634949825

Pembimbing : 1. Dr. Sumarwati, M.Pd.

2. Dr. M. Rohmadi, SS., M.Hum.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA PARAGRAF BERHURUF JAWA DENGAN METODE MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS VII MTS N 1 NGEMPLAK BOYOLALI

Fatia Azzahrah1), Sumarwati2), Muhammad Rohmadi3)

FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta 57126

e-mail: fatiaazzahrah@yahoo.com

Abstract: This research is aimed to improve (1) the learning interest in reading lettered Java paragraphs in class VII G MTs N 1 Ngemplak using make a match method, and (2) the ability in reading lettered Java simple paragraph in class VII G MTs N 1 Ngemplak using make a match method. This research is a Classroom Action Research (CAR). This study was conducted in two cycles. Each cycle consist of Planning, Action, Observation, and Reflection. The subjects were 40 students of class VII G MTs N 1 Ngemplak. This research uses places, events, informants, and documents as a source of the data. The data collection is done by observation, interviews, document analysis and tests. This research uses source triangulation and method triangulation techniques as data validation. Data analysis technique used is the descriptive technique and critical analysis. The results showed that the application of make a match method is able to increasing student interest in learning process. The students seemed interested in the learning process and it increase of 56% in the first cycle, in the second cycle it becomes 85,6%. In addition, make a match method is able to improve students in reading a lettered Javanese paragraph. In the first cycle, students who have achieved mastery is 72.5% (29 students), and it increase in the second cycle 82.5% (33 students). The learning procedure as follows: (1) students formed the group into two groups, (2) the teacher share laterred Javanese and leterred Latin cards in each group at random, (3) teachers instruct students to begin looking for a pair of cards, (4) the teacher gives the cue as a stop sign in finding pairs of cards, and the game was done twice, (5) the teacher end the lesson with greeting. Key word: interest, reading lettered Java paragraph, make a match method

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) minat belajar membaca paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak dengan metode make a match, dan (2) kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak dengan metode make a match.

(3)

penelitian ini adalah siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak yang berjumlah 40 siswa. Sumber data yang digunakan berupa tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, analisis dokumen dan tes. Uji validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisi data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode make a matchmampu meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I, siswanya tampak berminat dalam proses pembelajaran sebesar 56% dan meningkat pada siklus II menjadi 85,6%. Selain itu, metode make a match mampu meningkatkan kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa siswa. Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal yaitu sebesar 72,5% (29 siswa), dan meningkat pada siklus II menjadi 82,5% (33 siswa). Prosedur pembelajaran yang efektif dengan menggunakan metode make a match sebagai berikut: (1) siswa dibentuk kelompok menjadi 2 kelompok, (2) guru membagikan kartu aksara Jawa dan kartu aksara latin pada masing-masing kelompok secara acak, (3) guru memberi instruksi kepada siswa untuk memulai mencari pasangan kartu, (4) guru memberikan aba-aba (satu, dua, tiga) sebagai tanda untuk dimulainya mencari pasangan kartu, dan mengucapkan ‘stop’ sebagai tanda untuk berhenti mencari pasangan kartu, permainan dilakukan sebanyak 2 kali, (5) guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

Kata kunci: minat, membaca paragraf berhuruf Jawa, metode make a match PENDAHULUAN

Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang

diajarkan dalam pendidikan di sekolah khususnya daerah Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah

merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan Jawa. Pelajaran ini sangatlah

dibutuhkan untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan mengenai budaya

Jawa salah satunya bahasa Jawa. Walaupun pendidikan dapat dilakukan di mana

saja, namun pendidikan di sekolah juga memiliki peran penting dalam

melestarikan budaya maupun bahasa Jawa.

Dalam berbahasa terdapat empat aspek. Ke empat aspek keterampilan

tersebut di antaranya: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)

keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis (Tarigan 2008: 1). Membaca

merupakan salah satu keterampilan bahasa dan merupakan kecakapan dasar yang

(4)

ayat 5, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berkaitan

dengan kemampuan membaca, dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan

dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap

warga masyarakat.

