• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Auditing

Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti - bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi, dalam rangka menentukan tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan. (Hery, 2019, hlm. 10)

Audit adalah pemeriksaan yang teliti dan sistematis oleh pihak independen atas laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, serta catatan akuntansi dan bukti pendukung, dengan tujuan untuk dapat memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan. (Agoes, 2019, hlm. 4).

II.2 Jenis – jenis Auditor

Auditor dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu auditor pemerintah, auditor forensik, auditor internal, dan auditor eksternal. Berikut merupakan jenis – jenis auditor yang di jelaskan oleh Hery (2019, hlm. 2) :

1. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertanggung jawab untuk memeriksa keuangan negara lembaga pemerintah. Di Indonesia, audit ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK tidak diatur oleh pemerintah, oleh karena itu diharapkan dapat melakukan audit independen. Hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR RI sebagai sarana pengendalian kinerja keuangan negara

2. Auditor Forensik

Akuntansi forensik adalah suatu disiplin ilmu yang menggunakan keahlian auditing, akuntansi, dan investigasi, untuk membantu

(2)

penyelesaian sengketa keuangan dan pembuktian atas dugaan telah terjadinya tindakan kecurangan.

Auditor forensik secara khusus dilatih untuk mendeteksi, menyelidiki, dan mencegah kecurangan serta kejahatan.

3. Auditor Internal

Auditor Internal adalah auditor yang bekerja pada suatu manajemen perusahaan, berstatus sebagai karyawan dari perusahaan tersebut. Auditor Internal merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari struktur organisasi perusahaan, dimana perusahaan memberikan pengawasan serta penilaian. Auditor Internal bertanggung jawab kepada direktur utama atau melapor kepada komite audit yang dibentuk oleh dewan komisaris.

4. Auditor Eksternal

Auditor Eksternal sering disebut sebagai auditor independen atau akuntan publik bersertifikat (Certified Public Accountant). Seorang auditor eksternal merupakan orang luar perusahaan (pihak independen), yang melakukan pemeriksaan untuk memberikan pendapat (opini) mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan klien. Laporan auditor eksternal berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan, selain itu juga berupa management letter yang berisi pemberitahuan kepada pihak manajemen klien mengenai kelemahan – kelemahan yang ada dalam sistem pengendalian intern berserta perbaikannya.

Auditor Eksternal melakukan pemeriksaan dengan pedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

(3)

II.3 Jenis Bukti Audit

Jenis bukti audit yang dijabarkan oleh Hery (2019, hlm 96) : 1. Pemeriksaan Fisik

Jenis bukti ini paling sering digunakan untuk saldo kas kecil dan persediaan, tetapi juga dapat digunakan untuk memverifikasi sertifikat deposito, sekuritas investasi, wesel tagih, dan aset tetap berwujud.

Pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada (tujuan eksistensi), dan pada tingkat tertentu apakah aset yang ada tersebut telah dicatat (tujuan kelengkapan).

2. Konfirmasi

Konfirmasi adalah proses memperoleh tanggapan (tertulis atau lisan) responsif dari pihak ketiga atas permintaan informasi tentang unsur tertentu dari asersi manajemen dan tujuan audit. Biasanya, auditor lebih memilih konfirmasi tertulis daripada konfirmasi lisan karena konfirmasi tertulis lebih mudah untuk ditinjau oleh auditor dan memberikan dukungan keandalan. Bukti audit yang diperoleh dari sumber independen di luar perusahaan klien umumnya memberikan kepercayaan yang lebih besar karena lebih dapat diandalkan untuk tujuan audit independen daripada bukti audit dari dalam perusahaan klien. Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari konfirmasi dapat mengurangi risiko audit. Dalam menetapkan ini, auditor harus mempertimbangkan materialitas saldo akun dan risiko pengendalian. Jika auditor berkesimpulan bahwa bukti yang diperoleh dari konfrrmasi ternyata tidak memadai, prosedur tambahan harus dilaksanakan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berarti bahwa auditor memeriksa dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Misalnya, persyaratan, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok adalah dokumen yang harus ditinjau oleh auditor untuk memverifikasi keakuratan catatan penerimaan produk oleh pelanggan.

