• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA PEMASARAN GULA MERAH DI DESA TUGONDENG KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA PEMASARAN GULA MERAH DI DESA TUGONDENG KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA PEMASARAN GULA MERAH DI DESA TUGONDENG KECAMATAN

HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA

JUSBIANTO 105960192615

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA PEMASARAN GULA MERAH DI DESA TUGONDENG KECAMATAN

HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA

JUSBIANTO 105960192615

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S- 1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Gula Merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 19 Januari 2022 Jusbianto

105960192615

(6)

ABSTRAK

JUSBIANTO.105960192615. Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Gula Merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan HASRIANI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur pemasaran gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dan untuk mengetahui kinerja pemasaran gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Teknik penentuan sampel yang digunakan yaitu metode sampling jenuh.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pemasaran gula merah antar lembaga pemasaran petani, tengkulak, pedagang besar yaitu tipe struktur oligopsoni. Dapat dilihat bahwa pada tingkat petani memperoleh hasil konsentrasi rasio pasar 19,11 % yang menunjukkan jenis pasar oligopsoni konsentrasi sedang. Hasil analisis pada tingkat tengkulak diperoleh hasil konsentrasi rasio pasar 43,64% yang menunjukkan jenis pasar ologopsoni konsentrasi sedang. Hasil analisis pada tingkat pedagang besar diperoleh konsentrasi rasio 46,84% dan yang menunjukkan oligopsoni konsentrasi sedang.

Sedangkan kinerja pemasaran pada saluran I petani langsung menjual hasil panennya kepada tengkulak setelah itu tengkulak memasarkan gula merah yang telah dibeli dari petani kepada pedagang besar. Selanjutnya saluran pemasaran II dimana hasil panen petani langsung dijual ke konsumen. yang paling berpengaruh terhadap petani gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba yaitu pada pola pemasaran yang I (pertama) ini menunjukkan bahwa saluran pemasaran lebih menguntungkan karena keuntungan lebih besar dari biaya dimana petani langsung menjual langsung ke konsumen. Sedangkan pola ke II yang kita pake bisa merugikan petani karena jika petani menjual langsung ke konsumen, gula si petani ini tidak mungkin terjual habis dalam 1 hari beda dengan pola I yang petani ke tengkulak dan ke pedagang besar.

Kata Kunci : Struktur, Kinerja, Gula Merah

(7)

ABSTRACK

JUSBIANTO.105960192615. Analysis of Structure and Marketing Performance of Brown Sugar in Tugondeng Village, Herlang District, Bulukumba Regency.

Supervised by MOHAMMAD NATSIR and HASRIANI.

This study aims to determine the marketing structure of brown sugar in Tugondeng Village, Herlang District, Bulukumba Regency and to determine the marketing performance of brown sugar in Tugondeng Village, Herlang District, Bulukumba Regency.

This study uses secondary data and primary data. The type of research used is quantitative. The sampling technique used is the saturated sampling method.

The results of this study indicate that the marketing structure of brown sugar between marketing institutions for farmers, middlemen, and wholesalers is an oligopsony type of structure. It can be seen that at the farmer level, the market ratio concentration result is 19.11% which indicates the type of oligopsony market is medium concentration. The results of the analysis at the middleman level obtained a market ratio concentration of 43.64% which indicates the type of ologopsoni market is medium concentration. The results of the analysis at the wholesaler level obtained a concentration ratio of 46.84% and which showed a moderate concentration of oligopsony.

While the marketing performance in channel I, the farmers directly sell their harvests to the middlemen after that the middlemen market the brown sugar that has been purchased from the farmers to wholesalers. Furthermore, marketing channel II where farmers' crops are directly sold to consumers. The most influential on brown sugar farmers in Tugondeng Village, Herlang District, Bulukumba Regency, is the first (first) marketing pattern which shows that the marketing channel is more profitable because the profit is greater than the cost where farmers sell directly to consumers. While the second pattern that we use can harm farmers because if the farmer sells directly to consumers, the farmer's sugar cannot be sold out in 1 day, unlike the first pattern, which farmers go to middlemen and wholesalers.

Keywords: Structure, Performance, Brown Sugar

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Komoditas Gula Merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P, selaku Pembimbing Utama dan Hasrini, S.TP., M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Ibunda Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibunda Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kakanda Nadir, S.P., M.Si selaku sekertaris Prodi Agribisnis Fakultas

(9)

5. Kedua orangtua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penyusun.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 19 Januari 2022

Jusbianto

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tanaman Kelapa ... 5

2.2 Gula Kelapa ... 5

2.3 Nira Kelapa ... 8

2.4 Perbedaan Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren ... 9

2.5 Struktur Pasar ... 11

2.6 Kinerja Pasar ... 13

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 14

(11)

2.8 Kerangka Pemikiran ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 18

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 18

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5 Teknik Analisis Data ... 19

3.6 Definisi Operasional ... 20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTIAN ... 21

4.1 Keadaan Geografis ... 21

4.2 Keadaan Demografis ... 22

4.3 Keadaan Pertanian ... 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1 Identitas Responden ... 26

5.2 Struktur Pasar Gula Merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 31

5.3 Kinerja Pasar Gula Merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 42

RIWAYAT HIDUP ... 52

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

Teks

1. Komposisi Zat Gizi Kelapa Per 100 Gram Bahan ... 6 2. Perbandingan Kandungan Nutrisi Gula Kelapa dan Gula Tebu ... 7

3. Kandungan beberapa senyawa Kimia pada Nira Kelapa ... 9

4.

Jumlah Kecamatan, Kelurahan/Desa, dan Luas Wilayah Setiap Kecamatan Bulukumba ... 22 5. Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk distribusi presentase penduduk

kepadatan danjenis kelamin menurut Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba ... 23 6. Identitas Responden Berdasarkan Keadaan Umur Pengrajin Gula Merah

di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 24 7. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Herlang Kabupaten Bulukumba ... 25 8. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Pengrajin Gula Merah

di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 26 9. Identitas Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pengrajin Gula

Merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 27 10. Hasil Analisis Kosentrasi Pasar (CR4) pada pemasaran Gula Merah

di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 29

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pemikiran Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Gula Merah

di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ... 17

2. Peta Lokasi Penelitian ... 47

3. Surat Izin Penelitian ... 48

4. Wawancara Salah Satu Responden Pengrajin Gula Merah ... 49

5. Percetakan Gula Merah ... 49

6. Pengemasan Gula Merah ... 50

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuisioner Penelitian ... 43

2. Hasil Kuisioner Penelitian ... 45

3. Struktur Pasar Pada Tingkat Petani ... 47

4. Struktur Pasar Pada Tingkat Tengkulak ... 47

5. Struktur Pasar Pada Tingkat Pedagang Besar ... 47

6. Peta Lokasi Penelitian ... 48

7. Surat Izin Penelitian ... 49

8. Dokumentasi Responden ... 50

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki banyak keanekaragaman hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam pengembangan industri pertanian. Industri pembuatan gula merah merupakan salah satu pengembangan industri yang dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Industri ini memanfaatkan diantaranya tanaman aren, kelapa, lontar dan tebu yang masih bersakala kecil atau biasa disebut dengan industri rumah tangga.