Dardjowidjojo (2010: 291) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu

keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan

dipelajari oleh anak. Namun sekarang ini mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah

khususnya mata pelajaran membaca aksara Jawa kurang begitu diminati oleh

kebanyakan siswa, sehingga kedudukan pembelajaran aksara Jawa masih kurang

mendapatkan simpati dari siswa serta banyak yang belum bisa membaca aksara

Jawa.

Melalui jalur pendidikan, pemerintah berharap pemeliharaan aksara Jawa

dapat berkembang. Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor:

423.5/5/2010 dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) muatan lokal

bahasa daerah terdapat lima Standar Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Salah

satu Kompetensi Dasar yang harus dipelajari oleh siswa kelas VII dalam Standar

Kompetensi membaca adalah membaca paragraf berhuruf Jawa. Dalam hal ini,

siswa dituntut untuk bisa membaca paragraf berhuruf Jawa baik secara lisan

maupun tertulis.

Pada kenyataannya, permasalahan tentang membaca aksara Jawa dialami

oleh siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak. Berdasarkan hasil observasi,

menyebarkan pretest, wawancara dengan guru dan peserta didik pada prasiklus,

diketahui bahwa minat siswa dalam belajar membaca aksara Jawa rendah dan

kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa juga rendah. Selain itu, hasil

pretestyang peneliti lakukan terbukti bahwa keterampilan membaca aksara Jawa

siswa masih rendah. Dari hasil pretest dapat dilihat hasil nilai membaca aksara

Jawa dari 40 siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak Boyolali, hanya 52,5% atau

21 orang siswa) yang mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM

yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Nilai tertinggi yang mampu dicapai

(5)

terhadap kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dari hasil nilai tersebut.

Hal ini membuktikan bahwa membaca aksara Jawa sulit bagi mereka.

Faktor penyebab aksara Jawa tergolong materi yang sulit bagi kebanyakan

siswa, karena kerumitan bentuk, jenis, serta jumlah dari aksara Jawa yang cukup

banyak. Siswa juga dituntut untuk memahami unsur-unsur yang sangat kompleks

yang terdapat dalam aksara Jawa, di antaranya aksara carakan, sandhangan,

pasangan, aksara murda, aksara swara, dan aksara angka dan unsur-unsur

tersebut selalu ada pada setiap kalimat dalam suatu bacaan aksara Jawa, siswa

juga kesulitan dalam menghafalnya. Hal itu juga menjadikan siswa beranggapan

bahwa membaca aksara Jawa sulit untuk dipelajari, hingga akhirnya siswa kurang

menaruh minat terhadap pelajaran maupun materi membaca aksara Jawa itu

sendiri.

Permasalahan pelajaran bahasa Jawa pada materi membaca aksara Jawa

terlihat bahwa, (1) dalam proses pembelajaran siswa kurang berminat, terkesan

menyepelekan, dan siswa terlihat pasif, (2) pembelajaran masih berpusat pada

guru, pada saat pembelajaran di kelas interaksi aktif antar siswa dengan guru, atau

siswa dengan siswa jarang terjadi, (3) dalam pembelajaran guru langsung

memberikan penugasan tanpa adanya bimbingan terlebih dahulu dari guru,

sehingga dalam membaca aksara Jawa siswa merasa kesulitan.

Kegiatan belajar mengajar sebaiknya dilaksanakan secara menyenanngkan

dan mudah diterima oleh siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan mudah

untuk menerima materi pembelajaran. Proses belajar mengajar sebaiknya

dilandasi dengan prinsip-prinsip berpusat pada siswa, mengembangkan

kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan, dan mengembangkan

kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang

beragam, dan belajar melalui berbuat. Jika siswa telah menaruh minat terhadap

suatu pelajaran maka siswa dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan

oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut, tindakan untuk mengatasi permasalahan yang

dialami siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak dapat dilakukan dengan

(6)

Salah satu metode atau teknik pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode

cooperative learning teknik make a match, yang bertujuan untuk meningkatkan

minat serta kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa.

Minat merupakan kondisi awal sebelum subjek mempertimbangkan atau

membuat keputusan untuk melakukan tindakan serta perasaan tertarik, suka, dan

percaya terhadap suatu objek yang dipersepsi menyenangkan dan bermanfaat bagi

subjek, serta memiliki komponen afektif, kognitif, dan konatif (Taufani 2008: 38).

Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman, perasaan yang

dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek

tertentu. Secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu,

baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar yang menyebabkan

seseorang merasa mendapatkan manfaat, merasa berhubungan dengan suatu objek

tertentu terhadap suatu pengetahuan tertentu, Drever (Taufani 2008: 38).

Eratnya hubungan antara minat dengan perasaan senang atau tidak senang,

Mulyana, Hidayat, dan Sholih (2013: 319) berpendapat bahwa minat dapat

menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan atau

situasi, dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab, faktor atau motivasi dari

suatu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, siswa yang tidak menaruh minat

pada pelajaran membaca aksara Jawa mereka mengalami kesulitan dalam

membaca aksara Jawa dan siswa yang memperoleh nilai kurang baik salah

satunya disebabkan karena tidak adanya minat terhadap pembelajaran serta tidak

adanya usaha secara konstan untuk berlatih membaca aksara Jawa.

Membaca menurut Abdurrahman (2012: 158) merupakan aktivitas

kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait adalah

gerak mata dan ketajaman penglihatan, sedangkan aktivitas mental yang terkait

adalah ingatan dan pemahaman. Dari segi linguistik menurut Anderson (Tarigan

2008: 7) membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembaca sandi (a

recording and decoding prosess). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)

adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word)dengan makna bahasa lisan

(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan

(7)

Dalam membaca permulan, untuk memicu perkembangan anak dalam

membaca seorang guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif. Menurut Clay

(Rofi’uddin dan Zuhdi 2001: 32) kondisi yang dapat memicu perkembangan anak

dalam membaca di antaranya: (1) Melalui interaksi sosial dan tingkah laku

emulatif (kompetitif), (2) Melalui pengalaman hidup, (3) Mengetahui tujun

membaca, (4) Melalui kegiatan bermain atau memainkan suatu peran dalam

kegiatan membaca.

Oleh karena itu, hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

membaca dengan menciptakan lingkungan dan kondisi belajar yang

menyenangkan, serta menimbulkan rasa kompetitif yang dapat memicu siswa

pada perkembangan membacanya.Cooperative learning menurut Johnson (Isjoni

2013: 15) mengemukakan bahwacooperative learning mengandung arti bekerja

sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan cooperatif, siswa mencari

hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar cooperatif

adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan

belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.

Lie (2008: 18) menyebut cooperative Learning dengan istilah

pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Dalam model pembelajaran cooperatif learning

memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan

keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Siswa yang belajar dengan menggunakan metode cooperatif learning akan

memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan

sebayanya.

Dalam metode ini terdapat banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat

digunakan oleh guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan

atau hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

(8)

masalah dalam penelitiannya yaitu untuk meningkatkan minat dan kemampuan

membaca aksara Jawa.

Metode pembelajaran dengan teknik make a match merupakan salah satu

teknik pembelajaran yang mengandung unsur permainan di dalamnya. Teknik

belajar make a match Menurut Lorna Curran 1994 (Lie 2008: 55); (Isjoni 2013:

77) merupakan model pembelajaran mencari pasangan. Pada model ini, siswa

diminta untuk mencari pasangan kartu. Salah satu keunggulan teknik make a

matchadalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topik dalam suasana yang menyenangkan, dan dapat digunakan dalam semua

mata pelajaran, Lie (2008: 55).

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Anis dan Aryanti (2016: 305)

bahwa motode make a match adalah teknik pembelajaran yang menggunakan

kartu. Kartu itu terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Model itu dapat

menghasilkan pembelajaran siswa aktif dalam proses pembelajaran. Metode make

a matchdapat digunakan untuk semua subjek dan dalam semua tingkatan.

Teknik make a match menguntamakan adanya kerja sama untuk

menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Penggunaan model ini dimulai dari siswa. Siswa disuruh untuk

mencari pasangan kartu yang dibawanya. Kartu tersebut ada yang bertuliskan

aksara Jawa dan bertuliskan aksara latin. Siswa yang menemukan pasangan kartu

sebelum batas waktu yang ditentukan habis siswa mendapatkan poin.

Metodecooperative learningteknik make a match memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam penerapannya pada pembelajaran. Kurniasih dan Sani (2015:

54-55) berpendapat bahwa kelebihan model pembelajaran cooperative learning

teknik make a matchdi antaranya: (1) mampu menciptakan suasana belajar aktif

dan menyenangkan, (2) materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik

perhatian siswa, (3) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar secara klasikal, (4) suasana kegembiraan akan tumbuh dalam

proses pembelajaran, (5) kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis,

(9)

Kelemahan teknik make a match adalah sebagai berikut: (1) sangat

memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, waktu yang tersedia

perlu dibatasi karena kemungkinan besar siswa banyak bermain-main dalam

proses pembelajaran, (2) guru perlu mempersiakan bahan dan alat yang memadai,

(3) pada kelas dengan murid yang banyak (<30 siswa /kelas) jika kurang bijksana

maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak

terkendali, dan bisa mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya.

Langkah penerapan metode make a match dengan pengembangan adalah

sebagai berikut: (1) siswa dibentuk menjadi 2 kelompok, (2) Guru membagikan

kartu aksara Jawa dan kartu aksara latin pada masing-masing kelompok secara

acak, (3) guru memberi instruksi kepada siswa untuk memulai mencari pasangan

kartu, (4) guru memberikan aba-aba 1,2,3 sebagai tanda untuk dimulainya

mencari pasangan kartu, permainan dilakukan sebanyak 2 kali, (5) guru

mengakhiri pelajaran dengan salam.

Aktivitas mencari pasangan pada metode make a match sesuai untuk

pembelajaran membaca aksara Jawa. Kegiatan mencari pasangan kartu diperlukan

supaya siswa dapat mengeksplor kemampuan yang dimiliki siswa, menciptakan

interaksi positif antarsiswa dalam pembelajaran yang menyenangkan. Dalam

mempresentasikan kartu yang ditemukan melatih siswa dalam membaca aksara

Jawa. Diakhir pembelajaran menggunakan metode make a matchsiswa akan lebih

berminat dan kemampuan membaca pun akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas VII G MTs N 1 Ngemplak, Kabupaten

Boyolali. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII G MTs N 1 Ngemplak

tahun pelajaran 2016/2017 dan guru mata pelajaran bahasa Jawa. Jumlah

keseluruhan siswa berjumlah 40 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 24

siswa perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai

dengan Mei 2016.

Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

(10)

sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 138) yaitu: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Data dan sumber data dalam penelitian ini

berupa informasi tentang pembelajaran membaca aksara Jawa yang diperoleh

melalui, pengamatan peristiwa pada saat pembelajaran, informan dalam penelitian

(guru mata pelajaran dan siswa), dan dokumen.

Terdapat empat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai alat pengumpul data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan

tes. Uji validitas data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data

dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kritis

dan diskriptif komparatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran sebelum dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) masih menggunakan pembelajaran konvensional, dan penugasan secara

langsung tanpa adanya bimbingan dari guru. Hal itu menyebabkan keberhasilan

pembelajaran belum tercapai secara maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

observasi serta hasil pretest siswa sebelum dilakukan tindakan. Pada saat proses

pembelajaran siswa terlihat kurang begitu berminat, tidak bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran membaca aksara Jawa, dan siswa terlihat kurang aktif.

[image:10.612.132.511.518.654.2]

Hasil dari pengamatan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Minat Siswa dalam Pembelajaran Sebelum Tindakan

No Indikator Ya Tidak Jumlah

siswa

f % f %

1 Perhatian 25 siswa 62,50% 15 siswa 37,50% 40 2 Kemauan 7 siswa 17,50% 33 siswa 82,50% 40 3 Kesadaran 3 siswa 7,50% 37 siswa 92,50% 40 4 Perasaan Senang 17 siswa 42,50% 23 siswa 57,50% 40

Minat Siswa 32,5% 67,5%

Jumlah siswa 13 27 40

siswa Siswa siswa

Dari hasil pengamatan yang terdiri dari aspek perhatian hanya sebesar

(11)

perasaan senang 45,5% (17 siswa), dengan rata-rata keseluruhan aspek sebesar

32,5%. Dari banyaknya indikator yang ditampakan oleh siswa pada prasiklus,

dapat diketahui berapa banyak siswa yang memiliki minat terhadap pembelajaran

[image:11.612.134.505.206.488.2]

aksara Jawa, dan hasil pengamatan itu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Membaca Aksara Jawa Prasiklus

No Kriteria Minat f %

1 Tinggi 2 5%

2 Sedang 12 30%

3 Rendah 16 40%

4 Tidak Berminat 10 25%

Jumlah 40

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa siswa kelas VII G

yang memiliki minat tinggi terhadap pelajaran membaca aksara Jawa hanya

sebesar 5% (2 siswa), yang memiliki minat sedang sebanyak 30% (12 siswa),

minat siswa rendah sebesar 40% (16 siswa) dan yang tidak berminat terhadap

pelajaran membaca aksara Jawa sebesar 25% (10 siswa), berdasarkan hasil

pengamatan itulah dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran

membaca aksara Jawa sangat rendah.

Dari hasil pretest juga terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas VII G

MTs N 1 Ngemplak masih kesulitan dalam membaca aksara Jawa. hal itu

ditunjukan dengan hasil pretest siswa banyak yang belum mencapai batas nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3

(12)
[image:12.612.134.506.130.507.2]

Tabel 3. Hasil Pretest Siswa Membaca Aksara Jawa Sebelum Tindakan

No Rentang Nilai Persentase Ketuntasan

rata-rata Tuntas Tidak Tuntas

1 31-40 7,5% Tidak Tuntas

2 41-50 25,0% Tidak Tuntas

3 51-60 15,0% Tidak Tuntas

4 61-70 32,5% Tuntas

5 71-80 17,5% Tuntas

6 81-90 2,5% Tuntas

7 91-100 0% Tuntas

Jumlah 100%

52,5% 47,5%

63,5

21 19

siswa siswa

Pada pratindakan siswa yang lulus mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) sebanyak 21 siswa atau sekitar (52,5%) sedangkan sisanya berjumlah 19

siswa (47,5%) memperoleh nilai kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang digunakan pada pelajaran bahasa Jawa untuk kelas VII di MTs N 1

Ngemplak adalah 65.

Dari hasil pratindakan diketahui berbagai permasalahan yang dialami oleh

siswa kelas VII G, maka perlu adanya tindakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut yang akan dilakukan pada siklus I. Berdasarkan permasalahan yang ada,

maka dalam penelitian ini dilakukan perbaikan dengan pembelajaran

menggunakan metode cooperatif teknik make a match. Pelaksanaan tindakan

dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan tindakan dari satu pertemuan

kepertemuan selanjutnya mulai dari siklus I hingga siklus II mengalami

peningkatan atau semakin baik. Melalui adanya perbaikan pada proses

pembelajaran dalam setiap siklusnya memberikan pengaruh positif pada kualitas

belajar siswa khususnya pada sikap siswa serta hasil belajar siswa.

Hasil observasi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode make a

(13)

Tabel 4. Ketercapaian Indikator Minat pada Siklus I dan Siklus II

No Indikator Siklus I Siklus II

f % f %

1 Perhatian 30 siswa 75,0% 40 siswa 100%

2 Kemauan 21 siswa 52,5% 35 siswa 87,5%

3 Kesadaran 10 siswa 25,0% 26 siswa 65,0% 4 Perasaan Senang 29 siswa 72,5% 36 siswa 90,0%

Minat Siswa 56% 85,6%

Jumlah siswa 22 siswa 34 siswa

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa minat siswa dalam

pembelajaran kooperatif teknik make a match selalu mengalami peningkatan di

setiap siklusnya. Pada siklus I mencapai 56,0% (22 siswa) dari data tersebut

menunjukan belum mencapai target indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75%.

Pada siklus II mencapai 85,6% (34 siswa). Berdasarkan data tersebut observasi

minat dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dengan metode make a match

sudah memenuhi target indikator kinerja yaitu 75%.

Dari banyaknya indikator yang ditampakan tiap siswa juga diketahui

berapa siswa yang telah berminat terhadap pembelajaran membaca aksara Jawa.

[image:13.612.133.506.129.593.2]

hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Minat Siswa dalam Pmbelajaran Membaca Aksara Jawa

Kriteria Minat Siklus I Siklus II

f % f %

Tinggi 10 25% 26 65%

Sedang 18 45% 10 25%

Rendah 5 13% 4 10%

Tak Berminat 7 18% 0 0%

Jumlah 40 100% 40 100%

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa yang

memiliki minat tinggi terhadap pelajaran membaca aksara Jawa sebanyak 25%

(10 siswa), yang memiliki minat sedang sebanyak 45% (18 siswa), yang memiliki

minat rendah sebanyak 13% (5 siswa), dan siswa yang masih belum berminat

(14)

semua siswa telah berminat terhadap pelajaran membaca aksara Jawa walaupun

masih ada siswa yang memiliki minat rendah terhadap pelajaran membaca aksara

Jawa yaitu sebanyak 10% (4 siswa).

Selain mengobservasi, peneliti juga memberikan tes terhadap siswa.

[image:14.612.133.509.229.493.2]

Berikut hasil tes membaca paragraf siswa pada setiap siklusnya

Tabel 6. Hasil belajar siswa pada prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Belajar Siswa Membaca Paragraf Sederhana Berhuruf Jawa

Keterangan Siklus I Siklus II

Tuntas 72,5% (29 Siswa) 82,5% (33 Siswa)

Tidak Tuntas 27,5% (11 Siswa) 17,5% ( 7 siswa)

Rata-rata 73.33 80,15

Peningkatan nilai rata-rata membaca aksara Jawa berdasarkan pretestpada

siklus I, rata-ratanya adalah 73,33, sedangkan rata-rata pada siklus II mengalami

peningkatan menjadi 80,15. Jadi rata-rata kemampuan membaca paragraf

sederhana berhuruf Jawa siswa kelas VII G MTs N 1 Ngemplak mengalami

peningkatan sebesar 6,82.

Pada siklus I terdapat 29 siswa atau 72,5% siswa telah mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal KKM, pada siklus II terdapat 33 siswa atau 82,5% telah

mencapai ataupun melebihi batas KKM. Jadi ada peningkatan ketuntasan siswa

dari siklus I ke siklus II sekitar 10%.

Berdasarkan rumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan tindakan,

tujuan penelitian, serta paparan hasil penelitian, berikut dijabarkan pembahasan

hasil yang meliputi:

Metode make a matchmeningkatkan minat siswa dalam pembelajaran membaca paragraf berhuruf Jawa.Hal ini ditunjukan pada antusias siswa yang rendah ketika mengikuti pembelajaran ketika belum menggunakan metode make a

match, dibandingkan dengan sesudah menggunakan metode make a match.

Antusias siswa lebih tinggi atau dengan kata lain mengalami peningkatan. Hal ini

dikarenakan metode make a match yang diterapkan oleh guru dan peneliti

mengandung unsur permaianan yang menjadikan suasana pembelajaran lebih

(15)

kegitan tersebut merupakan kegiatan belajar bagi siswa untuk melatih mereka

membaca aksara Jawa. Dengan adanya permainan tersebut siswa juga menjadi

lebih aktif karena mereka saling berkompetisi untuk menjadi yang tercepat dalam

menemukan pasangan kartu. Hal itu dapat dilihat ketika proses pembelajaran

dalam siklus I masih terdapat siswa yang belum berhasil menemukan pasangan

kartu, namun ketika siklus II semua siswa telah berhasil menemuka pasangan

kartu sebelum waktu yang ditentukan habis.

Metode make a match meningkatkan kemampuan siswa membaca paragraf berhuruf Jawa.

Penelitian ini membuktikan bahwa metode make a match meningkatkan

kemampuan membaca aksara Jawa siswa. Hal ini dikarenakan ursur kompetisi

yang timbul akibat dari permainan yang dilaksanakan, akan mempengaruhi diri

siswa untuk lebih perhatian, sadar akan kebutuhan materi yang dipelajari,

memiliki kemauan untuk mengembangkan pengetahuannya, serta yang terpenting

adalah perasaan senang yang mengakibatkan siswa merasa nyaman mengikuti

pembelajaran dan sadar akan kebutuhan dirinya sendiri dalam melakukan

pembelajaran tersebut. Tanpa disadari dengan melakukan permainan tersebut

siswa menjadi lebih mandiri untuk menggali pengetahuan yang belum mereka

ketahui dan mengeksplor kemampuan yang dia miliki dalam kegiatan mencari

pasangan kartu. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa

meningkat dengan dibuktikan nilai dari pretestsiswa mengalami peningkatan.

SIMPULAN

Penerapan metode pembelajaran dengan teknik make a match dapat

meningkatkan minat dalam pembelajaran membaca aksara Jawa pada kelas VII G

MTs N 1 Ngemplak. Peningkatan minat tersebut dapat dilihat dari adanya

peningkatan mulai dari tahap pratindakan ke siklus I dan siklus II. Pada awal

sebelum dilakukannya tindakan, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran

masih rendah, yaitu hanya 32,5%. Pada siklus I mulai terlihat adanya peningkatan

menjadi 56%, dan pada siklus II minat siswa dalam mengikuti pembelajaran

(16)

Peningkatan proses pembelajaran juga tampak dari peran guru dalam mengelola

kelas dan melakukan perbaikan disetiap siklusnya. Dari penerapan metode make a

match siswa diberikan kesempatan untuk saling berinteraksi dalam aktivitas

mencari pasangan kartu untuk belajar suatu konsep dalam suasana yang

menyenangkan.

Penerapan metode pembelajaran dengan teknik make a match dapat

meningkatkan kemampuan membaca paragraf berhuruf Jawa siswa kelas VII G

MTs N 1 Ngemplak. Peningkatan keterampilan membaca paragraf berhuruf Jawa

dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam membaca aksara Jawa yang meningkat

pada setiap siklusnya. Peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu

dari tahap pratindakan sebesar 52,5% menjadi 72,5% pada siklus I dan pada siklus

II meningkat lagi menjadi 82,5%. Peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu dari 63,5

pada tahap pratindakan, mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 73,33 dan

pada siklus II menjadi 80,15 dan telah melampaui batas ketercapaian yang telah

ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta: PT Rikeka Cipta.

Anis, R & Ariyanti, N. (2016). “Improving Learning Achievement Using Effective Mix and Match Learning Model”. PROSIDING ICTTE FKIPUNS,

1 (1), 304-311. Diperoleh pada 23 Februari 2016, dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id.

Dardjawidjojo, Soenjono. (2010). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa manusia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Isjoni. (2013). Cooperative learning Mengembangkan Kemampuan belajar Berkelompok. Bandung: ALFABETA.

Kurniasih, I., & Sani, Berlin. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata. Pena.

(17)

Mulyana, A., Hidayat, S., dan Sholih. (2013). “Relationship Between Perception, Attitudes And Interest Of Students With Student Learning Outcomes In Learning Civics”. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19 (3), 315-328.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2010). Kurikulum Pelajaran Muatan Lokal (Bahasa Jawa) Untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan.

Rofi’uddin, A., dan Zuhdi, D. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Surabaya: Universitas Negeri Malang.

Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Gambar

Tabel 1. Minat Siswa dalam Pembelajaran Sebelum Tindakan
Tabel 2. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Membaca Aksara Jawa Prasiklus
Tabel 3. Hasil Pretest Siswa Membaca Aksara Jawa Sebelum Tindakan
Tabel 5. Minat Siswa dalam Pmbelajaran Membaca Aksara Jawa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja II Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2016 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :.

Skripsi saya boleh digandakan dalam bentuk apapun oleh pihak Fakultas Teknik Unika Widya Mandala Surabaya sesuai dengan kebutuhan, demi untuk pengembangan ilmu

Through the characters of the novel, Arthur Golden gives a new view and depiction of the real life of geisha which is unexposed, referring to his experiences.. In this thesis,

Penghayatan tasawuf bukan untuk diri sendiri, seperti yang kita temui di masa silam.Tasawuf di era modern adalah alternatif yang mempertemukan jurang kesenjangan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan unsur intrinsik cerita rakyat “Timun Emas”, (2) mendeskripsian hubungan antara tokoh, tema, latar, alur, dan amanat da- lam

Audit Energi, Studi &amp; Inisiasi Project, 5 Years Business Plan, Key Performance Indicator (KPI), Organisasi Goal &amp; Objective, Implementasi program manajemen energi

Dari data penelitian yang sudah ada, dengan menggunakan metode kalman filter membuktikan bahwa error pada SOC menggunakan baterai Lithium ion tidak melebihi 4%[6],