Dokumen digunakan secara luas sebagai bukti audit, karena bukti

(4)

tersebut biasanya diperoleh dengan biaya yang relatif rendah dan mungkin merupakan satu-satunya bukti audit yang andal dan tersedia.

II.4 Risiko Audit

Audit melibatkan beberapa risiko audit. Menurut Soekrisno Agoes &

Estralita Trisnawati (2012, hlm. 2), risiko audit adalah risiko yang timbul jika auditor tidak secara tidak sadar dan tepat mengubah opini auditnya atas pelaporan keuangan, termasuk salah saji material. Ada tiga komponen risiko audit saat melakukan audit :

1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)

Risiko bahwa saldo akun atau kelas transaksi rentan terhadap salah saji yang signifikan jika tidak ada kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang relevan.

2. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian adalah risiko salah saji yang tidak dapat dicegah atau dideteksi oleh prosedur pengendalian intern perusahaan.

3. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji material dalam laporannya. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan pelaksanaannya oleh auditor.

II.5 Asersi Manajemen

Menurut Hery (2019, hlm. 77), terdapat beberapa asersi manajemen yang berkaitan dengan penyajian dan pelaporan :

1. Asersi tentang Transaksi dan Peristiwa

a. Keterjadian

Asersi kejadian menunjukkan apakah transaksi dan peristiwa yang diakui dalam laporan keuangan terjadi selama periode akuntansi.

Klaim ini terkait dengan kemungkinan terjadinya transaksi palsu.

Pelanggaran terhadap klaim ini akan mengakibatkan misrepresentasi.

(5)

b. Kelengkapan

Asersi ini menunjukkan apakah semua transaksi dan peristiwa yang perlu dicantumkan dalam laporan keuangan telah dicantumkan secara lengkap. Asersi ini membahas kemungkinan menghilangkan transaksi yang perlu dicatat.

c. Keakuratan

Asersi ini menunjukkan apakah jumlah dari transaksi dan peristiwa dicatat dengan tepat

d. Klasifikasi

Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah dicatat pada akun yang sesuai

e. Pisah Batas (Cutt-Off)

Asersi pisah batas menyatakan apakah transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat.

2. Asersi Tentang Saldo Akun

a. Eksistensi

Asersi ini berkaitan antara aktiva dan pasiva yang dicantumkan dalam laporan posisi keuangan benar ada pada tanggal laporan posisi tersebut. Atau, asersi ini berkaitan dengan kemungkinan pencantuman jumlah yang sebenarnya tidak ada.

b. Kelengkapan

Asersi ini menyatakan apakah semua jumlah yang dicatat pada suatu akun benar sudah tercantumkan. Atau, asersi ini berkaitan dengan kemungkinan hilangnya jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.

Pelanggaran atas asersi kelengkapan akan menimbulkan kurang saji atas akun.

c. Penilaian dan Alokasi

Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva dan pasiva telah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat atau dengan angka-angka yang tepat.

(6)

d. Hak dan Kewajiban

Asersi ini berkaitan dengan apakah aset memang mejadi hak perusahaan dan apakah utang memang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan.

3. Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan a. Keterjadian serta Hak dan Kewajiban

Asersi ini menyatakan apakah transaksi dan peristiwa yang diungkapan telah benar terjadi dan merupakan hak atau kewajiban perusahaan.

b. Kelengkapan

Asersi ini berkaitan dengan apakah pengungkapan yang diperlukan telah dicantumkan dalam laporan keuangan.

c. Keakuratan, Penilaian dan Alokasi

Asersi ini berkaitan dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan secara tepat serta dalam jumlah yang tepat

d. Klasifikasi dan Dapat Dipahami

Asersi ini berkaitan dengan apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan dan catatan laporan keuangan, serta apakah uraian saldo dan pengungkapannya dapat dipahami.

II.6 Pengertian Pengujian Substantif

Menurut ISA 330 Alinea 4, prosedur substantif merupakan suatu prosedur audit yang dirancang untuk mengecek salah saji yang material pada tingkat asersi.