Potensi pengembangan industri gula merah di Sulawesi Selatan didukung dengan adanya pelestarian hutan yang banyak ditumbuhi oleh tanaman perkebunan yang dilakukan dibeberapa kawasan.

Ada beberapa daerah di Sulawesi Selatan yang masyarakatnya melakukan usaha pembuatan gula merah dengan jenis bahan baku yang berbeda-beda. Usaha gula merah merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah pedesaan. Salah satu daerah yang melakukan usaha pembuatan gula merah yaitu di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dengan memanfaatkan nira dari kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan gula merahnya.

Bulukumba merupakan daerah yang terkenal dengan penembangan berbagai macam usaha indurti pertanian terutama industri gula merah. Ada beberapa di Daerah Bulukumba yang masyarakatnya melakukan usaha pembuatan gula merah dengan jenis bahan baku yang berbeda-beda. Usaha gula merah meruapakn salah satu sumber pendapatan masyarakan khusnya di pedasaan. Salah

(16)

satu daerah yang melakukan usaha pembuatan gula merah yaitu di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dengan memanfaatkan nira dari kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan gula merahnya.

Herlang merupakan salah satu daerah yang terletak di Kabupaten Bulukumba, daerah ini memiliki potensi dalam pebuatan gula merah, hal ini didukung dengan banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di dearah ini sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Meskipun proses pengolahannya masih menggunakan cara tradisional namun daerah ini telah dikenal sebagai daerah yang sebagian masyarakatnya melakukan pembuatan gula merah. Peluang usaha gula merah sangat prosfektif untuk dikembangkan karena sampai saat ini permintaan masyarakat akan gula merah cukup banyak. Potensi yang dimiliki di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dalam pembuatan gula merah, hal ini didukung dengan banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di daerah ini sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

Industri pembuatan gula merah di Kecamatan Herlang tumbuh dan berkembang dari pemanfaatan tungku tradisional yang terbuat dari tanah liat, wajan yang berukuran besar dan yang menjadi sumber bahan bakarnya yaitu kayu bekas atau potongan-potongan kayu yang didapatkan dari hutan. Meski proses pengolahannya masih menggunakan cara tradisional namun daerah ini sudah dikenal sebagai daerah yang sebagian masyarakatnya melakukan pembuatan gula merah. Namun, kebanyakan masyarakat yang membuat gula merah tinggal atau berada pada lokasi yang terpencil sehingga mengalami keterbatasan informasi.

(17)

Selain itu sempitnya kepemilikan lahan, dan sistem usahatani yang masih subsisten dan tradisional juga menjadi masalah para pengrajin gula merah.

Industri gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba sudah ada sejak tahun 2000, pada waktu itu indistri gula merah, proses pengolahannya sama saja dari waktu ke waktu dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Memasuki awal tahun 2001 industri gula merah mengalami perkembangan yang cukup pesat sampai sekarang.

Namun dalam proses pemasarannya masih belum terstruktur dengan baik sehingga masih banyak pengrajin gula merah yang susah untuk memasarkan hasil produksinya, sehingga peneliti bermaksud akan melakukann penelitian Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Komoditas Gula Merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengetahui struktur pemasaran komoditas gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ?

2. Bagaimana mengetahui kinerja pemasaran komoditas gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :

(18)

1. Untuk mengetahui struktur pemasaran komoditas gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

2. Untuk mengetahui kinerja pemasaran komoditas gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti berfungsi untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bagi Pemerintah setempat, hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan pertimbangan untuk dijadikan sebagai acuan dalam memasarkan komoditas gula merah sesuai dengan struktur pemasaran yang baik dan benar.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa

Kelapa merupakan tanaman asli yang bersal dari daerah tropis, yaitu wilayah yang terletak disepanjang garis khatulistiwa. Kelapa banyak tumbuh subur serta dibudidayakan sebagian besar patani yang mendiami daerah tersebut.

Kelapa juga banyak ditemukan diseluruh Provinsi Indonesia, mulai dari daerah pantai yang datar sampai daerah pegunungan yang cukup tinggi.

Definisi kelapa memiliki nama Ilmiah (Cocos nucifera) yaitu termasuk dalam marga Cocos dari suku aren atau Arecaceae. Tanaman ini dapat dimanfaatkan hampir diseluruh bagiannya oleh manusia sehingga dapat dikatakan sebagai tanaman serbaguna, terutama bagi masyarakat yang mendiami daerah pesisir.Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari daerah pesisir Samudera Hindia yang berada disisi Asia, dan kini telah menyebar luas keseluruh pantai tropic yang ada diseluruh dunia.

2.2 Gula Kelapa

Gula merupakan bentuk hasil dari pengolahan nira tanaman yang dihasilkan melalui proses pemanasan pada nira dan diubah menjadi bentuk Kristal maupun padat. Tanaman yang dapat menghasilkan nira antara lain tebu, aren dan kelapa. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta kandungan zat gizi yang berbeda - beda. Pada umumnya jenis gula yang mudah dijumpai di Indonesia adalah gula pasir yang berasal dari tanaman tebu, gula merah atau gula kelapa serta gula aren. Gula kelapa merupakan hasil dari 7

(20)

pengolahan nira kelapa dan memiliki cita rasa yang khas sehingga penggunaannya tidak dapat digantikan oleh jenis gula yang lain (Said, 2007). Selain memiliki fungsi sebagai pemanis alami, gula kelapa juga berfungsi untuk memberikan kesan warna coklat pada makanan. Komposisi gula kelapa dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Kelapa Per 100 Gram Bahan.

No Zat Gisi Jumlah

1. Kalori 386 kal

2. Karbohidrat 76 g

3. Lemak 10 g

4. Protein 3 mg

5. Kalsium 67 mg

6. Fosfat 37 mg

7. Air 10 g

Sumber : Hieronimus (1993).

Tabel 1 menunjukan bahwa, jumlah kandungan zat gizi kelapa yang paling tinggi adalah kandungan zat gizi kalori dengan jumlah sebesar (386 Kalori).

Sedangkan jumlah zat gizi terendah yang ada dalam kelapa adalah kandungan zat Fosfor dengan jumlah sebesar (37 mg).

Jadi gula kelapa bisa dikonsumsi sebagai bahan pemanis untuk makanan ataupun minuman sebagaimana bahan pemanis yang lain seperti gula pasir, gula aren, gula siwalan, dan sebagainya, namun juga digunakan sebagai bahan baku pada beberapa industri pangan antara lain kecap dan minuman instan. Dibanding dengan beberapa jenis gula yang lain gula kelapa memiliki lebihan maupun

(21)

kekurangan. Kekurangan gula kelapa antara lain adalah pada mutunya yang terlalu bervariasi disebabkan sifatnya yang merupakan industri rakyat. Selain itu sebagian gula kelapa yang beredar di pasaran mengandung zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan. Namun kekurangan tersebut sebenarnya bukan merupakan sifat bawaan dari gula kelapa melainkan lebih kepada kurang bagusnya cara pemrosesannya. Gula kelapa memiliki aroma yang khas yang bisa dianggap sebagai kekurangan maupun sebagai kelebihan. Aroma tersebut membuat gula kelapa kurang cocok digunakan untuk pemanis pada bahan pangan yang sensitif terhadap aroma tertentu, namun di sisi lain aroma tersebut juga disukai oleh sebagian konsumen. Di antara kelebihan gula kelapa yang terutama salah satunya adalah nilai index glycemicnya yang tergolong rendah yaitu 35, Sehingga bisa menjadi pemanis yang cukup aman bagi penderita diabetes. Gula kelapa juga memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagus dibanding dengan gula pasir misalnya. Seperti pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Nutrisi Gula Kelapa dan Gula Tebu No Element (ppm of mg/l) Coconut Sap Sugar Brown Sugar

1 Nitrogen 2,020 100

2 Phosphorus 790 35

3 Potassium 10,300 650

4 Magnesium 290 None

5 Chloride 4,700 180

6 Sodium 450 None

7 Sulfur 260 None

8 Copper 2,3 None

9 Manganese 1,3 None

10 Boron 6,3 None

11 Zinc 21,3 2,0

12 Iron 21,3 12,6

(22)

Sumber: Hieronimus (1993).

Tabel 2 menunjukan bahwa, jumlah kandungan nutrisi gula kelapa dan gula tebu, untuk kandungan nutrisi tertinggi yang dimiliki gula merah kelapa adalah Potassium sebesar 10,300 mg. Sedangkan dangkan kandungan terendahnya adalah Magnesium sebesar 290 mg. Untuk kandungan nurtisi gula tebu sendir yang tertinggi adalah Iron sebesar 12,6 mg. Sedangkan kandungan terindahnya adalah Phosphorus sebesar 35 mg.

2.3 Nira Kelapa

Bahan pembuat gula kelapa adalah nira kelapa. Nira adalah nama umum yang digunakan untuk menamai cairan manis yang diambil (disadap) dari beberapa macam jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dapat diambil niranya antara lain adalah kelapa, aren dan siwalan. Nira kelapa disadap dari mayang (bunga kelapa yang belum mekar) dengan cara memangkas bagian ujungnya sehingga dari luka tersebut keluar cairan bening manis yang disebut nira tersebut. Yang membawa rasa manis pada nira kelapa adalah kandungan sukrosanya yang cukup tinggi. Pengukuran oleh Xia (2011) mendapatkan kandungan Sukrosa sebesar 14% pada nira kelapa segar yang baru disadap, sedangkan pengukuran oleh Barh dan Mazumdar (2008) mendapatkan kandungan gula 9,3 gram per 100 ml nira kelapa segar. Berikut memuat informasi pengukuran kandungan beberapa senyawa dalam nira kelapa yang dilakukan oleh Xia (2011), dapat diliat pada Tabel 3 dibawah ini.

(23)

Tabel 3. Kandungan Beberapa Senyawa kimia Pada Nira Kelapa

No Senyawa Kimia Kandungan

1 Sukrosa 140 g/kg

2 Asam amino 2,6g/kg

3 Vitamin c 20,4 mg/l

4 Total phenol 0,33g/l

Sumber: Mazumdar (2008).

Tabel 3 menunjukan bahwa, kandungan bahan senyawa kimia pada nira kelapa. Kandungan senyawa kimia yang tertinggi yang ada pada nira kelapa adalah sukrosa dengan jumlah kandungan sebesar 140g/Kg. Sedangkan senyawa kimia terenda yang ada pada nira kelapa adalah total phenol sebesar 0,33g/Kg.

2.4 Perbedaan Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren

a. Gula Merah Kelapa

Gula merah adalah hasil olahan nira atau gula kelapa yang dibuat dalam bentuk padatan yang dicetak dengan tempurung kelapa atau bamboo sehingga bentuknya silindris. Gula merah atau gula kelapa yang berbentuk padat ini biasanya juga disebut sebagai gula jawa (Ningtyaset. al., 2013). Nira yang digunakan dalam pembuatan gula merah adalah nira yang telah melalui proses penguapan pada kadar airnya. Prinsip pembuatan gula menurut Nurlela (2002), adalah dengan menguapkan kadar air bahan baku hingga mencapai kadar air optimum pada pembuatan gula merah. Penguapan atau evaporasi air pada pembuatan gula merah dapat dilakukan dengan cara memanaskan bahan baku dalam wadah terbuka sampai mencapai kekentalan tertentu sehingga gula dapat dicetak.

(24)

Bunga (mayang) atau (bunga Kelapa) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres dengan dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula.

Mayang membengkak. Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar kental, cairan dituangkan ke mangkokmangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis.

Mutu gula merah dapat ditentukan berdasarkan warna, bentuk, dan kekerasan. Gula merah mempunyai tekstur yang kompak, tidak terlalu keras, sehingga mudah dipatahkan. Gula merah memiliki rasa manis dengan sedikit asam yang disebabkan karena adanya kandungan asamasam organik di dalamnya.

Kandungan asam-asam organik inilah yang menyebabkan gula merah mempunyai aroma yang khas. Sedangkan untuk rasa manis dikarenakan adanya kandungan beberapa jenis gula seperti sukrosa, fruktosa, glukosa, dan maltosa (Nurlela, 2002).

b. Gula Aren

Gula aren atau gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau. Gula aren biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang

(25)

dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan.

Bunga jantan pohon enau yang dikumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah bumbung bambu. Untuk mencegah nira mengalami peragian dan nira yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.

Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak.

Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.

Gula aren sudah terbentuk bila nira menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.

2.5 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah informasi tentang perilaku usaha dan kinerja pasar yang dijelaskan melalui keadaan pasar. [1] Jenis struktur pasar dapat diketahui melalui konsentrasi pasar. [2] Struktur pasar umumnya dibedakan menjadi struktur pasar persaingan sempurna dan struktur pasar persaingan tidak sempurna.

(26)

Penggolongan struktur pasar ada beberapa, penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri banyak perusahaan dalam industri. Jenis produk yang dihasilkan, muda atau tidak keluar atau masuk kedalam industry atau peranan iklan dalam kegiatan industri. Jumlah penjual, pembeli, sekala produksi, jenis produksi meruapakn beberapa hal pengting yang akan mengubah tingkah laku kinerja pasar sehingga dapat mengubah struktur pasar tersebut.

Dalam ilmu ekonomi, struktur pasar dibedakan menjadi beberapa macam seperti berikut ini:

a. Pasar persaingan sempurna adalah sebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dengan produk yang dijual bersifat homogen.

Harga dihasilkan melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintan sehingga penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga, ini hanya berperan sebagai penyedia suatu barang yang berasar dari berbagai kalangng produsen. Oleh karna itu promosi menggunakan iklan tidak akan mempengaruhi terhadap penjual. Dalam pasar persaingan sempurna jumlah perusahaan sangatlah banyak, akan tetapi kemampuan setiap perusahaan dianggap sedemikian kecil sehingga tidak mampu mempengaruhi pasar.

b. Pasar monopoli adalah suatu bentuk atau jenis pasar yang hanya terdapat satu kekuatan, penjual, atau satu perusahaan yang mengusai seluruh penawarannya.

Tidak akan ada pihak lain yang bisa menyaingi, sehingga ini jelas menjadi monopolo murni.

(27)

c. Pasar oligopoli adalah pasar yang mana penawar satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Mungkin sekitar dua perusahaan denga maksimal kurang dari 10. Oligopoli memiliki struktur pasar sendiri. Setiap perusahaan menjadi bagian permainan pasar, promosi, atau iklan. Perubahan harga pure menjauhkan konsumen dari persaingan mereka. Praktek oligopoli dilakuakan untuk menahan perusahaan yang sangat potensial masuk kedalam pasar dan berusaha menikmati laba normal di bawah tigkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas.pada umumnya, struktur pasar oligopoli terbentuk pada industri yang memiliki capital intensive yang cukup tinggi.

d. Pasar duopoli adalah suatu pasar yang mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua perusahaan.

e. Panas monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran dimana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama. Pasar monopolistik adalah pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi barangnya. Sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang sejenis.

f. Pasar manopsoni, struktus pasar monopsoni merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau pembelinya. Dalam hal ini, pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam pengertian ini, pasa monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran dimana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan.

(28)

2.6 Kinerja Pasar

Kinerja pasar adalah keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ditunjukkan denga harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya dapat meberikan penilain baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran (Dahl Hammond, 1977). Analisis kinerja pasar dapat dilihat dengan menghitung marjin pemasaran dan farmer share panjangnya saluran pemasaran yang ada belum tentu menunjukkan bahwa kinerja pemasaran tersebut tidak efisien. Jika rantai pemasaran panjang dan mampun meningkatkan kepuasan konsumen maka dapat dikatakan sistem pemasaran tersebut efisien.

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu merupakan hal yang diperlukan dalam mendukung hasil penelitian. Penelitian yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu yang berhubungan dengan judul, terkait tentang Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Komoditas Gula Merah. Maka dari itu perlu dilakukan pengkajian jurnal, skripsi ataupun thesis terkait judul yang sesuai. Berikut penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini :

No. Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1.

Analisis Pendapatan Pengrajin Gula Merah di Desa Lembang Loe, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba (Irda Damayanti Tahir, 2013)

Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Hasil-hasil penelitian ditunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima responden pengrajin gula merah sebesar Rp.

1.86.656,17 per/bulan.

Sedangkan pendapatan yang diterima oleh responden perajin gula merah yang diperoleh secara keseluruhan sebesar Rp. 17.866.561,7 per/

(29)

bulan.

2.

Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pemasaran Kentang di Desa Erelembang, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa (Ardi Rumallang, Jumiati Akbar, Nadir, 2019)

Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan secara mendalam dan terperinci tentang struktur, perilaku dan kinerja pemasaran kentang di

wilayah penelitian.

Hasil-hasil penelitian ditunjukkan bahwa secara kualitatif struktur pasar kentang di Desa

Erelembang, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa menuju kepada struktur pasar persaingan sempurna. Sedangkan perilaku pasar kentang membentuk tiga saluran pemasaran. Dan kinerja pemasaran yang paling banyak memperoleh keuntungan yaitu pada pemasaran III yaitu sebesar Rp. 11.500,00/kg.

3.

Analisis Struktur Perilaku dan Kinerja Pasar (Structure conduct and market

performan) Komoditi Padi di Desa Bunga Raya dan Desa

Kemuning Muda, Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak (Novia Dewi, Jum’atri Yusri, Ari Jolanda Saputra, 2015).

Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu saluran pemasaran, analisis struktur pasar dan analisis perilaku pasar.

Hasil-hasil penelitian ditunjukkan bahwa struktur pasar padi di Desa Bunga Raya dan di Desa

Kemuning Muda sebesar 27,77%. Sedangkan di tingkat pedagang besar adalah 77,59% di DesaBunga Raya dan di Desa Kemuning Muda sebesar 72,23%. Perilaku pasar padi Desa Bunga Raya dan di Desa

Kemuning Muda mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Kinerja pasar padi Desa Bunga Raya dan di Desa Kemuning Muda yang dilihat dari margin pemasaran, biaya

pemasaran dan keuntungan di tiap lembaga pemasaran padi.

4.

Analisis Struktur, Perilaku, Dan Kinerja Pasar untuk Komoditi

Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini

Hasil-hasil penelitian ditunjukkan bahwa secara kualitatif struktur pasar kelapa berpengaruh positif

(30)

Kelapa dari kawasan produksi kelapa dalam (Cocos Nucifera L,.) di Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten

Banyuasin (Nindy Festy Qur’ani, 2018).

yaitu teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan secara mendalam dan terperinci tentang struktur, perilaku dan kinerja pemasaran kelapa di wilayah penelitian.

terhadap pendapatan yang diterima oleh petani.

5.

Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pemasaran

kentang granola di Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Vela Rostwentivaivi Sinaga, Anna Fariyanti, 2012).

Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis saluran pemasaran, analisis struktur pasar (konsentrasi pasar dan

hambatan keluar masuk pasar), analisis perilaku pasar, dan analisis kinerja pasar (farmer share dan marjin

pemasaran).

Hasil-hasil penelitian ditunjukkan bahwa struktur pasar komoditas kentang granola cenderung

oligopsoni. Struktur pasar menunjukkan konsentrasi lemah dan terjadi hambatan masuk.

2.8 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengang faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah.

Tanaman kelapa adalah tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat petani yang ada di Desa Tugondeng Kabupaten Bulukumba. Tanaman kelapa ini memiliki berbagai manfaat yang dihasilkan dari tanaman kelapa salah satunya bisa dijadikan sebagai gula merah atau bisa langsung diminum airnya.

(31)

Salah satu bahan baku yang dapat diolah menjadi gula merah adalah kelapa yang dimanfaatkan niranya. Para petani di Desa Tugondeng Kabupaten Bulukumba khususnya di Desa Tugondeng memproleh nira kelapa dangan mudah karena tanaman kelapa ini banyak dibudidayakan di daerah tersebut. Maka dari ini peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana analisis struktur dan kinerja pemasaran gula merah tersebut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Struktur dan Kinerja Pemasaran Gula Merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

PETANI PENGRAJIN GULA MERAH

STRUKTUR PASAR KINERJA PEMASARAN

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

1. MONOPOLI 2. OLIGOPOLI 3. DUOPOLI

4. MONOPOLISTIK 5. OLIGOPSONI 6. MONOPSONI PASAR PERSAINGAN

TIDAK SEMPURNA

(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tugondeng, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan selama dua (2) bulan mulai bulan Juni sampai bulan Agustus 2021. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu daerah penghasil gula kelapa atau gula merah.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang di teliti). Adapun penentuan jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan metode sampling jenuh. (Sugiyono, 2012) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi di gunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus. Adapun pengambilan sampel dilakukan di petani pengrajin gula merah kelapa. Pengambilan informan sebanyak 10 orang pedagang gula merah kelapa, dengan sampel satu kelompok tani.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data diambil dengan menggunakan dua sumber, yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung pembuat gula merah melalui wawancara dan kuisioner.

(33)

2. Data sekunder, yaitu data yang di peroleh secara tidak langsung, melalui kantor BPP, BPS dan Dinas Perkebunan yang ada hubungannya dengan penelitian ini (Umar, 2007).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tiga tahap yaitu :

a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan secara langsung terhadap petani gula merah.

b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada petani gulamerah dengan bantuan kuesioner.

c. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mencatat informasi dan arsip-arsip penting yang diperoleh dari data sekunder serta mencantumkan gambar yang dilakukan pada saat proses penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) pengertian dari metode penelitian adalah sebagai berikut : “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisispasi masalah”.

Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan mengamati secara saksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan

(34)

masalah yang sedang diteliti oleh penulis sehingga akan memperoleh data-data yang dapat mendukung penyusunan laporan penelitian. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diproses dan dianalisis lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.

3.6 Definisi Operasional

1. Kelapa merupakan tanaman asli yang bersal dari daerah tropis, yaitu wilayah yang terletak disepanjang garis khatulistiwa. Definisi kelapa memiliki nama Ilmiah (Cocos nucifera) yaitu termasuk dalam marga Cocos dari suku aren atau Arecaceae.

2. Struktur pasar informasi tentang perilaku usaha dan kinerja pasar yang dijelaskan melalui keadaan pasar

3. Nira adalah nama umum yang digunakan untuk menamai cairan manis yang diambil (disadap) dari beberapa macam jenis tumbuhan.

4. Gula merah kelapa adalah hasil olahan nira atau gula kelapa yang dibuat dalam bentuk padatan yang dicetak dengan tempurung kelapa atau bamboo sehingga bentuknya silindris.

5. Kinerja pemasaran adalah suatu ukuran prestasi dari aktifitas proses pemasaran secara menyeluruh sebuah perusahaan.

(35)

IV.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Jasirah Sulawesi, berjarak sekitar 153 km dari Kabupaten Makassar. Secara geografis terletak pada koordinat 5°20'LS-5°40' LS dan119°58' BT -120°28' BT.

Kabupaten Bulukumba memiliki batas-batas:

 Utara – Kabupaten Sinjai;

 Selatan – Kabupaten Kepulauan Selayar;

 Timur – Teluk Bone;

 Barat – Kabupaten Bantaeng.

Luas Wilayah Kabupaten Bulukumba seluas 1.154,67 km2 atau sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 (sepuluh) kecamatan dan terbagi kedalam 27 kelurahan dan 109 desa. Ditinjau dari segi luas kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing seluas 173,51 km2 dan 171,33 km2 sekitar 30 persen dari luas kabupaten. Kemudian disusul kecamatan lainnya dan yang terkecil adalah kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat Kabupaten Kabupaten dengan luas 14,44 km2 atau hanya sekitar 1 persen.

Adapun rincian jumlah kecamatan, kelurahan/desa, dan luas wilayah masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut:

(36)

Tabel 4. Jumlah Kecamatan, Kelurahan/Desa, dan Luas Wilayah Setiap Kecamatan Bulukumba

No. Kecamatan Desa Kelurahan

Presentase Luas Kecamatan

Terhadap Luas Kabupaten

Jumlah Desa Kelurah

an

Luas (km2)

1. Gantarang 18 3 15,93 21 173,51

2. Ujungbulu 0 3 1,25 8 14,44

3. Ujung Loe 12 1 12,50 13 144,31

4. Bontobahari 4 4 9,40 8 108,60

5. Bontotiro 12 1 6,78 13 78,34

6. Herlang 8 2 5,96 8 68,79

7. Kajang 17 2 11,18 19 129,06

8. Bulukumpa 14 3 14,84 17 171,33

9. Rilau Ale 14 1 10,18 15 117,53

10. Kindang 12 1 12,88 13 148,76

Bulukumba 100 27 100.00 136 1.154,6

Sumber : Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019.

Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada ketinggian 0 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat mengairi sawah seluas22.958 Hektar, sehingga merupakan daerah potensi pertanian. Curah hujannya rata-rata 170 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 12hari per bulan.

4.2 Keadaan Demografis

Penduduk Kabupaten Bulukumba berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 418.326 jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan. Dari 10 (sepuluh) kecamatan, Kecamatan Gantarang yang mempunyai jumlah penduduk

(37)

terbesar yaitu 75.549 jiwa atau 18,06% sedangkan Kecamatan Bontotiro menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 21.575 jiwa atau 5,16%.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Bulukumba tahun 2018 mencapai 362jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Ujung Bulu dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Ujung Bulu dengan kepadatan sebesar 3.851jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Kindang sebesar 212 jiwa/Km2.

Dilihat dari jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki–laki yaitu 220.697 jiwa perempuan dan 197.629 jiwa laki-laki.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk, dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba, 2019

Kecamatan

Jumlah Pendudu k (jiwa)

Laju Pertumbu

han Pendudu

k Per Tahun

Prese ntase Pendu duk

Kepada tan Pendud

uk Per km2

Jenis Kelamin (jiwa) Laki-

Laki Perempuan

1 2 3 4 5 6 7

Gantarang 75.549 0,66 18,06 435 36.073 39.476 Ujungbulu 55.615 1,72 13,30 3,851 26.729 28.886 Ujung Loe 41.921 0,64 10,02 290 19.780 22.141 Bontobahari 25.594 0,73 6,12 236 11.697 13.897 Bontotiro 21.575 0,77 5,16 275 9.298 12.277

Herlang 24.639 0,17 5,89 358 11.183 13.456

Kajang 49.032 0,42 11,72 380 23.345 25.687

Bulukumpa 52.599 0,34 12,57 307 25.148 27.451 Rilau Ale 40.339 0,72 9,64 343 18.998 21.341

Kindang 31.463 0,59 7,52 212 15.378 16.085

Bulukumba 418.326 0,63 100 362 197.62 220.697 Sumber : Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019.

(38)

4.3 Keadaan Pertanian 4.3.1 Tanaman Pangan

Kondisi tanaman pangan di Bulukumba didukung dengan lahan sawah yang ada di beberapa kecamatan. Menurut data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba, pada tahun 2018 terdapat sekitar 43.450,97 hektar luas panen padi sawah. Sementara itu, jika dilihat dari jenis pengairan di Bulukumba, Irigasi masih menjadi pilihan utama.

4.3.2 Hortikultura

Tanaman hortikultura sayuran yang paling banyak dihasilkan di Bulukumba adalah dari cabai dimana dari 81 hektar mampu menghasilkan 111,6 ton pada tahun 2018. Sedangkan pada jenis buah-buahan, makanan khas Bulukumba yaitu Mangga, masih menduduki peringkat pertama produksi dengan buah- buahan pada tahun 2018 dengan menghasillkan 6.401,4 ton mangga.

4.3.3 Perkebunan

Sesuai letak geografisnya, lebih dari 35,95% tanaman perkebunan dipergunakan untuk penanaman Kelapa. Tidak hanya itu saja, Bulukumbajuga merupakan salah satu penghasil Kakao dengan kisaran hasil pada tahun 2018 adalah 4.551ton.

4.3.4 Peternakan

Populasi ternak di Bulukumba mayoritas adalah sapi potong dengan jumlah ternak terbanyak berada di Kecamatan Bulukumpa. Sedangkan dari populasi unggas, jumlah ayam pedagingmasih mendominasi dengan jumlah unggas sebanyak 2.381.401ekor di tahun 2018.

(39)

4.3.5 Perikanan

Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba tahun 2018 di dominasi oleh subsektor perikanan laut sebesar 534.56 ton, dengan teknik budidaya laut sebesar 178.00 ton, produksi dengan budidaya tombak sebesar 7.318 ton dan kolam sebesar 558 ton.

(40)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Keberagaman pengrajin gula merah sebagai responden meliputi keberagaman seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman perajin, dan jumlah tanggungan keluarga merupakan penggambaran mengenai identitas responden.

Identitas seorang responden akan sangat membantu dalam proses penelitian karena dapat memberikan informasi tentang keadaan usaha yang mereka jalankan dengan sebenar-benarnya. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas responden pengrajin gula merah.

5.1.1. Umur Responden

Umur merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan kinerja seseorang. Umur yang masih muda pada umumnya lebih kuat melakukan aktivitas dibandingkan umur yang sudah tua. Selain itu, pemahaman mengenai informasi dan inovasi baru lebih cepat dimengerti dan diterapkan walaupun pengalaman yang dimiliki masih kurang sehingga kekurangan yang dimiliki dapat tertutupi. Namun jika dilihat dari segi pengalaman umur pengrajin gula merah yang relatif tua lebih mendalam dalam pembuatan gula merah dibandingkan umur yang lebih muda. Keterangan mengenai umur pengrajin gula merah sebagai responden dapat dilihat pada Tabel 6.

(41)

Tabel 6. Identitas Responden Berdasarkan Keadaan Umur Pengrajin Gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

No. Umur (tahun) Jumlah Responden

(orang) Presentase (%)

1. 30-35 2 20

2. 36-41 4 40

3. 42-47 1 10

4. 48-55 3 30

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021.

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar pengrajin gula merah berada pada umur 36-41 tahun yaitu sebanyak 4 pengrajin atau 40 % dari total responden, diikuti umur 48-55 tahun yaitu sebanyak 3 pengrajin atau 30 % dari total responden, diikuti umur 30-35 yaitu sebanyak 2 pengrajin atau 20 % dari total responden, dan dikuti 42-47 yaitu sebanyak 1 pengrajin atau 10 % dari total responden. Dari uraian diatas maka menunjukkan bahwa dari segi usia atau umur responden pengrajin gula merah merupakan usia yang masih produktif. Dimana umur yang produktif yaitu 15-64 tahun.

5.1.2. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan faktor penunjang pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam berusaha. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh terhadap produktifitasnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka wawasan yang dimiliki akan semakin luas.

Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang juga sangat membantu dalam berinteraksi sehingga memudahkan dalam melakukan pemasaran produk dari hasil

(42)

usahanya. Adapun uraian mengenai identitas pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

No. Tingkat Pendidikan (orang)

Jumlah Responden

(orang) Presentase (%)

1. SD 7 70

2. SMP 1 10

3. SMA 2 20

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021.

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden perajin gula merah terbanyak pada tingkat SD yaitu sebanyak 7 orang perajin atau 70% dari jumlah total responden diikuti pada tingkat SMA yaitu sebanyak 2 orang atau 20% dari total responden dan pada tingkat SMP yaitu 1orang atau 10 % dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perajin responden dalam hal pendidikan sudah cukup layak. Walaupun yang terbanyak yaitu ditingkatan SD namun pengrajin yang bersekolah ditingkatan SD memiliki potensi yang baik dan dapat menangani usaha gula merahnya dengan baik dan tidak kala bersaing dengan pengrajin yang tamat ditingkatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat terbukti dengan hasil produksi yang didapatkan oleh pengrajin.

5.1.3. Pengalaman Responden

Pengalaman sangat berperan penting dalam melakukan usaha. Semakin lama seseorang melakukan usahanya maka semakin banyak pelajaran yang bisa membangun untuk perkembangan usahanya. Pengalaman yang dimiliki seseorang

(43)

juga dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki. Dengan adanya pengalaman seseorang akan lebih cekatan dalam menjalankan usaha ditambah dengan faktor penunjang seperti pendidikan maka dalam menjalankan usaha akan lebih terampil dalam memproduksi. Identitas responden berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Pengrajin Gula Merah Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

No. Pengalaman Usaha (tahun)

Jumlah Responden

(orang) Presentase (%)

1. 1-2 4 40

2. 3-4 1 10

3. 5-6 1 10

4. 7-8 3 30

5. 9-10 1 10

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021.

Tabel 8 menunjukkan pengalaman usaha pengrajin gula merah yang paling banyak yaitu 1-2 yaitu sebanyak 4 pengrajin atau 40 % dari total responden, diikuti oleh 7-8 tahun yaitu sebanyak 3 pengrajin atau 30% dari total responden, dan diikuti oleh 3-4, 5-6, 9-10 tahun yaitu masing-masing sebanyak 1 pengrajin atau 10% dari total responden. Hal ini menunjukka pengalaman yang paling lama yaitu 10 tahun dan yang paling rendah adalah 1 tahun. Jika dilihat dari keadaan responden pengrajin yang memiliki pengalaman yang lebih banyak telah memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran masalah-masalah yang tidak terduga. Namun pengrajin yang memiliki pengalaman yang masih sedikit memiliki keterampilan yang cukup baik dalam pembuatan gula merahnya, sehingga dapat melakukan produksi secara maksimal.

(44)

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi responden yang bersangkutan. Anggota keluarga dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga.

Banyaknya jumlah tanggungan keluarga dapat memberikan motivasi kepada kepala keluarga utamanya pada keluarga yang melakukan usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah tanggungan keluarga dapat menambah semangat kepala keluarga dalam menjalankan usahanya. Uraian mengenai tanggungan keluarga responden pengrajin gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pengrajin Gula Merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

No. Jumlah Tanggungan (orang)

Jumlah Responden

(orang) Presentase (%)

1 1-2 6 60

2 3-4 1 10

3 5-6 3 30

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2021.

Tabel 9 menunjukkan jumlah tanggungan responden yang paling terbanyak berada pada 1-2 orang, yaitu sebanyak 6 pengrajin responden atau 60% dari total responden diikuti 5-6 orang yaitu sebanyak 3 pengrajin responden atau 30% dari total responden dan 5-6 orang yaitu 1 pengrajin responden atau 10 % dari total responden. Umumnya pengrajin gula merah yang memiliki tanggungan keluarga yang cukup banyak merasakan beban hidup yang cukup berat sehingga pengrajin tersebut termotivasi untuk melakukan produksi yang lebih banyak agar dapat

(45)

mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dan disisi lain anggota keluarga yang telah berusia produktif dari pengrajin juga dapat membantu atau menjadi tenaga kerja dalam usaha keluarganya sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin dapat lebih ringan.

5.2 Struktur Pasar 5.2.1 Diferensiasi Produk

Struktur pasar yang ada di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba adalah upaya untuk memasarkan suatu produk, apakah itu barang atau jasa, menggunakan pola rencana dan taktik tertentu sehingga jumlahpenjualan lebih tinggi.

Gula merah banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebagai pemanis, penambah aroma dan warna. Salah satu sifat yang membedakan gula merah dan gula pasir adalah gula merah dapat menimbulkan tekstur makanan yang lebih empuk. Gula merah juga digunakan sebagai bahan baku pada industri kecil baik makanan maupun minuman seperti industri kecap dan tauco yang menggunakan gula merah sebagai pemanis.

Dalam pemasaran gula merah, tengkulak memasarkan gula merah ke konsumen dan ke pedagang besar. Kelebihan dari industri rumah tangga ini adalah kepercayaan yang terbangun dalam menjalankan usaha. Hal ini dikarenakan keterlibatan penuh keluarga dalam membangun industri.

Kepercayaan menjadi faktor utama dalam mengolah modal, administrasi, penjualan, dan keuangan dalam industri ini.

Dengan modal kepercayaan ini pula jika kondisi industri sedang sepi atau

(46)

lemah, selayaknya keluarga akan saling mendukung dan tidak menuntut banyak keuntungan yang sedang sulit diperoleh. Hal ini berdampak baik dalam membangun industri rumah tangga.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan, tidak terjadi diferensasi terhadap produk yang ada ditingkat pengrajin gula merah, tengkulak, dan pedagang besar. Diferensiasi produk merupakan proses pembedaan produk atau jasa yang dijual ke dari petani ke tengkulak maupun ke pedagang besar bersifat homogen. Pada tingkat pengrajin, gula merah dijual begitupun di tingkat tengkulak dan pedagang besar gula merah dijual dalam bentuk sudah dipacking.

Tabel 10. Hasil Analisis Konsentrasi Pasar (CR4) pada Pemasaran Gula Merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba 2020

No. Tingkat Jenis Struktur Pasar Konsentrasi Pasar

1. Petani Oligopsoni 19,11 %

2. Tengkulak Oligopsoni 43,64 %

3. Pedagang Besar Oligopsoni 46,84 %

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2021.

Pada tabel hasil Analisis Konsentrasi Pasar dapat diketahui jika empat pedagang memiliki nilai Kr ˂80% dinamakan oligopsoni konsentarasi. Jika empat pedagang memiliki nilai Kr ≥ 80% dinamakan oligopsoni konsentarasi tinggi (Yuprin, 2009). Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada tingkat petani memperoleh hasil konsentrasi rasio pasar 19,11 % yang menunjukkan jenis pasar oligopsoni konsentrasi sedang. Hasil analisis pada tingkat tengkulak diperoleh hasil konsentrasi rasio pasar 43,64% yang menunjukkan jenis pasar oligopsoni konsentrasi sedang. Hasil analisis pada tingkat pedagang besar

(47)

diperoleh konsentrasi rasio 46,84% dan yang menunjukkan oligopsoni konsentrasi sedang.

CR4 (Consentration Ratio for The Biggest Four) ialah penjualan pangsa pasar empat tingkat dari produksi pasar pengrajin gula merah yang terbesar. (Yuprin, 2009) Perhitungan nilai ini digunakan formula sebagai berikut :

CR4 = S1 + S2 + S3 + S4 CR4 : Consenration Ratio for The Biggest Four

S : Pangsa pasar dari produsen gula merah dalam pasar S1 : Pangsa pasar dari produsen gula merah 1

S2 : Pangsa pasar dari produsen gula merah 2 S3 : Pangsa pasar dari produsen gula merah 3 S4 : Pangsa pasar dari produsen gula merah 4

Menurut Yuprin (2009 ) kriteria untuk menentukan struktur pasar adalah : a. CR4 < 20% : merupakan pasar yang bersaing dan mendekati model persaingan

sempurna.

b. 20% ≤ CR4 ≤ 80% : merupakan pasar yang tidak sempurna oligopsoni.

c. CR4 > 80% : merupakan pasar sangat terkonsentrasi dan cenderung kearah monopsoni.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang, struktur pasar pada tingkat petani yang dihitung menggunakan CR4 adalah sebagai berikut:

CR4 = S1 + S2 + S3 + S4

= 4,88 + 4, 88 + 4,61 + 4,74

(48)

= 19,11 %

Dari hasil perhitungan CR4 ditingkat petani menunjukkan bahwa nilai oligopsoni konsentrasi sedang. Dari hasil penelitian terdapat 10 petani pengrajin gula merah sebagai responden di Kecamatan Herlang, komoditas yang dipasarkan petani bersifat homogen yaitu dalam bentuk petik merah gelendongan serta petani tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual.

Struktur pasar yang terjadi pada tingkat tengkulak dihitung menggunakan CR4 adalah sebagai berikut : CR4 = S1 + S2 + S3 + S4

= 11,56 + 10,98 + 10,69 + 10,40

= 43,64%

Dari hasil perhitungan CR4 tingkat tengkulak menunjukkan nilai konsentrasi pada tingkat tengkulak sebesar 43,64% atau oligopsoni konsentrasi sedang . Berdasarkan hasil penelitian komoditas yang dijual tengkulak, tengkulak hanya mejual ke pedagang besar saja.. Selanjutnya struktur pasar yang terjadi pada tingkat pedagang besar yang dihitung menggunakan CR4 asalah sebagai berikut :

CR4 = SI + S2 + S3 + S4 = 12,62 + 11,96 + 11,30 + 10,96 = 46,84 %

Dari hasil perhitungan CR4 tingkat pedagang besar menunjukkan nilai konsentrasi pada tingkat pedagang besar sebesar 46,84% atau oligopsoni konsentrasi sedang.

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan dalam memasarkan suatu komoditas

(49)

lembaga-lembaga akan membentuk alur tersebut dengan saluran pemasaran.

Sedangkan pedagang atau lembaga pemasaran dalam menyampaikan dari produsen hingga ke konsumen selalu mengambil keuntungan yang jauh lebih tinggi daripada pedagang dan mengeluarkan baiaya-biaya dalam kegiatan pemasaran.

5.3 Kinerja Pemasaran 5.3.1 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah alur atau jalur yang dilalui komoditas dari tangan produsen sampai ke konsumen untuk dikomsumsi. Saluran pemasaran juga merupakan saluran yang digunakan petani sebagai produsen untuk menyalurkan hasil pertanian sampai ke konsumen (Dahl dan Hammond, 1997).

Adapun pola saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :

Pola Pemasaran I :

Petani Tengkulak Pedagang Besar

Pola Pemasaran II :

Petani Konsumen

Berdasarkan dari pola saluran pemasaran gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba terdapat 2 saluran pemasaran. Dimana pada pola saluran pemasaran I, petani langsung menjual hasil panennya kepada tengkulak setelah itu tengkulak memasarkan gula merah yang telah dibeli dari

(50)

petani kepada pedagang besar. Selanjutnya saluran pemasaran II dimana hasil panen petani langsung dijual ke konsumen.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan, yang paling berpengaruh terhadap petani gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba yaitu pada pola pemasaran yang I (pertama) ini menunjukkan bahwa saluran pemasaran lebih menguntungkan karena keuntungan lebih besar dari biaya dimana petani langsung menjual langsung ke konsumen.

Sedangkan pola ke II yang kita pake bisa merugikan petani karena jika petani menjual langsung ke konsumen, gula si petani ini tidak mungkin terjual habis dalam 1 hari beda dengan pola I yang petani ke tengkulak dan ke pedagang besar.

Saluran pemasaran gula merah di Desa Tugondeng Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba masing-masing saluran pemasaran berbeda karena adanya perbedaan jumlah saluran yang terlibat. Semakin panjang pola pemasaran maka saluran pemasaran yang tercipta akan semakin besar sebaliknya harga yang diterima produsen akan semakin kecil. Secara tidak langsung biaya pemasaran dibebankan kepada produsen dengan jalan menerima harga penjualan rendah.

Menurut Sariyoga & Anggraeni (2011) peran pemasaran dalam setiap gerak usaha dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar diperlukan peningkatannya. Kegiatan pemasaran akan dapat diberikan nilai tambah pada setiap barang yang dihasilkan. Dalam rantai pengaliran produk dan hak milik dari produsen ke konsumen, bentuknya dapat sederhana dapat pula kompleks sekali tergantung dari sistem pasar yang menyelenggarakan pengaliran produk melalui saluran pemasaran.

(51)

Untuk melihat efisien atau tidak dalam pendekatan kinerja pasar terdapat beberapa indikator yaitu (1) harus terdapat kemajuan tekonologi, (2) adanya orientasi untuk perkembangn lembaga-lembaga pemasaran, (3) adanya efisiensi peningkatan penggunaan sumber daya serta, (4) adanya kualitas produk dan maksimasi jasa pemasaran dengan biaya serendah mungkin (Sudiyono, 2002).

(52)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Struktur Pasar di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba yaitu hasil penelitian kegiatan dalam memasarkan suatu komoditas dari pedagang sampai ketangan konsumen membutuhkan peranan untuk melalui lembaga- lembaga akan membentuk alur tersebut dengan saluran pemasaran.

Sedangkan pedagang atau lembaga pemasaran dalam menyampaikan dari produsen hingga ke konsumen selalu mengambil keuntungan yang jauh lebih tinggi daripada pedagang dan mengeluarkan baiaya-biaya dalam kegiatan pemasaran. Dilihat dari pengamatan dilapangan struktur pasar yang terjadi yaitu oligopsoni dimana nilai pangsa pasar dari CR4 yaitu ˂ dari 80%.

2. Kinerja Pasar di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dilihat dari pola saluran pemasaran gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba terdapat 2 saluran pemasaran. Dimana pada pola saluran pemasaran I, petani langsung menjual hasil panennya kepada tengkulak setelah itu tengkulak memasarkan gula merah yang telah dibeli dari petani kepada pedagang besar.

Selanjutnya saluran pemasaran II dimana hasil panen petani langsung dijual ke konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran yaitu petani gula merah, tengkulak, dan pedagang besar.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu

1. Pemerintah diharapkan memberikan bantuan kepada pengrajin baik dari segi

(53)

peralatan maupun informasi dan inovasi yang baru kepada pengrajin gula merah di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, guna meningkatkan kualiatas gula merah yang mereka produksi.

2. Gula merah yang dijual oleh pengrajin gula merah sebaiknya dijual langsung kepada konsumen daripada ke pedagang pengumpul karena jika dijual langsung kepada kunsumen keuntungan yang didapatkan lebih banyak.

3. Sebaiknya dalam struktur pasar gula merah di Kecamata Herlang dapat diarahkan kedalam tipe pasar bersaing secara sempurna dengan cara menarik konsumen dari daerah lain sehingga pembeli gula merah lebih banyak. Dan Kinerja Pasar diperbaiki dengan cara meningkatkan efisiensi pemasaran pengrajin gula merah dengan memperkecil margin pemasaran dan memperkecil nilai efisiensi pemasaran dengan menimalisir biaya pemasaran.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Dhal DC,Hammond JW. 1977. Market and Price Analysis. Mc. Graw Hill, New York.

Evertina, vivi.2008. Analisis Struktur, Perilaku, Dan Kinernja Industri Minyak Sawit Indonesia Menggunakan Pradigma Structure Conduct Performance (SCP). Skirpsi. Depertemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Depok.

Hieronimus Budi Santoso (1993). Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius.

Yogyakarta.

I Made Wirartha. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.Yogyakarta; C.V Andi Offset.

Jaya, wihana k. 1993. Pengantar Ekonomi Industri, Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar. Yogyakarta: BPFE.

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

M. Umar, Agus Suman, M. Pudjiharjo.Analisis Ekonomi terhadap Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Pupuk di Jawa Timur.Journal of Indonesian Applied Economics, vol 5 No. 1 Mei 2011, 68-92

Natalia, Tri Candra, Panji Deoranto, dan Mas”Ud Effendi. 2011. Analisis Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Pada Sentra Industri Bakpia Yogyakarta. Jurnal industria, vol.1 No. 1 hal 50-56.

Navisa, Siti, Anik Suwandari, dan Julian Adam Ridjal. 2014. Analsiis Struktur Dan Perilaku Serta Kinerja Pasar Ubi Kayu Di Desa Wringin Kabupaten Bondowoso. JuranAl Berkala Ilmiah Pertaanian. Volume x, Nomor x, Bulan Juli, hlm x-x.

Pappas,James L. 1995.Ekonomi Manajerial.Jakarta : Binarupa Aksara

Retnandari, N. D. dan Tjokrowinoto, M. 1991. Kopi Kajian Sosial Ekonomi.

Yogyakarta: Aditya Medya. Rokok di Indonesia selama Periode 2003- 2013, 77-90 Teguh,

Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Mnajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada

Gambar

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Kelapa Per 100 Gram Bahan.
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Nutrisi Gula Kelapa dan Gula Tebu  No  Element (ppm of mg/l)  Coconut Sap Sugar  Brown Sugar
Tabel  2  menunjukan  bahwa,  jumlah  kandungan  nutrisi  gula  kelapa  dan  gula  tebu,  untuk  kandungan  nutrisi  tertinggi  yang  dimiliki  gula  merah  kelapa  adalah Potassium sebesar 10,300 mg
Tabel  3  menunjukan  bahwa,  kandungan  bahan  senyawa  kimia  pada  nira  kelapa.  Kandungan  senyawa  kimia  yang  tertinggi  yang  ada  pada  nira  kelapa  adalah  sukrosa  dengan  jumlah  kandungan  sebesar  140g/Kg
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha gula merah di Desa Dukuh Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri efisien untuk diusahakan dan diteruskan, karena diperoleh R/C ratio sebesar 1,12 yang lebih besar dari 1

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui proses produksi gula merah yang dilakukan pengrajin di Desa Kubangkangkung (2) Untuk menganalisis proses

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Terdapat empat saluran pemasaran di Desa Mamben Daya Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur, yaitu : (I) Petani

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Masalle Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang maka dapat disimpulkan petani bawang merah di Desa Masalle kecamatan Masalle Kabupaten

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga petani di Desa Balleanging Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Penelitian memfokuskan pada peran ganda perempuan yang bekerja sebagai petani cengkeh di Desa Benteng Gantarang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba untuk

Hasil penelitian 1 Besarnya biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh petani cabai merah yang berada di Desa Buanamekar Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis adalah yaitu Rp

Hasil penelitian ini menunjukkan Saluran pemasaran cabai merah di Desa Tumi Jaya Kecamatan Jayapura Kabupaten OKU Timur terdapat tiga saluran yaitu saluran I petani – agen desa – agen