(7)

Menurut Agoes (2019, hlm. 182), Pengujian substantif adalah tes terhadap kewajaran saldo – saldo yang ada pada laporan keuangan dimana prosedur yang dilakukan seperti:

1. Inventarisasi aset tetap

2. Obeservasi atas stock opname 3. Konfirmasi piutang, utang dan bank

4. Subsequent collection dan subsequent payment 5. Kas opname

6. Pemeriksaan rekonsilisasi bank dan lain-lain

Jika pada pengujian substantif auditor menemukan kesalahan, maka harus dipertimbangkan apakah masalah tersebut jumlahnya material atau tidak. Jika masalah yang ditemukan material maka auditor harus mengusulkan audit adjustment secara tertulis. Jika usulan auditor tidak disetujui dan auditor yakin

dengan usulan tersebut maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion. Tetapi jika kesalahan yang ditemukan sifatnya tidak material auditor tetap mengusulkan adjustment. Tetapi tidak perlu dipaksakan, karena tidak mempengaruhi opini akuntan publik.

Dari definisi dan penjelasan yang sudah diatas maka disimpulkan bahwa pengujian substantif merupakan prosedur audit yang digunakan untuk mengecek salah saji dan kewajaran saldo-saldo pada laporan keuangan.

II.7 Pengertian Utang Usaha

Utang usaha adalah saldo yang harus dibayarkan kepada pihak yang berkepentingan atas barang, perlengkapan, dan jasa yang dibeli dengan kredit.

(Kieso, Weygandt, & Warfield, 2017, hlm. 865).

Menurut PSAK (IAI, 2009:1,8), suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, dan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan.

Menurut Agoes (2019, hlm. 17), utang usaha adalah kewajiban kepada pihak yang berkepentingan yang berasal dari pembelian barang atau jasa

(8)

secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang dari atau sama dengan satu tahun.

II.8 Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek

Menurut Agoes (2019, hlm. 22), terdapat beberapa prosedur pemeriksaan liabilitas janga pendek, yaitu :

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.

2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas lainnya kemudia periksa penjumlahannya (footing), serta cocokkan saldonya dengan saldo utang di buku besar.

3. Untuk utang usaha sesuaikan masing-masing saldo pemasok dengan saldo menurut buku besar pembantu utang usaha tetapi jika memiliki banyak pemasok tidak sampai 100%.

4. Secara sampling, cek bukti pendukung.dari saldo utang dari beberapa distributor

5. Pertimbangkan untuk mengirim surat konfirmasi kepada beberapa pemasok untuk yang saldonya besar ataupun saldo yang tidak ada perubahan dari tahun sebelumnya.

6. Periksa pembayaran setelah tanggal laporan posisi keuangan antara neraca dan subsequent payment untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang.belum tercatat pertanggal laporan posisi keuangan di neraca.

7. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka dilakukan pemeriksaan kembali apakah hal ini merupakan uang muka pembelian atau karena ada retur yang dibeli tetapi telah dilunasi sebelumnya. Jika jumlahnya material maka harus dicatat sebagai piutang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Rajah 10, menunjukkan kehadiran fungsi Hala terikat boleh hadir dalam GR bersifat arah seperti dari yang bersama dalam adjung yang terlibat iaitu Peraturan

raksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani raksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau

$ilsaat itu ob!ek materinya memang sama dengan ilmu, akan tetapi flsaat tidak dapat dikatakan ilmu, karena flsaat ob!ek ormanya adalah menari sebab yang

Untuk aliran viscous, kecepatan fluida tepat berada diatas permukaan padat sama dengan nol. Semakin jauh dari permukaan padat, maka secara bertahap tegangan geser

Untuk mengetahui kerangka pikir dalam pengelolaan konflik pembangunan Bendungan Paselloreng dengan pendekatan keadilan restoratif di Kabupaten Wajo, langkah pertama

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok orang

Lingkungan yang diharapkan tersebut dapat tercapai salah satunya dengan menghadirkan taman-taman kota yang selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga merupakan tempat yang

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Dumai, khususnya Dinas Kesehatan Kota Dumai, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan